Pernah enggak sih kepikiran, kalau sebenarnya rutinitas mandi yang setiap
hari kita lakukan, bisa menjadi waktu emas untuk marawat kulit?
Jujur, saya sendiri pun dulunya tidak pernah menganggap mandi sebagai sebuah
treatment perawatan kulit. Gunanya mandi ya biar bersih saja. Kalau ingin
merawat kulit, jelas langsung mengunjungi salon/klinik kecantikan atau tempat
lulur dan spa.
"Awal semester ini, anak-anak sudah diperbolehkan membawa bekal. Namun
pastikan yang simpel-simpel saja ya, Bu, Pak."
Itulah pesan yang disampaikan oleh kepala sekolah anak pertama saya, awal
bulan lalu. Kuncinya ada di simpel. Saya menerjemahkan maksud dari
simpel ini adalah bekal yang pas dan cocok dimakan anak di suasana pandemi dan
keadaan sekolah tatap muka yang baru saja dilaksanakan dengan segala
pembatasan.
Kalau ditanya kebiasaan sederhana bersama anak yang bermanfaat, jawaban paling
umum pasti membaca buku. Ya, karena memang membaca buku ini
sangat disarankan oleh semua pakar anak, bahkan sejak dari dalam kandungan.
Namun, setelah anak-anak semakin besar, ternyata banyak banget lo kebiasaan
sederhana yang tak kalah bermanfaat. Bukan hanya bagi anak itu sendiri, tetapi
juga bagi kita sebagai orang tuanya.
"Saya mah mending pakai tabungan saja sampai habis. Apalagi cuma buat jalan-jalan."
Pernyataan tersebut merupakan salah satu tanggapan ganjil tentang hadirnya
Traveloka PayLater menurut saya. Memang, Traveloka lebih lekat dengan liburan
dan jalan-jalan, karena familiar di fitur pembelian tiket pesawat
dan hotelnya. Tapi sadar enggak sih, tidak semua pembeli tiket pesawat atau
penyewa hotel adalah mereka yang sedang bersenang-senang? Lagi pula, Traveloka
tidak hanya memiliki dua fitur itu saja. Coba deh buka dulu aplikasinya
alih-alih menyimpulkan sendiri.
Dan yang lebih penting lagi, berkat PayLater, ada pilihan lain untuk
menyelamatkan tabungan dengan pengalihan risiko keuangan sementara yang aman
dan ringan. Kadang ada kalanya kita perlu mempertahankan tabungan untuk sebuah
prioritas.
Yang sedang-sedang saja. Saya tidak berasal dari keluarga sultan, tapi juga
tidak terlalu kesulitan. Makanya wajar bila saya memiliki prioritas dan
rencana keuangan agar tidak keteteran. Suami sedang tugas belajar empat tahun
ini, sehingga penghasilan tidak sebesar saat beliau aktif bekerja. Bagi yang
pernah tugas belajar, pasti tahu dengan kondisi dan risikonya, terutama
terkait gaji yang tidak lagi diterima 100%. Apalagi selama kuliah hanya
ditanggung biaya semesternya saja, tanpa tambahan uang saku. Kami sadar sekali
bahwa keadaan ini butuh pengelolaan keuangan yang tepat.
Meski tidak berpikiran untuk berhutang, ada kalanya saya mengharapkan langit
tiba-tiba berhujan uang. Ada satu takdir yang begitu berkesan bagi saya dan
keluarga. Disaat suami berupaya keras menyisihkan gaji untuk pulang-pergi
Jakarta-Semarang demi merawat mertua saya yang tiba-tiba jatuh sakit, lantai
unit rusunawa di mana kami tinggal malah terpaksa di bongkar habis.
Terbayang 'kan kalau rusunawa itu bertingkat. Unit di bawah kami mengeluh
mengalami kebocoran di berbagai tempat. Ketika tukang datang melihat, ternyata
bukan hanya lantai kamar mandi saja yang harus di bongkar, tapi seluruh lantai
rumah kami yang memang sudah pecah-pecah. Ini sesuai dengan perintah pengelola
untuk memperbaiki seluruh kerusakan yang ada demi kenyamanan bersama.
Padahal kalau kamar mandinya saja, kami tidak keberatan bila satu hari satu
malam harus turun ke lantai dasar demi menuntaskan urusan toilet, mandi dan
cuci-cuci. Tapi kalau semua lantai tidak boleh diinjak semalaman, mana mungkin
kami bisa tetap di rumah?
Mau tidak mau, kami harus menginap di luar. Tidak ada rumah saudara
yang bisa ditumpangi sementara. Sedangkan tabungan sudah diprioritaskan
untuk pulang mengurus mertua. Tidak mungkin mengorbankannya di saat
beliau membutuhkan kehadiran anak-anaknya segera.
Masalahnya lagi, anak kedua saya masih berusia 2 bulan saat itu. Tidak
sembarang penginapan bisa kami tempati. Paling tidak harus ada air panasnya
untuk mandi. Penginapan seperti ini tentu harganya lebih tinggi.
Di sinilah Traveloka PayLater bisa diandalkan.
Andai saat kejadian bertahun-tahun itu saya sudah tahu Traveloka PayLater, mungkin saya dan
keluarga tidak perlu menunda keberangkatan bertemu ibu kami yang begitu
menanti kepulangan anaknya sampai waktu gajian tiba. Mengingat beliau
selalu menangis setiap kami menelepon, duh, rasanya begitu bersalah. Padahal
kami sudah berusaha mekasimal menabung, tapi takdir menggeser realisasinya.
Andai saat itu sudah ada Traveloka PayLater yang bisa menalangi pengeluaran untuk hotel
yang harus dipesan saat itu juga, mungkin di bulan berikutnya kami tidak perlu
mengetatkan dan menghapus beberapa kebutuhan karena gaji suami sudah terpakai
untuk pulang ke Semarang. Kami bisa memesan hotel sekarang dan di bayar
belakangan saat gaji suami turun bulan depan. Malah bisa dicicil. Prosesnya
pun cepat, mulai dari pendaftaran hingga berhasil memesan kamar. Masalah
selesai, prioritas tak perlu dikorbankan.
Toh, saya melakukan reservasi hotelnya juga di Traveloka, tempat di mana saya
sudah mempercayakan urusan transportasi dan akomodasi sejak tahun 2013, di
awal perantauan ke Jakarta.
Ah, andai saja waktu itu sudah ada Traveloka PayLater.
Rencana Keuangan dan Prioritas
Saya bukan ahli keuangan. Namun pengalaman mengajarkan sedikit-banyaknya
tentang masalah keuangan keluarga. Dulu, setelah menikah, kami memiliki
rencana keuangan yang sebenarnya sangat sederhana. Hanya sepakat menyisihkan
gaji untuk membeli rumah sebagai rencana jangka panjang dan liburan sebagai
rencana jangka pendek. Biasalah, kehidupan menyenangkan ala pengantin
baru.
