Gigi Anak Bolong! Yuk, Crosscheck Makanannya

2 comments

Beberapa waktu yang lalu, untuk pertama kalinya, anak pertamaku yang berusia 3 tahun mengeluhkan sakit gigi. Tidak hanya sehari, tapi hampir satu minggu dia merasakan sakit di gigi depannya yang memang sudah terkikis di tengah. Karena tidak kunjung membaik dan bibirnya mulai membengkak, aku memutuskan untuk membawanya ke dokter gigi.

Singkat cerita, kunjungan ke dokter gigi pertama gagal. Penanganan yang dilakukan hanya dibor dan diberi tambalan sementara. Sore harinya, tambalan itu hilang entah kemana. Sakit giginya pun masih sama, tidak membaik bahkan semakin parah. Akhirnya aku mencari dokter gigi lain yang berpengalaman menangani pasien anak.

Di klinik gigi ini, orang tua pasien anak yang baru pertama kali datang berkonsultasi harus mendengarkan wejangan yang lumayan panjang dari dokter. Jujur, awalnya aku kurang tertarik mendengarkan teori yang seperti ini, lebih baik langsung saja menangani anakku yang sudah lumayan lama menunggu. Tapi ternyata, semakin lama kok ilmu yang diberikan dokter ini sangat menarik dan penting untuk diketahui para orang tua.

Coretan dokter gigi saat konsultasi

Anaknya masih ngedot? 
Anaknya minum sufor?
Suka dikasih coklat?
Suka dikasih biskuit?
Dan beribu pertanyaan lain yang dilontarkan dokter terkait makanan anakku. Bukan tanpa alasan, ternyata hal ini sangat berkaitan dengan penjelasan beliau mengenai penyebab utama rusaknya gigi anak.

Jadi apa penyebabnya?

PENYEBAB UTAMA RUSAKNYA GIGI ANAK
ADALAH MAKANAN YANG DIKONSUMSINYA.

Apa yang dimakan, pertama kali akan dikunyah dengan gigi. Jadi wajar saja jika makanan adalah penentu dari kesehatan gigi seseorang. Semakin manis makanannya, semakin tinggi kandungan gulanya, semakin banyak pemanis buatannya, maka semakin besar pula kemungkinan gigi anak akan rusak. Apalagi makanan atau minuman manis tersebut dikonsumsi anak setiap hari. 

Jika dijabarkan, jenis makanan yang paling sering merusak gigi anak ini yang pertama pastinya makanan dengan kandungan gula tinggi. Kemudian makanan dengan pemanis buatan, dan yang terakhir adalah makanan yang diolah dari terigu atau tepung lain serta susu. Ketiga jenis bahan perusak gigi ini malah sering dicampurkan menjadi satu ke dalam banyak jenis makanan olahan seperti biskuit, kue manis dan banyak lagi. Padahal jika semuanya digabungkan, karbohidrat yang terbentuk akan menghasilkan zat perusak gigi. Ditambah lagi jika tekstur makanannya lengket dan bergumpal sehingga mudah menempel di sela-sela gigi, kerusakan yang ditimbulkan akan semakin parah.

Baca juga
Cara Mengajarkan Anak Gosok Gigi
Pertumbuhan Gigi Susu pada Anak
Penggunaan Dot atau Empeng pada Bayi
Perbaiki Nafsu Makan Anak dengan Vege Blend 21 Junior
Bahan Masakan Ini Mampu Berikan Rasa Gurih pada MPASI

Diusia 9 bulan, orang tua wajib memulai menghentikan pemakaian dot pada anak jika mengunakannya. Anak juga harus sering dilatih untuk mengunyah makanan padat dari pada selalu terbiasa menghisap. Posisi lidah untuk menghisap dan mengunyah sangatlah jauh berbeda. Jika dibiarkan terlalu sering menghisap, tentunya akan berdampak dengan cara mengunyah dan kebiasaan anak dalam hal makan. Bisa jadi dia malas mengunyah, atau tidak mampu mengunyah dengan baik sehingga selalu menolak saat makan. Bisa saja penolakan ini berupa mengemut makanan yang tentunya berbahaya bagi gigi.

Yang dinamakan makanan adalah segala sesuatu yang menyeruapi bentuk aslinya. Contohnya saja ayam. Ayam itu ya berbentuk paha ayam atau dada ayam, bukan seperti sosis atau nuget.

BALIK LAGI SAJA KE ZAMAN DULU, 
DIMANA SEMUA MAKANANNYA MASIH ALAMI. 

Ganti cemilan anak dengan makanan yang lebih padat dan kaya manfaat seperti ubi rebus, perkedel kentang, tahu isi atau real food lainnya. Jangan memberikan anak makanan yang hanya tinggi kalori tapi tak berisi seperti coklat, permen atau makanan manis lain. Intinya semakin alami makanannya, maka semakin kecil resiko buruknya.

