Ibu Rumah Tangga Kuliah Lagi, Buat Apa?

20 comments

Foto : freepik.com

Ibu bekerja yang lanjut kuliah S-2 pasti dianggap biasa. Tapi bagaimana jika seorang ibu rumah tangga yang melanjutkan studinya ke program magister? Apakah penilaiannya masih sama?


Ibu rumah tangga memang tidak dituntut untuk berpendidikan tinggi, sehingga jika ada ibu rumah tangga yang memutuskan untuk kuliah lagi akan dianggap melakukan sesuatu yang tidak penting serta hanya membuang-buang waktu dan uang saja. Buat apa? Ijazahnya dipakai untuk apa? Gelarnya tidak akan digunakan untuk penyetaraan apapun, bukan? Kenapa harus susah-susah kuliah lagi?


Entah akan berkarir atau berumah tangga, seorang wanita wajib berpendidikan tinggi, karena ia akan menjadi ibu. Ibu-ibu cerdas akan menghasilkan anak-anak cerdas.

Dian Sastrowardoyo - aktris, ibu rumah tangga, Master Manajemen Keuangan


Jika dilihat sekilas, ibu rumah tangga memang dianggap tidak membutuhkan gelar untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Tapi tahukah bahwa ibu bukan hanya berperan untuk urusan sumur, dapur dan kasur saja? Ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya, ibu adalah penenang dalam keluarga, ibu harus bisa memiliki pikiran yang rasional dan kemampuan pemecahan masalah yang baik, ibu harus bisa menjadi teman bicara suami, dan ibu juga berhak untuk mengembangkan diri untuk sukses. Semua itu tentunya membutuh dukungan ilmu yang salah satunya bisa didapat dari jalur pendidikan.


Baca juga : Wanita Berdaster Jangan Minder, Ini Tipsnya!


***


Manfaat Ibu Rumah Tangga yang Memiliki Pendidikan Tinggi

Foto : freepik.com

Tidak ada salahnya saat seorang ibu rumah tangga memutuskan untuk kuliah lagi. Jika bisa membagi waktu dengan baik, tidak melupakan tugas utamanya mengurus keluarga, maka dengan kuliah akan banyak manfaat yang dirasa. Tidak hanya bagi si ibu itu sendiri, namun bisa berpengaruh positif pula bagi keluarga. Apapun alasan yang melatarbelakanginya, berikut 7 manfaat yang akan didapat jika ibu rumah tangga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dijamin nggak bakalan rugi!


Mendapat Gelar

Setiap mahasiswa pasti mendapatkan title gelar setelah berhasil menyelesaikan studinya. Begitu pula dengan ibu rumah tangga, akan ada gelar tambahan dibelakang nama setelah lulus nanti. Meskipun tidak terpakai untuk melamar kerja dan naik jabatan, tapi dengan memiliki gelar menyiratkan makna yang lebih dari sekedar pencantuman saja. Ibu rumah tangga yang "bergelar" secara tidak langsung menunjukkan bahwa ia adalah wanita berpendidikan, lebih cerdas, solutif dan berkelas. Mungkin saja dengan gelar tersebut akan berpengaruh terhadap penilaian dan perlakuan orang lain dalam kehidupan bersosial.


2 Memperoleh Ilmu yang Benar-Benar Dibutuhkan

Ibu rumah tangga yang tidak terikat dengan pekerjaan, pasti lebih cenderung memilih jurusan yang benar-benar dibutuhkan di kehidupan atau yang dapat menunjang impiannya. Tidak masalah jika jurusan kuliah sebelumnya tidak sebidang dengan jurusan yang diinginkan, karena sudah banyak universitas yang menyediakan mata kuliah penyesuaian. Mungkin saat masih muda dulu menganggap kuliah adalah kewajiban yang harus dijalani, sehingga jurusan yang tempuh belum tentu sesuai passion. Setelah semakin dewasa, pengalaman hidup dan penilaian terhadap kebutuhan diri, pasar atau masyarakat bisa saja merubah pandangan terhadap jurusan yang benar-benar sesuai. Menjalani masa studi akan jauh lebih serius dan pastinya akan meningkatkan penyerapan ilmu saat belajar sehingga dapat mengembangkan diri dengan maksimal.