Setelah punya anak, rencana itu langsung berubah karena ada kehidupan baru
yang harus kami tanggung. Akhirnya kami lebih mengutamakan lebih banyak
simpanan untuk biaya anak ke depannya. Lagi pula untuk urusan rumah, masih ada
rusunawa yang disediakan kantor untuk kami tempati dengan biaya sewa yang
sangat terjangkau dan lingkungan yang super nyaman setara apartemen.
Hingga saat ini, setidaknya ada beberapa penyebab kenapa prioritas keuangan
saya berubah.
Tanggungan Baru
Bukan hanya anak, kadang tanggungan baru juga bisa tiba-tiba ada. Misalnya
ketika saya memilih resign dari PNS yang katanya menjamin aman hingga tua.
Tanggungan suami tentu otomatis bertambah. Biasanya saya membantu menambah
tabungan, kini sudah full sebagai pengguna tabungan. Kejadian lainnya
seperti orang tua yang awalnya tinggal di kampung, kini tinggal bersama kita
di perantauan. Tanggungan baru ini pasti akan memancing kebutuhan-kebutuhan
baru dan menggeser prioritas sebelumnya.
Takdir Di Luar Prediksi
Saat lagi gencar-gencarnya berhemat, tiba-tiba dapat kabar bahwa adik semata
wayang akan menikah dalam waktu dekat. Atau seperti mertua saya yang sakit,
ini juga termasuk ke dalam takdir di luar prediksi yang membuka pintu
pengeluran baru. Rencana keuangan yang sudah tersusun rapi, dengan prioritas
yang telah dipikirkan matang-matang, pasti rentan dikorbankan, meski ada waktu
singkat untuk menabung.
Pengeluaran Cepat
Sama seperti kejadian saya dan keluarga yang terpaksa mengungsi karena seluruh
lantai rumah mesti diperbaiki detik itu juga, kejadian serupa yang butuh
penyelesaian segera pasti kerap kita rasakan. Penyelesaian yang dimaksud di
sini adalah yang butuh pengeluaran mendesak. Tidak ada waktu untuk menabung,
mau tidak mau, pasti akan memakai tabungan yang sudah ada, tidak peduli
prioritas sebelumnya hampir terwujud.
Momen Tak Terulang
Kalau poin yang satu ini lebih sering saya rasakan saat memiliki keinginan
membeli barang tertentu. Tentu barang yang sangat dibutuhkan. Misalnya saat
butuh kasur baru karena yang lama sudah tidak layak pakai. Harga normalnya dua
juta rupiah dan saya butuh menabung beberapa bulan ke depan. Tapi tiba-tiba
ada diskon besar-besaran sehingga harga kasur turun drastis hampir
setengahnya. Karena merasa lebih hemat, saya pasti memakai tabungan dulu,
meski anggaran itu untuk membelikan anak kami sepeda baru.
Ujungnya, prioritas membeli sepeda terpaksa ditunda entah sampai
kapan.
Risiko-risiko inilah yang akhirnya mengubah prioritas. Bukan hanya sekali,
prioritas bisa berubah berkali-kali. Semakin banyak risiko tak terduga itu
datang, semakin sering pula prioritas bergeser.
Masalahnya, bila tidak diantisipasi dengan baik, bisa-bisa tidak ada lagi yang
tersisa. Mungkin saja semua prioritas terlanjur berganti sebelum terwujud.
Sebaiknya kita punya pegangan atau cara pasti sebagai penyelesaian masalah. Safir Senduk, seorang Perencana Keuangan Independen pertama di Indonesia juga membahas ini dalam buku Mengelola Keuangan Keluarga yang kebetulan pernah saya baca, saking inginnya mahir mengelola keuangan keluarga. Saya ingat, beliau menjelaskan setidaknya ada tiga alasan kenapa penting sekali melakukan antisipasi
risiko keuangan ini. Kira-kira begini penjelasan yang sangat sinkron dengan risiko-risiko yang pernah saya alami.
1. Akibat dari risiko bisa berpengaruh pada keuangan
Jelas, inilah yang menyebabkan kita perlu mengantisipasi risiko. Kalimat
mainstream-nya Takdir tidak bisa diprediksi. Walau terdengar
membosankan, kenyataannya memang demikian. Takdir buruk yang mengancam
keuangan, kalau tidak diantisipasi, sudah pasti berbahaya. Walau uang bukan
segalanya, hidup tetap butuh uang,
2. Beberapa risiko bisa terjadi sekaligus secara bersamaan
Kadang risiko juga bisa terjadi bertubi-tubi. Satu saja sudah bikin pusing, apalagi lebih? Sebenarnya, jauh sebelum mertua saya sakit, kami sekeluarga sudah berencana liburan ke sebuah tempat impian. Namun ketika risiko sakitnya mertua datang, hadir pula masalah renovasi rumah yang mendesak untuk reservasi hotel. Inilah yang dimaksud risiko yang terjadi secara bersamaan.
3. Beberapa risiko pasti terjadi
Ada beberapa risiko yang pasti terjadi pada manusia. Seperti kematian atau
sakit. Mungkin kematian tidak saya bahas lebih dalam, namun yang pasti,
datangnya penyakit sudah beberapa kali membuat pengeluaran dadakan.
Bagaiamanapun, tidak ada manusia yang selalu sehat di sepanjang hidupnya.
Ketika sakit, tentu butuh penanganan segera, jadi besar kemungkinan
mengorbankan prioritas sebelumnya demi kesembuhan.
Makanya kita butuh sebuah solusi yang bisa diandalkan agar semua prioritas
yang tersusun tidak selalu dikorbankan untuk sebuah prioritas baru, apalagi
yang sifatnya cepat dan sesaat, tapi biayanya bisa menghabiskan rupiah di
tabungan dengan nominal yang cukup besar. Ujung-ujungnya keuangan keluarga
menjadi tumbal.
Bagi saya yang sudah berkeluarga, ini tentu bukan masalah sepele. Ya, seserius
itu! Kami berdikari dan tidak bergantung dengan siapa pun. Wajar sebelumnya
bila saya pernah mengidamkan hujan uang, alih-alih berhutang yang dalam
bayangan saya ya meminjam ke pihak tertentu dengan bunga tinggi. Kalau enggak
ke orang, koperasi, ya ke bank. Padahal kini ada Paylater yang bisa diandalkan
untuk mempertahankan prioritas ketika risiko keuangan terjadi.
"Saya sih tahu paylater. Tapi apa bisa seserius itu manfaatnya sampai
dikaitkan dengan keuangan kelurga, risiko dan prioritas segala?"
Yuk, baca dulu kelanjutannya.
