Cara Menghadapi Perundungan Di Sekolah, Anak dan Orang Tua Wajib Tahu!

4 comments

Sebelumnya saya sudah menulis tentang perbedaan perundungan dengan bercanda. Dua hal yang sering dikaitkan dan salah satunya kerap dijadikan kata pembenaran, agar selamat dari praktik perundungan. Big no ya teman-teman. Bercanda dan perundungan itu enggak sama!


Cara menghadapi perundungan

Oiya, pembahasan tentang perundungan dan bercanda ini aku tulis di sini.

Ini 3 Perbedaan Bercanda dengan Perundungan


Nah sekarang, yang akan sama-sama kita bahas adalah bagaimana cara menghadapi perundungan di sekolah. Bukan hanya anak-anak yang bersekolah, tetapi orang tua juga mesti tahu agar bisa terus membekali anak untuk berani melawan perundungan yang mungkin saja ia terima. Atau saya rasa, semua orang pun juga mesti tahu. Karena praktiknya, perundungan bisa terjadi pada siapa pun. Hanya konsepnya saja yang perlu disesuaikan.

Ingat rumus 2T2L. Tolak, Teriak, Lari, Lapor. 


Tolak

Bila merasa tidak nyaman dengan perlakuan seseorang, yang berarti sudah menjurus ke praktik perundungan, hal pertama yang harus berani dilakukan adalah menolak. Tolak dengan tegas bahwa kita tidak nyaman diperlakukan seperti itu. Misalnya ada teman yang suka menyenggol atau meledek. Anak bisa dengan tegas dan lantang bilang, "Aku enggak suka kamu gituin!" 


Teriak

Bila sudah ditolak tegas, tetapi perundungan masih berlanjut, maka teriaklah sekencang-kencangnya agar menarik perhatian orang-orang di sekitar. Perundungan biasanya akan berhenti bila sudah menjadi pusat perhatian banyak orang.  Misalnya kalau disekolah, bisa berteriak untuk menarik perhatian banyak teman, guru, satpam atau orang dewasa lain di sana.


Lari

Lalu bagaimana jika sudah berteriak, tapi tidak mendapat respon yang diinginkan? Lari ke keramaian. Cari di mana ada keramaian terdekat. Hindari mencari tempat yang sepi. Dengan berada dalam keramaian, itu akan melindungi diri kita agar tidak dirundung lagi. Karena yang melihat banyak, Si Perundung akan menyurutkan niatnya. Di sekolah, bisa memilih lari ke kantor guru atau titik yang di rasa ramai dengan orang-orang yang bisa melindungi kita.


Lapor

Ini juga keberanian yang mesti dipupuk agar perundungan dapat dihapuskan, yaitu keberanian untuk melapor. Banyak sekali korban perundungan yang takut, malu atau enggan melapor perundungan yang dialaminya karena berbagai alasan. Akhirnya terlambat, dampaknya sudah merusak fisik atau mental, hingga butuh penanganan profesional.


Ketika menyadari diri mengalami perundungan, sebaiknya laporkan kepada orang dewasa yang dipercaya. Setidaknya, menghadapi bersama akan lebih baik dari pada memendamnya sendiri. Boleh kepada siapa saja yang menyamankan anak. Guru atau guru BK, ibu-ibu kantin, penjaga sekolah dan orang tua pastinya. 


Bila perundungan ini terjadi di sekolah, sekolah adalah lembaga pertama yang bertanggung jawab menyelesaikan. Tetapi kalau belum menemukan penyelesaian, maka lanjutkan ke unit pelayanan di daerah, misal UPT PPA atau P2TP2A. Bisa juga ke Dinas Sosial atau Dinas Pendidikan daerah masing-masing. Selain itu, kasus-kasus perundungan ini pun dapat dilaporkan via portal LAPOR di https://kemdikbud.lapor.go.id/ serta layanan SAPA di nomor hotline 129


Pelaporan ini sebagai buah dari tindak lanjut perlindungan kepada korban perundungan karena ada payung hukum yang melindungi, di antaranya adalah Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Uundang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, serta Permendikbud Nomor 82 Tahun 2014 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan. Bisa juga dijerat pasal KUHP, lo.


Yang perlu dipersiapkan untuk melaporkan adalah pengumpulan bukti. Jadi selama ada bukti, kasus perundungan bisa ditindaklanjuti. 


"Terkadang kita sebagai orang tua, hanya fokus menasehati anak agar tidak nakal di sekolah atau melarang mengganggu teman-temannya. Tapi lupa bagaimana membekali mereka ketika diperlakukan tidak baik oleh teman-temannya".


Baca juga: Anak Bertengkar dengan Teman, Orang Tua Harus Apa?


Ini merupakan salah satu pernyataan yang paling manancap di hati saya ketika mengikuti pelatihan Ibu Penggerak pertengahan tahun lalu. Benar, yang saya pesankan pada anak hanya seputar jangan nakal, tapi belum pernah memesankan untuk melawan perundungan. Sehingga menjadi pengingat dan penyemangat paling kuat bagi saya hingga detik ini, untuk terus mengamati pergaulan anak di sekolah dan selalu mengedukasi tanpa henti agar terhindar dari kekerasan apa pun di satuan pendidikan yang mereka ikuti. Semoga usaha kecil ini bisa memberi manfaat dan perlindungan sebesar-besarnya.


Yuk, lindungi anak-anak kita dari perundungan, dengan memaksimalkan kesempatan yang kita miliki di rumah untuk membekali mereka, salah satunya dengan rumus 2T2L. Tolak, Teriak, Lari, Lapor.

Semoga bermanfaat. 

Ini 3 Perbedaan Bercanda dengan Perundungan

2 comments

Ah, lebay banget sih! Digituin aja langsung marah. Kan cuma bercanda.

Entah kenapa, sejak kata lebay semakin menyatu dalam percakapan kita, secara tanpa sadar, kita seperti menyepelekan perasaan orang lain. Padahal, ketika apa yang kita ucapkan dan lakukan ternyata menyakiti perasaan seseorang, berarti yang salah adalah kita, bukan sebaliknya. 


Perbedaan bercanda dengan perundungan

Dalam pergaulan, ketika seseorang tersakiti, merasa tertindas, merasa terhina dan merasa terpojokkan akibat perlakukan seseorang, itu masuk ke dalam kategori perundungan. Sekalipun ngakunya cuma bercanda, tapi kalau sudah ada pihak yang tidak nyaman, itu bukan lagi bercanda. 


Nyatanya, perundungan masih menjadi momok di dunia pendidikan Indonesia. Kalau kata Mas Menteri Nadiem Makarim, perundungan masuk ke dalam salah satu dari 3 dosa besar pendidikan yang harus dihapuskan. Beliau juga mengatakan bahwa 24,4 persen dari peserta didik kita berpotensi mengalami insiden perundungan, dan ini merupakan angka yang sangat besar (dilansir dari disway.id).


Baca juga: Anak Bertengkar dengan Teman, Orang Tua Harus Apa?


Sebenarnya, apa sih perbedaan bercanda dengan perundungan? Apakah hanya dalam lingkup pergulatan emosi saja, atau ada yang lainnya? Simak penjelasan berikut, ya. Sangat penting diketahui anak-anak kita, orang tua, maupun seluruh pihak yang terlibat dalam ekosistem pendidikan.


  • Salah Satu Pihak Berkuasa

Nah, ini adalah salah satu pembeda terbesar antara bercanda dan perundungan. Kalau bercanda, semua yang berkomunikasi, yang melontarkan kata-kata bercanda tersebut, kedudukannya setara. Maksudnya, tidak ada pihak yang mendominasi, dan memegang kendali. Semuanya dapat terlibat, tidak ada pembeda.


Sedangkan perundungan, ada salah satu pihak paling berkuasa yang memegang kendali. Bukan kekuasaan yang berkonotasi positif, ya. Tetapi kekuasaan untuk menyakiti pihak lainnya yang tak berdaya. Pihak berkuasa inilah yang disebut dengan perundung atau pelaku perundungan. 


  • Ada yang Tersakiti

Dalam bercanda, karena semua setara, jadi kesan yang muncul adalah senang dan bahagia. Yang bisa menjadi bayangan mudahnya adalah semua tertawa. Tidak ada yang terintimidasi, marah, kesal dan sebagainya. Pokoknya, semua happy saja. 


Berbeda dengan perundungan, karena hanya salah satu pihak berkuasa saja yang mendominasi, melakukan ejekan, hinaan, atau perbuatan tak pantas lainnya, yang tertawa itu ya hanya Si Pelaku. Sedangkan pihak lainnya, jelas merasa tersakiti, mencakup segala definisi rasa tersakiti itu. Pihak tersakiti inilah yang disebut korban perundungan. 