3 Mematangkan Pola Pikir

Selain gelar dan ilmu, kuliah sudah terbukti dapat mematangkan pola pikir lulusannya sehingga dapat melihat sebuah permasalahan dari sudut pandang yang tepat serta menemukan pemecahan masalah tersebut sesuai dengan ilmu yang didapatkan selama kuliah. Ini tentunya sangat berguna jika diterapkan dalam kehidupan keluarga. Ibu bisa lebih baik lagi dalam menyikapi permasalahan rumah tangga, permasalahan parenting, permasalahan keuangan dan berbagai permasalahan hidup lainnya. Ibu sebagai nadi keluarga tentunya membutuhkan pengelolaan emosi dan kemampuan pemecahan masalah yang baik. Dengan demikian, keharmonisan dan kestabilan kehidupan berkeluarga dapat terjaga serta kehidupan sosial yang berkualitas.


4 Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Jika selama ini kehidupan ibu rumah tangga selalu disangkutpautkan dengan wanita berdaster dan hanya bertugas mengurus urusan rumah, kenyataannya ibu rumah tangga juga bisa melakukan sesuatu yang sama dengan orang lain, yaitu berpendidikan tinggi. Pemilik gelar sarjana atau pascasarjana pasti dipandang setingkat lebih tinggi, apalagi untuk seorang ibu rumah tangga. Pengakuan sosial ini akan meningkatkan kepercayaan diri ibu rumah tangga karena tidak dipandang "biasa" lagi. Ilmu dan pengembangan diri yang didapat selama kuliah pasti memberikan perubahan, mungkin dari cara berbicara, berpikir, bertindak atau memberikan solusi. Hal ini juga akan memudahkan ibu rumah tangga untuk berbaur dengan semua kalangan masyarakat sehingga keberadaannya lebih dihargai dan dihormati.


5 Mewujudkan Impian

Kesempatan emas untuk melanjutkan pendidikan ditengah kesibukan mengurus keluarga pasti tidak akan disia-siakan begitu saja, sehingga masa studi akan dilalui dengan penuh keseriusan. Pemilihan jurusan untuk melanjutkan kuliah akan didasarkan kepada kebutuhan dan impian yang hendak dicapai. Bekal ilmu yang tepat ini akan memudahkan ibu rumah tangga dalam proses menggapai apa yang diinginkan. Misalnya mengambil jurusan Ilmu Komunikasi agar dapat menjalankan bisnis yang telah direncanakan, jurusan Desain atau Tata Busana jika ingin mengejar cita-cita sebagai desainer atau Tata Boga jika ingin membuka usaha catering, cafe, restaurant, bakery dan sejenisnya. Jalan untuk mewujudkan impian akan terbuka dan kesempatan mewujudkannya menjadi lebih besar.


6 Membanggakan Keluarga

Orang lain saja memandang lebih akan gelar magister atau bahkan doktor yang dimiliki seorang ibu rumah tangga, apalagi keluarga yang memiliki hubungan erat dengan ibu, tentu saja memiliki kebanggaan tersendiri karena memiliki wanita spesial di tengah mereka. Ibu bisa menjadi teman bicara yang sepadan dengan suami atau dengan teman-teman seprofesinya. Anak-anak juga akan kagum dan bangga saat menceritakan ibu mereka kepada teman, guru atau siapapun disekitarnya. Secara tidak langsung, pendidikan tinggi ibu akan menanamkan semangat belajar dan keinginan untuk menggapai hal serupa seperti apa yang dimiliki ibu mereka. 


7 Menambah Relasi

Meskipun bukan tujuan utama, memasuki kembali dunia pendidikan pasti membuka kesempatan untuk bertemu orang-orang baru. Program pascasarjana biasanya diisi oleh mahasiswa lintas generasi dengan usia yang bervariasi. Ditambah lagi dengan hadirnya dosen-dosen cerdas yang bisa ditanyakan banyak hal terkait studi yang diambil. Hubungan yang terbentuk ini sangat menguntungkan dalam upaya pegembangan diri ibu, seperti mencari tahu gaya hidup masa kini kepada kenalan yang masih berusia muda atau belajar banyak pengalaman bersama teman yang lebih tua. Seperti yang sudah sama-sama diketahui, relasi merupakan poin penting dalam melancarkan proses mewujudkan banyak hal, seperti untuk urusan administrasi, akses informasi, celah peluang dan sebagainya.


