Sebelumnya saya sudah menulis tentang perbedaan perundungan dengan bercanda.
Dua hal yang sering dikaitkan dan salah satunya kerap dijadikan kata
pembenaran, agar selamat dari praktik perundungan. Big no ya teman-teman.
Bercanda dan perundungan itu enggak sama!
Oiya, pembahasan tentang perundungan dan bercanda ini aku tulis di sini.
Nah sekarang, yang akan sama-sama kita bahas adalah bagaimana cara menghadapi perundungan di sekolah. Bukan hanya anak-anak yang bersekolah, tetapi orang
tua juga mesti tahu agar bisa terus membekali anak untuk berani melawan
perundungan yang mungkin saja ia terima. Atau saya rasa, semua orang pun juga mesti tahu. Karena praktiknya, perundungan bisa terjadi pada siapa pun. Hanya
konsepnya saja yang perlu disesuaikan.
Ingat rumus 2T2L. Tolak, Teriak, Lari, Lapor.
Tolak
Bila merasa tidak nyaman dengan perlakuan seseorang, yang berarti sudah
menjurus ke praktik perundungan, hal pertama yang harus berani dilakukan
adalah menolak. Tolak dengan tegas bahwa kita tidak nyaman diperlakukan
seperti itu. Misalnya ada teman yang suka menyenggol atau meledek. Anak bisa
dengan tegas dan lantang bilang, "Aku enggak suka kamu gituin!"
Teriak
Bila sudah ditolak tegas, tetapi perundungan masih berlanjut, maka
teriaklah sekencang-kencangnya agar menarik perhatian orang-orang di sekitar.
Perundungan biasanya akan berhenti bila sudah menjadi pusat perhatian
banyak orang. Misalnya kalau disekolah, bisa berteriak untuk menarik perhatian banyak
teman, guru, satpam atau orang dewasa lain di sana.
Lari
Lalu bagaimana jika sudah berteriak, tapi tidak mendapat respon yang
diinginkan? Lari ke keramaian. Cari di mana ada keramaian terdekat. Hindari
mencari tempat yang sepi. Dengan berada dalam keramaian, itu akan melindungi
diri kita agar tidak dirundung lagi. Karena yang melihat banyak, Si
Perundung akan menyurutkan niatnya. Di sekolah, bisa memilih lari ke
kantor guru atau titik yang di rasa ramai dengan orang-orang yang bisa
melindungi kita.
Lapor
Ini juga keberanian yang mesti dipupuk agar perundungan dapat dihapuskan,
yaitu keberanian untuk melapor. Banyak sekali korban perundungan yang takut,
malu atau enggan melapor perundungan yang dialaminya karena berbagai alasan.
Akhirnya terlambat, dampaknya sudah merusak fisik atau
mental, hingga butuh penanganan profesional.
Ketika menyadari diri mengalami perundungan, sebaiknya laporkan kepada orang
dewasa yang dipercaya. Setidaknya, menghadapi bersama akan lebih baik dari
pada memendamnya sendiri. Boleh kepada siapa saja yang menyamankan anak. Guru
atau guru BK, ibu-ibu kantin, penjaga sekolah dan orang tua pastinya.
Bila perundungan ini terjadi di sekolah, sekolah adalah lembaga pertama
yang bertanggung jawab menyelesaikan. Tetapi kalau belum menemukan penyelesaian, maka
lanjutkan ke unit pelayanan di daerah, misal UPT PPA atau P2TP2A. Bisa juga ke
Dinas Sosial atau Dinas Pendidikan daerah masing-masing. Selain itu,
kasus-kasus perundungan ini pun dapat dilaporkan via
portal LAPOR di
https://kemdikbud.lapor.go.id/
serta layanan SAPA di nomor hotline 129.
Pelaporan ini sebagai buah dari tindak lanjut perlindungan kepada korban
perundungan karena ada payung hukum yang melindungi, di antaranya adalah
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor
23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta Permendikbud Nomor 82 Tahun 2014
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan
Satuan Pendidikan. Bisa juga dijerat pasal KUHP, lo.
Yang perlu dipersiapkan untuk melaporkan adalah pengumpulan bukti. Jadi selama ada bukti, kasus perundungan bisa ditindaklanjuti.
"Terkadang kita sebagai orang tua, hanya fokus menasehati anak agar tidak nakal di sekolah atau melarang mengganggu teman-temannya. Tapi lupa
bagaimana membekali mereka ketika diperlakukan tidak baik oleh
teman-temannya".
Ini merupakan salah satu pernyataan yang paling manancap di hati saya ketika mengikuti pelatihan Ibu
Penggerak pertengahan tahun lalu. Benar, yang saya pesankan pada anak hanya seputar jangan nakal, tapi belum pernah memesankan untuk melawan perundungan. Sehingga menjadi pengingat dan penyemangat paling
kuat bagi saya hingga detik ini, untuk terus mengamati pergaulan anak di sekolah dan
selalu mengedukasi tanpa henti agar terhindar dari kekerasan apa pun di satuan
pendidikan yang mereka ikuti. Semoga usaha kecil ini bisa memberi manfaat dan perlindungan
sebesar-besarnya.
Yuk, lindungi anak-anak kita dari perundungan, dengan memaksimalkan kesempatan
yang kita miliki di rumah untuk membekali mereka, salah satunya dengan rumus
2T2L. Tolak, Teriak, Lari, Lapor.
Ah, lebay banget sih! Digituin aja langsung marah. Kan cuma bercanda.
Entah kenapa, sejak kata lebay semakin menyatu dalam percakapan kita,
secara tanpa sadar, kita seperti menyepelekan perasaan orang lain. Padahal,
ketika apa yang kita ucapkan dan lakukan ternyata menyakiti perasaan
seseorang, berarti yang salah adalah kita, bukan sebaliknya.
Dalam pergaulan, ketika seseorang tersakiti, merasa tertindas, merasa terhina
dan merasa terpojokkan akibat perlakukan seseorang, itu masuk ke dalam
kategori perundungan. Sekalipun ngakunya cuma bercanda, tapi kalau
sudah ada pihak yang tidak nyaman, itu bukan lagi bercanda.
Nyatanya, perundungan masih menjadi momok di dunia pendidikan Indonesia. Kalau
kata Mas Menteri Nadiem Makarim, perundungan masuk ke dalam salah satu dari 3
dosa besar pendidikan yang harus dihapuskan. Beliau juga mengatakan bahwa
24,4 persen dari peserta didik kita berpotensi mengalami insiden
perundungan, dan ini merupakan angka yang sangat besar
(dilansir dari disway.id).
Sebenarnya, apa sih perbedaan bercanda dengan perundungan? Apakah hanya dalam
lingkup pergulatan emosi saja, atau ada yang lainnya? Simak penjelasan berikut, ya. Sangat penting diketahui anak-anak kita, orang tua, maupun seluruh pihak
yang terlibat dalam ekosistempendidikan.
Salah Satu Pihak Berkuasa
Nah, ini adalah salah satu pembeda terbesar antara bercanda dan perundungan.
Kalau bercanda, semua yang berkomunikasi, yang melontarkan kata-kata
bercanda tersebut, kedudukannya setara. Maksudnya, tidak ada pihak yang
mendominasi, dan memegang kendali. Semuanya dapat terlibat, tidak ada pembeda.
Sedangkan perundungan, ada salah satu pihak paling berkuasa yang memegang
kendali. Bukan kekuasaan yang berkonotasi positif, ya. Tetapi kekuasaan untuk
menyakiti pihak lainnya yang tak berdaya. Pihak berkuasa inilah yang disebut dengan
perundung atau pelaku perundungan.
Ada yang Tersakiti
Dalam bercanda, karena semua setara, jadi kesan yang muncul adalah senang dan
bahagia. Yang bisa menjadi bayangan mudahnya adalah semua tertawa. Tidak ada
yang terintimidasi, marah, kesal dan sebagainya. Pokoknya, semua
happy saja.
Berbeda dengan perundungan, karena hanya salah satu pihak berkuasa saja yang
mendominasi, melakukan ejekan, hinaan, atau perbuatan tak pantas lainnya, yang
tertawa itu ya hanya Si Pelaku. Sedangkan pihak lainnya, jelas merasa tersakiti,
mencakup segala definisi rasa tersakiti itu. Pihak tersakiti inilah yang
disebut korban perundungan.
