USG 4D, Perlukah?

No comments
Source : freepik.com
Kebanyakan ibu hamil dengan kondisi normal yang melakukan USG 4D pasti beralasan karena ingin melihat wajah sang bayi mirip ayah atau bundanya, organ tubuhnya lengkap atau enggak, dan berbagai alasan lain yang menyangkut dengan kesempurnaan fisik janin.

Akulah salah satu diantara ibu hamil itu. Rasanya penasaran banget lihat kondisi si dedek di perut senyata mungkin, nggak hanya dengan warna hitam putih seperti pada USG 2D.

Berbekal dari seringnya membaca forum emak-emak diinternet yang mengatakan kalau waktu yang tepat untuk USG 4D itu saat usia kandungan 28W-32W, aku memutuskan untuk melakukannya dibatas maksimal aja yaitu 32W atau 8 bulan. Alasannya sih simple, biar mukanya sudah terbentuk hampir sempurna, jadi keliatan deh mirip siapanya. Haha.

Pas ketemu dokter, langsung ditanya apa alasannya ingin USG 4D. Ya aku jawab dengan jujur karena ingin melihat si baby. Terus doktenya nanya lagi, “Lihat apanya?”, aku jawab “Lihat semuanya dok”. Mulailah si dokter bercerita panjang lebar mengenai USG 4D ini.


Jadi USG itu ada 3 tingkatan, USG 2D, 3D dan 4D.

USG 2D
hanya menampilkan gambar pada bidang datar, seperti kita menggambar persegi di kertas gambar.
USG 3D 
sudah menambah ruang pada gambar yang dihasilkan, kayak kita bikin kubus dari kertas karton.
USG 4D
menambahkan gerakan pada tampilan, sehingga ibu bisa melihat gerakan bayinya saat di USG. USG 4D ini juga tidak bisa memperlihatkan seluruh bentuk fisik dari organ tubuh janin secara sempurna (seperti jarinya 5 atau enggak, rambutnya lebat atau enggak) dan juga tidak bisa memastikan panca indranya berfungsi secara normal atau enggak (seperti telinganya bisa mendengar atau tidak).



Perlukah USG 4D ini?
Jika saat melakukan USG 2D pada kontrol rutin tidak ditemukan tanda-tanda yang mencurigakan dan semuanya baik-baik saja, maka tidak perlu melakukan USG dengan tingkat yang lebih tinggi. Tapi jika ditemukan kelainan pada bayi, maka dilakukan USG 3D, dan jika masih belum bisa mendapatkan hasil yang diinginkan, baru dilakukan USG 4D. Selama  saat kontrol rutin dokter tidak menyarankan untuk melakukan USG 3D atau 4D maka insyaAllah kondisi bayi sehat.

Kesimpulannya, ibu hamil dalam kondisi sehat yang melakuakn USG 4D adalah ibu yang hanya ingin mengobati rasa penasarannya saja. Aku sampai malu lho sama dokternya. Karena sudah terlanjur masuk ke ruangan praktek, ya sudah aku disuruh berbaring dan dilakukan USG 4D. Peralatannya sih sama dengan USG 2D, caranya juga sama. Nggak berapa lama dokternya bilang kalau bayiku udah kegedean, jadi susah buat lihat mukanya. Perutku sudah digoyang-goyang tapi tetap juga tidak bisa mendapatkan hasil yang jelas. Kan ruang gerak bayi juga sudah terbatas.
Wajar sih kalau USG 4D ku ini gagal mengambil bentuk wajah janin. Secara posisi bayi di perut kan meringkuk, jadi mukanya ya ngadep ke dalam. Terus USG 4D ini juga memerlukan air ketuban yang masih banyak agar gambar yang didapat lebih jelas, biar ada jarak antara perut dan janin. Kalo semuanya sudah mepet-mepet kan jadi nggak jelas.

Makanya dokter menyarankan untuk melakukan USG 4D antara 16-28 minggu. Apalagi kalau ingin melihat organ dalam tubuh janin seperti jantung, lambung atau hati, sebisa mungkin jangan saat usia kandungan udah tua. Kalau niatnya melihat bentuk wajah sih nggak apa-apa agak tuaan dikit, tapi jangan di atas 28 minggu ya.

Walaupun agak kecewa karena nggak bisa lihat si baby mirip siapa, tapi Alhamdulillah bayiku sehat. Untung bayarnya nggak disamain dengan USG 4D yang berhasil. Berhubung USG ku gagal melihat bentuk muka dan susah juga ngambil gambar  keseluruhan tubuh janin, aku hanya bayar biaya konsultasi dan USG seharga USG 2D. Alhamdulillah lagi. Heee.

Adakah mommies yang punya pengalaman sama?

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)