Masalah Speech Delay pada Anak, Kenali dan Deteksi Sedini Mungkin demi Masa Depannya!

2 comments
Source : freepik.com by demanna

Balita yang belum bisa berbicara lancar sering kali dianggap wajar. Perbedaan perkembangan masing-masing anak menjadi alasan utama kenapa masih banyak orang tua merasa bahwa anak baik-baik saja meskipun kemampuan bicaranya jauh tertinggal dari anak lain seusianya. Mereka yakin bahwa seiring bertambahnya usia anak maka kemampuan bicara juga akan membaik dengan sendirinya.

Memang benar jika pertumbuhan dan perkembangan setiap anak tidak bisa disamakan. Ada yang di usia 2 tahun sudah bisa mengucapkan 2 atau 3 rangkai kata, tapi ada juga yang sudah fasih bercerita dengan kalimat lengkap. Apakah ini normal? Normal selama masih berada dalam range atau rentang usia tumbuh kembang normal anak. Ada acuan yang harus dijadikan patokan. Jika kemampuan bicara anak tidak sesuai dengan acuan yang telah ditetapkan, maka orang tua harus waspada.

Baca juga : Pro-Kontra Memarahi Anak, Kamu Di Tim Mana?

***


Apa itu Speech Delay?

Speech delay atau keterlambatan bicara adalah sebuah kondisi dimana anak merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain diusianya yang seharusnya sudah bisa melakukan itu. Bisa berupa cara bicara yang tidak jelas, penguasaan kosa kata yang sedikit atau kemampuan memahami perkataan orang lain yang buruk. Biasanya indikator yang paling sering dan mudah untuk dijadikan acuan speech delay pada anak adalah kemampuan berbicaranya yang tertinggal.

Dilansir dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dijelaskan dengan detail perkembangan berbicara yang normal pada anak adalah sebagai berikut.


Usia 0 - 6 bulan
🔸️ Sesaat setelah lahir, bayi hanya menggunakan tangisan sebagai satu-satunya cara berkomunikasi 🔸️ Memasuki usia 2-3 bulan, bayi mulai mengeluarkan suara seperti uuh atau aah yang disebut dengan cooing. Bayi juga sudah bereaksi terhadap suara yang ada disekitarnya 🔸️ Melewati usia 3 bulan, bayi akan menoleh dan mencari sumber suara 🔸️ Mendekati usia 6 bulan, bayi sudah mengetahui dan merespon saat namanya dipanggil serta dapat membedakan emosi dan nada bicara baik itu yang diucapkannya sendiri ataupun yang didengar dari orang lain. Cooing mulai berkembang menjadi kemampuan untuk mengucapkan kata tunggal sederhana seperti papapapa, mamamama atau bababa yang disebut dengan babbling 🔸️ Waspada jika bayi tidak menoleh saat dipanggil dari belakang dan tidak ada babbling.

Usia 6 - 9 bulan
🔸️ Bayi sudah mengerti nama atau panggilan orang dan benda, memahami beberapa kata dasar seperti iya, tidak, habis atau mau 🔸️ Intonasi dan nada bicara saat babbling akan menyerupai gaya bahasa ibu 🔸️ Bayi juga sudah mampu mengucapkan kata sederhana seperti papa atau mama meskipun tanpa arti. 

Usia 9 - 12 bulan
🔸️Bayi sudah mengucapkan mama, papa atau panggilan lain untuk ibu dan ayah dengan arti 🔸️ Menengok saat namaya dipanggil 🔸️ Mengerti beberapa perintah sederhana seperti jangan, sini, lihat itu 🔸️ Menggunakan bahasa isyarat untuk mengungkapkan keinginannya seperti menunjuk atau melambaikan tangan 🔸️ Suka meniru kata atau bunyi yang didengarnya 🔸️ Sudah mengerti lebih kurang 70 kata 🔸️ Waspada jika bayi tidak menunjuk dengan jari dan wajah kurang berekspresi pada usia 12 bulan.

Usia 12 - 18 bulan
🔸️ Biasanya sudah mampu mengucapkan 3-6 kata dengan arti meski belum jelas🔸️ Mengangguk atau menggeleng saat ditanya 🔸️ Mampu menunjuk anggota tubuh atau gambar yang diajarkan orang lain 🔸️ Bisa mengerti dan melakukan perintah sederhana seperti ambilkan mainan, duduk, taruh di meja 🔸️ Mendekati usia 18 bulan, penguasaan kosakata anak mencapai 5-50 kata dan bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata 🔸️ Waspada jika tidak ada kata berarti yang diucapkan anak pada usia 16 bulan.