Dilakukan dengan Sengaja dan Berulang Kali
Kalau hanya sekali saja, bisa jadi itu ketidaksengajaan atau bentuk sarkasme,
yaitu sindiran atau omongan yang menyakiti orang lain, tetapi dikarenakan
pelakukanya tidak paham etika. Begitu pula dengan bercanda. Mungkin bisa saja
topik yang sama dibahas berulang kali, tetapi tetap tidak disengaja, apalagi
direncanakan. Ya, ngalir saja.
Kalau perundungan, Si Perundung sangat dengan sengaja menyakiti korbannya,
meski tahu bahwa korabn sudah tak berdaya. Malah semakin senang jika korban
makin tersudut dan tertindas. Mereka tahu bahwa itu tak baik, tapi tetap
dilakukan berulang kali secara terus menerus. Bahkan, kadang
direncanakan.
Sudah sangat detail perbedaanya. Perundungan dan bercanda itu sama sekali
bukan hal yang bisa disamakan. Atau menyembunyikan kesalahan dengan alasan
bercanda ketika ada yang tersakiti berkat perlakuan kita. Apalagi
sampai dilakukan berulang kali, padahal sudah tahu orang lain merasa enggak
nyaman dengan itu.
Dengan mengetahui perbedaan bercanda dan perundungan, kita bisa membekali diri
agar tak menjadi pelaku dan dapat mengambil tindakan segera apabila ternyata
sudah menjadi korban. Apa yang mesti dilakukan? Ingat rumus 2T 2L, yaitu
Tolak Teriak Lari Lapor. Selanjutnya insyaAllah akan saya bahas lebih
lengkap di tulisan setelah ini.
Bagi pecinta musik atau pehobi eksplorasi nada, anak band misalnya, memiliki
studio musik sendiri di rumah pasti jadi impian. Tapi, dalam bayangan, biaya
yang besar akan menjadi pertimbangan utama yang membuat impian itu sulit
terwujud.
Sebenarnya, peluang mewujudkan mimpi itu ada lo, yaitu dengan melakukan
renovasi salah satu ruangan di rumah. Biayanya? Bisa kita dapatkan dari
pinjaman uang di bank. Lagian ruangan yang diperlukan tidak perlu terlalu besar. Asalkan telah memiliki kamar, atau ruangan yang
bisa dirombak menjadi tempat bermusik, itu sudah cukup.
Kemudian penting juga untuk menyediakan waktu selama beberapa hari atau bahkan
berminggu untuk mulai melakukan renovasi ini. Jadi, tidak perlu lagi deh
menyewa studio musik di luar jika pengerjaan sudah selesai.
Alat untuk Membuat Studio Musik dengan Pinjaman Uang di Bank
Sebelum membuat studio musik di rumah dari renovasi ruangan, yang pertama
mesti disiapkan adalah menyusun alat apa apa saja yang dibutuhkan untuk
isiannya nanti. Nah, berikut ini beberapa keperluan untuk mengisi studio musik
yang totalnya bisa mencapai Rp 180 Juta.
Seperangkat Alat Band
Pastinya, kita butuh seperangkat peralatan band. Mulai dari gitar, drum,
piano, dan lain sebagainya. Jangan lupa untuk melengkapi dengan amplifier,
stand gitar hingga efek distortion.
Harga untuk perlengkapan ini bisa mencapai Rp 100 juta. Berikut rincian
lengkapnya:
1 Set drum: Rp 20 juta;
Gitar rhythm, bass, melody: masing-masing Rp 20 juta;
4 Amplifier untuk gitar, bass dan vocal: masing-masing Rp 3 juta;
2 distortion effect: masing-masing Rp 1 juta;
2 Stand gitar dan 2 mic: masing-masing Rp 500 ribu;
Jack dan juga perlengkapan audio: Rp 500 ribu.
Seperangkat Komputer
Supaya bisa sekalian editing audio record, kita perlu memiliki
seperangkat komputer editing. Harganya mulai dari Rp 15 juta. Dengan
harga segini, kita sudah mendapatkan seperangkat PC recording musik
tanpa merakitnya sendiri.
Sound System
Peralatan sebelumnya yang sudah dibahas, sudah merupakan fasilitas yang sangat
baik untuk studio musik di rumah. Maka dari itu saat memilih
sound system, sebaiknya tidak sembarang. Belihlah seperangkat
sound system dengan kualitas suara terbaik. Harganya mulai Rp30 juta
dengan kemampuan audio yang mumpuni. Kemudian letakkan masing-masing
sound system di sekitar ruangan agar suara dapat didengar dengan
menyeluruh.
Pendingin Ruangan
Berikutnya, jangan lupakan pendingin ruangan agar tidak merasa gerah di
ruangan tertutup dan dapat juga menjaga peralatan agar lebih awet. Harga
pendingin ruangan pilih yang murah saja, sekitar Rp10 juta sudah cukup untuk
mendapatkan satu yang terbaik.
Kursi
Terakhir adalah kursi untuk drummer atau personel lain yang ingin
bermain band sambil duduk. Pilih yang nyaman dengan harga masing-masing Rp5
juta. Sediakan pula meja untuk proses editing, dan juga sofa santai.
Harganya masing-masing Rp2 juta dan juga Rp10 juta.
Rombak Kamar Jadi Studio Musik Sendiri
Setelah mengetahui ragam perlengkapan untuk studio musik. Yuk, mulai rombak
kamar atau ruangan jadi studio musik pribadi! Bagaimana langkah-langkahnya?
Simak artikel sampai selesai, ya.
Siapkan Kamar
Kita harus sudah memiliki kamar sendiri di rumah, yang memang sudah tidak
terpakai. Agar bisa merombaknya menjadi studio musik di rumah. Tidak perlu
terlalu luas, minimal berukuran 5 x 6 meter. Kalau misalkan lebih besar juga
tidak jadi masalah.
Pasang Peredam Suara
Agar tidak mengganggu kenyamanan penghuni rumah yang lain, pasanglah peredam
suara pada studio musik. Peredam ini dipasang memutar di seluruh ruangan.
Sehingga suara tidak akan bocor ke luar. Untuk satu lembar peredam dengan ukuran 400 milimeter, biayanya sekitar Rp
500.000. Nah apabila ukuran kamar sekitar 6 meter, sediakan
budget sekitar Rp 50 juta untuk peredam agar pemasangannya
merata.
Lapisi dengan Karpet
Kemudian pada bagian bawah jangan lupa untuk melapisi dengan karpet. Fungsinya
untuk membantu meredam suara yang timbul saat sedang bermain musik. Anda bisa
menyediakan budget sekitar Rp10 juta, untuk membeli karpet terbaik peredam
suara. Lapisi seluruh ruangan dengan karpet ini.
Pasang Lampu
Penerangan untuk studio mini juga harus terlihat baik dan estetik, agar bisa
mendapatkan kenyamanan saat bermain musik. Harga untuk pemasangan penerangan
studio mulai dari Rp10 juta. Kita sudah bisa mendapatkan lampu sorot hingga
lampu untuk membuat video.
Panggil Teknisi
Serahkan seluruh pemasangan ini kepada teknisi. Mulai dari pemasangan alat,
hingga peredam suara. Kita hanya butuh mengawasinya secara langsung. Supaya
pekerjaan dari para teknisi ini segera rampung. Perkiraan biayanya sekitar Rp 35 juta untuk membayar para teknisi ini.
Supaya pengerjaannya juga cepat dan rapi.
Dari total harga alat band Rp180 juta dan renovasi kamar Rp95 juta, dapat
diasumsikan jika kota membutuhkan dana keseluruhan sebesar Rp275 juta. Wah,
apakah Anda sudah menyiapkan dana ini?
Buat Studio Musik dengan Pinjaman Uang Tanpa Jaminan
Membuat studio musik sendiri bukanlah hal yang susah untuk diwujudkan. Tapi
memang butuh persiapan dana yang tidak sedikit. Eits, jangan buru-buru
pesimis, ya. Kita bisa meminjamnya melalui pinjaman uang
DBS KTA. Syaratnya cukup mudah, dan proses approval juga sangat cepat. Cocok
untuk bagi kita-kuta yang ingin mendapatkan pinjaman secara cepat.
Beberapa manfaat lain yang bisa Anda dapatkan adalah:
Jumlah pinjaman Rp300 juta yang bisa untuk membangun studio musik sendiri.
Bunga untuk pinjaman juga flat dan sangat tingan, mulai 0,88 persen
per bulan.
