Anak Suka Berteriak? Jangan Langsung Dimarahi, Cari Tahu Penyebabnya dan Atasi dengan Tips Ini

2 comments
Source : freepik.com by drobotdean
_____________

"Aaaaaarrggh! Ini mainan punyaku sendiri! Adek nggak boleh pegang!"
"Sssstttt! Jangan teriak-teriak gitu dong, Nak! Sakit nih telinga Bunda."

Siapa yang anaknya juga suka berteriak?
____________

Beberapa bulan belakangan ini anak pertamaku sering kali berteriak kencang dalam berbagai kondisi. Disaat dia bermain, ketika diberi tahu atau dilarang melakukan sesuatu, bahkan bisa tiba-tiba saja berteriak tanpa sebab. Aku sering merasa kesal dan berujung dengan memarahinya. Namun ternyata cara seperti ini tidak dapat merubah kebiasaan tersebut, malah kebiasaan berteriaknya semakin menjadi-jadi. Berbicara pun sering dengan intonasi yang keras, padahal dulu dia tidak seperti itu.

Tidak masalah jika berteriak disaat anak terlalu semangat bermain atau merasa antusias terhadap sesuatu. Tapi kalau berteriak itu sengaja dilakukan hanya untuk hal-hal yang sebenarnya bisa diucapkan dengan baik, tentunya akan sangat mengganggu orang disekitar dan memicu timbulnya masalah baru yang lebih kompleks jika anak melakukannya di tengah keramaian.


***


Apa yang Menyebabkan Anak Suka Berteriak?

Source : freepik.com by peoplecreations

Merasa bahwa berteriak bukanlah sebuah kebiasaan yang bisa dibiarkan begitu saja, aku berusaha mencari informasi mengenai hal ini. Banyak pertanyaan yang muncul dan membuatku begitu penasaran. Kenapa tiba-tiba saja dia memiliki kebiasaan baru yang sebelumnya jarang sekali dilakukan? Apakah butuh penanganan khusus ataukah memang sebuah hal normal bagi anak seusianya?


Dilansir dari situs haibunda.com, "Anak usia 2-3 tahun sangat senang berteriak kerena dia sedang mengeksplorasi suara yang dimilikinya. Jadi, memang itu tahapan perkembangan yang akan dilalui anak."

Hal senada juga dinyatakan dalam buku 'Anti Panik Mengasuh Bayi 0-3 Tahun' terbitan Tiga Generasi, "Selain memukul, anak usia 2-3 tahun senang berteriak karena ia sedang mengeksplorasi suara yang dimilikinya. Untuk mengurangi alasan anak cranky atau berteriak, pastikan ia tidur yang cukup dan sudah kenyang sebelum keluar rumah untuk bepergian." 


Walaupun tergolong perkembangan anak normal, kebiasaan berkomunikasi dengan berteriak ini tetap saja tidak boleh luput dari perhatian orang tua. Anak harus diberi pemahaman bahwa berteriak kencang dapat mengganggu orang lain dan itu bukanlah perbuatan yang baik.

Jika anak berteriak, jangan langsung dimarahi. Orang tua harus peka mencari tahu penyebab kenapa anak bisa berteriak. Berteriak dapat menjadi sebuah cara bagi anak untuk menyampaikan keinginannya atau melampiaskan emosinya. Berikut beberapa penyebab anak berteriak yang bisa dijadikan poin acuan bagi orang tua agar dapat menemukan alasan kenapa anak melakukannya.


1 Menarik Perhatian
Penyebab pertama yang membuat anak berteriak kencang adalah untuk menarik perhatian sekitar. Bisa saja ayah atau bunda terlalu sibuk dengan kegiatan masing-masing sehingga anak merasa kurang diperhatikan dan diabaikan. Anak berpikir dengan berteriak perhatian orang tua akan tertuju padanya.

2 Mengeksplorasi Suara
Seperti telah disinggung sebelumnya, anak usia 2-3 tahun sangat senang berteriak karena ingin mengeksplorasi suaranya termasuk dengan cara mengencangkan volume. Keingintahuan anak yang besar terhadap suara yang dimilikinya membuat ia banyak mencoba-coba hal baru, salah satunya adalah berteriak untuk mengenali dan bermain dengan suaranya sendiri.