Usia 18 - 24 bulan
🔸️Anak mengalami ledakan bahasa 🔸️ Hampir setiap hari memiliki kosakata baru 🔸️ Dapat merangkai 2 kata seperti mau kue, Ayah minum 🔸️ Dapat mengerjakan perintah dua langkah seperti duduk di kursi lalu minum air putih 🔸️ Senang mendengarkan cerita 🔸️ 50% perkataannya sudah dapat dimengerti orang lain 🔸️ Waspada jika tidak ada kalimat 2 kata yang diucapkan anak yang dapat dimengerti orang lain pada usia 24 bulan.

Usia 2 - 3 tahun
🔸️ Hampir semua kata yang diucapkan anak dapat dimengerti orang lain 🔸️ Sudah terbiasa merangkai kalimat dengan 2-3 kata dan mendekati 3 tahun sudah melebihi 3 kata 🔸️ Mulai menggunakan kalimat tanya 🔸️ Dapat menyebutkan nama dan menjelaskan kegunaan benda yang sering ditemui 🔸️ Sudah mengenal warna 🔸️ Suka bernyayi.

Usia 3 - 5 tahun
🔸️ Tertarik mendengarkan cerita dan percakapan disekitanya 🔸️ Bisa menyebutkan nama, umur dan jenis kelaminnya 🔸️ Mampu berbicara menggunakan kalimat panjang yang lebih dari 4 rangkai kata 🔸️ Memasuki usia 4 tahun, perkataan yang diucapkan sepenuhnya sudah dapat dimengerti orang lain 🔸️ Mampu bercerita dengan lancar dan cukup detail mengenai hal yang dialaminya.



Berdasarkan acuan perkembangan kemampuan bicara anak normal yang telah dijelaskan, sebaiknya orang tua selalu memantau kondisi anak. Segera konsultasikan ke dokter anak atau spesialis tumbuh kembang anak jika anak mengalami keterlambatan bicara.


Dilansir dari situs halodoc.com, pemeriksaan sedini mungkin sangat penting, sebab berbagai terapi medis untuk speech delay biasanya akan berkurang keefektifannya jika dilakukan saat anak sudah lebih besar atau pada usia sekolah.

Sebenarnya orang tua bisa mengetahui kemungkinan terjadinya speech delay dengan membandingkan kemampuan bicara anak dengan anak-anak lain seusianya. Misalnya saja saat berusia 3 tahun dimana anak normal lain sudah mampu mengucapkan narasi singkat, namun anak sendiri hanya mampu mengucapkan Mama, Papa, Mimi, Ayah atau 1 kata yang itu-itu saja. Anak tampak kesulitan untuk mengungkapkan keinginannya karena keterbatasan koleksi kata yang dikuasai. Jika hal ini terjadi, besar kemungkinan anak mengalami speech delay.

Baca juga : 4 Kata Wajib yang Harus Diajarkan Kepada Anak

***


Dampak Speech Delay pada Anak

Source : freepik.com by freepik

Anak yang mengalami speech delay tentu akan berdampak kepada tumbuh kembangnya. Kesulitan untuk berkomunikasi membuat anak menjadi tidak bisa mengungkapkan keinginannya dengan baik, bahkan diusia yang seharusnya sudah mampu mengatakan banyak hal. Anak juga mengalami kesulitan untuk memahami kata-kata lawan bicaranya. Jika berkumpul bersama teman sebayanya, bisa jadi anak dengan masalah speech delay juga mengalami masalah bersosialisasi.

Jika tidak segera ditangani, dampak jangka panjang speech delay bisa saja mengancam masa depan anak. Bersumber dari hellosehat.com, terdapat 3 garis besar dampak jangka panjang pada anak yang mengalami keterlambatan bicara, yaitu:

Buruknya Prestasi Akademik
Dimasa sekolah, anak sangat membutuhkan kemampuan dasar seperti membaca, menulis dan berbicara. Anak yang memiliki masalah speech delay tentu saja akan mengalami kesulitan dalam berucap, menyampaikan pendapat, presentasi, serta memahami kata-kata yang didengarnya. Hal ini sangat mempengaruhi proses belajar mengajar yang dijalaninya sehingga anak merasa kesulitan menangkap pelajaran yang diberikan. Jika pelajaran sulit dimengerti, prestasi akademik anak pasti akan menurun.

Sulit Mendapatkan Pekerjaan
Kesulitan dalam mengikuti proses belajar mengajar di sekolah akan membuat anak cenderung lebih malas dan ancaman putus sekolah bisa saja terjadi. Prestasi akademik yang buruk atau pendidikan yang rendah dapat menghambat langkah anak dalam mendapatkan pekerjaan yang layak dikemudian hari. Meskipun berhasil, mempertahankan pekerjaan juga menjadi hal sulit karena ketidakmampuannya berkomunikasi dengan baik.