Jangka waktu pinjaman adalah 36 bulan atau tiga tahun dengan tenor bisa
diatur sesuka hati.
Tidak perlu ribet dengan menyiapkan dokumen fisik.
Proses approval hanya 3-5 hari kerja saja.
Syarat mudah, cukup berdomisili di Jabodetabek, mempunyai KTP & NPWP,
berpenghasilan minimal Rp5 juta, memiliki limit kredit di bank lain minimal
Rp10 juta.
Bila berminat, untuk mengetahui informasi lebih lanjut, sangat disarankan
melihat laman
https://www.dbs.id/id/treasures-id/kta/pinjaman-dbs-kta.page. Apabila memiliki pertanyaan, bisa melihat terlebih dahulu FAQ soal DBS KTA.
Jika tidak menemukan jawaban, cukup kirimkan pernyataan tersebut.
Itu lah referensi cara untuk membangun studio musik sendiri di rumah. Yuk,
ajukan pinjaman uang di bank sekarang supaya studio musik impian segera
terwujud!
Terdengar sulit sekali pastinya. Tapi sebelum buru-buru menganggapnya
mustahil, silakan baca dulu tulisan ini sampai habis, ya! Karena itu mungkin
terwujud, selama tahu caranya.
Kita tentu tahu bahwa menabung merupakan hal bijak yang perlu dilakukan secara
rutin. Uang yang terkumpul nantinya, bisa digunakan untuk banyak hal, mulai
dari dana darurat, sampai membeli barang-barang yang selama ini diimpikan.
Wah, kalau sudah berumah tangga seperti saya, pasti paham betul manfaat
manabung ini. Terutama di saat-saat mendesak.
10 tahun lalu, saya pernah menjadi guru, tepatnya guru PKL (Praktik Kerja
Lapangan). Hanya satu semester, tidak lama. Tapi pengalamannya berharga,
membekas hingga bertahun-tahun setelahnya.
Bagi yang masih bingung mau apa dan ke mana menghabiskan liburan akhir tahun
yang sudah di depan mata ini, yuk ke Blitar menikmati kulinernya yang
memanjakan lidah. Ada apa saja sih?
Belakangan ini, kata healing semakin eksis. Di mana-mana ada, bahkan
kita sendiri juga sering menyelipkannya dalam berbagai pembicaraan atau
unggahan media sosial. Bukannya tanpa alasan, ini terjadi karena
healing memang dibutuhkan oleh siapa saja, termasuk para OYPMK atau
orang yang pernah menderita kusta.
Jangan dikira healing hanya sebatas berekreasi ke objek wisata. Namun,
healing sejatinya adalah penyembuhan dari kondisi psikologis atau
mental seseorang. Tidak melulu harus merogoh kocek atau berkelana ke sana ke
mari, namun lebih kepada menemukan metode yang tepat untuk mencapai tujuan
healing tersebut.
Inilah yang dibahas dalam Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia bertajuk
"Chilling-Healing Bagi OYPMK, Perlukah?", yang disiarkan melalui
live YouTube di channel Berita KBR 14 Desember 2022. Seberapa
penting healing bagi OYPMK dan apa yang dibutuhkan dalam proses
healing tersebut? Hadir dua pembicara, yaitu:
Donna Swita - Executive Director Intitute of Women Empowerment
(IWE)
Ardiansyah - OYPMK dan Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia
Serta dibawakan apik oleh host KBR, Rizal Wijaya.
Mari Kenali Dulu Makna Healing
Nyatanya, banyak yang masih salah kaprah dengan makna healing.
Seperti yang sudah disinggung di awal, healing identik dengan
jalan-jalan dan promosi pariwisata. Donna Wijaya menjelaskan bahwa konsep
healing tersebut adalah menyembuhkan, menemukan nilai yang akhirnya
tidak ada lagi dikriminatif, menghakimi diri sendiri dan dapat melepaskan
beban mental atau psikologis yang selama ini terpendam.
Metodenya pun beragam. Berwisata hanya salah satunya saja. Masih ada metode
lain seperti menulis, bermediasi, bercerita, membuat kerajinan tangan dan
sebagainya. Ini lah yang mesti dikenali bagi para OYPMK. Jadi bisa lebih bebas
memilih cara mana yang paling nyaman dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan
diri agar dapat segera bangkit dari keterpurukan akibat stigma yang mungkin
sebelumnya diterima.
Healing bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja.
- Donna Swita -
Donna melanjutkan bahwa ada lima dimensi yang menjadi target healing, yaitu fisik, psikis, mental, relasi dan spiritual. Mesti ditelaah dulu,
dimensi mana yang paling dibutuhkan untuk disembuhkan para OYPMK, agar
healing tersebut lebih tepat sasaran dan hasilnya pun maksimal.
Intinya, keterbatasan yang dirasakan oleh OYPMK, entah itu masih belum berani
bersosialisi kembali, masih belum pulih secara fisik atau apa pun halangannya,
healing masih sangat mungkin untuk dilakukan agar guncangan itu tak semakin
berlarut-larut menggerogoti diri. Banyak sekali sumber informasi yang bisa
diakses dengan mudah di dunia digital saat ini terkait healing. Atau mungkin ada juga metode
yang bisa dilakukan secara digital. Menulis misalnya.
Dengan mengetahui konsep healing ini, teman-teman OYPMK
bisa langsung mempraktikkannya dan juga dapat menjadi sumber referensi bagi
orang-orang di sekitar OYPMK agar dapat mendukung dan memberi ruang. Karena
sejatinya, untuk kembali seperti sedia kala, OYPMK butuh kerja sama orang
sekitar dan lingkungannya.
Yang Dibutuhkan OYPMK untuk Bangkit
Kisah Ardiansyah yang beliau tuturkan mengugah rasa salut saya. Begitu pula
banyak peserta yang hadir selama acara. Terlihat jelas dari berbagai komentar positf yang
masuk. Menjadi OYPMK, tentu tidak mudah. Sempat merahasiakan, namun akhirnya
tetap diketahui juga oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
Selama melakukan rehabilitasi di salah satu rumah sakit di Makassar, semuanya
masih berjalan baik-baik saja. Pengobatan lancar dan sosialisasi pun aman.
Baru lah setelah keluar dari rumah sakit, stigma mulai berdatangan. Yang
paling membekas adalah perlakuan dari keluarga sendiri yang seolah
mengucilkan. Tempat tidur dipisah dan tidak diperkenankan ikut serta bila ada acara kumpul keluarga.
Tentu saja ini menyisakan trauma psikologis yang dalam. Harapan untuk mendapat
dukungan, malah dihancurkan bahkan oleh orang yang paling dekat. Ya, inilah
yang paling dibutuhkan oleh OYPMK, DUKUNGAN!
Kenapa OYPMK butuh healing?
Kecenderungan untuk menyendiri, takut, susah bercerita dan stigma yang dialami, akan sangat terbantu bila ada tempat untuk
mencurahkan. Sehingga beban itu menjadi lebih ringan.
- Ardiansyah -
Misalnya yang cocok dengan metode menulis, tulisa saja di
note smatphone. Atau yang lebih nyaman bercerita, cari teman bercerita
yang bisa menjadi wadah untuk menampung segala keluh kesah yang dirasa. Jadi, OYPMK tidak lagi merasa sendiri dan pasti merasa mendapat dukungan.
Donna menyambung dengan program IWE yang biasanya dilakukan. OYPMK atau
disabilitas akan sangat baik bila diikutsertakan dalam berbagai kegiatan.
Teman-teman kita ini sangat bisa berdaya. Sayang bila selama ini sering
kali dijadikan objek untuk meminta bantuan atau sumbangan. Padahal, bila terus
dilibatkan secara aktif dalam kegiatan bersosial, akan memberi
impact yang besar dalam membangun kepercayaan diri mereka.
Namun perlu digarisbawahi juga bahwa selain dukungan, tidak ada yang lebih
besar perannya untuk bangkit selain dari diri sendiri. Ardiansyah sebagai
orang yang pernah menderita kusta berpesan, bahwa yang pertama kali mesti
dilakukan OYPMK adalah menerima bahwa ini adalah rencana Tuhan. Selanjutnya, dengan
berhasil menerima, pikiran positif akan membekali diri untuk berani melangkah
dan yakin bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.
