Kehamilan Kedua

No comments

Tak disangka Allah memberi kepercayaan lagi secepat ini. Memang sih aku dan suami berniat program hamil lagi setelah lebaran Idul Fitri kemaren. Cuma ya masih becanda-becanda gitu. Apalagi kalau mengingat masa-masa galau dulu karena aku baru hamil setelah 4 bulan menikah. Ya kita mikirnya palingan yang sekarang juga sama, tiga atau empat bulan mendatang baru tekdung lagi. Ehlahdalaaah ternyata oh ternyata pintu rezeki Allah terbuka lebar saat ini. Langsung jadi. Aku sih mikirnya karena sekarang aku full di rumah jadinya banyak waktu istirahat, nggak banyak menghirup polusi, nggak pegel-pegelan di motor lagi. Beda kan dulu saat aku masih kerja yang bisa-bisa nggak ngeliat matahari karena pergi subuh dan pulangnya udah malam. Sekali lagi Alhamdulillah deh pokoknya, Allah maha besar.

Dulu saat hamil Byan, setelah melihat ada dua garis di test pack, sorenya buru-buru ke dokter kandungan buat ngecek karena nggak sabaran. Nah belajar dari pengalaman karena saat itu yang terlihat hanya kantongnya doang dan disuruh balik lagi dua minggu kemudian, aku dan suami sepakat hamil kali ini ngecek ke dokternya setelah 8 atau 9 minggu aja biar nggak bolak balik (biar hemat sih sebenernya hahaha). Lebih santai dan nggak terlalu ribet karena sudah pernah hamil. Kalau dulu mah nggak usah ditanya lagi, pantangannya bejibun, harus ini, harus itu, semua omongan orang didengerin, terus yang serem-serem dipikirin. 

Singkat cerita, sampai kehamilan 9 minggu aku belum merasakan mual muntah. Dan akhirnya kami pun berkonsultasi lah ke dokter kandungan memastikan aku beneran hamil apa nggak (masih nggak percaya aja wkwkwk). Setelah di USG, eh malah baru kantongnya doang yang keliatan. Kan udah 9 minggu? Kok bisa belum keliatan dedeknya? Harusnya kan sudah ada dan malah bisa denger detak jantungnya kan? Mulailah perasaan takut galau gundah gulana menyerang. Apa aku hamil kosong kayak yang aku baca di artikel-artikel? Apalagi aku belum merasakan mual. Dokternya sih santai nggak bilang sesuatu hal yang menakutkan. Lagi-lagi kita disuruh balik 2 minggu setelahnya. Huaaaaa berasa luamaaaaa banget menunggu jadwal konsul lagi. Takut ada apa-apa, takut banget. Si ayah jadi sebel karena aku mikirnya negatif mulu. Dua minggu kelabu itu akhirnya aku lalui dengan banyak-banyak berdoa dengan perasaan harap-harap cemas.

Ketemu lagi deh sama buk dokter andalan (dokter yang sama dengan Byan dulu, reviewnya bisa dibaca disini). Alat USG pun menyentuh perut, diputar-putar, dan akhirnya terlihatlah itu si dedek bayi lagi tiduran di perut. Ya Allah Alhamdulillah Engkau maha baik. Berasa semua beban pikiran di kepala menguap. Detak jantungnya pun terdengar merdu ditelinga, lagu-lagunya Justin Bieber mah lewat. Nggak kerasa air mataku menetes saking bahagianya dan tentunya lega luar biasa. Aku beneran hamil dan sebentar lagi InsyaAllah Byan jadi abang. Sehat terus ya anak keduaku. Berkembanglah dengan sempurna.

Beberapa hari setelah ceki-ceki ke dokter, mulai lah mual menyerang. Awalnya sih bisa ditahan dan dialihkan dengan kegiatan lain, lama kelamaan mualnya jadi tambah parah. Malah kali ini aku nggak bisa menahan muntah sama sekali. Beda waku hamil Byan yang hanya beberapa kali keceplosan muntah di kantor atau dirumah. Kebanyakan sih bisa ditahan. Palingan cuma oek oek aja. Makan pun juga semakin susah, apa yang masuk keluar lagi. Padahal buat masukin makanan ke mulut aja butuh perjuangan besar. Jijik aja bawaannya ngeliat makanan. Beberapa kali aku terpaksa makan mie instan biar ada tenaga, takutnya nanti tumbang sedangkan ada Byan yang harus dijagain. Hanya bisa pasrah semoga nggak berdampak buruk sama janinnya. Masak pun juga nggak bisa, bawang-bawang dan bumbu dapur lainnya aku buang-buangin karena nggak kuat sama baunya. Pokoknya semua bau, semua bikin mual, semua menyebalkan, pengennya tiduran aja dikamar main hape biar lupa sama mualnya. Minum air putih aja aku tak sanggup pemirsaaaahh, pasti bakalan muntah lagi. Luar biasa rasanya, menderita banget deh.