Baca juga : Mengurus Dua Anak Sendiri tanpa Pengasuh dan Asisten Rumah Tangga? Bisa Kok!


***


Ibu Penting Pertimbangkan Beberapa Hal Ini Sebelum Kuliah Lagi

Foto : freepik.com

Disamping banyaknya manfaat yang didapatkan ibu rumah tangga setelah melanjutkan kuliah dan menyelesaikan pendidikan setinggi mungkin, ibu juga perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut agar tetap dapat menyeimbangkan antara aktifitas dan kebutuhan kuliah dengan tanggung jawab rumah tangga.


Diskusikan dengan Suami

Apapun yang dilakukam istri, sudah selayaknya harus didiskusikan terlebih dahulu dengan suami. Apalagi mengenai rencana kuliah yang bisa saja mempengaruhi kehidupan keluarga nantinya. Peran suami juga sangat dibutuhkan untuk memberikan dukungan, baik dari biaya, waktu, semangat atau berbagi sedikit tugas rumah tangga dan menjaga anak. 


Kondisi Keluarga

Ibu adalah orang yang paling mengerti bagaimana kondisi keluarga. Masa kuliah pasti membutuhkan waktu untuk belajar, sehingga kondisi keluarga yang merupakan tanggung jawab utama ibu sangat menentukan kelancaran studi tersebut. Misalnya jika saat ini masih ada anak-anak yang membutuhkan kehadiran ibunya seharian penuh dan belum mandiri, sedangkan tidak ada orang lain yang bisa dititipkan, maka sudah pasti saat itu bukanlah waktu yang tepat untuk kuliah. Menunggu beberapa tahun lagi bisa menjadi pilihan tepat meskipun butuh kesabaran dan keikhlasan untuk menundanya.


Biaya Kuliah

Kebutuhan hidup yang semakin mahal tentu membutuhkan pengelolaan keuangan yang tepat dalam rumah tangga. Pastikan keseluruhan biaya kuliah mulai dari uang pangkal, uang semester atau uang-uang lainnya tidak mengorbankan kebutuhan pokok keluarga seperti makanan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Jika butuh waktu untuk menabung, lebih baik menunda sebentar waktu kuliah agar tidak menyusahkan dan berujung masalah kedepannya.


Metode atau Waktu Kuliah yang Paling Memunginkan

Sebelum memutuskan universitas mana yang akan dipilih, tentukan dulu ketersediaan waktu yang dimiliki. Apakah bisa untuk mengikuti kuliah tatap muka pagi, malam atau kuliah daring yang tidak terikat tempat dan waktu. Jika bisa menitipkan anak sementara kepada orang yang dipercaya, maka kuliah tatap muka bisa dipilih sesuai dengan ketersediaan waktu yang paling memungkinkan. Tapi jika ibu tidak bisa meninggalkan rumah dan tidak bisa memastikan kapan waktu yang bisa diluangkan untuk kuliah, maka metode kuliah daring akan sangat membantu. 


Universitas

Memilih universitas untuk melanjutkan kuliah lagi mungkin menjadi sebuah pilihan sulit bagi seorang ibu rumah tangga. Banyak batasan dan kriteria yang harus disesuaikan dengan tugas mengurus rumah dan anak. Pastikan universitas yang dipilih sesuai dengan anggaran dana yang dimiliki, pilihan metode dan waktu kuliah yang bisa diikuti serta lokasinya yang tidak terlalu sulit dijangkau. Pastikan pula akreditasi resmi dari jurusan dan universitas pilihan, karena bagaimanapun akreditasi merupakan parameter penting sebagai bukti diakuinya instansi pendidikan tersebut serta kualitas dan keunggulannya. 