Sama seperti saat keluarga mengasingkannya ketika tahu bahwa ia menderita
kusta. Ardiansyah terus berorganisasi dan mengasah kepercayaan dirinya dengan
bersosialisasi bersama orang-orang baru. Kalau bukan dimulai dari diri
sendiri, dari mana lagi? Hingga akhirnya tekanan dari keluarga yang sebelumnya
terasa menyakitkan, pulih dengan perlahan. "Saya merasakan kembali menjadi
seorang manusia," ungkapnya.
_______
Mungkin masih banyak teman-teman OYPMK yang saat ini masih berada di masa-masa
terbawahnya. Marilah sama-sama kita dukung proses penyembuhan mereka, healing
mereka, untuk kembali menjadi pribadi positif layaknya kehidupan mereka dulu
sebelum terkena kusta.
OYPMK butuh kita, karena mereka adalah bagian dari kita.
3,7 juta pemulung di Indonesia mengumpulkan 1 juta ton sampah plastik setiap
tahunnya. Dengan volume sebanyak itu, keberadaan mereka tentu sangat berperan dalam pengelolaan sampah negeri ini.
Namun sayangnya, kehidupan pemulung masih jauh dari standar kelayakan. Hanya
10 persen saja yang dapat mengakses pendidikan. Lingkungan kerja dan tempat
tinggal pun tidak sehat. Perihal penghasilan, hanya berkisar antara 10
ribu hingga 20 ribu per hari. Semakin diperparah karena pandemi
Covid-19 yang terjadi beberapa tahun belakangan. Serta yang paling menyulitkan
adalah "status ilegal" seperti tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan
berbagai persuratan administrasi pemerintah, yang akhirnya membatasi langkah ke berbagai akses.
Tergeraklah Siti Salamah,untuk memperjuangkan kesejahteraan para pemulung. Bagaimana
mengubah kehidupan mereka ke arah yang lebih baik, serta membekali dengan pendidikan
dan kemampuan. Demi capaian masa depan yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka.
Cerita Di Lapak Pemulung Jurang Mangu
Taman Magrib Mengaji, didirikan Siti di lapak pemulung Jurang Mangu
Perjalanan perempuan kelahiran tahun 1988 ini dimulai pada tahun 2015, dengan
mendirikan Taman Magrib Mengaji di lapak pemulung Jurang Mangu, Tangerang Selatan, yang kini sudah beralih nama menjadi Rumah Pohon.
Merupakan wadah untuk membantu pemulung mendapatkan pendidikan non-formal
serta pendidikan spiritual.
Di sini, Siti melihat dengan jelas bagaimana realita lapak pemulung. Deretan
bangunan semi permanen, sanitasi yang buruk, hingga aroma dari tumpukan sampah
yang memenuhi segala ruang. Minimnya enyaman pendidikan dari penghuni lapak,
sedikit banyaknya memengaruhi pola pikir dan cara pandang mereka. Menambah
tantangan yang dihadapi Siti saat berbaur dan menawarkan berbagai program
pendidikan dan pemberdayaan.
Pernah formulir program "Mobil Kelas Berjalan" dari Kak Seto, disobek di depan
matanya. Kata-kata kasar dan tidak pantas juga sempat membuat Siti trauma
sesaat. Namun, keinginan kuat untuk tetap hadir bagi para pemulung, kembali
melanjutkan langkahnya. Kini, buah manis itu bukan hanya Rumah Pohon saja, pemberdayaan pemulung sudah jauh lebih profesional lagi. Mencakup juga adanya beasiswa minat dan bakat, pelaksanaan Kejar Paket C, hingga kegiatan penyuluhan dan konsultasi kesehatan.
Kegiatan pendidikan (kiri) dan kesehatan (kanan) untuk pemulung
Bagi Siti, yang paling membahagiakan adalah ungkapan terima kasih yang
diucapkan oleh pemulung binaannya, yang perlahan berhasil meningkatkan taraf hidup
dan menuntaskan pendidikan. Seolah menjadi semangat luar biasa
agar dapat menyediakan rel yang bisa memberikan kesejehteraan berkelanjutan
untuk para pemulung.
Waste Solution Hub, Pemulung adalah Mitra
Mitra pemulung mengelola sampah event Halal Expo Festival
Bersama lima rekannya, Ranitya Nurlita, Muhammad Yusuf, Muhammad Arsad Aji Susanto,
Surya Sastriando dan Ade Brian Mustafa, Siti terbang semakin tinggi dalam proses memperjuangkan kesejahteraan pemulung, yaitu dengan menjadikan mereka mitra dalam startup Waste Solution Hub. Di sini, pemulung dibina agar dapat bekerja dengan
profesional.
Hasil kolaborasi dari para anak muda bangsa ini, fokus pada pengelolaan sampah,
di mana kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Data pada tahun 2020,
di Jakarta saja, 8000 ton sampah diproduksi setiap harinya. Itu setara dengan
setengah dari besarnya candi Borobudur! Karena alasan itu lah, Waste Solution Hub
hadir mewujudkan visinya untuk menjadi sebuah platform solusi limbah
terlengkap dan terintegrasi di Indonesia. Menghubungkan produsen sampah,
pemulung dan pengelola sampah, hingga sebisa mungkin tidak ada sampah yang
berakhir di (TPA).
Waste Solution Hub ini adalah hub, penghubung. Layanannya tidak
terbatas hanya pada pengelolaan sampah, namun juga memberdayakan kaum
marjinal, serta mengedukasi masyarakat tentang pemilahan dan
pengelolaan sampah.
-Siti Salamah
Sudah lebih dari 6400 kg sampah yang diolah, dengan melibatkan ribuan
pemulung, pengepul, bank sampah dan pabrik. Pekerjaan pemulung yang sangat
dekat dengan sampah, menjadikanya sangat handal dalam menyortir sampah.
"Bahkan sambil merem pun bisa," ujar Siti. Tidak menutup kemungkinan juga, pamulung ini nantinya akan terlibat dalam kegiatan sosialisasi.
Di tahun 2019, Waste Solution Hub mendapat project pertama untuk mengelola sampah
event di acara Halal Expo Festival, yang berlokasi di ICE BSD, Tangerang
Selatan. Di awal, pengunjung sudah diberi sosialisasi tentang pemilahan dan
pengolahan sampah sesuai dengan jenisnya. Lalu mitra pemulung bertugas
mengumpulkan sampah yang kemudian akan dikelola berdasarkan
jenisnya. Sampah anorganik dijual ke pengepul, dan hasil uangnya akan digunakan untuk
kegiatan sosial para pemulung. Sedangkan sampah organik, dijadikan pupuk kompos yang
hasilnya langsung dibagikan ke pengunjung di hari terakhir event.
Dalam satu hari kerja selama acara berlangsung, mitra pemulung bisa membawa pulang uang
berkisar antara 250 ribu hingga 300 ribu rupiah. Tentu ini jauh lebih tinggi
dari penghasilan di hari-hari biasa.
Selain itu, ada lagi program #IndonesiaMerdekaSampah yang memberikan layanan
penjemputan gratis minimal berat sampah 5 kg untuk wilayah
Tangerang-Tangerang Selatan, program Sedekah Sampah, dan program
Free Pick Up untuk penjemputan gratis sampah dengan volume besar. Ke depannya, akan ada lagi program untuk pengumpulan minyak jelantah yang
nantinya bisa diolah lagi menjadi berbagai produk, seperti sabun, lilin
aromaterapi, cairan pembersih lantai dan sebagainya. Semuanya tentu tetap melibatkan para mitra pemulung.
Peduli Saat Pendemi
Pembagian sembako tahap pertama di Lapak Pemulung Jurang Mangu
Mobilitas yang dibatasi selama pandemi, membuat pemulung sangat kesulitan
mengumpulkan sampah. Waste Solution Hub pun terpaksa membatalkan beberapa
kerja sama pengelolaan sampah event, karena larangan pemerintah untuk mengadakan acara offline. Dampaknya, penghasilan pemulung yang sudah
sedikit, semakin menyusut dan menyulitkan.
Kembali bersama Waste Solution Hub, Siti menggalang
dana pembagian sembako bagi para pemulung yang kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Melalui gerakan #SumbangSuara, bersama Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) yang didirikan oleh Gojek, Rumah
Millennials serta lembaga swadaya masyarakat dan organisasi masyarakat lainnya,
di tahap pertama berhasil membagikan 400 paket sembako di Lapak Pemulung
Jurangmangu. Kemudian disusul dengan ribuan paket sembako yang disebar ke
seluruh kaum marjinal. Jumlah donasi pun kian bertambah, salah satunya juga
digalang melalui Kita Bisa.
