ASI Terlalu Deras (Hiperlaktasi)

No comments
Source : freepik.com


Jika pada tulisan yang lalu Pengalaman Pertama Menyusui Bayi, aku menceritakan sulitnya tubuhku memproduksi asi, sekarang setelah aku pulang ke rumah malah terjadi yang sebaliknya. Kira-kira seminggu aku diperbolehkan pulang dari rumah sakit, asiku melimpah ruah. Memang benar asi yang banyak merupakan anugerah yang tak terhingga dari Yang Maha Kuasa yang menjamin bayiku, Byan, tidak kekurangan asupan makanan. Berat badan Byan pun naik dengan cepat. Mungkin ini dikarenakan rajinnya aku mengkonsumsi vitamin pelancar asi dan minum susu khusus ibu menyusui. Awalnya aku merasakan tidak ada hal yang harus dikhawatirkan. Byan pun terlihat baik-baik saja. Bahkan dengan asi ku yang banyak, aku bisa menyediakan asi yang cukup saat Byan kuning.


Masalah baru muncul saat Byan menangis keras dan menolak untuk menyusu. Payudaraku yang kiri asinya lebih deras dari pada yang kanan. Saat aku menyusuinya dengan payudara sebelah kiri, beberapa hisapan pertama tidak terjadi masalah. Tapi saat terjadi LDR (saat asi keluar deras, ibu pasti bisa merasakan), dia langsung melepasnya dan asiku muncrat kemuka Byan. Aku langsung menyadari bahwa inilah penyebab Byan selalu menangis saat menyusu. Sebagai solusinya, aku menyusui Byan dengan payudara yang sebelah kanan. Byan tidak menolak lagi.

Alhasil setiap menyusui, aku selalu menggunakan payudara yang sebelah kanan. Sedangkan yang sebelah kiri selalu aku pompa karena terasa nyeri jika asi sudah penuh. Hari pertama, kedua dan ketiga aku masih enjoy dengan metode seperti ini. Tapi lama kelamaan aku lelah karena harus memompa setiap saat. Aku mencoba lagi menyusui Byan dengan payudara sebelah kiri. Tapi hal yang sama terjadi lagi, Byan masih menolak, bahkan sampai muntah karena tak sanggup menelan asi sederas itu.

Saat kontrol Byan ke dokter, aku sempat menanyakan apa solusinya jika asi terlalu deras seperti yang ku alami. Dokter menyarankan memompa asi terlebih dahulu sebelum menyusui, tapi hanya sedikit saja. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar tekanan asi yang dihisap oleh bayi tidak terlalu kuat. Oke akan ku coba. Tapi tetap juga ini bukan cara yang terbaik. Jadwal menyusui Byan belum teratur, kadang setiap 2 jam, kadang sesekali juga setiap 3 jam atau 4 jam. Masak saat Byan nangis aku harus pompa asi dulu? Byan nggak mungkin nunggu kan?. Atau jika aku menjadwalkan memompa, Byan juga belum tentu lapar sesuai dengan jadwal yang sama. Akhirnya kuputuskan untuk menghentikan metode ini.

Karena tidak tega melihat Byan menderita saat menyusu, aku memutuskan untuk menggunakan dot. Ternyata ini jauh lebih melelahkan. Aku harus memompa asi dikedua payudara, memncuci botol, dan bangun malam lebih lama bahkan sampai tidak sempat tidur karena harus memberikan asi dengan dot dan memompa. Lagi-lagi aku menghentikan cara ini. 
Saat aku memompa kedua payudara, ternyata kondisinya masih sama yaitu yang sebelah kanan asi yang terpompa tidak sederas yang kiri sehingga kurasa masih nyaman lah jika dihisap oleh Byan. Kembalilah aku ke metode sebelumnya yaitu menyusui dengan payudara sebelah kanan dan memompa yang sebelah kiri. Ya hitung-hitung buat stok asi saat aku kerja nanti. Tapi karena ini melelahkan, aku tetap memikirkan dan berusaha mencari cara lain. Aku teringat dengan kata ibu-ibu lain dikantor, jika asi jarang dipompa maka asi makin lama akan semakin berkurang. Aku langsung terpikirkan ide baru. Aku akan mengurangi frekuensi memompa payudaraku yang sebelah kiri. Awalnya aku hanya mampu bertahan selama 6 jam karena payudaraku sepertinya sudah mencapai batas maksimal untuk menampung asi. Rasanya nyeri dan keras saat ditekan. Sebisa mungkin aku menambah waktunya menjadi 7 jam sekali, meningkat setiap satu jam. Ini memang tidak sebentar, membutuhkan waktu beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan. Untung saja payudaraku yang sebelah kanan tidak deras dan ini sangat membantu.

Sampai akhirnya aku hanya memompa payudara kiriku setiap 12 jam. Di sela waktu itu kucoba untuk menyusui Byan. Terkadang berhasil dan terkadang gagal. Tapi selalu kucoba untuk menyusuinya. Kadang 2 kali menyusui dengan payudara selah kanan, sekali dengan payudara sebelah kiri. Sampai akhirnya aku hanya memompa sekali dalam sehari yaitu setiap bangun tidur, karena saat malam hari dengan kondisi tubuh yang rileks saat tidur asi yang dihasilkan lebih banyak. Jadi aku hanya menyusui Byan dengan kedua payudara hanya pada saat siang hari, dan malam hari hanya dengan yang sebelah kanan. Sampai akhirnya aku memaksakan diri untuk tidak memompa asi lagi. Walaupun kadang Byan masih gelagapan saat menyusu dan terkadang menolak, tapi sekarang sudah jauh lebih baik. Mungkin karena Byan sudah semakin besar juga kali ya..jadi dia bisa menelan asi lebih banyak.

Alhamdulillah sekarang aku sudah bisa menyusui Byan dengan kedua payudaraku sepanjang hari karena aku memutuskan untuk berhenti kerja. Mungkin pengalamanku ini bisa membantu dan dilakukan oleh ibu yang mengalami hiperlaktasi hanya di satu sisi payudara saja. 

Sekarang umur Byan sudah 3,5 bulan. Dan stok asiku sudah memenuhi freezer. Aku sudah berusaha mencari ibu-ibu yang butuh donor asi tapi belum ketemu sampai sekarang. Mudah-mudahan nanti asi beku ini bisa aku donorkan ke bayi lain yang membutuhkan agar berkah. Amiiiin.

Semoga bermanfaat.

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)