Hadirlah paylater sebagai sistem kredit online di tengah-tengah kita. Beban
keuangan baru bisa dialihkan sementara dan dicicil kemudian tanpa harus
mengorbankan prioritas sebelumnya. Seperti satu dayung, dua pulau terlewati.
Berkat paylater, dua prioritas atau lebih bisa terpenuhi dalam satu waktu.
Meski identik dengan jajan dan belanja, nyatanya paylater bisa sangat berguna
untuk menjaga keuangan keluarga.
Saya menceritakan contoh lain dari penggalan kehidupan keluarga saya. Kali ini
tentang liburan. Bagi sebagian orang, liburan bukanlah sebuah kebutuhan. Tapi
tidak bagi saya dan keluarga. Liburan selalu menjadi wacana yang sangat
bermanfaat untuk lebih dekat, sekaligus relaksasi. Jadi kami sudah
sepakat, sebelum suami kembali bekerja setelah lulus tugas belajar dan
bertepatan juga dengan anak pertama saya yang masuk SD, harus ada trip liburan
paling tidak 3 hari. Kami sadar momen ini tidak akan mudah tercipta di
kemudian hari.
Berhubung liburannya berhari-hari, kami menabung sejak dari suami mulai
kuliah. Bayangkan, nyaris 4 tahun dan mengumpulkannya bukan perkara mudah
karena gaji suami yang hanya diterima 80%. Ternyata, risiko demi risiko datang
tiada henti. Tidak mungkin dalam 4 tahun itu kami selalu sehat. Untuk sakit
gigi saja, minimal butuh ratusan ribu. Lalu biaya pulang ke Padang dengan usia
anak kami yang dua-duanya sudah melewati 2 tahun, harus di bayar full.
Sekali pulang bisa habis 10 juta untuk berempat. Belum lagi ke kampung suami
yang juga butuh jutaan rupiah sekali pulang.
Kalau tidak ada solusi, rencana kami dapat dipastikan gagal total. Dan terang
saja saya tidak mau. Bertahun-tahun mengidamkan trip ini, yang kesempatannya
hanya sekali ini, tidak ada yang
lebih baik selain mengalihkan biaya trip kami ke sistem paylater. Jadi bisa dicicil
di kemudian hari dan tentu sangat meringankan bagi kami! Prioritas dengan
pos-pos pengeluaran yang besar sebelumnya tidak mengganggu prioritas awal
kami.
Kenapa tidak pakai kartu kredit saja? Kan sama?
Menurut saya, kepraktisan paylater adalah poin yang paling top. Kalau kartu kredit, lama sekali mengurusnya. Syaratnya banyak dan proses administrasinya panjang.
Sebagai generasi milenial, kepraktisan tentu sudah masuk ke dalam persyaratan
utama dalam bertransaksi apa pun. Segalanya mulai beralih ke digital dan
pastinya memangkas banyak metode konvensional. Apalagi sejak pandemi,
transaksi langsung semakin dijauhi. Lagi-lagi paylater menjawab kebutuhan ini.
Kalau biasanya pengajuan kredit, termasuk kartu kredit, butuh proses
administrasi yang lumayan panjang, paylater memberikan kemudahan dengan
administraai yang sangat simpel. Bahkan tidak perlu bertemu, online saja
langsung beres.
Oiya, pernah mendengar berita tentang maraknya pinjaman online, 'kan?
Saking dibutuhkannya, yang tertipu pun banyak. Ini membuktikan bahwa terjadi peningkatan kebutuhan untuk bertransaksi secara lebih praktis. Kalau dihubungkan
dengan paylater yang dasarnya tetap pinjam-meminjam, saya bisa
membayangkan paylater ini sebagai salah satu penolong agar
terhindar dari praktik pinjaman ilegal. Misalnya yang sebelumnya mengandalkan
pinjaman online untuk membeli seragam anak-anaknya yang tidak mungkin ditunda
karena tahun ajaran baru sudah di depan mata, berkat hadirnya paylater bisa
memenuhi kebutuhan tersebut dengan jaminan keamanan yang lebih baik.
Bukan hanya saya yang terbantu dengan keberadaan paylater. Buktinya, pengguna
paylater selalu meningkat, seiring dengan bertambah pula penyedia layanannya.
Tidak hanya sekadar coba-coba, dilansir dari bisnis.com, sebuah survey yang
dilakukan oleh
Research Institude of Socio-Economic Development (RISED) menyimpulkan bahwa
layanan paylater telah dianggap positif karena bermanfaat untuk mengelola
pengeluaran dan arus kas. Lebih dari 80 responden mengatakan alasan mereka menggunakan paylater adalah
untuk membeli kebutuhan mendadak saat keuangan terbatas. Ya, sama dengan pengalaman
saya, risiko keuangan sering kali memunculkan prioritas baru secara mendadak.
"Ini mengindikasikan bahwa motif penggunaan paylater bukan lagi karena
belanja impulsif dan konsumtif, melainkan untuk membeli kebutuhan
penting yang diperlukan tetapi tidak dapat dicapai dengan keuangan pada
saat tersebut."
- Rumayya Batubara, Ketua Tim Peneliti RISED dan Ekonom Universitas
Airlangga
Asal Tepat, Paylater Pasti Bermanfaat
Perlu diingat, memilih penyedia paylater tidak boleh sembarangan. Harus
dijamin aman dan nyaman.
Keamanan bisa dilihat dari legalitasnya, apakah PayLater tersebut sudah
terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau belum.
Bila sudah terdaftar, jelas seluruh aktivitasnya terawasi dan terjamin jauh
dari penipuan. Tapi kalau belum, mending dihindari. Dari segi
kenyamanan, pastikan penyedia yang dipilih tidak menyulitkan, mulai dari
proses registrasi hingga pembayaran. Jelas prosedurnya dan aturannya. Jangan
sampai ada biaya-biaya terselubung yang malah membengkakkan cicilan.
Sayangnya, sama seperti kemunculan teknologi baru lainnya, paylater pun sering
dinilai berbahaya karena memancing perilaku konsumtif akibat pengeluaran yang
tak disadari. Saya pun membaca ini di banyak sekali artikel online. Sempat
juga merasa khawatir, tapi akhirnya saya simpulkan bahwa selama bisa
menggunakannya dengan bijak, malah bisa membuat lebih hemat. Lah, kok bisa?
Begini tipsnya!
1. Pakai Satu Saja
Banyak sekali penyedia layanan pay.ater. Aplikasi belanja online yang sudah
sudah terinstal di smartphone saja juga menyediakan paylater. Tapi,
menggunakan paylater di banyak pintu bukanlah sebuah hal bijak. Lebih baik
buka di satu platform saja, dan pastikan fiturnya lengkap untuk memenuhi
banyak kebutuhan. Ini bertujuan agar transaksi mudah dipantau.
2.