Alat Pelindung Diri (APD) turut dibagikan. Kondisi pekerjaan pemulung
yang langsung bersentuhan langsung dengan sampah, pasti sangat membutuhkannya, terutama di saat pandemi. Potensi penularan semakin besar
karena sebelumnya bisa jadi sampah-sampah ini telah dipegang, dikonsumsi atau
terkena mediator penyebaran virus.
Perjuangan Masih Panjang
Siti Salamah menerima anugerah 12th Satu Indonesia Award tahun 2021
Menerima apresiasi luar biasa di 12th SATU Indonesia Award menjadi penghargaan sekaligus tugas untuk
meneruskan target-target yang belum tercapai. Dengan menjadi bagian dalam Waste Solution Hub, Siti bersama rekannya, bercita-cita untuk membuat sebuah aplikasi yang dapat mengintegrasikan semua pihak
terkait pengelolaan sampah, dan memungkinkan mitra pemulung dapat menerima
orderan penjemputan sampah. Bila aplikasi ini sudah berjalan, tentu pengelolaan
sampah akan semakin mudah, dan pemulung dapat bekerja secara profesional
layaknya seorang driver ojek online.
Siti pun berharap, kehadiran Waste Solution Hub bisa menjadi tempat bagi
pemulung untuk mencari pekerjaan. Mereka bisa merasa nyaman dan hidup lebih
sejahtera berkat binaan dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih
layak. Anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan, akan diberi akses untuk
mengejar ujian paket. Begitu pula pemulung yang sudah dewasa, akan dibekali
dengan ilmu-ilmu dan keterampilan sehingga mereka mampu menghasilkan uang
dengan cara yang kreatif dan inovatif.
Referensi
Wawancara langsung dengan Siti Salamah
Dokumen dan dokumentasi yang dikirim oleh Siti Salamah
Beberapa kali saya takjub dengan piring kosong yang dipamerkan anak-anak. Ayah
mereka yang masak, bukan saya. Menunya sederhana saja, sayur bayam bening
dengan tempe goreng tepung yang garing. Berbeda sekali dengan masakan saya
yang lebih berat. Maklum, orang Padang, kalau enggak yang bersantan, ya
balado.
Terkadang suami spontan memberi ruang pada istrinya bersantai sejenak. Tentu saya jauh lebih "meleleh" ketika suami melakukan ini, dari pada
diberi seikat bunga. Apalagi anak-anak, seolah berganti suasana masakan, makannya bisa lebih lahap kalau ayah mereka sudah terjun ke dapur. Katanya, "Ayah dan Bunda
sama-sama bisa masak."
Tapi tahukah teman-teman, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar? Butuh
proses dan kesempatan untuk saling mendukung dalam urusan dapur. Gimana sih
maksudnya? Baca tulisan ini sampai habis, ya. Dijamin kalau #SuamiIstriMasak,
banyak hal positif yang bisa didapat. Bukan hanya untuk kehidupan berpasangan, namun juga untuk kehidupan berkeluarga yang pasti akan ada saja kejutannya.
Suami Ke Dapur, Kenapa Tidak?
Saya masih ingat cerita salah seorang teman sesama istri dan ibu, di acara
arisan rusunawa di mana kami tinggal. Kebetulan topik yang dibahas saat itu
kental tentang kehidupan seorang istri. Dia bercerita bagaimana selama ini
Sang Suami tidak pernah sama sekali terlibat dalam urusan rumah tangga,
apalagi sampai memasak. Sangat lelah rasanya, sudah bekerja, di rumah pun tidak
ada yang bisa diandalkan untuk berbagi peran.
Bukan tanpa alasan atau menyalahkan siapa-siapa, ternyata didikan dan budaya
dari daerah asal suami teman saya ini lah akarnya. Di sana, laki-laki memang
tidak diperbolehkan mengerjakan urusan rumah. Semuanya tugas istri. Pokoknya
dari lahir, sudah dibiasakan seperti itu. Wajar bila berpuluh tahun tidak
pernah dibiarkan mendekati dapur, akan menjadi kebiasaan yang sulit diubah.
Imbasnya, beberapa kali menimbulkan percikan masalah dan kesalahpahaman.
Itu hanya salah satu contoh. Nyatanya, lebih banyak lagi kejadian serupa yang
langsung saya saksikan di depan mata. Kolaborasi suami-istri di dapur itu masih dinilai menyalahi "aturan" yang sudah ada sejak dulu.
Di kampung saya pun tak jauh berbeda. Walau bersyukur sekali banyak pasangan milenial yang sudah mengubah pola
pikirnya. Kita tidak bisa memungkiri bahwa fenomena pengotakan antara tugas istri
dan suami dalam berkeluarga masih ada hingga sekarang.
Bahkan pesan orang tua semasa saya gadis, tetap terngiang saking seringnya didengar. "Perempuan itu
harus pandai memasak, karena setelah menikah, yang ke dapur itu perempuan." Di sisi perempuan pun juga ditanamkan dan dilatih untuk siap menjadi koki
satu-satunya di rumah tangga kelak.
Memang tidak sepenuhnya buruk, toh mayoritas perempuan masih memegang dominasi
terbesar dalam urusan masak. Tapi perlu disadari bahwa akhirnya ini menjadi
momok bagi perempuan usia menikah. Sudah lah dituntut agar bisa sukses seperti laki-laki,
tugas rumah tangga tetap tidak boleh dibagi. Jadi dobel dan menumpuk lah tugas
para perempuan. Ujungnya, menunda pernikahan mulai dijadikan jalan terbaik
agar karir tetap bisa dikejar. Kalau sudah begini, bisa lebih panjang
ceritanya.
Padahal, apa salahnya sih bila laki-laki atau suami memasak?
Katanya emansipasi, tapi kok setengah-setengah? Sederhananya, rumah tangga itu
dibangun untuk melangkah bersama, jadi semua yang akan terjadi di sepanjang
perjalanan behtera, tetap membutuhkan peran berdua.
Percaya deh, ketika suami dan istri sepakat untuk memberi kesempatan dan
menyadari punya peran dalam setiap lini kehidupan rumah tangga, akan banyak
beban yang bisa dibagi dan istilah "teman hidup" itu bukan hanya
pemanis.
Suami masak, kenapa tidak?
Para istri bisa sekali lo memberi kesempatan pada para suami mencoba memasak
bila selama ini belum pernah dilakukan. Pelan-pelan saja. Pasti
skill ini akan dibutuhkan suatu saat ini. Entah itu untuk saling
menunjukkan perhatian, permintaan anak, atau di kala urgent. Buktikan
bahwa paham "masak itu tugas istri" adalah hal keliru. Suami atau istri,
sama-sama punya peran dalam sepiring sajian keluarga.
Chef Juna yang "cowok banget" saja jago masak. Malah jadi idola.
Masih menyangsikan kalau cowok enggak bisa ke dapur? Enggak pantas? Memalukan?
Ah, berhenti berpikir seperti itu. Kalau ibu-ibu sudah melihat suami sendiri yang masak, pesona Chef Juna mah lewat!
Ada Saatnya Suami Harus Ambil Alih Urusan Masak
Kita sama.
Baik saya dan suami, punya peran dalam setiap lini kehidupan rumah
tangga kami.
Suami bekerja, saya juga punya hak untuk mengembangkan diri, atau suatu saat nanti juga berperan mencari penghasilan tambahan.
Saya memasak setiap hari, suami juga harus masak.
Mencapai kesepakatan ini butuh perjalanan cukup lama. Insight yang ditanamkan sejak kecil untuk menjadi
perempuan yang mampu mengurus segala tugas rumah, sempat membuat saya
memaksakan diri mewujudkannya. Ditambah lagi bisikan-bisikan ibu dilarang
mengeluh, ibu harus kuat atau membandingkan dengan ketangguhan ibu zaman dulu
yang anaknya lebih dari lima.
Sampai akhirnya saya stres sendiri, lelah secara fisik dan mental. Di
sini lah saya sadar bahwa ada kesalahan yang sedang terjadi. Saya diskusikan
dengan suami, yang ternyata telah membacanya jauh-jauh hari. Saya lupa
keberadaannya, saya lupa kalau ada suami yang bisa dijadikan partner
berbagi. Saya terlalu sibuk menjadi sempurna, sehingga lupa bahwa rumah
tangga itu berdua.