  • Dilakukan dengan Sengaja dan Berulang Kali

Kalau hanya sekali saja, bisa jadi itu ketidaksengajaan atau bentuk sarkasme, yaitu sindiran atau omongan yang menyakiti orang lain, tetapi dikarenakan pelakukanya tidak paham etika. Begitu pula dengan bercanda. Mungkin bisa saja topik yang sama dibahas berulang kali, tetapi tetap tidak disengaja, apalagi direncanakan. Ya, ngalir saja. 


Kalau perundungan, Si Perundung sangat dengan sengaja menyakiti korbannya, meski tahu bahwa korabn sudah tak berdaya. Malah semakin senang jika korban makin tersudut dan tertindas. Mereka tahu bahwa itu tak baik, tapi tetap dilakukan berulang kali secara terus menerus. Bahkan, kadang direncanakan. 


Sudah sangat detail perbedaanya. Perundungan dan bercanda itu sama sekali bukan hal yang bisa disamakan. Atau menyembunyikan kesalahan dengan alasan bercanda ketika ada yang tersakiti berkat perlakuan kita. Apalagi sampai dilakukan berulang kali, padahal sudah tahu orang lain merasa enggak nyaman dengan itu. 


Baca juga: Kapan Sebaiknya Anak Mulai Sekolah?


Dengan mengetahui perbedaan bercanda dan perundungan, kita bisa membekali diri agar tak menjadi pelaku dan dapat mengambil tindakan segera apabila ternyata sudah menjadi korban. Apa yang mesti dilakukan? Ingat rumus 2T 2L, yaitu Tolak Teriak Lari Lapor. Selanjutnya insyaAllah akan saya bahas lebih lengkap di tulisan setelah ini.


Stay tune di novarty.com.

Semoga bermanfaat.


Update, sudah tayang ya artikel tentant menghadapi perundungan di sekolah. Silakan dibaca.

Cara Menghadapi Perundungan Di Sekolah, Anak dan Orang Tua Wajib Tahu!

Tips Rombak Kamar Jadi Studio Musik di Rumah

No comments

Bagi pecinta musik atau pehobi eksplorasi nada, anak band misalnya, memiliki studio musik sendiri di rumah pasti jadi impian. Tapi, dalam bayangan, biaya yang besar akan menjadi pertimbangan utama yang membuat impian itu sulit terwujud.


Membuat studio musik di rumah

Sebenarnya, peluang mewujudkan mimpi itu ada lo, yaitu dengan melakukan renovasi salah satu ruangan di rumah. Biayanya? Bisa kita dapatkan dari pinjaman uang di bank. Lagian ruangan yang diperlukan tidak perlu terlalu besar. Asalkan telah memiliki kamar, atau ruangan yang bisa dirombak menjadi tempat bermusik, itu sudah cukup. 


Baca juga: Hitung Biaya Pembuatan Kanopi dan Tips Siapkan Dananya


Kemudian penting juga untuk menyediakan waktu selama beberapa hari atau bahkan berminggu untuk mulai melakukan renovasi ini. Jadi, tidak perlu lagi deh menyewa studio musik di luar jika pengerjaan sudah selesai.



Alat untuk Membuat Studio Musik dengan Pinjaman Uang di Bank

Sebelum membuat studio musik di rumah dari renovasi ruangan, yang pertama mesti disiapkan adalah menyusun alat apa apa saja yang dibutuhkan untuk isiannya nanti. Nah, berikut ini beberapa keperluan untuk mengisi studio musik yang totalnya bisa mencapai Rp 180 Juta.


  • Seperangkat Alat Band

Pastinya, kita butuh seperangkat peralatan band. Mulai dari gitar, drum, piano, dan lain sebagainya. Jangan lupa untuk melengkapi dengan amplifier, stand gitar hingga efek distortion.  

Harga untuk perlengkapan ini bisa mencapai Rp 100 juta. Berikut rincian lengkapnya:

1 Set drum: Rp 20 juta;

Gitar rhythm, bass, melody: masing-masing Rp 20 juta;

4 Amplifier untuk gitar, bass dan vocal: masing-masing Rp 3 juta;

2 distortion effect: masing-masing Rp 1 juta;

2 Stand gitar dan 2 mic: masing-masing Rp 500 ribu;

Jack dan juga perlengkapan audio: Rp 500 ribu.


  • Seperangkat Komputer

Supaya bisa sekalian editing audio record, kita perlu memiliki seperangkat komputer editing. Harganya mulai dari Rp 15 juta. Dengan harga segini, kita sudah mendapatkan seperangkat PC recording musik tanpa merakitnya sendiri.


  • Sound System

Peralatan sebelumnya yang sudah dibahas, sudah merupakan fasilitas yang sangat baik untuk studio musik di rumah. Maka dari itu saat memilih sound system, sebaiknya tidak sembarang. Belihlah seperangkat sound system dengan kualitas suara terbaik. Harganya mulai Rp30 juta dengan kemampuan audio yang mumpuni. Kemudian letakkan masing-masing sound system di sekitar ruangan agar suara dapat didengar dengan menyeluruh.


  • Pendingin Ruangan

Berikutnya, jangan lupakan pendingin ruangan agar tidak merasa gerah di ruangan tertutup dan dapat juga menjaga peralatan agar lebih awet. Harga pendingin ruangan pilih yang murah saja, sekitar Rp10 juta sudah cukup untuk mendapatkan satu yang terbaik.


  • Kursi 

Terakhir adalah kursi untuk drummer atau personel lain yang ingin bermain band sambil duduk. Pilih yang nyaman dengan harga masing-masing Rp5 juta. Sediakan pula meja untuk proses editing, dan juga sofa santai. Harganya masing-masing Rp2 juta dan juga Rp10 juta.



Rombak Kamar Jadi Studio Musik Sendiri

Studio musik pribadi

Setelah mengetahui ragam perlengkapan untuk studio musik. Yuk, mulai rombak kamar atau ruangan jadi studio musik pribadi! Bagaimana langkah-langkahnya? Simak artikel sampai selesai, ya.


  • Siapkan Kamar

Kita harus sudah memiliki kamar sendiri di rumah, yang memang sudah tidak terpakai. Agar bisa merombaknya menjadi studio musik di rumah. Tidak perlu terlalu luas, minimal berukuran 5 x 6 meter. Kalau misalkan lebih besar juga tidak jadi masalah.


  • Pasang Peredam Suara

Agar tidak mengganggu kenyamanan penghuni rumah yang lain, pasanglah peredam suara pada studio musik. Peredam ini dipasang memutar di seluruh ruangan. Sehingga suara tidak akan bocor ke luar. Untuk satu lembar peredam dengan ukuran 400 milimeter, biayanya sekitar Rp 500.000. Nah apabila ukuran kamar sekitar 6 meter, sediakan budget sekitar Rp 50 juta untuk peredam agar pemasangannya merata.


  • Lapisi dengan Karpet

Kemudian pada bagian bawah jangan lupa untuk melapisi dengan karpet. Fungsinya untuk membantu meredam suara yang timbul saat sedang bermain musik. Anda bisa menyediakan budget sekitar Rp10 juta, untuk membeli karpet terbaik peredam suara. Lapisi seluruh ruangan dengan karpet ini. 


  • Pasang Lampu

Penerangan untuk studio mini juga harus terlihat baik dan estetik, agar bisa mendapatkan kenyamanan saat bermain musik. Harga untuk pemasangan penerangan studio mulai dari Rp10 juta. Kita sudah bisa mendapatkan lampu sorot hingga lampu untuk membuat video. 


  • Panggil Teknisi

Serahkan seluruh pemasangan ini kepada teknisi. Mulai dari pemasangan alat, hingga peredam suara. Kita hanya butuh mengawasinya secara langsung. Supaya pekerjaan dari para teknisi ini segera rampung.  Perkiraan biayanya sekitar Rp 35 juta untuk membayar para teknisi ini. Supaya pengerjaannya juga cepat dan rapi.


Dari total harga alat band Rp180 juta dan renovasi kamar Rp95 juta, dapat diasumsikan jika kota membutuhkan dana keseluruhan sebesar Rp275 juta. Wah, apakah Anda sudah menyiapkan dana ini?



Buat Studio Musik dengan Pinjaman Uang Tanpa Jaminan

Membuat studio musik sendiri bukanlah hal yang susah untuk diwujudkan. Tapi memang butuh persiapan dana yang tidak sedikit. Eits, jangan buru-buru pesimis, ya. Kita bisa meminjamnya melalui pinjaman uang DBS KTA. Syaratnya cukup mudah, dan proses approval juga sangat cepat. Cocok untuk bagi kita-kuta yang ingin mendapatkan pinjaman secara cepat.