Manfaatkan Limit
Paylater memiliki limit yang sangat bisa dimanfaatkan sebagai pagar pembatas. Tapi
kalau limitnya terlalu tinggi, wajib juga punya limit sendiri. Ini
dimaksudkan agar tidak kebablasan.
3.
Hanya Gunakan untuk Sesuatu yang Mengancam Prioritas
Inilah yang paling penting. Pegang komitmen untuk menggunakan paylater hanya
apabila risiko keuangan terjadi. Prioritas baru yang muncul dapat mengancam prioritas sebelumnya. Makanya sangat mungkin
diatasi dengan paylater, lalu dibayar dengan cara yang ringan setelahnya. Sehingga prioritas sebelumnya dapat dipertahankan.
Selain limit, platform paylater yang baik harus menampilkan riwayat transakai
penggunanya. Ini juga bisa menghambat sikap boros ketika menyadari penggunaan
paylayer sudah terlalu banyak. Kalau bisa rinciannya jelas, lengkap dengan cicilan yang mesti dibayar.
5. Manfaatkan Promo
Pembeda paylater sebagai sistem kredit digital dengan konvensional
adalah banjirnya promo menarik. Promo ini berguna sekali untuk meringankan
harga cicilan atau mugkin harga awal produk yang dibeli. Semakin menarik,
'kan?
6. Jangan Telat Bayar
Sama seperti sitem pinjaman lain, selain bunga, paylater juga menerapkan
sistem denda apabila telat membayar. Jadi usahakan membayar cicilan tepat
waktu agar denda plus bunga tidak merugikan. Kan sayang sekali jika paylater yang awalnya dinilai mampu mempertahankan kestabilan keuangan, malah membuka
peluang pengeluaran yang lebih besar hanya gara-gara lalai soal tenggat waktu.
Paylater bukan parasit yang bisa menghabiskan tabungan. Itu tergantung
kita, bagaiamana menggunakannya. Apapun inovasi digital, bila tidak bijak,
pasti akan dinilai merugikan. Tetapi coba lihat kepada pengguna yang berhasil
menyelesaikan masalahnya berkat inovasi digital tersebut, tentu akan
berterima kasih sekali. Karena memang dasarnya, digitalisasi dikembangkan
untuk memudahkan.
So, mau jadi pengguna yang mana?
Paket Lengkapnya Ada Di Traveloka PayLater, Jujur Guna Banget!
Sebelumnya sudah saya singgung tips agar tidak boros menggunakan paylater,
salah satunya yaitu memilih platform atau jasa layanan yang lengkap.
Dalam artian, satu untuk semua. Nah, bagi saya, Traveloka PayLater adalah
jawabannya. Mau belanja di e-commerce, belanja offline,
kesehatan, asuransi, rekreasi serta yang sudah jelas adalah tiket transportasi
dan akomodasi, bisa di Traveloka PayLater.
Traveloka tentu sudah sangat familiar di telinga kita. Tapi sudah tahu
belum, kalau sekarang Traveloka sudah memberikan layanan PayLater? Kalau sudah
tahu dan sering mendengar iklan yang ber-tagline #JujurGunaBanget, sudah
paham kah manfaatnya apa? Sejauh mana Traveloka PayLater ini bisa membantu
kita untuk mempertahankan prioritas keuangan meski risiko bisa datang
sewaktu-waktu?
Jujur saja, saya memang pengguna baru Traveloka PayLater walau sudah lama menggunakan Traveloka. Saking tidak pernah ke mana-mana sejak punya anak, paling buka Traveloka cuma untuk kondisi penting, seperti tiket mudik atau urgent masalah mengungsi kemarin. Karena tahunya dari iklan televisi padahal sudah banyak yang berbagi pengalaman menggunakan Traveloka PayLater hingga tiga tahun, saya pun segera mencari tahu lebih banyak.
Sepengamatan saya, dari sudut pandang ibu yang sudah berkeluarga dengan dua anak, Traveloka PayLater ini tentu bukan lagi sekadar untuk jalan-jalan dan liburan tanpa beban, namun mesti disesuaikan dengan keuangan dan prioritas keluarga. Paylater banyak, banyak sekali malah. Tapi tetap saja Traveloka PayLater berbeda dan akan sangat berguna bagi saya untuk menjaga prioritas. Langsung terbayang tragedi-tragedi risiko yang telah lalu, harusnya dengan Traveloka PayLater, saya tidak akan lagi bingung dan banyak berkorban seperti dulu.
Mari kita bahas dulu dari apa itu
Traveloka PayLater.
Jadi,
Traveloka PayLater merupakan layanan keuangan dari Traveloka, bekerja
sama dengan Caturnusa Sejahtera Mandiri, yang memungkinkan penggunanya untuk melakukan cicilan tanpa kartu
kredit dan berlaku untuk semua produk Traveloka, termasuk untuk cicilan
pesawat dan cicilan online lainnya, kecuali untuk beberapa produk
Pembayaran Tagihan dan top-up pulsa.
Ya, umumnya seperti sistem kredit online lainnya. Namun, sama nama, belum tentu
sama persis isinya. Ada beberapa keunggulan dari Traveloka PayLater yang bisa
menjadi alasan untuk memilihnya sebagai penyelamat keuangan keluarga yang tepat.
Berlaku untuk Banyak Produk
Banyak sekali produk Traveloka yang bisa dibeli dengan PayLater, yaitu tiket
pesawat, reservasi kamar hotel, tiket kereta api, tiket atraksi dan aktivitas,
tiket bus dan shuttle, rental mobil, restoran, bioskop, transportasi bandara,
kereta bandara, tagihan BPJS Kesehatan, tagihan listrik PLN, tagihan Telkom
(Landline dan IndiHome), tagihan TV kabel (MNC Vision, Trans Vision, K-Vision
dan Topaz TV), kartu pulsa pascabayar (Kartu Halo, XL Prioritas dan Indosat
Pascabayar), serta bayar asuransi (ACA dan Tokio Marine). Pastikan minimal transaksinya 50 ribu rupiah agar bisa menggunakan PayLater.
Anti Ribet!
Semua prosesnya dijamin anti ribet tanpa banyak persyaratan. Untuk pendaftaran
hanya membutuhkan dua syarat, yaitu berusia antara 21-70 tahun dan memiliki
KTP yang sah. Setelah pendaftaran disetujui, Traveloka PayLater sudah bisa
digunakan. Ibu-ibu yang sudah ribet duluan dengan urusan rumah dan anak, tentu sangat terbantu sekali dengan kelebihan ini.
Siap Digunakan Kapan Saja
Butuh dana cepat tapi terhalang administrasi yang lama? Ini tidak berlaku di
Traveloka PayLater. Walau belum melakukan pendaftaran, mengingat
persyaratannya sangat meringankan, dijamin juga proses verifikasinya hanya
membutuhkan waktu paling lama 60 menit saja setelah pengajuan
dikirimkan. Ditinggal masak sebentar, done!