Pepes tahu, salah satu contoh real food
Satu lagi kesalahan terbesar orang tua zaman sekarang ini adalah seringnya membalikkan piramida makanan. Susu formula yang seharusnya sebagai pelengkap, malah dijadikan asupan utama untuk anak. Orang tua merasa bahwa dengan susu formula, kebutuhan tubuh anak akan tercukupi. Semakin sering diberikan maka semakin dirasa lebih baik. Padahal susu formula tersebut mengandung gula yang tinggi. Terlebih lagi meminumnya menggunakan dot, akan semakin mengancam kesehatan gigi anak.

Tapi bagaimana jika anak susah makan? Kalau tidak mengandalkan susu formula, nutrisinya didapat dari mana? Anak jadi kurus dong?

Tahu nggak sih?

TIDAK HANYA MERUSAK GIGI, 
MAKANAN MANIS DENGAN KANDUNGAN GULA YANG TINGGI
AKAN MEMBUAT ANAK SEMAKIN MALAS MAKAN. 

Kenapa? Tingginya kadar gula dalam darah akan mematikan sensor lapar di otak anak sehingga anak semakin malas makan. Hal ini tentu saja berdampak kepada kebiasaan makan anak yang suka mengemut, pilih-pilih makanan dan menolak makan. Karena memang mereka tidak merasakan lapar. 

Seakan mendapatkan teguran keras, aku hanya bisa mengangguk disepanjang perbincangan ini. Semua penyebab utama kerusakan gigi itu memang aku lakukan, kecuali menggunakan dot karena full ASI. Tapi setelah lepas ASI, tetap saja aku memberikan susu formula minimal tiga kali sehari menggunakan sendok atau sedotan. Belum lagi segala macam biskuit, astor, wafer, coklat, es krim dan makanan manis lainnya untuk mengejar kalori yang tidak tercukupi karena ritual makan yang selalu berantakan. Alasannya hanya satu, aku tidak mau anakku kurus. Padahal kurus belum tentu sakit. Malah dengan memberikan makanan dengan kadar gula tinggi inilah dia menjadi semakin malas makan. Bukannya semakin berisi, malah semakin tidak sehat. Walaupun berat badannya sempat naik ketika aku rajin memberikan susu formula sesering mungkin, tapi tetap saja itu tidak pernah bertahan lama. Hanya bertahan satu atau dua minggu saja. Entah kenapa selalu ada penyebab hilangnya berat badan anakku, terserang flu lah, batuk lah, atau tiba-tiba saja demam dan muntah-muntah. Dia menjadi semakin tidak berminat untuk makan.

Bukan hanya itu, aku punya kesalahan lain. Aku memang menyikat gigi anakku dua kali sehari, tapi itu tanpa odol. Aku takut jika dia menelan odol dan membahayakan kesehatannya. Wajar saja merasa khawatir, odol tetap saja bahan kimia yang tidak boleh ditelan. Tapi kata dokter, odol yang dikhususkan bagi anak dari usia 0 tahun, mengandung zat-zat yang tidak membahayakan. Namun penting untuk tetap mengajarkan anak supaya tidak menelan odol saat memggosok gigi.

Selama ini aku salah.

Diakhir, dokter pun mengatakan kalimat yang sangat menusuk dihati namun menyadarkan.

"Benar kan apa yang saya jelaskan tadi? Coba deh mulai sekarang rubah pola makan anak. Gunakan bahan makanan yang alami, jangan yang aneh-aneh. Jadi orang tua itu memang berat. Tapi memang begitulah tugasnya"


_________________________________________

Kesimpulan yang bisa aku ambil dari panjangnya penjelasan ini adalah:
  1. Konsumsilah real food. Real food adalah makanan yang proses pengolahannya tidak terlalu berlebihan, tidak menggunakan pengawet, pewarna dan perasa. Semakin alami makanannya, maka akan semakin baik.
  2. Kebutuhan utama manusia adalah makanan padat, bukan susu. Jadi biasakan anak mengkonsumsi makanan padat agat terbiasa mengunyah dan menelan dengan benar.
  3. Makanan tinggi gula hanya akan merusak selera makan anak.
  4. Gantilah susu formula dengan susu sapi segar atau UHT. 
  5. Biasakan membilas mulut dengan cara berkumur-kumur dengan air putih setiap selesai makan dan minum minuman manis atau yang ada rasanya.
  6. Jika pola makan anak tidak diperbaiki, sebaik apapun penanganan yang dilakukan terhadap gigi yang terlanjur berlubang akan sia-sia. Tetap saja gigi tersebut akan rusak kembali.
  7. Gosok gigi dengan odol khusus anak itu penting. Karena odol itu lah sumber perlindungan satu-satunya gigi anak. 
Semoga bermanfaat :)



2 comments

  1. Anakku alhamdulillah belum ada gigi bolong, mungkin krn dia jarang makan manis kayak permen. Thanks sarannya neh mbak, aku jadi beneran perhatikan asupan makannnay apa aja agar mencegah gigi berlubang.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaahh bahagianya kalau gigi anak sehat ya, Mba.
      Iya bener, makanan tinggi gula itu bisa cepet banget merusak gigi. Aku aja nyesel karena selama ini sering ngasih makanan begituan.

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)