Beberapa manfaat lain yang bisa Anda dapatkan adalah:

  1. Jumlah pinjaman Rp300 juta yang bisa untuk membangun studio musik sendiri.
  2. Bunga untuk pinjaman juga flat dan sangat tingan, mulai 0,88 persen per bulan.
  3. Jangka waktu pinjaman adalah 36 bulan atau tiga tahun dengan tenor bisa diatur sesuka hati.
  4. Tidak perlu ribet dengan menyiapkan dokumen fisik.
  5. Proses approval hanya 3-5 hari kerja saja. 
  6. Syarat mudah, cukup berdomisili di Jabodetabek, mempunyai KTP & NPWP, berpenghasilan minimal Rp5 juta, memiliki limit kredit di bank lain minimal Rp10 juta.


Bila berminat, untuk mengetahui informasi lebih lanjut, sangat disarankan melihat laman https://www.dbs.id/id/treasures-id/kta/pinjaman-dbs-kta.page. Apabila memiliki pertanyaan, bisa melihat terlebih dahulu FAQ soal DBS KTA. Jika tidak menemukan jawaban, cukup kirimkan pernyataan tersebut.


Baca juga: Tips Renovasi Kamar Mandi Mewah di Rumah


Itu lah referensi cara untuk membangun studio musik sendiri di rumah. Yuk, ajukan pinjaman uang di bank sekarang supaya studio musik impian segera terwujud!

Semoga bermanfaat.

Gaji UMP Jakarta, Ingin Tabung 10 Juta dalam 3 Bulan? Ini Cara Mudahnya!

No comments

Terdengar sulit sekali pastinya. Tapi sebelum buru-buru menganggapnya mustahil, silakan baca dulu tulisan ini sampai habis, ya! Karena itu mungkin terwujud, selama tahu caranya.


manfaat menabung

Kita tentu tahu bahwa menabung merupakan hal bijak yang perlu dilakukan secara rutin. Uang yang terkumpul nantinya, bisa digunakan untuk banyak hal, mulai dari dana darurat, sampai membeli barang-barang yang selama ini diimpikan. Wah, kalau sudah berumah tangga seperti saya, pasti paham betul manfaat manabung ini. Terutama di saat-saat mendesak.

Hadirkan Peran Ibu untuk Pendidikan Indonesia Bersama ASUS Zenfone 9

2 comments

10 tahun lalu, saya pernah menjadi guru, tepatnya guru PKL (Praktik Kerja Lapangan). Hanya satu semester, tidak lama. Tapi pengalamannya berharga, membekas hingga bertahun-tahun setelahnya.


Peran Ibu untuk Pendidikan

Alirkan Cinta dengan Masak Seru Bareng Ibu

No comments

"Nanti kalau aku udah besar, Bunda duduk-duduk aja nonton drama Korea. Biar aku yang masak. Supaya Bunda enggak capek."


Masak Seru Bareng Ibu

Kuliner Enak di Sekitar Alun-alun Blitar, Satu Lokasi Banyak Opsi!

No comments

Libur telah tiba, hore!

Bagi yang masih bingung mau apa dan ke mana menghabiskan liburan akhir tahun yang sudah di depan mata ini, yuk ke Blitar menikmati kulinernya yang memanjakan lidah. Ada apa saja sih?


Alun-Alun Blitar

Healing bagi OYPMK itu Penting!

No comments
Belakangan ini, kata healing semakin eksis. Di mana-mana ada, bahkan kita sendiri juga sering menyelipkannya dalam berbagai pembicaraan atau unggahan media sosial. Bukannya tanpa alasan, ini terjadi karena healing memang dibutuhkan oleh siapa saja, termasuk para OYPMK atau orang yang pernah menderita kusta.

Healing untuk OYPMK

Jangan dikira healing hanya sebatas berekreasi ke objek wisata. Namun, healing sejatinya adalah penyembuhan dari kondisi psikologis atau mental seseorang. Tidak melulu harus merogoh kocek atau berkelana ke sana ke mari, namun lebih kepada menemukan metode yang tepat untuk mencapai tujuan healing tersebut. 


Chilling-Healing Bagi OYPMK

Inilah yang dibahas dalam Ruang Publik KBR bersama NLR Indonesia bertajuk "Chilling-Healing Bagi OYPMK, Perlukah?", yang disiarkan melalui live YouTube di channel Berita KBR 14 Desember 2022. Seberapa penting healing bagi OYPMK dan apa yang dibutuhkan dalam proses healing tersebut? Hadir dua pembicara, yaitu:
  1. Donna Swita - Executive Director Intitute of Women Empowerment (IWE)
  2. Ardiansyah - OYPMK dan Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia
Serta dibawakan apik oleh host KBR, Rizal Wijaya.


Mari Kenali Dulu Makna Healing 

Donna Swita

Nyatanya, banyak yang masih salah kaprah dengan makna healing. Seperti yang sudah disinggung di awal, healing identik dengan jalan-jalan dan promosi pariwisata. Donna Wijaya menjelaskan bahwa konsep healing tersebut adalah menyembuhkan, menemukan nilai yang akhirnya tidak ada lagi dikriminatif, menghakimi diri sendiri dan dapat melepaskan beban mental atau psikologis yang selama ini terpendam. 

Metodenya pun beragam. Berwisata hanya salah satunya saja. Masih ada metode lain seperti menulis, bermediasi, bercerita, membuat kerajinan tangan dan sebagainya. Ini lah yang mesti dikenali bagi para OYPMK. Jadi bisa lebih bebas memilih cara mana yang paling nyaman dilakukan untuk mengembalikan kepercayaan diri agar dapat segera bangkit dari keterpurukan akibat stigma yang mungkin sebelumnya diterima.

Healing bisa dilakukan siapa saja dan di mana saja.
- Donna Swita -

Donna melanjutkan bahwa ada lima dimensi yang menjadi target healing, yaitu fisik, psikis, mental, relasi dan spiritual. Mesti ditelaah dulu, dimensi mana yang paling dibutuhkan untuk disembuhkan para OYPMK, agar healing tersebut lebih tepat sasaran dan hasilnya pun maksimal.

Intinya, keterbatasan yang dirasakan oleh OYPMK, entah itu masih belum berani bersosialisi kembali, masih belum pulih secara fisik atau apa pun halangannya, healing masih sangat mungkin untuk dilakukan agar guncangan itu tak semakin berlarut-larut menggerogoti diri. Banyak sekali sumber informasi yang bisa diakses dengan mudah di dunia digital saat ini terkait healing. Atau mungkin ada juga metode yang bisa dilakukan secara digital. Menulis misalnya. 

Dengan mengetahui konsep healing ini, teman-teman OYPMK bisa langsung mempraktikkannya dan juga dapat menjadi sumber referensi bagi orang-orang di sekitar OYPMK agar dapat mendukung dan memberi ruang. Karena sejatinya, untuk kembali seperti sedia kala, OYPMK butuh kerja sama orang sekitar dan lingkungannya.


Yang Dibutuhkan OYPMK untuk Bangkit

Ardiansyah

Kisah Ardiansyah yang beliau tuturkan mengugah rasa salut saya. Begitu pula banyak peserta yang hadir selama acara. Terlihat jelas dari berbagai komentar positf yang masuk. Menjadi OYPMK, tentu tidak mudah. Sempat merahasiakan, namun akhirnya tetap diketahui juga oleh keluarga dan orang-orang di sekitarnya.

Selama melakukan rehabilitasi di salah satu rumah sakit di Makassar, semuanya masih berjalan baik-baik saja. Pengobatan lancar dan sosialisasi pun aman. Baru lah setelah keluar dari rumah sakit, stigma mulai berdatangan. Yang paling membekas adalah perlakuan dari keluarga sendiri yang seolah mengucilkan. Tempat tidur dipisah dan tidak diperkenankan ikut serta bila ada acara kumpul keluarga.

Tentu saja ini menyisakan trauma psikologis yang dalam. Harapan untuk mendapat dukungan, malah dihancurkan bahkan oleh orang yang paling dekat. Ya, inilah yang paling dibutuhkan oleh OYPMK, DUKUNGAN!

Kenapa OYPMK butuh healing
Kecenderungan untuk menyendiri, takut, susah bercerita dan stigma yang dialami, akan sangat terbantu bila ada tempat untuk mencurahkan. Sehingga beban itu menjadi lebih ringan.
-  Ardiansyah -

Misalnya yang cocok dengan metode menulis, tulisa saja di note smatphone. Atau yang lebih nyaman bercerita, cari teman bercerita yang bisa menjadi wadah untuk menampung segala keluh kesah yang dirasa. Jadi, OYPMK tidak lagi merasa sendiri dan pasti merasa mendapat dukungan.