Sulit Bersosialisasi
Bersosialisasi dengan orang lain sangat lekat dengan menjalin komunikasi dan hubungan yang baik. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan itu, maka hidup bersosial bisa menjadi momok yang menakutkan. Penyebabnya adalah tidak bisa mengikuti pembicaraan, sharing informasi, bercanda atau sekedar berbasa-basi dengan orang lain dan kelompok. Tidak menutup kemungkinan juga terjadinya fobia sosial yang membuat penderitanya mengalami kecemasan dan ketakutan berlebih ketika berada di tempat umum.

Baca juga : Mempersiapkan Mental Anak Agar Terhindar dari Depresi

***


Sebenarnya Apa Sih Penyebab Speech Delay?

Source : freepik.com by freepik

Setelah mengetahui definisi dan bahaya dari speech delay pada anak, dapat dipastikan bahwa permasalahan ini tidak akan terjadi jika tidak ada penyebab dibelakangnya. Selama ini banyak yang beranggapan bahwa keterlambatan bicara pada anak sepenuhnya disebabkan oleh stimulasi yang kurang dari orang tua. Parahnya lagi, hal ini dianggap biasa dan membaik dengan sendirinya seiring pertambahan usia anak. 

Memang benar salah satu penyebab terjadinya speech delay pada anak adalah  kurangnya stimulasi. Namun perlu diketahui juga bahwa banyak penyebab lain yang bisa mempengaruhi kemampuan bicara anak. Tidak hanya faktor eksternal, tapi juga bisa bersumber dari masalah internal kondisi tubuh si anak tersebut.

Penggunaan Bilingual (Dua Bahasa)
Penggunaan dua bahasa dalam kehidupan anak ternyata dapat menyebabkan speech delay. Sebenarnya tidak masalah jika ingin mengajarkan bahasa asing kepada anak, namun harus dengan cara yang benar. Jika eksekusinya salah, maka bisa membuka peluang terjadinya speech delay. Cara salah yang sering dipraktikkan adalah mencampur dua bahasa dalam satu kalimat, seperti meja biru yang diucapkan menjadi meja blue. Penggunaan kata yang campur-campur ini membuat anak kebingungan untuk merangkai kata sehingga sulit bicara. 

Kurang Stimulasi
Memberikan stimulasi untuk mendukung tumbuh kembang anak sangatlah penting, tidak terkecuali dalam berbicara. Kurangnya rangsangan berkomunikasi dari orang tua atau lingkungan akan berdampak pada pasifnya anak untuk berkata-kata. Padahal anak akan banyak belajar dengan mencontoh tingkah laku dan perbuatan orang disekelilingnya terutama orang tua.

Masalah Pendengaran
Anak yang memiliki masalah pendengaran tidak akan terlihat secara fisik. Salah satu indikator penentunya bisa dilihat jika anak mengalami speech delay. Anak yang mengalami kesulitan untuk mendengar tentunya sangat minim koleksi kata. Jika kata yang dikuasai terbatas, maka anak juga mengalami kesulitan berbicara.

Kelainan pada Rongga Mulut
Adanya ketidaknormalan pada struktur rongga mulut seperti permasalahan pada langit-langit, lidah atau frenulum lidah (jaringan penghubung bagian bawah lidah dengan dasar mulut) yang pendek sehingga menyebabkan keterbatasan gerakan pada lidah yang berujung pada kesulitan berbicara dengan artikulasi yang jelas. 

Gejala Autisme
Tidak semua anak yang mengalami speech delay adalah penderita autisme. Namun salah satu gejala autisme dapat dilihat dari masalah bersosialisasi dan komunikasi yang dialami penderitanya, baik secara verbal maupun non-verbal.

Kerusakan Fungsi Otak dan Sistem Saraf
Beberapa masalah otak juga dapat menjadi penyebab speech delay pada anak. Contohnya adalah anak yang memiliki nilai IQ dibawah rata-rata (retradasi/keterbelakangan mental) atau gangguan bahasa reseptif dan ekspresif yaitu kesulitan memahami bahasa lisan yang didengar dan mengungkapkan apa yang diinginkan. Selain itu penyakit yang mengganggu kerja sistem saraf seperti cedera otak, cerebral palsy (kelumpuhan otak) atau distrofi otot (pengurusan otot akibat kekurangan gizi) dapat mempengaruhi otot-otot yang digunakan untuk proses bicara sehingga berujung kepada masalah speech delay.