Baca juga : Mengerjakan Pekerjaan Rumah Tangga Juga Ada Ilmunya, lo! Yuk, Simak 8 Tips Berikut


***


Status yang sudah berbeda pasti sedikit-banyaknya mempengaruhi pemilihan universitas, waktu kuliah atau metode belajar. Mungkin akan ada beberapa pengorbanan untuk menekan sedikit ambisi diri karena sudah ada tanggung jawab wajib yang diemban selain kuliah. Misalnya jika keinginan hati ingin kuliah di kampus terbaik, ternyata tidak tersedia program kuliah secara daring dan hanya ada jam kuliah pagi, maka ibu sebaiknya menurunkan ego agar tidak memaksakan diri kuliah disana jika tidak bisa meninggalkan anak direntang waktu tersebut. Contoh lainnya juga biasa terjadi dalam menyesuaikan biaya kuliah dengan keuangan keluarga atau lokasi universitas. Makanya ibu sangat penting sekali untuk benar-benar merencanakan dan membicarakan tentang melanjutkan kuliah ini dengan suami atau anak jika sudah bisa diajak berdiskusi.


Ibu rumah tangga bukanlah wanita yang terbelenggu dengan urusan rumah, namun ibu rumah tangga juga berhak melakukan apa saja yang diinginkan asalkan masih bermakna positif dan tidak mengganggu kewajiban utamannya sebagai pengurus pekerjaan domestik rumah tangga. 


Meskipun jalan yang dilalui lebih menantang dan kesibukan menjadi berlipat ganda, pada akhirnya perjuangan dan pengorbanan ibu selama menjalankan studi akan banyak memberikan manfaat bagi diri sendiri, keluarga dan mungkin nanti untuk lingkungan sekitar secara lebih luas. 


Semoga bermanfaat.


20 comments

  1. Setujuuuuu banget baca ini :). Temen2ku banyak yg ibu runah tangga tapi lulusan S2 mba. Malah ada 1 yg sdg ambil S3 . Aku sempet heran memang, tapi kemudian sadar, kalo menuntut ilmu mah ga ada batasan cuma buat orang2 yg berkarir. Ibu rumah tangga juga berhak, apalagi kalo dia punya tanggungan anak yg wajib dia didik. Sekolah pertama anak2 itukan dr ibunya. Kalo ibunya ga mampu mengajari, mau siapa lagi :).

    Akupun ibu RT, tp bukan lulusan master, hanya sarjana :D. Krn pas lulus aku sempet kerja dulu. Sbnrnya pak suami sih ngizinin kalo aku mau kuliah lagi, tp ntr ajalah. Apalagi sdg pandemi gini. Mungkin kalo sudah selesai, aku pertimbangan lagi utk kuliah ambil master.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, semua ibu berhak kok kuliah lagi, berhak untuk menjadi lebih pintar dan berhak mengembangkan diri.
      Semoga dipermudah ya Mbak kalau nanti mau ngambil master :)

      Delete
  2. Ada satu hal yang membuatku ingin kuliah lagi. Yaitu agar aku tau setidaknya sedikit. Mengenai proses kuliah hingga jenjang tinggi. Jadi, nanti saat anak menjejaki proses di jenjang yang pernah aku lalui. Aku bisa berbagi dan memberi motivasi buatnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener banget, Mbak. Kok aku nggak kepikiran sama manfaat yang satu ini ya. Makasih ya Mbak sudah memberi satu poin penting lagi betapa luar biasanya menjadi ibu yang berilmu dan berpengalaman dalam banyak hal. Jadi makin semangat nih buat lanjut kuliah lagi :)

      Delete
  3. jadi inisght buat saya seorang lelaki. awalnya saya pikir, S1 cukup jika menjadi Ibu RT, ternyata lanjut pendidikan pun malah banyak benefit yang didapatkan, bukan hanya buat si ibu, tapi juga si anak dan keluarga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mas. Siapapun itu, apapun statusnya, apapun profesinya, akan jauh lebih baik saat menjadi manusia yang berilmu. Termasuk ibu rumah tangga yang berperan penting dalam mengurus keluarga dan mendidik anak. Salah satu cara memperoleh ilmu itu ya melalui jalur pendidikan :)

      Delete
  4. Halo, salam kenal Mbak. Kebetulan sedang blogwalking dan nemu post ini.