Donna menyambung dengan program IWE yang biasanya dilakukan. OYPMK atau disabilitas akan sangat baik bila diikutsertakan dalam berbagai kegiatan. Teman-teman kita ini sangat bisa berdaya. Sayang bila selama ini sering kali dijadikan objek untuk meminta bantuan atau sumbangan. Padahal, bila terus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan bersosial, akan memberi impact yang besar dalam membangun kepercayaan diri mereka.


Namun perlu digarisbawahi juga bahwa selain dukungan, tidak ada yang lebih besar perannya untuk bangkit selain dari diri sendiri. Ardiansyah sebagai orang yang pernah menderita kusta berpesan, bahwa yang pertama kali mesti dilakukan OYPMK adalah menerima bahwa ini adalah rencana Tuhan. Selanjutnya, dengan berhasil menerima, pikiran positif akan membekali diri untuk berani melangkah dan yakin bahwa ini bukanlah akhir dari segalanya.

Sama seperti saat keluarga mengasingkannya ketika tahu bahwa ia menderita kusta. Ardiansyah terus berorganisasi dan mengasah kepercayaan dirinya dengan bersosialisasi bersama orang-orang baru. Kalau bukan dimulai dari diri sendiri, dari mana lagi? Hingga akhirnya tekanan dari keluarga yang sebelumnya terasa menyakitkan, pulih dengan perlahan. "Saya merasakan kembali menjadi seorang manusia," ungkapnya.

_______

Mungkin masih banyak teman-teman OYPMK yang saat ini masih berada di masa-masa terbawahnya. Marilah sama-sama kita dukung proses penyembuhan mereka, healing mereka, untuk kembali menjadi pribadi positif layaknya kehidupan mereka dulu sebelum terkena kusta. 

OYPMK butuh kita, karena mereka adalah bagian dari kita.
Semoga bermanfaat.

Masa Depan untuk Pemulung

No comments

3,7 juta pemulung di Indonesia mengumpulkan 1 juta ton sampah plastik setiap tahunnya. Dengan volume sebanyak itu, keberadaan mereka tentu sangat berperan dalam pengelolaan sampah negeri ini. 


Siti Salamah

Namun sayangnya, kehidupan pemulung masih jauh dari standar kelayakan. Hanya 10 persen saja yang dapat mengakses pendidikan. Lingkungan kerja dan tempat tinggal pun tidak sehat. Perihal penghasilan, hanya berkisar antara 10 ribu hingga 20 ribu per hari. Semakin diperparah karena pandemi Covid-19 yang terjadi beberapa tahun belakangan. Serta yang paling menyulitkan adalah "status ilegal" seperti tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan berbagai persuratan administrasi pemerintah, yang akhirnya membatasi langkah ke berbagai akses. 


Tergeraklah Siti Salamah, untuk memperjuangkan kesejahteraan para pemulung. Bagaimana mengubah kehidupan mereka ke arah yang lebih baik, serta membekali dengan pendidikan dan kemampuan. Demi capaian masa depan yang dapat meningkatkan taraf hidup mereka. 



Cerita Di Lapak Pemulung Jurang Mangu

Taman Magrib Mengaji
Taman Magrib Mengaji, didirikan Siti di lapak pemulung Jurang Mangu
Perjalanan perempuan kelahiran tahun 1988 ini dimulai pada tahun 2015, dengan mendirikan Taman Magrib Mengaji di lapak pemulung Jurang Mangu, Tangerang Selatan, yang kini sudah beralih nama menjadi Rumah Pohon. Merupakan wadah untuk membantu pemulung mendapatkan pendidikan non-formal serta pendidikan spiritual.


Di sini, Siti melihat dengan jelas bagaimana realita lapak pemulung. Deretan bangunan semi permanen, sanitasi yang buruk, hingga aroma dari tumpukan sampah yang memenuhi segala ruang. Minimnya enyaman pendidikan dari penghuni lapak, sedikit banyaknya memengaruhi pola pikir dan cara pandang mereka. Menambah tantangan yang dihadapi Siti saat berbaur dan menawarkan berbagai program pendidikan dan pemberdayaan. 


Pernah formulir program "Mobil Kelas Berjalan" dari Kak Seto, disobek di depan matanya. Kata-kata kasar dan tidak pantas juga sempat membuat Siti trauma sesaat. Namun, keinginan kuat untuk tetap hadir bagi para pemulung, kembali melanjutkan langkahnya. Kini, buah manis itu bukan hanya Rumah Pohon saja, pemberdayaan pemulung sudah jauh lebih profesional lagi. Mencakup juga adanya beasiswa minat dan bakat, pelaksanaan Kejar Paket C, hingga kegiatan penyuluhan dan konsultasi kesehatan.


kegiatan pendidikan dan kesehatan untuk pemulungkegiatan pendidikan dan kesehatan untuk pemulung
Kegiatan pendidikan (kiri) dan kesehatan (kanan) untuk pemulung

Bagi Siti, yang paling membahagiakan adalah ungkapan terima kasih yang diucapkan oleh pemulung binaannya, yang perlahan berhasil meningkatkan taraf hidup dan menuntaskan pendidikan. Seolah menjadi semangat luar biasa agar dapat menyediakan rel yang bisa memberikan kesejehteraan berkelanjutan untuk para pemulung.



Waste Solution Hub, Pemulung adalah Mitra

Halal Expo
Mitra pemulung mengelola sampah event Halal Expo Festival
Bersama lima rekannya, Ranitya Nurlita, Muhammad Yusuf, Muhammad Arsad Aji Susanto, Surya Sastriando dan Ade Brian Mustafa, Siti terbang semakin tinggi dalam proses memperjuangkan kesejahteraan pemulung, yaitu dengan menjadikan mereka mitra dalam startup Waste Solution Hub. Di sini, pemulung dibina agar dapat bekerja dengan profesional.
 

Hasil kolaborasi dari para anak muda bangsa ini, fokus pada pengelolaan sampah, di mana kondisinya sudah sangat memprihatinkan. Data pada tahun 2020, di Jakarta saja, 8000 ton sampah diproduksi setiap harinya. Itu setara dengan setengah dari besarnya candi Borobudur! Karena alasan itu lah, Waste Solution Hub hadir mewujudkan visinya untuk menjadi sebuah platform solusi limbah terlengkap dan terintegrasi di Indonesia. Menghubungkan produsen sampah, pemulung dan pengelola sampah, hingga sebisa mungkin tidak ada sampah yang berakhir di (TPA). 


Waste Solution Hub ini adalah hub, penghubung. Layanannya tidak terbatas hanya pada pengelolaan sampah, namun juga memberdayakan kaum marjinal, serta mengedukasi masyarakat tentang pemilahan dan pengelolaan sampah. 

-Siti Salamah


Sudah lebih dari 6400 kg sampah yang diolah, dengan melibatkan ribuan pemulung, pengepul, bank sampah dan pabrik. Pekerjaan pemulung yang sangat dekat dengan sampah, menjadikanya sangat handal dalam menyortir sampah. "Bahkan sambil merem pun bisa," ujar Siti. Tidak menutup kemungkinan juga, pamulung ini nantinya akan terlibat dalam kegiatan sosialisasi. 


Di tahun 2019, Waste Solution Hub mendapat project pertama untuk mengelola sampah event di acara Halal Expo Festival, yang berlokasi di ICE BSD, Tangerang Selatan. Di awal, pengunjung sudah diberi sosialisasi tentang pemilahan dan pengolahan sampah sesuai dengan jenisnya. Lalu mitra pemulung bertugas mengumpulkan sampah yang kemudian akan dikelola berdasarkan jenisnya. Sampah anorganik dijual ke pengepul, dan hasil uangnya akan digunakan untuk kegiatan sosial para pemulung. Sedangkan sampah organik, dijadikan pupuk kompos yang hasilnya langsung dibagikan ke pengunjung di hari terakhir event.


Dalam satu hari kerja selama acara berlangsung, mitra pemulung bisa membawa pulang uang berkisar antara 250 ribu hingga 300 ribu rupiah. Tentu ini jauh lebih tinggi dari penghasilan di hari-hari biasa. 


Selain itu, ada lagi program #IndonesiaMerdekaSampah yang memberikan layanan penjemputan gratis minimal berat sampah 5 kg untuk wilayah Tangerang-Tangerang Selatan, program Sedekah Sampah, dan program Free Pick Up untuk penjemputan gratis sampah dengan volume besar. Ke depannya, akan ada lagi program untuk pengumpulan minyak jelantah yang nantinya bisa diolah lagi menjadi berbagai produk, seperti sabun, lilin aromaterapi, cairan pembersih lantai dan sebagainya. Semuanya tentu tetap melibatkan para mitra pemulung. 