Opsi Cicilan Hingga 12 Bulan
Setelah menggunakan PayLater, transaksi bisa dipecah menjadi cicilan 1-12
bulan sehingga tidak membuat pengeluaran membengkak tiba-tiba. Namun
setidaknya cician harus 100 ribu per bulannya. Cicilan ini hanya berlaku untuk transaksi minimal 500 ribu rupiah, ya.
Bunga Rendah
Sudah bisa dicicil hiingga 12 bulan, bunganya pun rendah. Tidak bisa
dielakkan, sebagai penyedia pinjaman, cicilan PayLater juga dikenakan bunga.
Namun Traveloka janji bahwa bunganya tidak akan membebani pengguna,
yaitu 2.25%-4.80% per bulan dan berlaku flat atau rata untuk setiap bulannya.
Ini juga bisa lebih ringan lagi berkat promo potongan bunga cicilan PayLater.
Jadi, jangan sampai ketinggalan promo, ya!
Limit yang Membebaskan
Limit bikin bebas, kok bisa? Limit awalnya saja sampai dengan 10 juta rupiah!
Ini bisa semakin meningkat hingga 50 juta rupiah bila skor dan level juga
lebih tinggi. Setelah melakukan pembayaran tagihan, jumlah yang dibayar
tersebut akan dikembalikan ke limit PayLater dan bisa digunakan kembali. Nanti
informasi mengenai skor dan level ini akan dibahas selanjutnya pada sub bab
terpisah.
Pembayaran Mudah dan Bisa Disesuaikan
Pilihan pembayaran bisa melalui transfer bank dan BCA Virtual Account.
Spesialnya lagi, pengguna bisa mengatur pengingat pembayaran agar tidak
melewati jatuh tempo. Bisa melalui SMS atau email mulai dari 4 hari sebelumnya. Kalau
rezeki sedang baik, bisa juga lo lunasi pembayaran lebih awal. Kalau rezeki
lagi kurang memihak, bisa juga meminta tim PayLater untuk memberi keringanan
pembayaran. Tapi pastikan dulu tim sudah menyetujui nominal yang baru sebelum
melakukan pembayaran.
Pengaturan pengingat pembayaran di PayLater
Gratis Biaya-biaya yang Mengikat
Hanya ada dua tambahan biaya di Traveloka PayLater, yaitu biaya keterlambatan 5% dari total yang
dibayarkan dan biaya cicilan. Kepastian harga ini sudah menjadi kelebihan
Traveloka bagi saya sejak dulu. Jadi berapa yang tampil saat transaksi, ya
segitu yang dibayarkan. Dan ini juga berlaku untuk PayLater. Tidak ada lagi
namanya biaya admin, biaya tahunan, biaya langganan atau biaya terselubung
lainnya, bahkan saat tak ada tagihan atau tidak dipakai sekalipun.
Bisa Juga Digunakan Di Luar Traveloka
Meski judulnya Traveloka PayLater, tapi PayLater ini juga bisa digunakan untuk
berbelanja di luar Traveloka, lo! Seperti di situs belanja favorit, bahkan
belanja offline. Namun ini juga ada limitnya dan tergantung dengan level
pengguna. Senangnya, semua transaksi terpantau real-time di aplikasi dan bisa
dicicil juga kalau diperlukan. Syarat dan ketentuan berlaku, ya.
Aman
Traveloka PayLater didukung oleh Pasar Dana Pinjaman (Danamas) dan Caturnusa
Sejahtera Finance, yaitu perusahaan keuangan berbasis teknologi berizin resmi
dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Kepatuhan terhadap peraturan adalah
prioritas utama yang memastikan proses dan perlindungan pelanggannya. Ada
kontak tertera pada website Traveloka yang bisa dihubungi bila ada keluhan.
Jadi, tidak perlu khawatir.
Selain itu, setiap kali bertransaksi di PayLater akan dimintai kode OTP yang hanya dikirim ke nomor handphone pengguna. Jadi bisa tahu apakah itu benar-benar transaksi yang kita lakukan sendiri, atau amit-amit dibajak orang lain.
Permintaan konfirmasi pengiriman kode OTP
Menurut saya pribadi, Traveloka Paylater bisa berguna sekali untuk mengatur
porsi belanja agar tidak hilang kendali. Malah limit yang diberikannya, jauh
lebih aman bila dibandingkan dengan pembayaran melalui mobile banking.
Terutama saat melihat persaingan harga di e-commerce, bawaannya pasti ingin
belanja terus dan tidak sadar membeli banyak barang yang sebenarnya tidak
urgent. Saya ibu-ibu dan wanita, jadi mengerti sekali bagaimana
rasanya.
Sudah tertarik untuk mendaftar di Traveloka PayLater? Biar lebih
jelas, berikut langkah-langkah mendaftar PayLater.
Setelah disetujui, jangan lupa aktifkan akun terlebih dahulu agar dapat digunakan, ya. Selamat berbelanja di Traveloka dengan limit hingga awal 10 juta rupiah! Berikut langkah-langkah bertransaksi dengan Traveloka PayLater. Bila pilihan cicilan tersedia lebih dari satu bulan, pastikan harga yang dibayar sesuai dengan kemampuan. Tidak perlu terlalu cepat kalau terasa masih berat dan tidak ada salahnya melunasi dengan cepat bila keuangan memungkinkan.
Untuk pembayarannya, saya akan jelaskan tanpa gambar step by step-nya, ya. Malu terlihat sisa cicilannya saya berapa. Biarlah menjadi rahasia saya dan Traveloka PayLater, haha.
Terbukti praktis dan anti ribet banget, 'kan! Dijamin cocok buat ibu-ibu seperti saya yang inginnya semua serba cepat dan masalah keuangan tidak lagi jadi ancaman.
Skor dan Level Di Traveloka PayLater
Skor dan Level Traveloka PayLater merupakan sistem penilaian kredit yang
digunakan untuk menentukan jumlah limit, biaya cicilan dan fitur ekslusif,
melalui algoritma yang mengkalkulasi perilaku pembelian dan pembayaran
pengguna. Terdiri dari tiga tingkatan level, yaitu Silver, Gold dan Platinum.
Semakin tinggi skor PayLater, maka semakin besar peluang untuk mencapai level
PayLater yang lebih tinggi dan semakin banyak pula manfaat yang akan
didapatkan.
Waktu yang dibutuhkan untuk naik Level PayLater akan berbeda-beda karena
bergantung kepada performa pengguna itu sendiri. Skor akan semakin naik
apabila yang ditunjukkan juga baik. Dimulai dari Level Perkenalan, yaitu masa
percobaan untuk pengguna baru. Agar bisa naik level, maka harus lolos dulu
dari masa percobaan ini dengan memenuhi lima syarat berikut.