Baca juga : W Sitting pada Anak Berbahaya, Benarkah?

***


Apa yang Harus Dilakukan saat Anak Terdeteksi Mengalami Speech Delay?

Source : freepik.com by freepik

Orang tua sudah sepatutnya peduli dengan perkembangan kemampuan bicara anak. Buang jauh-jauh anggapan bahwa anak akan bisa berbicara fasih dengan sendirinya sehingga dibiarkan begitu saja. Jika merasakan kejanggalan dan mendeteksi bahwa anak mengalami ketertinggalan dalam berkomunikasi, jangan menunda untuk segera menemui dokter demi masa depan anak itu sendiri. Semakin dini mendeteksi dan menangani speech delay pada anak, maka semakin besar pula harapan keberhasilannya.  

Dokter akan mendiagnosa penyebab pasti terjadinya keterlambatan bicara pada anak. Dengan mengetahui penyebabnya, penanganan yang tepat bisa dilakukan. Upaya menangani dan mengobati speech delay ini membutuhkan kerjasama banyak pihak yaitu dokter anak, dokter spesialis terkait penyebab seperti spesialis saraf atau THT, psikolog, terapis wicara dan tentunya orang tua.

***


Apa Upaya Mandiri yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Menangani Speech Delay pada Anak?

Source : freepik.com by freepik


Orang tua adalah pihak terdekat anak yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap tumbuh kembangnya. Dalam penanganan speech delay, orang tua dapat memberikan stimulasi ekstra untuk memancing kemampuan bicara anak yang mengalami keterlambatan. Apa saja stimulasi yang bisa diberikan orang tua untuk menangani speech delay pada anak? Lakukan beberapa hal berikut ini.

Berbicaralah Sesering Mungkin kepada Anak
Semenjak masih dalam kandungan, orang tua sudah disarankan untuk mengajak anak berbicara. Begitupun saat lahir, anak juga harus tetap diajak berbicara meskipun belum bisa merespon sebaik orang dewasa. Namun bukan berarti melakukan hal ini tidak memberikan manfaat apa-apa. Sebaliknya, mengajak anak berbicara sesering mungkin dapat merangsang kemampuan bicara sehingga dapat berkembang sesuai usianya. Biasakanlah berbicara dengan membuat narasi singkat tentang apapun, bisa kegiatan sehari-hari, menceritakan benda, warna, anggota tubuh dan apa saja yang diingat.

Jika Tetap Ingin Menggunakan Dua Bahasa, Perkenalkanlah dengan Cara yang Benar
Beberapa kondisi mengharuskan anak untuk berkomunikasi menggunakan dua bahasa. Misalnya ketika anak tinggal di luar negeri atau memiliki orang tua dari negara berbeda. Tidak ada salahnya jika kedua bahasa ini diperkenalkan, asalkan dengan cara yang benar. Dikutip dari situs nakita.grid.id, Psikolog Anak dan Keluarga, Anna Surti Ariani, S.PSi, M.Si, Psi menyarankan beberapa hal dalam mengajarkan bahasa asing pada anak agar terhindar dari speech delay.
1. Konsisten dalam penggunaan
Gunakan satu bahasa untuk satu kalimat, lalu setelahnya terjemahkan ke dalam bahasa lain. Bisa juga dengan berbagi peran dengan ayah, misalnya ayah menggunakan bahasa Inggris, Ibu menggunakan bahasa Indonesia. 
2. Lihat tempat
Penggunaan dua bahasa juga bisa dibagi berdasarkan tempat. Misalnya jika tinggal di luar negeri, anak bisa diajarkan berbahasa asing saat di luar rumah dan menggunakan bahasa Indonesia ketika di rumah.
3. Pembagian waktu
Orang tua dapat membuat jadwal untuk menggunaan masing-masing bahasa. Misalnya satu hari ini menggunakan bahasa asing, hari esoknya menggunakan bahasa Indonesia. Ini dilakukan seterusnya secara bergantian.

Respon Setiap Kali Anak Berbicara Meski Tidak Jelas
Mulai sejak bayi, orang tua harus merespon apapun yang diungkapkan oleh anak. Meskipun hanya dalam bentuk tangisan, cooing, babbling atau ocehan tak berarti. Orang tua bisa menanyakan apa yang diinginkan anak dengan menirukan kembali perkataannya sebatas apa yang bisa ditangkap. Ulangi menanyakan berbagai kata dengan mengira-ngira apa yang dimaksud anak hingga menemukan jawabannya. Meskipun terlihat sulit, namun dengan cara ini anak lebih merasa dipedulikan dan memancing keinginannya untuk berkata-kata kembali jika menginginkan sesuatu. 