Peduli Saat Pendemi

sembako untuk pemulung
Pembagian sembako tahap pertama di Lapak Pemulung Jurang Mangu

Mobilitas yang dibatasi selama pandemi, membuat pemulung sangat kesulitan mengumpulkan sampah. Waste Solution Hub pun terpaksa membatalkan beberapa kerja sama pengelolaan sampah event, karena larangan pemerintah untuk mengadakan acara offline. Dampaknya, penghasilan pemulung yang sudah sedikit, semakin menyusut dan menyulitkan.


Kembali bersama Waste Solution Hub, Siti menggalang dana pembagian sembako bagi para pemulung yang kondisinya sedang tidak baik-baik saja. Melalui gerakan #SumbangSuara, bersama Yayasan Anak Bangsa Bisa (YABB) yang didirikan oleh Gojek, Rumah Millennials serta lembaga swadaya masyarakat dan organisasi masyarakat lainnya, di tahap pertama berhasil membagikan 400 paket sembako di Lapak Pemulung Jurangmangu. Kemudian disusul dengan ribuan paket sembako yang disebar ke seluruh kaum marjinal. Jumlah donasi pun kian bertambah, salah satunya juga digalang melalui Kita Bisa.


Alat Pelindung Diri (APD) turut dibagikan. Kondisi pekerjaan pemulung yang langsung bersentuhan langsung dengan sampah, pasti sangat membutuhkannya, terutama di saat pandemi. Potensi penularan semakin besar karena sebelumnya bisa jadi sampah-sampah ini telah dipegang, dikonsumsi atau terkena mediator penyebaran virus.



Perjuangan Masih Panjang

Siti Salamah
Siti Salamah menerima anugerah 12th Satu Indonesia Award tahun 2021

Menerima apresiasi luar biasa di 12th SATU Indonesia Award menjadi penghargaan sekaligus tugas untuk meneruskan target-target yang belum tercapai. Dengan menjadi bagian dalam Waste Solution Hub, Siti bersama rekannya, bercita-cita untuk membuat sebuah aplikasi yang dapat mengintegrasikan semua pihak terkait pengelolaan sampah, dan memungkinkan mitra pemulung dapat menerima orderan penjemputan sampah. Bila aplikasi ini sudah berjalan, tentu pengelolaan sampah akan semakin mudah, dan pemulung dapat bekerja secara profesional layaknya seorang driver ojek online.


Siti pun berharap, kehadiran Waste Solution Hub bisa menjadi tempat bagi pemulung untuk mencari pekerjaan. Mereka bisa merasa nyaman dan hidup lebih sejahtera berkat binaan dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang lebih layak. Anak-anak yang tidak mengenyam pendidikan, akan diberi akses untuk mengejar ujian paket. Begitu pula pemulung yang sudah dewasa, akan dibekali dengan ilmu-ilmu dan keterampilan sehingga mereka mampu menghasilkan uang dengan cara yang kreatif dan inovatif. 


Referensi

Wawancara langsung dengan Siti Salamah

Dokumen dan dokumentasi yang dikirim oleh Siti Salamah

#SuamiIstriMasak, Peran Bersama dalam Sepiring Sajian

No comments
Beberapa kali saya takjub dengan piring kosong yang dipamerkan anak-anak. Ayah mereka yang masak, bukan saya. Menunya sederhana saja, sayur bayam bening dengan tempe goreng tepung yang garing. Berbeda sekali dengan masakan saya yang lebih berat. Maklum, orang Padang, kalau enggak yang bersantan, ya balado.

#SuamiIstriMasak

Terkadang suami spontan memberi ruang pada istrinya bersantai sejenak. Tentu saya jauh lebih "meleleh" ketika suami melakukan ini, dari pada diberi seikat bunga. Apalagi anak-anak, seolah berganti suasana masakan, makannya bisa lebih lahap kalau ayah mereka sudah terjun ke dapur. Katanya, "Ayah dan Bunda sama-sama bisa masak."

Tapi tahukah teman-teman, apa yang sebenarnya terjadi di balik layar? Butuh proses dan kesempatan untuk saling mendukung dalam urusan dapur. Gimana sih maksudnya? Baca tulisan ini sampai habis, ya. Dijamin kalau #SuamiIstriMasak, banyak hal positif yang bisa didapat. Bukan hanya untuk kehidupan berpasangan, namun juga untuk kehidupan berkeluarga yang pasti akan ada saja kejutannya.


Suami Ke Dapur, Kenapa Tidak?

Laki-laki masak

Saya masih ingat cerita salah seorang teman sesama istri dan ibu, di acara arisan rusunawa di mana kami tinggal. Kebetulan topik yang dibahas saat itu kental tentang kehidupan seorang istri. Dia bercerita bagaimana selama ini Sang Suami tidak pernah sama sekali terlibat dalam urusan rumah tangga, apalagi sampai memasak. Sangat lelah rasanya, sudah bekerja, di rumah pun tidak ada yang bisa diandalkan untuk berbagi peran. 

Bukan tanpa alasan atau menyalahkan siapa-siapa, ternyata didikan dan budaya dari daerah asal suami teman saya ini lah akarnya. Di sana, laki-laki memang tidak diperbolehkan mengerjakan urusan rumah. Semuanya tugas istri. Pokoknya dari lahir, sudah dibiasakan seperti itu. Wajar bila berpuluh tahun tidak pernah dibiarkan mendekati dapur, akan menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Imbasnya, beberapa kali menimbulkan percikan masalah dan kesalahpahaman.

Itu hanya salah satu contoh. Nyatanya, lebih banyak lagi kejadian serupa yang langsung saya saksikan di depan mata. Kolaborasi suami-istri di dapur itu masih dinilai menyalahi "aturan" yang sudah ada sejak dulu.

Di kampung saya pun tak jauh berbeda. Walau bersyukur sekali banyak pasangan milenial yang sudah mengubah pola pikirnya. Kita tidak bisa memungkiri bahwa fenomena pengotakan antara tugas istri dan suami dalam berkeluarga masih ada hingga sekarang. 

Bahkan pesan orang tua semasa saya gadis, tetap terngiang saking seringnya didengar. "Perempuan itu harus pandai memasak, karena setelah menikah, yang ke dapur itu perempuan." Di sisi perempuan pun juga ditanamkan dan dilatih untuk siap menjadi koki satu-satunya di rumah tangga kelak.

Memang tidak sepenuhnya buruk, toh mayoritas perempuan masih memegang dominasi terbesar dalam urusan masak. Tapi perlu disadari bahwa akhirnya ini menjadi momok bagi perempuan usia menikah. Sudah lah dituntut agar bisa sukses seperti laki-laki, tugas rumah tangga tetap tidak boleh dibagi. Jadi dobel dan menumpuk lah tugas para perempuan. Ujungnya, menunda pernikahan mulai dijadikan jalan terbaik agar karir tetap bisa dikejar. Kalau sudah begini, bisa lebih panjang ceritanya.

Padahal, apa salahnya sih bila laki-laki atau suami memasak? 
Katanya emansipasi, tapi kok setengah-setengah? Sederhananya, rumah tangga itu dibangun untuk melangkah bersama, jadi semua yang akan terjadi di sepanjang perjalanan behtera, tetap membutuhkan peran berdua.

Percaya deh, ketika suami dan istri sepakat untuk memberi kesempatan dan menyadari punya peran dalam setiap lini kehidupan rumah tangga, akan banyak beban yang bisa dibagi dan istilah "teman hidup" itu bukan hanya pemanis. 

Suami masak, kenapa tidak? 
Para istri bisa sekali lo memberi kesempatan pada para suami mencoba memasak bila selama ini belum pernah dilakukan. Pelan-pelan saja. Pasti skill ini akan dibutuhkan suatu saat ini. Entah itu untuk saling menunjukkan perhatian, permintaan anak, atau di kala urgent. Buktikan bahwa paham "masak itu tugas istri" adalah hal keliru. Suami atau istri, sama-sama punya peran dalam sepiring sajian keluarga.

Chef Juna yang "cowok banget" saja jago masak. Malah jadi idola.
Masih menyangsikan kalau cowok enggak bisa ke dapur? Enggak pantas? Memalukan?
Ah, berhenti berpikir seperti itu. Kalau ibu-ibu sudah melihat suami sendiri yang masak, pesona Chef Juna mah lewat!


Ada Saatnya Suami Harus Ambil Alih Urusan Masak

Saat suami harus masak

Kita sama.
Baik saya dan suami, punya peran dalam setiap lini kehidupan rumah tangga kami.
Suami bekerja, saya juga punya hak untuk mengembangkan diri, atau suatu saat nanti juga berperan mencari penghasilan tambahan.
Saya memasak setiap hari, suami juga harus masak.