1. Akun aktif 30 hari atau lebih.
2. Limit yang terpakai lebih dari Rp400.000.
3. Bayar tepat waktu lebih dari sekali.
4. Total tagihan terbayar mininum Rp400.000.
5. Semua tagihan sudah dibayar.
Level Perkenalan
Keuntungan: limit hingga 10 juta rupiah, biaya cicilan 3,18% dan opsi cicilan hingga 6 bulan.
Level Silver
Keuntungan: limit permulaan 2 - 10 juta dengan biaya cicilan dasar 4,80% - 3,7% dan opsi cicilan maksimal hingga 6 bulan.
Level Gold
Keuntungan: limit lebih tinggi 15 - 20 juta dengan biaya cicilan lebih rendah dan opsi cicilan maksimal hingga 12 bulan.
Level Platinum
Keuntungan: limit maksimal 35 - 50 juta dengan biaya cicilan paling rendah, serta akses eksklusif untuk upgrade ke PayLater Card.
Pembaruan level PayLater dapat berupa penurunan atau kenaikan level. Hal ini
berlangsung paling cepat 30 hari setelah pembaruan level sebelumnya. Kalau
naik level, tentu tidak akan jadi masalah. Namun bila turun level, maka limit
pasti berkurang dan manfaat yang bisa dirasakan juga pasti lebih
terbatas.
Sekali lagi, Traveloka PayLater sangat berguna untuk mengatur pola belanja
yang sesuai dengan kondisi keuangan. Mitos yang menganggap kehadiran paylater
akan memancing prilaku konsumtif berlebih tidak akan terjadi di sini.
Traveloka PayLater juga peduli dengan keuangan penggunanya dan menghadirkan
PayLater bukan sebagai pemancing masalah baru, namun sebagai solusi yang bisa
diandalkan.
Traveloka PayLater Virtual Number
Sumber: traveloka.com
Traveloka PayLater Virtual Number mendukung banyak situs belanja, seperti Shopee, Lazada, Bukalapak, BliBli, JD.ID, Zalora, RUPARUPA, Uniqlo, Zara, Oriflame, Samsung, MapClub, Hartono Mall dan masih banyak lagi. Limit diambil dari 10-40% limit PayLater, tergantung dari level PayLater. Transaksi minimal yang bisa dilakukan adalah Rp 50.000,-. Cicilan tersedia untuk belanja minimal 500 ribu rupiah. Jangan lupa simpan kartunya di situs belanja untuk penggunaan selanjutnya.
Virtual Number ditawarkan kepada pengguna di level PayLater yang lebih tinggi.
Tidak sembarangan, ada beberapa kriteria untuk menentukan status pengajuan
Virtual Number. Peninjauan ini dilakukan demi memberikan layanan PayLater yang
aman dan diharapkan dapat membantu mempertahankan perencanaan keuangan yang
sehat. Jadi harus dipastikan dulu bahwa pengguna terpilih dapat berlaku bijak
menggunakan Virtual Number berdasarkan rekam jejak perilaku berbelanja dan
performanya. Bila pengajuan belum disetujui, maka akan diundang kembali untuk mengajukan
setelah 1 atau 6 bulan.
Sumber: traveloka.com
Perlu diingat, sebelum bertransaksi dengan Virtual Number, harus diaktifkan
terlebih dahulu. Setiap kali diaktifkan, Virtual Number valid hanya untuk 1
transaksi selama 15 menit. Setelah lewat waktu ini, maka harus diaktifkan
kembali. Agar lebih jelasnya, berikut cara bertransaksi dengan
Virtual Number.
Traveloka PayLater Card
PayLater Card merupakan kartu kredit yang diterbitkan oleh Bank BRI
berkolaborasi dengan Traveloka dan Visa. Dengan PayLater Card, pengguna bisa
melakukan pembelian tidak hanya di Traveloka, tapi juga di tempat-tempat
berlogo Visa di seluruh dunia. PayLater Card tetap memberi kenyamanan kepada
mengguna dengan proses verifikasi cepat (kesempatan kartu disetujui kurang
dari seminggu), kebebasan biaya-biaya tersembunyi serta semua riwayat
transaksi terekam secara real-time.
Saat ini, pengajuan PayLater Card hanya bisa dilakukan bila menerima undangan
saja. Undangan ini akan dikirimkan melalui email atau dimunculkan juga
pada halaman awal akun PayLater pengguna. Limit PayLater Card dapat digunakan
untuk transaksi di luar maupun di dalan Traveloka. Yang perlu diingat, sebelum
mengajukan permintaan PayLater Card, pastikan telah melunasi semua pembayaran
PayLater.
Bonusnya, setiap melakukan transaksi menggunakan PayLater Card, untuk
kelipatan Rp. 100.000 maka pengguna berhak mendapatkan 500 traveloka
point yang akan didapatkan pada periode tagihan di bulan depan.
Bentuk fisik dari PayLater Card | Sumber: traveloka.com
Untuk cicilan, bunga dan pembayaran, PayLater Card agak berbeda, karena
basisnya seperti kartu kredit. Tingkat bunga ritel kartu kredit adalah 2,25%
per bulan. Bunga akan ditambahkan pada penagihan berikutnya apabila pengguna
tidak membayar seluruh saldo terhitang pada tanggal jatuh tempo, dan bunga
akan ditagih per bulan berdasarkan saldo harian sejak tanggal pembukuan dengan
suku bunga seperti yang tercantum pada lembar penagihan dengan rumus sebagai
berikut:
(Tanggal Cetak Tagihan - Tanggal Pembukuan + 1 hari) x
Bunga x Jumlah Transaksi x 12 / 365 hari
PayLater Card masih memberikan kemudahan cicilan berdasarkan dua program,
yaitu program kerja sama BRI dengan merchant rekanan dengan melakukan
pendaftaran saat melaksanakan pembelian, atau program cicilan dengan melakukan
pendaftaran melalui Call Center BRI (maksimal 7 hari setelah pembelian). Bunga
program cicilan ini 0% - 0.99% dan tenor 3 bulan sampai dengan 24 bulan.
BRI Card Center akan menerbitkan dan mengirimkan lembar penagihan ke alamat
e-mail pemegang kartu yang terdaftar. Pemegang kartu utama wajib melakukan
pembayaran sebelum tanggal jatuh tempo dalam ketentuan sebagai berikut :
- Pembayaran minimum bulan tersebut (10% jumlah total), wajib dibayar penuh.
- Pembayaran penuh atas total tagihan diperkenankan, kecuali ditetapkan lain
oleh BRI.
- Bila pembayaran dilakukan setelah lewat tanggal jatuh tempo, atau bila
jumlah - pembayaran kurang dari pembayaran minimum, maka BRI akan mengenakan
biaya keterlambatan (late fees).