Saya butuh suami, suami pun pasti butuh saya. Tak ada lagi yang namanya
tugas istri atau tugas suami, tapi tugas bersama, peran bersama.
Memang akan ada peran yang dilakukan lebih banyak dan intens oleh satu
pihak. Ini tergantung dari keputusan masing-masing rumah tangga. Kalau saya
dan suami, yang memutuskan suami saja yang bekerja, mencari nafkah
tentu paling dominan dilakukan oleh suami. Sedangkan untuk urusan memasak dan
tugas rumah tangga, karena saya yang lebih sering di rumah, tentu saya yang
paling banyak ambil bagian. Tapi tetap harus sadar diri bahwa baik saya dan
suami punya peran dalam kedua hal tersebut.
Siapa sangka, dinamisnya kehidupan memunculkan momen di mana dominasi itu
bergeser.
Tugas saya memasak dilakukan penuh oleh suami di beberapa kondisi.
Kondisi di mana suami mesti menyajikan lauk untuk saya dan anak-anak makan.
Loh kok bisa? Enggak beli makanan jadi saja? Nah, mungkin sedikit cerita
saya berikut bisa menjelaskannya lebih detail.
4 tahun lalu, suami memulai tugas belajarnya, yaitu melanjutkan kuliah
melalui beasiswa. Suka atau tidak, penghasilan suami akan menurun. Tentu
kami sudah menyiapkan mental dan strategi untuk ini. Salah satunya dalam
urusan sajian. Mungkin akan lebih diupayakan lagi memasak menu sehari-hari
sendiri, alih-alih membeli yang jadi. Jauh lebih hemat dan sehat pastinya.
Tak masalah, anggap saja ini waktunya saya dan suami belajar masak.
Dengan sepakat untuk membagi peran dalam hal apa pun, memasak tidak lagi menjadi
beban, terutama bagi saya yang paling sering memasak.
Kalau capek, tinggal
bilang. Nanti suami akan berusaha gantian. Sesekali saja diselingi dengan makan
di luar atau membeli makanan yang sudah jadi.
Dan tahukah teman-teman, ternyata kemampuan masak suami yang diperoleh
selama kami komitmen masak sendiri ini sangat berguna dalam kondisi-kondisi
tertentu. Bisa dibilang, kalau bukan suami yang masak, mungkin akan ada
masalah-masalah lain yang menyusul. Ya, segitu pentingnya suami bisa
mengambil alih tugas memasak.
Pertama,saya sakit dan sedang hujan petir. Tidak ada abang ojek online yang
menerima orderan saking derasnya hujan. Anak kedua kami masih bayi pula. Mau ditinggal suami dan menerjang hujan, pasti berisiko. Tanpa pikir panjang, suami langsung
menuju dapur dan memasak kreasi telur dengan saus racikannya. Solutif
sekali, bukan? Coba kalau suami tidak ambil peran, mungkin sakit saya
bertambah dengan sakit kepala.
Kedua, saya ada acara yang mengharuskan anak-anak ditinggal beberapa hari bersama
ayahnya. Berhubung anak-anak sudah mulai besar, sudah bisa ditinggal-tinggal
sejenak. Yeay! Bayangkan dalam kondisi keuangan keluarga yang butuh
pengetatan ekstra, kalau harus beli makanan jadi selama berhari-hari,
lumayan besar juga kan? Lagi-lagi suami menjadi andalan. Karena sudah biasa,
jadinya happy-happy saja. Jadi
lebih tenang.
Ketiga, anak saya tidak mau makan. Karena beda tangan, beda pula rasa makanannya,
suami biasanya akan memasak menu berbeda sebisanya agar anak-anak mau makan.
Meski ini membuat patah hati, suudzon kalau masakan saya tidak
enak. But, it's work! Seringnya, anak-anak jadi mau makan berkat
cita rasa yang dihasilkan tangan suami saya. Maklum, kan lebih seringnya
makan masakan bundanya, jadi pas dimasaki ayahnya, seperti berpindah dari
rumah makan Padang ke restoran Jawa.
Tapi perlu digaris bawahi bahwa mencapai titik di mana suami bisa
enjoy di dapur itu butuh proses. Saya tak segan atau malas berantakan
saat mengajak suami masak bersama. Banyak bumbu dan bahan masakan yang
akhrinya diketahui, serta banyak cerita yang akhirnya terkuak dari sini.
Seperti misalnya ungkapan suami, "Aku tuh sukanya bayam itu pakai
kunci." Sedangkan saya tak pernah sekali pun memasukkan kunci ke
dalamnya karena memang di kampung saya tidak mengenal rempah kunci.
Seru deh pokoknya! Selama cara mengajaknya tepat, pasti menyenangkan bisa
bersama suami di dapur. Dan pastinya, skill memasak yang dimiliki oleh suami akan menjadi pemecah masalah di saat yang tidak kita
duga.
Manfaat #SuamiIstriMasak, Yakin Mau Dilewatkan?
Sejak punya anak, waktu santai-santai itu tak akan bisa lagi dihabiskan untuk ngobrol
panjang lebar hanya berdua dengan suami. Pasti akan diramaikan oleh
anak-anak. Soalnya kami di rumah hanya berempat. Saya, suami dan kedua
jagoan kami. Ke mana-mana pasti dibuntuti anak, apalagi di rumah.
Tanpa disengaja, kami akhirnya memanfaatkan selipan-selipan waktu sambil
mengerjakan sesuatu atau menuju tempat tertentu untuk sekadar berbagi
cerita. Karena tanpa ngobrol, rumah tangga bisa menghambar, lo! Ini sudah
terbukti juga dari berbagai penelitian dan pendapat pakar. Apalagi wanita,
alias saya, kalau tidak bercerita dalam sehari, sensasinya seperti ada yang menyangkut di dada. Ujungnya, bisa merembet ke mana-mana.
“Bukan hanya kedekatan dan keintiman secara fisik, namun kedekatan
secara emosional antara suami dan istri harus dijaga, dirawat dan
dipelihara."
- Psikolog Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi., Psikolog., CPC-
Nah, salah satu momen yang paling oke itu ya saat memasak. Sambil mengupas
bawang, ada saja yang teringat untuk ditanyakan. Sembari memotong kecil
wortel, ada saja kejadian-kejadian kemarin yang terlintas untuk diceritakan.
Ditambah lagi anak-anak jarang sekali menginterupsi. Mengerti kalau orang
tuanya sedang sibuk, sehingga mereka tanpa diminta akan mencari kesibukan
sendiri pula. Seperti dikasih waktu untuk berduaan.
Tapi tahu enggak sih, kalau #SuamiIstriMasak itu bukan hanya sekadar
quality time? Jauh melebihi itu!
1. Merasa Tidak Sendiri
Kalimat indah seperti "Aku akan selalu ada
untukmu" tak akan berguna bila realisasinya tidak ada. Dengan masak
berdua, ada pembagian tugas dan perhatian di dalamnya. Misal saya, tahu
kalau suami akan kesulitan menakar bumbu, otomatis saya yang mengerjakan.
Begitu pula suami, reflek mengulek dengan cobek karena tahu saya selalu
kelimpungan melakukannya. Bila sudah beberapa kali praktik masak bersama, dijamin
akan menjadi sebuah kebiasaan untuk saling membantu dan mengenali
kekurangan masing-masing, meski bukan di dapur sekalipun. Romantis!
2. Berbagi Cerita
Seperti yang sudah disinggung tadi, keterbatasan waktu untuk ngobrol akan
menjadikan momen memasak bersama sebagai wadah untuk berbagi cerita.
Enggak mungkin kan selama masak kita diam-diam saja? Pasti ada saja yang
dibahas. Bagi saya yang setiap hari di rumah, kalau bukan cerita ke suami, ke siapa
lagi? Jadi akan ada sejuta kisah yang saya ceritakan selama masak.
Suami pun sama, hanya sama istrinya bisa bebas mencurahkan apa pun.
Akhirnya, ini akan sangat bermanfaat untuk melegakan hati dan
pikiran.
3. Menguak Apa yang Belum Terkuak
Menikah bertahun-tahun, belum tentu kita mengetahui segalanya tentang
pasangan. Kehidupan ini pun dinamis, pasti selalu ada yang baru. Kadang
saat cerita panjang lebar, ada saja sesuatu yang baru saya tahu tentang
suami, atau sebaliknya. Entah itu yang baru terjadi, atau yang memang
sudah lama, tapi lupa atau takut mengungkapkannya. Padahal pas sudah
terbongkar, kita sama-sama tertawa. Ini bisa dijadikan refleksi
masing-masing ke depannya tentang hal-hal yang baru diketahui tersebut agar bisa
saling mengerti dan melengkapi.