Mencapai kesepakatan ini butuh perjalanan cukup lama. Insight yang ditanamkan sejak kecil untuk menjadi perempuan yang mampu mengurus segala tugas rumah, sempat membuat saya memaksakan diri mewujudkannya. Ditambah lagi bisikan-bisikan ibu dilarang mengeluh, ibu harus kuat atau membandingkan dengan ketangguhan ibu zaman dulu yang anaknya lebih dari lima.

Sampai akhirnya saya stres sendiri, lelah secara fisik dan mental. Di sini lah saya sadar bahwa ada kesalahan yang sedang terjadi. Saya diskusikan dengan suami, yang ternyata telah membacanya jauh-jauh hari. Saya lupa keberadaannya, saya lupa kalau ada suami yang bisa dijadikan partner berbagi. Saya terlalu sibuk menjadi sempurna, sehingga lupa bahwa rumah tangga itu berdua.

Saya butuh suami, suami pun pasti butuh saya. Tak ada lagi yang namanya tugas istri atau tugas suami, tapi tugas bersama, peran bersama.

Memang akan ada peran yang dilakukan lebih banyak dan intens oleh satu pihak. Ini tergantung dari keputusan masing-masing rumah tangga. Kalau saya dan suami, yang memutuskan suami saja yang bekerja, mencari nafkah tentu paling dominan dilakukan oleh suami. Sedangkan untuk urusan memasak dan tugas rumah tangga, karena saya yang lebih sering di rumah, tentu saya yang paling banyak ambil bagian. Tapi tetap harus sadar diri bahwa baik saya dan suami punya peran dalam kedua hal tersebut. 

Siapa sangka, dinamisnya kehidupan memunculkan momen di mana dominasi itu bergeser. 

Tugas saya memasak dilakukan penuh oleh suami di beberapa kondisi. Kondisi di mana suami mesti menyajikan lauk untuk saya dan anak-anak makan. Loh kok bisa? Enggak beli makanan jadi saja? Nah, mungkin sedikit cerita saya berikut bisa menjelaskannya lebih detail.

4 tahun lalu, suami memulai tugas belajarnya, yaitu melanjutkan kuliah melalui beasiswa. Suka atau tidak, penghasilan suami akan menurun. Tentu kami sudah menyiapkan mental dan strategi untuk ini. Salah satunya dalam urusan sajian. Mungkin akan lebih diupayakan lagi memasak menu sehari-hari sendiri, alih-alih membeli yang jadi. Jauh lebih hemat dan sehat pastinya. Tak masalah, anggap saja ini waktunya saya dan suami belajar masak.

Dengan sepakat untuk membagi peran dalam hal apa pun, memasak tidak lagi menjadi beban, terutama bagi saya yang paling sering memasak. 
Kalau capek, tinggal bilang. Nanti suami akan berusaha gantian. Sesekali saja diselingi dengan makan di luar atau membeli makanan yang sudah jadi. 

Dan tahukah teman-teman, ternyata kemampuan masak suami yang diperoleh selama kami komitmen masak sendiri ini sangat berguna dalam kondisi-kondisi tertentu. Bisa dibilang, kalau bukan suami yang masak, mungkin akan ada masalah-masalah lain yang menyusul. Ya, segitu pentingnya suami bisa mengambil alih tugas memasak.

Pertama, saya sakit dan sedang hujan petir. Tidak ada abang ojek online yang menerima orderan saking derasnya hujan. Anak kedua kami masih bayi pula. Mau ditinggal suami dan menerjang hujan, pasti berisiko. Tanpa pikir panjang, suami langsung menuju dapur dan memasak kreasi telur dengan saus racikannya. Solutif sekali, bukan? Coba kalau suami tidak ambil peran, mungkin sakit saya bertambah dengan sakit kepala.

Kedua, saya ada acara yang mengharuskan anak-anak ditinggal beberapa hari bersama ayahnya. Berhubung anak-anak sudah mulai besar, sudah bisa ditinggal-tinggal sejenak. Yeay! Bayangkan dalam kondisi keuangan keluarga yang butuh pengetatan ekstra, kalau harus beli makanan jadi selama berhari-hari, lumayan besar juga kan? Lagi-lagi suami menjadi andalan. Karena sudah biasa, jadinya happy-happy saja. Jadi lebih tenang.

Ketiga, anak saya tidak mau makan. Karena beda tangan, beda pula rasa makanannya, suami biasanya akan memasak menu berbeda sebisanya agar anak-anak mau makan. Meski ini membuat patah hati, suudzon kalau masakan saya tidak enak. But, it's work! Seringnya, anak-anak jadi mau makan berkat cita rasa yang dihasilkan tangan suami saya. Maklum, kan lebih seringnya makan masakan bundanya, jadi pas dimasaki ayahnya, seperti berpindah dari rumah makan Padang ke restoran Jawa. 

Tapi perlu digaris bawahi bahwa mencapai titik di mana suami bisa enjoy di dapur itu butuh proses. Saya tak segan atau malas berantakan saat mengajak suami masak bersama. Banyak bumbu dan bahan masakan yang akhrinya diketahui, serta banyak cerita yang akhirnya terkuak dari sini. Seperti misalnya ungkapan suami, "Aku tuh sukanya bayam itu pakai kunci." Sedangkan saya tak pernah sekali pun memasukkan kunci ke dalamnya karena memang di kampung saya tidak mengenal rempah kunci

Seru deh pokoknya! Selama cara mengajaknya tepat, pasti menyenangkan bisa bersama suami di dapur. Dan pastinya, skill memasak yang dimiliki oleh suami akan menjadi pemecah masalah di saat yang tidak kita duga. 


Manfaat #SuamiIstriMasak, Yakin Mau Dilewatkan?

Manfaat #SuamiIstriMasak

Sejak punya anak, waktu santai-santai itu tak akan bisa lagi dihabiskan untuk ngobrol panjang lebar hanya berdua dengan suami. Pasti akan diramaikan oleh anak-anak. Soalnya kami di rumah hanya berempat. Saya, suami dan kedua jagoan kami. Ke mana-mana pasti dibuntuti anak, apalagi di rumah.

Tanpa disengaja, kami akhirnya memanfaatkan selipan-selipan waktu sambil mengerjakan sesuatu atau menuju tempat tertentu untuk sekadar berbagi cerita. Karena tanpa ngobrol, rumah tangga bisa menghambar, lo! Ini sudah terbukti juga dari berbagai penelitian dan pendapat pakar. Apalagi wanita, alias saya, kalau tidak bercerita dalam sehari, sensasinya seperti ada yang menyangkut di dada. Ujungnya, bisa merembet ke mana-mana.

“Bukan hanya kedekatan dan keintiman secara fisik, namun kedekatan secara emosional antara suami dan istri harus dijaga, dirawat dan dipelihara."
- Psikolog Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi., Psikolog., CPC-

Nah, salah satu momen yang paling oke itu ya saat memasak. Sambil mengupas bawang, ada saja yang teringat untuk ditanyakan. Sembari memotong kecil wortel, ada saja kejadian-kejadian kemarin yang terlintas untuk diceritakan. Ditambah lagi anak-anak jarang sekali menginterupsi. Mengerti kalau orang tuanya sedang sibuk, sehingga mereka tanpa diminta akan mencari kesibukan sendiri pula. Seperti dikasih waktu untuk berduaan.

Tapi tahu enggak sih, kalau #SuamiIstriMasak itu bukan hanya sekadar quality time? Jauh melebihi itu! 

1. Merasa Tidak Sendiri

Kalimat indah seperti "Aku akan selalu ada untukmu" tak akan berguna bila realisasinya tidak ada. Dengan masak berdua, ada pembagian tugas dan perhatian di dalamnya. Misal saya, tahu kalau suami akan kesulitan menakar bumbu, otomatis saya yang mengerjakan. Begitu pula suami, reflek mengulek dengan cobek karena tahu saya selalu kelimpungan melakukannya. Bila sudah beberapa kali praktik masak bersama, dijamin akan menjadi sebuah kebiasaan untuk saling membantu dan mengenali kekurangan masing-masing, meski bukan di dapur sekalipun. Romantis!

2. Berbagi Cerita

Seperti yang sudah disinggung tadi, keterbatasan waktu untuk ngobrol akan menjadikan momen memasak bersama sebagai wadah untuk berbagi cerita. Enggak mungkin kan selama masak kita diam-diam saja? Pasti ada saja yang dibahas. Bagi saya yang setiap hari di rumah, kalau bukan cerita ke suami, ke siapa lagi? Jadi akan ada sejuta kisah yang saya ceritakan selama masak. Suami pun sama, hanya sama istrinya bisa bebas mencurahkan apa pun. Akhirnya, ini akan sangat bermanfaat untuk melegakan hati dan pikiran. 