- Apabila terdapat kelebihan pemakaian batas kredit, maka BRI akan mengenakan
biaya over limit.
Sumber: traveloka.com
***
Traveloka PayLater lengkap sekali untuk dijadikan sahabat keuangan keluarga.
Selain fungsi utama PayLater sebagai sistem kredit online yang memudahkan kita
untuk berbelanja di awal dan bayar belakangan, secara tidak sadar, dapat
membantu menyelamatkan prioritas keuangan kita yang mungkin sudah direncanakan
sejak lama. Jadi risiko yang datang belakangan dan sukanya dadakan, bisa
ditalangi dulu dengan PayLater.
Pokoknya, PayLater #JujurGunaBanget!
Kalau ingin tahu lebih banyak mengenai Traveloka PayLater ini, informasi lengkapnya bisa dilihat di website resmi traveloka.com. Atau kalau sudah punya aplikasinya, bisa juga baca-baca di sana.
Ke depannya, saya sudah punya rencana prioritas untuk membahagiakan keluarga
di kampung halaman. Sebenarnya simple dan sempat terealisasi beberapa
tahun lalu saat keuangan keluarga saya masih stabil, yaitu membelikan kado di
hari ulang tahun Ayah, Ibu dan adik bungsu saya.
Kemudahan "Beli Dulu, Bayar Belakangan" dari Traveloka PayLater tentu menjadi
solusi bagi saya untuk terus konsisten membahagiakan mereka dengan
hadiah-hadiah kecil, apa pun gejolak keuangan nanti. Karena saya di Jakarta
dan mereka di Padang, saya tentu memanfaatkan PayLater Virtual number untuk
membeli produk di e-commerce langganan, lalu mengirimnya langsung ke sana.
Praktis, lebih hemat dan bisa dicicil pula. Lebih-lebih kalau ada diskon di
e-commerce, plus ada promo cicilan juga di Traveloka PayLater. Wah,
iritnya dobel!
Kalau teman-teman, prioritas membahagiakan apa yang ingin dilakukan bersama
Traveloka PayLater?
***
Referensi
Buku Mengelola Keuangan Keluarga oleh Safir Senduk
Hampir dua tahun di tengah pandemi, yang awalnya waktu terasa lambat sekali berjalan karena di rumah saja, lama-lama jadi tak sadar terlalui dengan begitu cepat. Sudah seberapa banyak kegiatan produktif yang
dilakukan selama di rumah? Makin mager, apa makin rajin?
Sudah menjadi fenomena mainstream setiap pergantian tahun banyak yang
mengunggah apa pun terkait resolusi. Semua seolah berpacu membuat resolusi dan menyebarkannya di berbagai platform. Salah satunya ya tulisan ini, membahas hal
yang mayoritas menjadi fokus. Tapi apa benar
resolusi yang tersusun itu bekerja sesuai semestinya? Apa memble di
tengah jalan atau tidak berjalan sama sekali?
Inilah sedikit sharing tentang resolusi awal tahun ala saya. Inginnya
bisa memicu semangat kita semua, sekaligus pengingat juga bagi saya, untuk selalu
berupaya meningkatkan produktivitas.
Dulu, saya tidak pernah sekalipun berniat untuk membuat resolusi. Entah awal
tahun, tengah tahun atau di akhir tahun. Karena saya menganggap menjalani
hidup seperti air adalah yang terbaik. Saya pikir resolusi itu hanya auforia
sesaat menyambut awal tahun yang nantinya belum tentu dijalankan.
Namun pada tahun 2020, saat Covid-19 membatasi mobilitas, saya mulai sering kebingungan hendak
melakukan apa. Memang mengelola blog sudah saya jalankan sejak tahun 2016, tapi ya sekadarnya saja. Tidak ada target, hanya sebagai pengisi hari. Kalau
tidak sempat atau malas, ya tidak nulis. Sampai akhirnya pandemi menjadikan
frekuensi menulis saya otomatis meningkat sebagai peluruh kebosanan. Dan
ternyata, itu membuahkan hasil hanya dalam waktu singkat. Puncaknya, saya
menjuarai lomba blog untuk pertama kalinya!
Sadar betapa banyak pengaruh positif dari konsistensi menulis sejak
pandemi, saya mulai menyusun resolusi. Apa yang saya inginkan, saya
tulis di buku kecil lusuh favorit saya. Hasilnya tidak main-main, saya
menjadi jauh berkembang dengan prestasi yang tidak pernah saya kira.
Berkat resolusi dadakan itu, blog saya mulai terisi dengan artikel-artikel
yang lebih tertata, baik dari segi tulisan maupun tampilan. Banyak kelas
blogging dan writing saya ikuti, yang bersyukurnya semua
di-online-kan. Entah karena semesta sedang mendukung saya yang memang
tidak bisa ke mana-mana karena harus mengasuh anak, atau memang resolusi saya
yang membantu untuk tetap konsisten. Yang jelas, keduanya menjadikan saya
banyak berubah ke arah positif dengan pencapaian impian yang selama ini hanya
dalam khayalan.
Jadi kalau ditanya pada saya, apakah resolusi itu penting atau hanya
sekadar ikut-ikutan, saya menjawab PENTING!
Terserah bila orang lain ikut-ikutan atau serius, yang jelas bagi saya,
resolusi seperti sebuah panduan, pengingat dan motivasi. Sudah capek-capek
bikin resolusi, rasanya sia-sia saja kalau tidak direalisasikan. Membuat
resolusi itu bukan hal sepele bagi saya, tidak sembarangan dan harus dipikirkan
matang-matang agar bisa dijalankan dengan benar.
Lalu bagaimana kiat membuat resolusi agar tidak menjadi ajang ikut-ikutan?
Bagaimana membuat resolusi yang bisa mempertahankan konsistensi? Agar jangan
sampai berhenti di tengah jalan, padahal sudah banyak berbuat di awal. Kan
sayang.
Selanjutnya akan saya jelaskan kiat ala saya yang alhamdulillah berhasil
mewujudkan hampir semua resolusi dalam setahun perjalanannya.
Begini Kiat Membuat Resolusi Awal Tahun Ala Saya
Resolusi yang saya buat tidak pernah semalam jadi. Saya bahkan harus
mendiskusikan juga dengan suami untuk meminta saran dan masukan. Saya berharap, resolusi yang
saya buat harus benar-benar saya lakukan, makanya tidak asal dan butuh
pertimbangan. Berikut cara saya membuat resolusi dua tahun belakangan ini.
1. Masuk Akal dan Spesifik
Boleh saja bermimpi besar, tapi tidak semua mimpi bisa dijadikan resolusi awal
tahun. Resolusi ini terbatas hanya untuk satu tahun, jadi harus diukur juga
batas kemampuan yang saat ini dimiliki dengan target yang hendak dicapai.