3 Cara Berkomunikasi
Teriakan bisa saja menjadi salah satu bentuk komunikasi anak untuk menyampaikan sesuatu. Keterbatasan kosa kata anak dalam menjelaskan secara detail akan memancingnya mengambil jalan pintas yaitu dengan berteriak. Mungkin anak marah ketika jam bermainnya terganggu, kesal karena ucapannya tidak dapat dimengerti, cemburu saat perhatian orang tua teralihkan, kesakitan, ketakutan atau keinginan besar terhadap sesuatu yang sulit ia dapatkan.

4 Keadaan Disekitar Bising
Sama dengan orang dewasa yang mengencangkan suaranya saat berbicara ketika keadaan disekitar terlalu berisik, anak-anak juga melakukannya ketika suara mereka kalah saing dengan suara yang lain. Bisa saja karena volume televisi yang terlalu keras, suara keramaian, atau obrolan orang tuanya bersama teman yang dirasa sangat berisik.

5 Meniru Orang Disekitar
Anak adalah peniru ulung, dengan mudah ia akan meniru semua kebiasaan yang dilakukan oleh orang disekitarnya. Anak belum mampu membedakan mana yang baik dan mana yang buruk untuk ditiru, termasuk dalam hal berteriak. Bisa saja tanpa disadari anak sering menyaksikan seseorang bertengkar dengan sesekali mengeluarkan teriakan atau orang tua yang memarahinya dengan nada suara keras.

6 Melampiaskan Energi yang Dimiliki
Anak butuh beraktifitas untuk membakar energi dalam tubuhnya. Jika tidak ada kegiatan fisik yang dilakukan, bisa jadi ia memilih berteriak, menjerit atau mengamuk sebagai cara sempurna untuk menyalurkan energi yang dimilikinya.

7 Merasa Berkuasa
Dilansir dari situs parenting.orami.co id, "Saat Balita berumur 3-5 tahun, dia akan mulai merasa memiliki kekuatan untuk menyuruh orang lain melakukan apa yang dia mau. Jika tidak dituruti, dia akan berteriak kencang dan bersikap seolah-olah semua orang harus menurutinya."
Jadi dengan berteriak inilah anak menunjukkan rasa berkuasanya untuk memperoleh apa yang diinginkan.



***


Bagaimana Cara Mengatasi Anak yang Terbiasa Berteriak?

Source : freepik.com by freepik

Anak yang berteriak pasti ada penyebabnya. Jika pemicu kebiasaan berteriak anak bisa diminamilisir dan penyebab pasti anak berteriak bisa diketahui orang tua dengan tepat, pasti secara perlahan anak akan mampu mengontrol diri dan paham bahwa berteriak bukanlah sesuatu yang baik untuk dilakukan. Lantas apa saja usaha yang dapat dilakukan orang tua untuk mengatasi anak yang suka berteriak? Berikut beberapa tips yang dapat membantu.


1 Jangan Langsung Memarahi Anak
Saat mendengar anak berteriak kencang biasanya orang tua reflek mengarahkan jari telunjuk ke bibir dan berkata "Sssttttt, jangan teriak!" dengan intonasi kuat dan raut muka kesal. Lebih ekstrimnya lagi, orang tua malah ikutan berteriak memarahi anak dan berharap sang anak segera diam. Padahal cara seperti ini tidak akan menyelesaikan masalah, malah berdampak sebaliknya. Anak bisa marah karena apa yang dia harapkan tidak terpenuhi dan mungkin saja teriakan orang tua akan menjadi pembenaran atas tindakannya sehingga akan diulang kembali dilain waktu..

2 Cari Tahu Penyebabnya dengan Tenang
Sebaiknya orang tua mengontrol emosi terlebih dahulu sebelum berkomunikasi dengan anak. Jika diri sendiri sudah dirasa tenang, dekati anak dan tanya apa yang ia inginkan atau tebak sebisa mungkin jika anak belum bisa berbicara dengan lancar. Berilah pelukan yang menenangkannya dan gunakan nada suara lembut agar anak merasa nyaman untuk mengutarakan keinginannya. Dengan cara seperti ini orang tua bisa mengerti apa yang sebenarnya diinginkan anak.