3. Menguak Apa yang Belum Terkuak

Menikah bertahun-tahun, belum tentu kita mengetahui segalanya tentang pasangan. Kehidupan ini pun dinamis, pasti selalu ada yang baru. Kadang saat cerita panjang lebar, ada saja sesuatu yang baru saya tahu tentang suami, atau sebaliknya. Entah itu yang baru terjadi, atau yang memang sudah lama, tapi lupa atau takut mengungkapkannya. Padahal pas sudah terbongkar, kita sama-sama tertawa. Ini bisa dijadikan refleksi masing-masing ke depannya tentang hal-hal yang baru diketahui tersebut agar bisa saling mengerti dan melengkapi.

4. Contoh untuk Anak-Anak 

Anak memiliki memori yang secepat kilat dapat merekam dan hati yang sangat sensitif untuk merasa. Ketika ada kehangatan tercipta dari aktivitas saya dan suami memasak, ini juga anak dirasakan oleh anak-anak. Oh, ternyata orang tua mereka saling mengasihi, saling bekerja sama dan saling membantu. Secara tidak langsung, anak-anak akan merekamnya dalam ingatan hingga berdampak postif dalam kehidupannya. 

5. Kemampuan Masak Meningkat

Jelas, ini adalah manfaat yang pasti akan dirasakan oleh suami atau istri. Biasanya saya tak akan berpikir lama untuk mencoba resep baru, yang terkadang bumbunya bikin pusing, karena ada suami yang membantu. Suami pun juga jadi tahu bumbu-bumbu dapur, letaknya di mana, cara menyimpannya gimana, hingga berinisiatif berbelanja sayur sendiri. Dan yang paling suka bikin heboh di dapur itu adalah terciptanya menu baru. Suami saya itu suka banget kecap, apa-apa dikecapin. "Eh, coba dong gulai kamu digabung sama kecap, enak enggak?" Walau nanti bakal ada yang zonk, ternyata banyak juga lo yang sukses.

6. Tidak Lagi Khawatir Meninggalkan Anak Bersama Ayahnya

Berkat ruang yang diberikan untuk mengambil peran di dapur, maka kepercayaan diri suami akan meningkat untuk tugas rumah tangga lainnya. Terkadang suami itu hanya butuh arahan, karena bingung mau bantu apa. Seringnya para istri, termasuk saya, inginnya suami selalu peka. Giliran tidak dibantu, malah marah-marah. Padahal tinggal dibilang saja kalau ingin dibantu. Di mulai dari memasak bersama ini lah akhirnya meninggalkan anak-anak bersama ayahnya tidak perlu lagi memancing rasa khawatir. Setidaknya urusan makan, aman.

Sebenarnya masih ada lagi manfaat lain, seperti menghemat pengeluaran, menyajikan masakan sehat untuk keluarga, bisa menjamin kebersihan dan kualitas bahan yang dimasak, hingga menjadi kenangan manis yang sulit dilupakan bila ada hal spesial yang tiba-tiba saja terjadi selama memasak. Ini baru dari pengalaman saya saja. Mungkin kalau digali lagi dari cerita ibu-ibu yang pernah mencoba, bisa lebih panjang lagi list-nya. Yakin, deh!

Sebesar itu manfaat #SuamiIstriMasak! Yakin mau melewatkannya? Coba dulu sekali atau dua kali, nanti pasti terasa aliran positifnya.


Tak Perlu Sempurna, Jadikan Istimewa dengan Kecap ABC

Quality time dengan suami

Sadar bahwa memasak bukanlah kemampuan yang bisa dengan mudah didapatkan oleh semua orang, saya tidak pernah ngoyo dalam hal sajian makanan di rumah. Tidak perlu yang perfect seperti masakan chef, yang penting bisa dinikmati anak-anak dan suami saja, sudah cukup. Lagian yang makan kan juga cuma kami, jadi yang terpenting kami suka.

Berhubung saya juga bukan tipe ibu yang hobi berlama-lama di dapur, tapi tetap ingin memasak untuk keluarga, jadi saya akan memilih resep yang sederhana saja. Apa lagi suami, kalau bisa lebih simpel lagi dari apa yang saya anggap simpel. Mungkin ini juga yang akhirnya membuat kami kompak kalau masak bareng, hehe. 

Untungnya, resep yang simpel-simpel ini juga banyak yang enak. Setidaknya enak di lidah keluarga saya. Misalnya masakan yang ada kecapnya, persentase keberhasilan meracik perpaduan yang enak akan lebih besar karena rasa kecap itu sendiri sudah khas. Tambahkan saja Kecap ABC, beres. 

Salah satunya resep ayam kecap yang saya pilih ini. Bahannya tidak sekompleks resep ayam kecap versi lain, karena tidak banyak bumbu rempah yang mesti dimasukkan. Sudah sejak anak pertama saya masih berusia 1 tahun, resep ini selalu jadi andalan. Jadi pas mengajak suami masak, resep ini tidak akan membuat kepalanya mumet. Ditambah suka kecap pula, makin semangat lah Paksu ini. 

Ayam Kecap ABC

Resep ayam kecap

Bahan
1 ekor ayam, potong 10 atau 12 bagian
Tahu, potong besar
Kecap Manis ABC
2 buah bawang bombai ukuran kecil, iris
4 siung bawang putih, cicang
3 buah cabai merah keriting, iris serong (boleh ditambahkan bila ingin lebih pedas)
1 buah tomat ukuran besar, potong dadu besar
1 buah jeruk nipis
Garam, merica, kaldu jamur secuupnya sesuai selera
Minyak untuk menumis dan menggoreng
Air secukupnya

Cara membuat
🌸 Lumuri ayam dengan perasan jeruk nipis dan garam. Diamkan sebentar, lalu goreng setengah matang. Sisihkan.
🌸 Goreng tahu. Sisihkan.
🌸 Tumis bawang bombai, bawang putih dan cabai merah keriting sampai layu dan wangi.
🌸 Masukkan ayam dan tahu. Tumis sebentar.
🌸 Tambahkan air sampai terendam.
🌸 Tuang kecap ABC hingga warna air cokelat pekat.
🌸 Masukkan tomat, garam, merica dan kaldu jamur. Perhatikan takaran garam, karena ayam sudah dilumuri garam juga sebelum digoreng.
🌸 Masak dengan api besar, sambil sesekali diaduk. Tunggu sampai air menyusut dan mengental.
🌸 Jangan lupa dicicipi, ya.
🌸 Sajikan dengan nasi hangat. 

Ayam kecap dan nasi
Nikmatnya Ayam Kecap ABC dan nasi hangat, anak-anak suka!


Bagaimana, sederhana sekali kan bumbu-bumbunya? Tapi rasanya, dijamin enggak kalah enak dari resep ayam kecap dengan bumbu yang lebih banyak ragam. Makanya saya tidak mengarang saat menyimpulkan masakan yang dituangkan kecap manis yang khas dan berkualitas, akan tetap enak meski bumbu dan rempahnya minimalis. Tak perlu khawatir lagi dengan hasil kolaborasi dengan suami berkat peran Kecap ABC. Kecap manis yang menjadikan masakan lebih istimewa. 

Kecap ABC
Kenapa Kecap ABC?
Kecap ABC terbuat dari perasan pertama kedelai pilihan yang memberikan ekstrak rasa dan aroma maksimal, menjadikan masakan lebih kaya rasa. Cocok untuk masakan yang di goreng, di tumis dan di panggang, serta topping makanan seperti bubur dan bakso, juga cocolan makanan.

Saat ini pun variasi kecap sudah semakin inovatif. Ada yang kecap manis pedas, kecap manis seafood atau kecap manis daging asap. Tinggal sesuaikan saja dengan masakan yang akan dibuat. Karena bagi saya yang kemampuan masaknya masih di level beginner, kehadiran kecap yang makin beragam ini sangat membantu.

Sekadar berbagi cerita, sharing saya mengenai pengalaman dan manfaat masak bersama suami ini, sebenarnya terinspirasi dari video #SuamiIstriMasak Kecap ABC. Video yang menayangkan bahwa ternyata sangat menyenangkan bila istri dan suami bisa menyediakan waktu untuk bersama-sama memasak di dapur. Yang awalnya ragu, setelah dicoba, ternyata seru.

Silakan langsung ditonton saja ya videonya. Mana tau terinspirasi juga.


Sejalan dengan komitmen PT Heinz ABC Indonesia, selaku produsen Kecap ABC, untuk terus membawa dampak positif bagi konsumen, rangkaian kampanye #SuamiIstriMasak ini sudah berlangsung sejak tahun 2018, lo! Yaitu diawali dengan kampanye diinisiasi. Dilanjutkan lagi pada tahun 2019 dalam inisiasi kampanye selama Hari Kesetaraan Perempuan. Tahun berikutnya, 2020, dibangun kolaborasi bersama platform edukasi untuk melibatkan anak-anak dalam kampanye Hari Kesetaraan Perempuan. Serta yang terbaru di tahun 2021 adalah kolaborasi dengan Titi Kamal dan Christian Sugiono untuk menekankan pentingnya kolaborasi suami dan istri di dapur.