Resolusi ini juga sebaiknya spesifik, tidak terlalu melebar. Misalnya ingin
menerbitkan buku. Bukunya tentang apa?
Contoh, saya ingin menerbitkan buku solo pada tahun 2020 tentang pengalaman resign dari pekerjaan. Ini target yang sempat saya pikirkan saat
itu. Tapi setelah ditimbang, rasanya tidak mungkin saya lakukan karena belum
punya kemampuan menulis yang begitu baik, terbatas dari segi waktu karena
masih punya bayi yang masih ASI dan kakaknya yang masih berusia 3 tahun, serta
perlu banyak belajar tentang kepenulisan dan penerbitan, terutama buku, yang
belum tahu harus saya pelajari dari mana.
Akhirnya saya ringankan menjadi kontributor buku antologi.
Ilmunya dapat, bukunya ada dan tentunya sangat memungkinkan saya lakukan. Alhamdulillah saya
berhasil terpilih menjadi salah satu penulis dalam buku antologi bersama
sebuah komunitas menulis di akhir tahun 2020, meski tahun terbitnya di awal 2021.
Tidak masalah menurunkan target, yang penting tercapai. Dari pada terlalu
tinggi, tapi tidak bisa terlaksana. Lagi pula, di tahun berikutnya, impian
besar itu bisa dijadikan resolusi kembali, bukan? Yang pastinya dengan
kemampuan yang sudah lebih mumpuni sehingga memungkinkan untuk dicapai.
2. Melebihi Pencapaian Sebelumnya
Bila tahun sebelumnya sudah berhasil melakukan sesuatu, minimal resolusi di
tahun berikutnya harus melebihi pencapaian tersebut. Sifatnya lebih ke
melakukan hal baru, bukan sekadar mempertahankan yang sudah ada. Kalau bagi
saya sendiri ini menjadi penyemangat karena adanya kegiatan baru atau target
baru. Pasti kita suka dan tertantang bukan kalau berhadapan dengan hal-hal baru yang belum dicoba? Jadi penasaran nanti hasilnya
gimana. Dan itu menurut saya seru!
3. Wajib Memecahnya dalam Jadwal!
Nah, yang satu ini adalah poin penentu konsistensi. Resolusi yang sudah dibuat
harus dipecah menjadi jadwal yang harus dipatuhi. Penting untuk menetapkan
jadwal yang tidak terlalu memberatkan, namun juga tidak terlalu longgar. Ini
berguna sekali agar kita tidak capek duluan atau berhenti di tengah jalan
karena merasa tertekan dengan target yang dibuat sendiri. Kalau terlalu
longgar juga nanti akan memancing rasa malas.
Misalnya resolusi saya tahun lalu adalah meningkatkan kecepatan menulis,
paling tidak dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Saya menjadikan lomba blog
dan update artikel sebagai cara terbaik untuk mencapai itu. Jadi saya
menargetkan untuk menulis minimal 4 artikel per bulan dengan 1 kali mengikuti
lomba blog dalam bulan tersebut. Kalau lebih alhamdulillah, tapi tidak boleh
kurang dari itu.
Untuk satu bulan, jadwalkan mau melakukan apa untuk mewujudkan resolusi. Atau bebas tenggat waktunya berapa lama, yang penting sesuai dengan kemampuan. Resolusi itu ibarat visinya, jadwal ini misinya. Praktiknya apa dan bagaimana. Jadi
jelas apa yang akan kita lakukan, jelas progresnya. Satu bulan saja mematuhi
jadwal, maka bulan selanjutnya kita akan berupaya mempertahankan. Beberapa
bulan bisa konsisten, maka habbit akan terbangun dengan sendirinya. Besar pula peluangnya resolusi itu akan tercapai tepat waktu.
4. Tulis
Kalau biasanya yang dilihat di media sosial adalah resolusi yang ditulis pada
sebuah agenda dengan tinta warna warni dan tulisan indah luar biasa, bagi
saya, menuliskan resolusi cukup di kertas biasa saja. Sebenarnya menulis ini
hanya untuk memudahkan kita mengingat, merasa dan menetapkan apa saja yang
hendak dijadikan resolusi agar tidak tumpang tindih dan lebih terarah. Kalau sudah
tertulis, biasanya otomatis teringat tanpa harus bolak-balik buku catatan
lagi. Akhirnya jadi dokumentasi saja.
Tapi kalau pun ingin dibuat menarik, juga tidak apa. Banyak juga yang suka
membuat bujo alias bullet journal yang dirancang sedemikian
manisnya. Berhubung saya tidak biasa membuat itu, makanya cukup dengan menulis
biasa saja, yang penting jelas. Ada juga yang menyarankan untuk membagikannya
di media sosial agar lebih terpacu lagi semangatnya karena banyak yang
menyaksikan. Tapi tetap ini pilhan masing-masing individu, senyamannya
saja.
5. Jangan Lupa Apresiasi Diri
Setiap kali jadwal bulanan itu terlaksana secara keseluruhan, berilah
penghargaan kepada diri sendiri yang sudah berupaya keras. Apalagi ketika satu
per satu resolusi itu tercapai, wajib hukumnya menghadiahi diri sendiri yang
berkat perjuangannya bisa mewujudkan apa yang diinginkan. Tidak perlu mewah,
misalnya dengan ngopi enak di cafe kesukaan, nonton drama korea seharian atau
membeli sesuatu yang diinginkan. Saya pernah menetapkan sebuah barang di
awal bulan sebagai hadiah bila saya bethasil mengerjakan semua jadwal tepat
waktu. Barulah akan saya beli bila benar-benar berhasil menyelesaikannya.
Menyenagkan, bukan?
Sebenarnya saat membuat resolusi kita tidak membutuhkan usaha ekstra, paling hanya menimbang dan mengukur kemampuan. Namun
mewujudkannya yang butuh perjuangan hebat. Memang sulit menumbuhkan
konsistensi saat menargetkan sesuatu yang sifatnya pribadi dan tidak
terikat dengan peraturan atau hukum apa pun. Kalau dilanggar, tidak akan terjadi apa-apa. Makanya banyak yang akhirnya berhenti ketika kesulitan mulai
datang.
Namun, bila resolusi itu dipecah menjadi jadwal yang lebih jelas dan detail,
maka kita akan lebih mudah pula bertindak. Tidak akan lama, sebulan saja bisa
konsisten, pasti bulan-bulan berikutnya menyusul. Kalau sudah berhasil
berbulan-bulan, yakin mau merusak pencapaian tersebut? Hingga akhirnya konsistensi terbangun dan resolusi tidak hanya menjadi wacana.
Yuk, bikin resolusi 2022! Lengkap dengan jadwalnya juga, ya!