    Post ini sangat-sangat menjelaskan apa yang selama ini aku resahkan, Mbak. Orang-orang di sekelilingku masih skeptis akan pentingnya S2 selain untuk naik jabatan. Padahal dalam benakku, jika aku sdh menikah nanti, aku mau berpendidikan tinggi karena aku ingin membuat anakku bangga dan juga membanggakan anakku karena aku bisa mengajarkannya dari usahaku sendiri.

    Terimakasih Mbak😊

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sayangnya memang masih ada yang menganggap IRT itu tidak perlu berpendidikan tinggi. Sedih sih. Malah kalau mau melanjutkan kuliah ke universitas ternama saja malah diejek, "Ngapain sih kuliah di universitas bagus, abis itu ijazahnya kan nggak dipakai buat apa-apa, kan cuma dapetin gelar doang." -_-

      Sama-sama, Mbak. Semangat!

      Delete
  5. wahh justru bagus kalau ada yang ingin melanjutkan kuliah lagi, pemikiran pemikiran orang yang "kolot" anggap aja angin lalu
    tiap orang punya hak untuk terus mengasah ilmunya, aku setujuuu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul, Mbak. Yang penting kita sendiri harus fokus untuk selalu menjadi lebih baik :)

      Delete
  6. Saya Ibu rumah tangga. Sdh lulus s1, dulu nya pernah bekerja di 2 bank yg berbeda. Keluar kerja dan bnr2 jadi iburumah tangga,, awal jd Ibu bnr2 gak Pengen ngejar karir, krn terbayang anak yg sangat dekat dan karena dr lahir tdk pernah jauh dr saya. Skrg usia nya 3 th Ngebayangin berat tp insyaAlloh mau mencoba s2 Dan krn suami sangat mendukung krn suami sudah menyelesaikan master. Melihat tulisan ini saya semakin semangat.. semoga anak tdk rewel semoga misal kembali kuliah bs lbh percaya diri, dan pengetahuan, pertemanan, rejeki dsb bs smkin baik..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat, Mbak. InsyaAllah kalau anak sudah lebih besar, apalagi pas sudah sekolah, merealisasikan untuk kuliah lagi pasti bisa.

      Akupun juga rencananya nunggu anak-anak sekolah dulu. Alasannya sama kayak Mbak, takut ninggalin anak karena dari lahir sudah sama kita.

      Alhamdulillah juga suami Mbak mendukung, bisa dicarikan jalan terbaiknya bersama. Semoga disegerakan S2 ya, Mbak.

      Delete
  7. Terima kasih mba atas tulisan bagusnya. Ijinkan saya untuk curhat sedikit mengenai rumah tangga saya. Saya sedang mengambil program magister di kampus ternama di depok sementara istri saya "hanya" lulusan d3. Perbedaan pendidikan sekaligus pola didik dari keluarga yg berasal dari golongan ekonomi yg berbeda membuat komunikasi kami kurang nyambung shg kehidupan rumah tangga kami hambar. Ketidak yakinan saya dgn dia sudah berjalan 4 tahun sampai sekarang, saya belum mau memiliki anak. Hal ini turut dipengaruhi trauma masa kecil saya yg broken home.

    Adapun, istri saya ini mindset nya malas utk mengembangkan diri...

    Mohon arahannya mba.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Mas. Maaf karena saya bukan ahli pernikahan, jadi saya cuma bisa memberikan pendapat sesuai sudut pandang saya saja, ya. Koreksi bila salah.

      Tidak semua istri ingin melanjutkan pendidikan hingga jenjang paling tinggi. Toh, D3 juga sudah kuliah. Kuliah hanyalah salah satu cara untuk mengubah pola pikir, sedangkan banyak jutaan cara lain yang bisa dilakukan. Buktinya banyak juga kok mereka yang berpikiran maju dan bijak meski tidak berpendidikan tinggi.