4. Contoh untuk Anak-Anak
Anak memiliki memori yang secepat kilat dapat merekam dan hati yang sangat
sensitif untuk merasa. Ketika ada kehangatan tercipta dari aktivitas saya
dan suami memasak, ini juga anak dirasakan oleh anak-anak. Oh, ternyata
orang tua mereka saling mengasihi, saling bekerja sama dan saling
membantu. Secara tidak langsung, anak-anak akan merekamnya dalam ingatan
hingga berdampak postif dalam kehidupannya.
5. Kemampuan Masak Meningkat
Jelas, ini adalah manfaat yang pasti akan dirasakan oleh suami atau istri.
Biasanya saya tak akan berpikir lama untuk mencoba resep baru, yang
terkadang bumbunya bikin pusing, karena ada suami yang membantu. Suami pun
juga jadi tahu bumbu-bumbu dapur, letaknya di mana, cara menyimpannya
gimana, hingga berinisiatif berbelanja sayur sendiri. Dan yang paling suka
bikin heboh di dapur itu adalah terciptanya menu baru. Suami saya itu suka
banget kecap, apa-apa dikecapin. "Eh, coba dong gulai kamu digabung sama
kecap, enak enggak?" Walau nanti bakal ada yang zonk, ternyata banyak juga lo yang sukses.
6. Tidak Lagi Khawatir Meninggalkan Anak Bersama Ayahnya
Berkat ruang yang diberikan untuk mengambil peran di dapur, maka
kepercayaan diri suami akan meningkat untuk tugas rumah tangga
lainnya. Terkadang suami itu hanya butuh arahan, karena bingung mau bantu
apa. Seringnya para istri, termasuk saya, inginnya suami selalu peka. Giliran
tidak dibantu, malah marah-marah. Padahal tinggal dibilang saja kalau ingin dibantu. Di mulai
dari memasak bersama ini lah akhirnya meninggalkan anak-anak bersama
ayahnya tidak perlu lagi memancing rasa khawatir. Setidaknya urusan makan,
aman.
Sebenarnya masih ada lagi manfaat lain, seperti menghemat pengeluaran,
menyajikan masakan sehat untuk keluarga, bisa menjamin kebersihan dan
kualitas bahan yang dimasak, hingga menjadi kenangan manis yang sulit
dilupakan bila ada hal spesial yang tiba-tiba saja terjadi selama memasak.
Ini baru dari pengalaman saya saja. Mungkin kalau digali lagi dari cerita
ibu-ibu yang pernah mencoba, bisa lebih panjang lagi list-nya.
Yakin, deh!
Sebesar itu manfaat #SuamiIstriMasak! Yakin mau melewatkannya? Coba dulu sekali atau dua kali, nanti pasti terasa
aliran positifnya.
Tak Perlu Sempurna, Jadikan Istimewa dengan Kecap ABC
Sadar bahwa memasak bukanlah kemampuan yang bisa dengan mudah didapatkan
oleh semua orang, saya tidak pernah ngoyo dalam hal sajian makanan
di rumah. Tidak perlu yang perfect seperti masakan
chef, yang penting bisa dinikmati anak-anak dan suami saja, sudah
cukup. Lagian yang makan kan juga cuma kami, jadi yang terpenting kami suka.
Berhubung saya juga bukan tipe ibu yang hobi berlama-lama di dapur, tapi
tetap ingin memasak untuk keluarga, jadi saya akan memilih resep yang
sederhana saja. Apa lagi suami, kalau bisa lebih simpel lagi dari apa yang
saya anggap simpel. Mungkin ini juga yang akhirnya membuat kami kompak
kalau masak bareng, hehe.
Untungnya, resep yang simpel-simpel ini juga banyak yang enak. Setidaknya
enak di lidah keluarga saya. Misalnya masakan yang ada kecapnya,
persentase keberhasilan meracik perpaduan yang enak akan lebih besar karena
rasa kecap itu sendiri sudah khas. Tambahkan saja Kecap ABC, beres.
Salah satunya resep ayam kecap yang saya pilih ini. Bahannya tidak
sekompleks resep ayam kecap versi lain, karena tidak banyak bumbu rempah
yang mesti dimasukkan. Sudah sejak anak pertama saya masih berusia 1
tahun, resep ini selalu jadi andalan. Jadi pas mengajak suami masak, resep
ini tidak akan membuat kepalanya mumet. Ditambah suka kecap pula, makin
semangat lah Paksu ini.
Ayam Kecap ABC
Bahan
1 ekor ayam, potong 10 atau 12 bagian
Tahu, potong besar
Kecap Manis ABC
2 buah bawang bombai ukuran kecil, iris
4 siung bawang putih, cicang
3 buah cabai merah keriting, iris serong (boleh ditambahkan bila ingin lebih pedas)
1 buah tomat ukuran besar, potong dadu besar
1 buah jeruk nipis
Garam, merica, kaldu jamur secuupnya sesuai selera
Minyak untuk menumis dan menggoreng
Air secukupnya
Cara membuat
🌸 Lumuri ayam dengan perasan jeruk nipis dan garam. Diamkan sebentar,
lalu goreng setengah matang. Sisihkan.
🌸 Goreng tahu. Sisihkan.
🌸 Tumis bawang bombai, bawang putih dan cabai merah keriting sampai layu dan wangi.
🌸 Masukkan ayam dan tahu. Tumis sebentar.
🌸 Tambahkan air sampai terendam.
🌸 Tuang kecap ABC hingga warna air cokelat pekat.
🌸 Masukkan tomat, garam, merica dan kaldu jamur. Perhatikan takaran
garam, karena ayam sudah dilumuri garam juga sebelum digoreng.
🌸 Masak dengan api besar, sambil sesekali diaduk. Tunggu sampai air
menyusut dan mengental.
🌸 Jangan lupa dicicipi, ya.
🌸 Sajikan dengan nasi hangat.
Nikmatnya Ayam Kecap ABC dan nasi hangat, anak-anak suka!
Bagaimana, sederhana sekali kan bumbu-bumbunya? Tapi rasanya, dijamin
enggak kalah enak dari resep ayam kecap dengan bumbu yang lebih banyak ragam.
Makanya saya tidak mengarang saat menyimpulkan masakan yang dituangkan
kecap manis yang khas dan berkualitas, akan tetap enak meski bumbu dan
rempahnya minimalis. Tak perlu khawatir lagi dengan hasil kolaborasi
dengan suami berkat peran Kecap ABC. Kecap manis yang
menjadikan masakan lebih istimewa.
Kenapa Kecap ABC?
Kecap ABC terbuat dari perasan pertama kedelai pilihan yang
memberikan ekstrak rasa dan aroma maksimal, menjadikan masakan lebih
kaya rasa. Cocok untuk masakan yang di goreng, di tumis dan di panggang, serta topping
makanan seperti bubur dan bakso, juga cocolan makanan.
Saat ini pun variasi kecap sudah semakin inovatif. Ada yang
kecap manis pedas, kecap manis seafood atau kecap manis daging asap.
Tinggal sesuaikan saja dengan masakan yang akan dibuat. Karena bagi saya
yang kemampuan masaknya masih di level beginner, kehadiran kecap
yang makin beragam ini sangat membantu.
Sekadar berbagi cerita, sharing saya mengenai pengalaman dan
manfaat masak bersama suami ini, sebenarnya terinspirasi dari video #SuamiIstriMasak Kecap ABC. Video yang menayangkan bahwa
ternyata sangat menyenangkan bila istri dan suami bisa menyediakan waktu
untuk bersama-sama memasak di dapur. Yang awalnya ragu, setelah dicoba,
ternyata seru.
Silakan langsung ditonton saja ya videonya. Mana tau terinspirasi
juga.