Setelah ini ada apa lagi, ya? Jadi penasaran. 


Saya dan ibu-ibu yang tampil dalam video #SuamiIstriMasak Kecap ABC sudah mencoba asyiknya berkolaborasi bersama suami di dapur untuk menyajikan makanan yang istimewa.

Yuk, para istri dan ibu-ibu yang masih maju-mundur untuk melibatkan suami dalam urusan masak, segera diagendakan kapan mau masak bareng dan pilihan menunya! Boleh banget bila ingin mencoba seperti cara saya, yaitu memilih menu yang berkecap agar resep simpel yang dimasak dengan skill standar, hasilnya tetap yummy. Apalagi kalau dimasak sama yang jago di dapur, wah, pasti akan spektakuler lagi rasanya.


Tak perlu khawatir, Kecap ABC akan membuat hasil masakan kolaborasi suami-istri semakin kaya rasa dan istimewa.

"Enak, Bun!" Seperti ungkapan anak saya ketika menyantap ayam kecap yang kemarin baru saja menjadi menu masak bersama suami. Atau "Gampang banget ya ternyata bikin ayam kecap," kata suami bangga karena kesuksesannya di uji coba pertama.


Tips Seru Mengajak Suami Kolaborasi Di Dapur

Tips mengajak suami masak

Para istri tentu tahu bahwa suami sudah menghabiskan banyak waktu dan tenaganya untuk bekerja di luar rumah. Makanya mengajak suami untuk bisa turut memasak di waktu libur, butuh trik tertentu. Agar suami dan istri sama-sama nyaman. Soalnya, kalau ada satu pihak saja yang merasa tidak senang saat masak bersama, momen yang harusnya bisa sangat seru, yang dirasakan malah sebaliknya. Ujungnya jadi malas mengulang kembali kegiatan ini.

Terus, bagaimana caranya agar suami mau dan bersemangat memasak bersama istri? Berikut beberapa tips yang bisa sama-sama kita terapkan. 

  • Pastikan mood suami baik

Bila selama ini hanya wanita yang selalu dilabeli dengan mood swing, bukan berarti para bapak juga tidak pernah mengalami mood yang berubah-ubah. Kalau suami saya, biasanya akan jelas terlihat dari pandangannya yang sudah tidak fokus saat diajak ngobrol dan kecenderungannya untuk lebih banyak diam. Ketika istri menyadari bahwa suasana hati suami sedang tidak baik, lebih bijak untuk menunda ajakan masak bersama. Bila tetap dipaksa, mungkin saja suami mengangguk, tapi setelah itu, pasti mood istri yang akan memburuk. Malah makin berbahaya! 

  • Ajak diskusi dan belanja bila memungkinkan

Kalau mood suami oke, ajakan sudah diterima, libatkan juga suami dalam memilih menu yang akan dimasak. Boleh ajak serta anak-anak apabila sudah bisa dilibatkan dalam diskusi. Biasanya anak akan sangat penasaran dengan sesuatu yang ada campur tangannya di sana. Serta bila memungkinkan, ajak juga suami dan anak-anak berbelanja bahan-bahan yang diperlukan. Bisa sekalian mengajarkan suami belanja sendiri. 

  • Pilih waktu yang tepat

Bagi saya, tidak semua waktu bisa dijadikan waktu yang tepat untuk memasak bersama suami. Di hari libur, bapak-bapak pasti ingin bersantai dulu di pagi harinya. Saya biasanya menghindari waktu pagi karena anak-anak meminta jatah duluan bermain bersama ayahnya. Baru nanti mendekati makan siang, sekalian untuk disantap selagi hangat, saya dan suami mulai memasak. Anak-anak pun sudah nyaman dengan aktivitas bermainnya, setelah mandi dan sarapan. Jadi interupsi oleh anak-anak akan lebih minim. Bisa didiskusikan dengan suami agar benar-benar klop. Jangan lupa, komunikasikan juga dengan anak, ya.

  • Sesuaikan tugas

Ini yang paling penting. Pembagian tugas harus adil dan sesuai kemampuan masing-masing. Misalnya suami ditugasi potong-potong bahan, istri yang bagian ngulek bumbu. Eh, ternyata pas praktiknya, suami masih kesulitan menggunakan pisau. Boleh sekali diberi tugas lain atau berganti tugas. Begitu pula bila ingin memberi tugas pada anak, pastikan tidak berbahaya dan memungkinkan mereka lakukan.

  • Libatkan untuk beres-beres

Tentu saja ini tidak boleh ketinggalan. Bila selama ini yang bikin istri masih enggan mengajak suami memasak bersama, coba sepakati dari awal untuk tugas bersih-bersih. "Bantuin cuci wajannya, ya. Nanti biar aku yang bagian lap-lapnya." Jadi clear sampai selesai semuanya. Tidak setengah-setengah. Karena jujur, yang paling bikin aktivitas memasak itu semakin memberatkan adalah bagian beres-beresnya ini. Betul?

  • Setelah selesai, nikmati bersama

Masaknya bareng, makannya juga bareng-bareng, dong! Pasti sangat hangat rasanya saat bisa berkumpul dan bercengkrama dengan keluarga, apalagi sajiannya juga hasil kolaborasi bersama. Cerita saat memasak, bisa berlajut sampai ke meja makan. Silakan memberi pujian pada suami agar perannya merasa dihargai dan dibutuhkan. Pendapat masing-masing juga bisa dibagi, atau mau masak apa lagi ya minggu depan?


Mungkin tidak 100 persen cara saya akan cocok dengan pasangan suami-istri lainnya. Tapi boleh banget dicoba dulu, mana tau cocok. Nanti pasti akan ketemu dengan cara mengajak yang lebih sesuai. Atau bila ada tips lain, boleh banget lo dibagi di kolom komentar agar bisa menjadi inspirasi kita bersama. 
Ditunggu, ya!


Masak Bersama Orang Tersayang Versimu 

Masak dengan orang tersayang

Kalau dipikir-pikir, masak bersama ini tidak hanya bisa dipraktikkan oleh pasangan suami-istri saja. Semua orang tersayang kita sangat bisa diajak berkolaborasi di dapur agar kedekatan emosional semakin kuat. Misalnya ibu dengan anak, kakak dengan adik atau mungkin nenek dengan cucunya. Sesama sahabat atau tetangga pun juga sangat bisa. 

Flashbak ke belasan tahun lalu, ketika masih muda belia, saya sering memasak bersama sahabat sepulang sekolah. Sahabat zaman SMA. Bergilir di setiap rumah kami. Yang paling ingat saat membuat klepon dan mie rebus untuk makan siang. Selain itu, sering juga membuat kue bersama adik saya, seperti kue karamel, martabak atau bolu kukus. Bahkan resepnya masih tertulis rapi di buku yang sama untuk acuan masak hingga sekarang. 

Manfaat yang dirasakan pun nyaris serupa. Kami bisa berbagi cerita, tertawa, bahkan saling mencurahkan isi hati yang sebelumnya tak ada kesempatan untuk dikatakan. Memasak pun jadi lebih ringan dan cepat karena ada pembagian tugas. Sehingga masak bersama ini bikin ketagihan!

Terkadang kita sudah merasa puas dengan kedekatan secara fisik dengan orang tersayang. Padahal tak akan lengkap tanpa kedekatan emosional di dalamnya. 

Kini saya pun sudah mulai mengajak anak-anak turut membantu membulatkan adonan, mengaduk bahan yang perlu diaduk, dan yang paling sering adalah mengupas telur puyuh. Saya merasa sangat terbantu, anak-anak juga senang karena ternyata memasak itu bukan hal yang hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Pasti mereka selalu bangga ketika bisa membantu bundanya memasak.

Melalui aktivitas bersama dalam waktu berkualias lah kedekatan emosional itu bisa terbangun. Jadi, mulai sekarang, jangan ragu, apalagi malu, mengajak orang tersayang untuk masak bersama. Salah satu aktivitas sehari-hari yang sangat bisa meningkatkan bonding satu sama lain.

Selamat memasak bersama orang tersayang!
Semoga bermanfaat.

_______

Referensi
https://kraftheinzfoodservice.co.id/
https://ibuibudoyannulis.com/nunuamir/lomba-blog-kecap-abc-menciptakan-quality-time-suamiistrimasak-di-dapur/
https://www.fimela.com/food/read/5135319/kecap-abc-perkenalkan-kampanye-suamiistrimasak-dukung-kolaborasi-suami-istri-di-dapur