      Nah, berhubung Masnya sudah S2, mungkin lebih baim mencari solusi dari pada mengkambinghitamkan pendidikan istri. Bagaimana caranya agar rumah tangga tetap harmonis meski berbeda prinsip dan pemahaman. Karena tidak mungkin memaksakan apa yang kita lakukan, juga dilakukan orang lain.

      Semangat dan semoga segera menemukan solusi yang tepat ya 😊

      Delete
  8. Saya irt hanya lulusan d1,pernah kuliah tp tdk selesai krn kondisi keluarga..sampai sekarang dengan banyak anak masih tersimpan dibenak saya untuk kembali merasakan bangku kuliah meski terkadang memupusnya krn berfikir terlalu egois smntr anak2 lbh membutuhkan ( anak saya ada 5 dan msh kecil).suatu saat saya iseng menemukan universitas terbuka yg mnrt saya fleksibel dg kondisi saya..cm saya bingung harus ambil jurusan apa, mengingat usia juga tak lg muda dan apakah kelak akan juga terpakai 😁.dulu saya pernah juga mengajar TK apakah sebaiknya ambil jurusan paud atau jurusan perpustakaan atau kearsipan ya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Mbak.
      Kalau boleh aku ngasih saran, pemilihan jurusan ini sebenarnya nggak pengaruh sama usia. Selagi ada minat di sana dan ilmunya dibutuhkan untuk cita-cita ke depan (yang mungkin sekarang masih belum bisa fokus mengejarnya), pilih itu aja :)

      Delete
  9. Saya bigung mau mulainya dari mana mbak. tapi intinya saya mau minta saran mbak. saya ingin belajar dan menuntut ilmu lagi setingkat bangku perkuliahan,. dulu sempat kuliah di jurusan sastra inggris setelah itu kami ditransfer secara besar2an ke jur.pendidikkan bahasa inggris. saya sudah masuk semester IX dan hendak mau bikin skripsi tapi sayang tak bisa melanjutkan karna setelah menikah tak ada yg bisa bantu ngurusin surat2 istirahat sementara karena harus bedrest total selama hampir 3tahun lebih. sekarang ingin mulai lagi untuk menuntut ilmu stingkat strata 1. saya sudah sering buka link universita terbuka tapi g' tau bagaimana dan apa yg harus saya tuju. karena kurang pemahaman dan bigung dengan segala syarat dan ketentuannya,. mohon bantuannya mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Kak. Kalau menurutku, bisa dimulai dulu dengan pemilihan jurusannya. Kira-kira mau Sastra Inggris lagi atau yang lain. Baca persyaratannya pelan-pelan karena biasanya instruksinya pasti runtut dan jelas. Kalau misal ada yang kurang dimengerti, minta bantuan orang terdekat. Bertanya langsung ke kampusnya juga bisa dilakukan untuk mendapat penjelasan yang lebih detail.

      Delete
  10. Selamat siang. Jujur saya lg bingung mau ambil keputusan seperti apa. Saya pernah ambil S1 komunikasi lulus thn 97. Stlh 2001 menikah, sy berhenti bekerja dan jadi IRT. Setelah anak² besar sy mulai usaha buka bimbel sd. Dan saya berpikir untuk lanjut S2 psikologi. Tp usia saya menjelang 51 thn. Tp sy ingin sekali melanjutkan S2 krn sy berharap bisa mempunyai keswm9atan lain yg lebih baik. Maaf sekedar info klo sy sering menjadi tempat curhat dari keluarga besar maupun di antara teman². Itulah knpnsy mau ambil psikologi. Tp sy msh bimbang apa msh ada harapan atau kewputusan yg tepat utk kuliah lg mengingat usia dan dua puluh thn jd IRT.? Sy takut sy tdk bisa mengikuti materi di kuliah nanti. Mohon sarannya🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, Bu. Salam kenal.
      Kalau menurut saya pribadi, usia itu hanya angka. Selama semangatnya masih sama, kenapa enggak?
      Mungkin nanti butuh penyesuaian, karena sudah lama tidak beraktivitas di kampus. Tapi seiring prosesnya, pasti akan terbiasa kembali.
      Semangat, Bu!

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)