Sejalan dengan komitmen PT Heinz ABC Indonesia, selaku produsen Kecap
ABC, untuk terus membawa dampak positif bagi konsumen, rangkaian
kampanye #SuamiIstriMasak ini sudah berlangsung sejak tahun 2018, lo! Yaitu diawali dengan kampanye diinisiasi. Dilanjutkan lagi pada tahun
2019 dalam inisiasi kampanye selama Hari Kesetaraan Perempuan. Tahun berikutnya,
2020, dibangun kolaborasi bersama platform edukasi untuk melibatkan
anak-anak dalam kampanye Hari Kesetaraan Perempuan. Serta yang terbaru
di tahun 2021 adalah kolaborasi dengan Titi Kamal dan Christian Sugiono
untuk menekankan pentingnya kolaborasi suami dan istri di dapur.
Setelah ini ada apa lagi, ya? Jadi penasaran.
Saya dan ibu-ibu yang tampil dalam video #SuamiIstriMasak Kecap ABC
sudah mencoba asyiknya berkolaborasi bersama suami di dapur untuk
menyajikan makanan yang istimewa.
Yuk, para istri dan ibu-ibu yang masih maju-mundur untuk melibatkan
suami dalam urusan masak, segera diagendakan kapan mau masak bareng dan
pilihan menunya! Boleh banget bila ingin mencoba seperti cara saya, yaitu
memilih menu yang berkecap agar resep simpel yang dimasak dengan skill standar, hasilnya tetap yummy. Apalagi kalau dimasak sama yang jago di dapur, wah, pasti akan spektakuler lagi rasanya.
Tak perlu khawatir, Kecap ABC akan membuat hasil masakan
kolaborasi suami-istri semakin kaya rasa dan istimewa.
"Enak, Bun!" Seperti ungkapan anak saya ketika menyantap ayam kecap yang
kemarin baru saja menjadi menu masak bersama suami. Atau "Gampang banget
ya ternyata bikin ayam kecap," kata suami bangga karena kesuksesannya di uji
coba pertama.
Tips Seru Mengajak Suami Kolaborasi Di Dapur
Para istri tentu tahu bahwa suami sudah menghabiskan banyak waktu dan
tenaganya untuk bekerja di luar rumah. Makanya mengajak suami untuk bisa turut
memasak di waktu libur, butuh trik tertentu. Agar suami dan istri sama-sama
nyaman. Soalnya, kalau ada satu pihak saja yang merasa tidak senang saat masak
bersama, momen yang harusnya bisa sangat seru, yang dirasakan malah sebaliknya.
Ujungnya jadi malas mengulang kembali kegiatan ini.
Terus, bagaimana caranya agar suami mau dan bersemangat memasak bersama istri?
Berikut beberapa tips yang bisa sama-sama kita terapkan.
Pastikan mood suami baik
Bila selama ini hanya wanita yang selalu dilabeli dengan mood swing, bukan berarti para bapak juga tidak pernah mengalami mood yang berubah-ubah. Kalau suami saya, biasanya akan jelas terlihat dari pandangannya yang sudah tidak fokus saat diajak ngobrol dan kecenderungannya untuk lebih banyak diam. Ketika istri menyadari bahwa suasana hati suami sedang tidak baik, lebih bijak untuk menunda ajakan masak bersama. Bila tetap dipaksa, mungkin saja suami mengangguk, tapi setelah itu, pasti mood istri yang akan memburuk. Malah makin berbahaya!
Ajak diskusi dan belanja bila memungkinkan
Kalau mood suami oke, ajakan sudah diterima, libatkan juga suami dalam memilih
menu yang akan dimasak. Boleh ajak serta anak-anak apabila sudah bisa dilibatkan dalam diskusi. Biasanya anak akan sangat penasaran dengan sesuatu yang ada campur
tangannya di sana. Serta bila memungkinkan, ajak juga suami dan anak-anak
berbelanja bahan-bahan yang diperlukan. Bisa sekalian mengajarkan suami
belanja sendiri.
Pilih waktu yang tepat
Bagi saya, tidak semua waktu bisa dijadikan waktu yang tepat untuk memasak bersama suami. Di hari libur, bapak-bapak pasti ingin bersantai dulu di pagi
harinya. Saya biasanya menghindari waktu pagi karena anak-anak meminta jatah
duluan bermain bersama ayahnya. Baru nanti mendekati makan siang, sekalian
untuk disantap selagi hangat, saya dan suami mulai memasak. Anak-anak pun sudah
nyaman dengan aktivitas bermainnya, setelah mandi dan sarapan. Jadi interupsi oleh anak-anak akan lebih minim. Bisa didiskusikan dengan suami agar benar-benar klop. Jangan lupa,
komunikasikan juga dengan anak, ya.
Sesuaikan tugas
Ini yang paling penting. Pembagian tugas harus adil dan sesuai kemampuan
masing-masing. Misalnya suami ditugasi potong-potong bahan, istri yang bagian
ngulek bumbu. Eh, ternyata pas praktiknya, suami masih kesulitan menggunakan
pisau. Boleh sekali diberi tugas lain atau berganti tugas. Begitu pula bila
ingin memberi tugas pada anak, pastikan tidak berbahaya dan memungkinkan
mereka lakukan.
Libatkan untuk beres-beres
Tentu saja ini tidak boleh ketinggalan. Bila selama ini yang bikin istri masih
enggan mengajak suami memasak bersama, coba sepakati dari awal untuk tugas
bersih-bersih. "Bantuin cuci wajannya, ya. Nanti biar aku yang bagian
lap-lapnya." Jadi clear sampai selesai semuanya. Tidak setengah-setengah.
Karena jujur, yang paling bikin aktivitas memasak itu semakin memberatkan adalah bagian
beres-beresnya ini. Betul?
Setelah selesai, nikmati bersama
Masaknya bareng, makannya juga bareng-bareng, dong! Pasti sangat hangat rasanya saat bisa berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga, apalagi
sajiannya juga hasil kolaborasi bersama. Cerita saat memasak, bisa berlajut
sampai ke meja makan. Silakan memberi pujian pada suami agar perannya merasa dihargai dan dibutuhkan. Pendapat
masing-masing juga bisa dibagi, atau mau masak apa lagi ya minggu depan?
Mungkin tidak 100 persen cara saya akan cocok dengan pasangan suami-istri
lainnya. Tapi boleh banget dicoba dulu, mana tau cocok. Nanti pasti akan
ketemu dengan cara mengajak yang lebih sesuai. Atau bila ada tips lain, boleh banget
lo dibagi di kolom komentar agar bisa menjadi inspirasi kita bersama.
Ditunggu, ya!
Masak Bersama Orang Tersayang Versimu
Kalau dipikir-pikir, masak bersama ini tidak hanya bisa dipraktikkan oleh
pasangan suami-istri saja. Semua orang tersayang kita sangat bisa diajak
berkolaborasi di dapur agar kedekatan emosional semakin kuat. Misalnya ibu dengan
anak, kakak dengan adik atau mungkin nenek dengan cucunya. Sesama sahabat atau tetangga pun
juga sangat bisa.
Flashbak ke belasan tahun lalu, ketika masih muda belia, saya
sering memasak bersama sahabat sepulang sekolah. Sahabat zaman
SMA. Bergilir di setiap rumah kami. Yang paling ingat saat membuat klepon dan
mie rebus untuk makan siang. Selain itu, sering juga membuat kue bersama adik saya,
seperti kue karamel, martabak atau bolu kukus. Bahkan resepnya masih tertulis rapi di buku yang sama untuk acuan masak hingga sekarang.
Manfaat yang dirasakan pun nyaris serupa. Kami bisa berbagi cerita, tertawa,
bahkan saling mencurahkan isi hati yang sebelumnya tak ada kesempatan untuk
dikatakan. Memasak pun jadi lebih ringan dan cepat karena ada pembagian tugas.
Sehingga masak bersama ini bikin ketagihan!
Terkadang kita sudah merasa puas dengan kedekatan secara fisik dengan
orang tersayang. Padahal tak akan lengkap tanpa kedekatan emosional di
dalamnya.
Kini saya pun sudah mulai mengajak anak-anak turut membantu membulatkan adonan, mengaduk bahan yang perlu diaduk, dan yang paling sering adalah mengupas telur puyuh. Saya merasa sangat terbantu, anak-anak juga senang karena ternyata memasak itu bukan hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Pasti mereka selalu bangga ketika bisa membantu bundanya memasak.
Melalui aktivitas bersama dalam waktu berkualias lah kedekatan emosional itu
bisa terbangun. Jadi, mulai sekarang, jangan ragu, apalagi malu, mengajak orang
tersayang untuk masak bersama. Salah satu aktivitas sehari-hari yang sangat
bisa meningkatkan bonding satu sama lain.