3 Beri Anak Perhatian yang Cukup
Hidup anak sangat bergantung kepada orang terdekatnya, terutama orang tua. Dari siapa lagi anak akan mendapatkan perhatian jika bukan dari keluarganya sendiri. Maskipun orang tua memiliki banyak kesibukan diluar mengasuh anak, namun menghilangkan waktu bersama anak bukanlah hal yang bisa dilakukan seenaknya. Anak membutuhkan quality time bersama orang tua dan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembangnya. Jika quality time ini hilang, akan banyak perilaku menyimpang anak yang salah satunya bisa dilihat dari kebiasaan berteriak.

4 Jangan Beri Contoh Berteriak
Bisa jadi penyebab anak berteriak adalah kebiasaan yang sering ia lihat dari orang disekitarnya. Maka penting bagi orang tua atau anggota keluarga lain untuk menjaga sikap di depan anak agar tidak ada kelakuan buruk yang diikutinya. Anak berusia di bawah 5 tahun sangat mudah meniru kebiasaan orang lain karena rasa keingintahuannnya yang tinggi untuk mencoba hal baru. Apalagi hal tersebut selalu dilihatnya setiap hari, tentu saja membuka kemungkinan besar anak melakukan hal yang sama dalam kesehariannya. Tidak peduli baik atau buruk, karena memang anak belum mengerti konsep seperti itu saat pertama kali menyaksikannya. Jadi orang tua jangan sekali-kali berteriak di depan anak jika tidak ingin anaknya berteriak.

5 Tanamkan Konsep
Anak belum terlalu mengerti baik atau buruk hal yang dilakukan, apalagi itu merupakan pengalaman baru baginya. Jika anak sudah mulai menunjukkan kebiasaan berteriak, orang tua harus segera mengatasinya dengan menanamkan konsep bahwa berteriak bukanlah hal baik dan dapat membuat orang disekitar tidak nyaman. Dari pada mengalihkan perhatian anak kepada hal lain saat ia berteriak, lebih baik jika menanamkan konsep dalam dirinya bahwa berteriak adalah hal buruk yang mengganggu. Misalnya bermain dokter-dokteran dengan berpura-pura sakit telinga karena mendengar teriakan orang lain, bekerja sama dengan ayah untuk membuat sebuah adegan dimana ayah sangat merasa terganggu ketika ibu berbicara dengan nada keras, atau memberi tahu anak melalui sebuah cerita yang dibacakan sebelum tidur, baik karangan sendiri atau dari buku dongeng, terkait buruknya kebiasaan berteriak ini.

6 Punishment dan Reward
Memberikan ganjaran ketika anak melakukan hal buruk dan memberikan penghargaan saat ia berlaku baik adalah cara ampuh untuk mengajarkan berbagai hal pada anak. Bukan hanya itu, orang tua juga bisa memegang kendali atas tingkah laku anak dengan bersikap tegas selama menjaga komitmen dalam menjalankan punishment dan reward ini. Misalnya jika anak berteriak untuk meminta cemilaan kesukaannya, orang tua bisa menjelaskan bahwa anak hanya akan mendapatkan cemilan jika berbicara dengan baik dan pelan. Semakin kencang berteriak, maka semakin tidak mungkin anak mencicipi cemilannya. Namun jika meminta dengan baik, anak akan diberikan porsi lebih.



***


Orang tua dituntut untuk kreatif dalam mendidik anak. Marah boleh, tapi jangan sampai menyakiti fisik dan mentalnya. Marah hanya sekedar untuk menegaskan kepada anak bahwa ia tidak bisa berlaku seenaknya. Arahan orang tua dapat membantu anak agar bertingkah laku baik sesuai dengan norma dan peraturan yang ada. Tetap gunakan kata-kata yang wajar namun dengan penekanan intonasi supaya anak tahu bahwa orang tua juga dapat mengambil tindakan tegas jika ia tidak mau mendengar dan tetap melakukan sesuatu yang salah.

Jadi mulai sekarang jangan buru-buru memarahi anak jika ia berteriak, ya. Bisa jadi anak butuh perhatian, ingin menyampaikan sesuatu, atau belum memahami bahwa berteriak itu bukanlah sebuah kebiasaan yang baik.

Semoga bermanfaat :)


Referensi:
Buku Anti Panik Mengasuh Bayi 0-3 Tahun terbitan Tiga Generasi
id.theasianparent.com
parenting.orami.co.id
popmama.com


2 comments

  1. suka lihta anak tetangga seperti itu, perlu kesabaran dan ortu hrs mengerti apa yg dimaui anak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, orang tua harus punya stok sabar yang tak berbatas 😁

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)