Gunakan Artikulasi yang Jelas dan Benar
Jangan sekali-kali menggunakan bahasa bayi! Misalnya menyebut merah dengan ejaan melah seolah menirukan ucapan anak yang masih belum mampu mengucapkan huruf R. Berbicaralah dengan artikulasi yang benar agar anak tidak meniru dan menganggap benar apa yang diucapkannya. Bisa saja saat mendengar orang lain mengatakan kata pelesetan tersebut dengan ejaan yang benar dan artikulasi yang jelas, anak menjadi kebingungan dan mengaanggap itu adalah dua kata berbeda. 

Bacakan Buku
Membacakan buku kepada anak dapat menambah pembendaharaan kata yang dimilikinya. Dalam satu cerita dongeng singkat saja bisa terdiri dari beratus-ratus kata. Jika ingin anak tertarik dan lebih banyak berinteraksi saat orang tua membacakan buku, pilihlah buku anak yang bergambar dan berwarna. Sekarang juga banyak dijual buku anak yang dapat mengeluarkan suara, bergambar timbul, atau terdapat beberapa bagian kertas yang dirancang khusus agar dapat ditarik, dibuka atau diputar dan menampilkan gambar lain dibaliknya. 

Ajak Bernyanyi
Anak-anak menyukai keceriaan. Memperkenalkan kata melalui nyanyian dan diikuti gerakan dapat menarik perhatiannya. Orang tua jangan enggan untuk terlihat seperti anak-anak. Justru dengan memasuki dunia merekalah, anak dapat dengan mudah terlibat dalam aktifitas yang diciptakan. Pilihlah lagu anak yang memiliki lirik sederhana dan singkat agar anak tidak kesulitan jika ingin mengikutinya.

Bersosialisasi
Bawalah anak keluar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Anak akan menemui dan melihat banyak hal yang memancing rasa penasarannya. Orang tua harus mengambil kesempatan ini untuk memperkenalkan segalanya dengan bercerita. Ajak pula anak untuk bermain dengan anak-anak seusianya. Biasanya dengan bermain bersama, anak merasa lebih tertantang untuk berbicara lebih.

Jangan Berikan Permainan yang Membuat Anak Pasif dan Tak Mau Berinteraksi dalam Waktu Lama
Hindari memberikan permainan yang membuat anak terpaku terlalu lama dan tidak peduli dengan keadaan sekitar. Gadget diyakini memberi andil besar dalam masalah speech delay yang dialami anak. Meskipun sebagian anak memang cenderung pasif selama menggunakan gadget, namun bukan disitulah inti permasalahannya. Sebenarnya apapun aktifitas yang dilakukan anak, entah itu bermain gadget, menggambar, mewarnai, menyusun balok atau puzzle, selama orang tua tidak turut ambil bagian didalamnya, tetap saja anak akan sibuk sendiri dan tenggelam dalam permainannya. Ajaklah anak berbicara dan bercerita sesekali mengenai aktifitas yang sedang dilakukan. Jika anak masih merespon, berarti aktifitas tersebut bisa dilanjutkan dan diulang kembali dikemudian hari. Tapi jika anak diam saja saat diajak bicara dan tidak merespon sedikitpun, hentikan aktifitas tersebut dan gantilah dengan aktifitas lain yang lebih interaktif.

Baca juga : Tips Mendapatkan Dampak Positif Gadget untuk Tumbuh Kembang Anak


Orang tua harus konsisten memberikan stimulasi agar masalah speech delay anak dapat ditangani. Semakin rajin orang tua memberi stimulus, maka semakin cepat pula kemampuan bicara anak meningkat. Orang tua memiliki peran besar dalam memberikan stimulasi pada anak, karena orang tua membersamai dan menghabiskan waktu yang paling lama dengan anak.

***


Masalah speech delay dapat dicegah jika anak mendapatkan stimulasi yang cukup untuk menunjang kemampuan berbicaranya. Mendeteksi sedini mungkin menjadi kunci untuk memberikan penanganan segera agar speech delay tidak semakin parah dan menjadi sulit diatasi. Orang tua harus paham dan jeli dalam memantau tumbuh kembang anak. Pelajari dan pahami acuan perkembangan kemampuan bicara anak normal dan jangan malu untuk meminta bantuan profesional jika menemukan masalah dan ketidaksesuaian perkembangaan anak dengan standar yang seharusnya.

Semoga bermanfaat.

***

Referensi
alodokter.com
halodoc.com
hellosehat.com
idai.or.id
klikdokter.com
nakita.grid.id
pusatterapibermain.com
sehatq.com
tirto.id



2 comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)