Disaat-saat kepala pusing berkunang-kunang, kaki gemetar, meriang, mual muntah pastinya, aku harus mengasuh Byan yang lagi aktif-aktifnya. Kebayang dong susahnya gimana? Dia masih belum ngerti kalau bundanya lagi dalam kondisi yang memprihatinkan. Seperti biasa aku harus memandikan Byan padahal masuk kamar mandi aja meningkatkan rasa mual berkali-kali lipat. Nggak jarang aku muntah saat mandiin Byan. Harus nyuapin Byan makan yang bener-bener menguras emosi dan tenaga. Sering aku marah-marah nggak jelas. Sebenernya kasian Byan sih waktu itu, tapi ya mau gimana, kok rasanya semua hal yang aku lakukan begitu melelahkan dan nggak ada yang beres. Makanan pun nggak pernah terhidang lagi di meja. Semuanya dibeli disaat mendekati jam makan. Boro-boro mau masak, bumbu dapur aja udah masuk tempat sampah semua. Kasian Byan yang terpaksa makan makanan yang belum terjamin kesehatan dan kebersihannya. Rumah yang selalu berantakan dan kotor. Kadang si Ayah yang beresin rumah dan nyuci piring (soalnya wilayah dapur dan kamar mandi adalah wilayah yang berbahaya, bisa langsung muntah kalau deket-deket). Bisa sampai 3 hari aku nggak cuci piring. Kalau terpaksa nyuci piring pun harus make masker double biar aromanya nggak kecium. Keadaan yang serba salah dan nggak mengenakkan ini aku lalui hampir 5 bulan. Karena memang sepertinya aku tipe wanita yang mengalami mual muntah dalam waktu yang lumayan lama. Luar biasa rasanya. Maafkan bunda ya Byan, maafkan bunda ya ayah. Kalian menjadi korban dari ketidaknyamanan yang bunda rasakan beberapa bulan belakangan ini.

Tapi sekaraaaaang...badai telah berlalu. Horeeeee. Badai telah berlalu dan matahari bersinar kembali. Kehamilanku hampir memasuki 6 bulan. Aku makan dengan lahap, masak pun rajin sampai-sampai meja makan nggak pernah kosong. Malah bisa masak cemilan-cemilan yummy buat keluarga kecil ini. Rumah udah rapih, palingan sesekali aja berantakannya kalau lagi males beberes. Gelak tawa pun kembali menghiasi wajah cantik bunda, hahahaha. Duuh bahagianya. Semuanya berjalan normal kembali seperti sedia kala.  

Walaupun mual muntah telah pergi (sebenernya sih masih kerasa dikit-dikit), badanku terasa lebih rapuh. Jalan dikit langsung kecapekan, mikir dikit langsung sakit kepala, keliyengan dan berkunang-kunang mah sering banget, pusing, susah tidur, sakit pinggang dan bawaannya itu lemes terus. Bahkan sudah beberapa kali aku ngeflek disaat ngerasa terlalu capek atau stres. Beda banget waktu hamil Byan, aku berasa energik banget. Setelah mual muntah hilang, aku sangat merasa sehat dan kuat tanpa keluhan apapun. Mungkin beda kali ya hamil pertama dan kedua. Punya cerita masing-masing.

Alhamdulillah semuanya sehat, hasil cek lab kemaren pun bagus. Hanya saja ada jamur dan bakteri di dalam urine jadi harus diobatin. Hormon tiroid pun normal, karena inilah salah satu kekhawatiran terbesarku berhubung dengan adanya kista di dalam tiroidku (baca Aku dan Kisata Tiroid). Berat si dedek juga sudah lumayan besar, setengah kilo lebih. Dan lagi lagi prediksinya cowok, haha. Aktifnya pun luar biasa, muter-muter terus diperut. Sering kewalahan bundanya, hehe. Maklumlah, dulu Byan  nggak seaktif ini waktu masih diperut. 

Doakan ya moms semoga semuanya sehat, si dedek bayi bisa lahir dengan sehat sempurna. Dan semoga nanti mamaknya setrong ngasuh dua bayi.

Semoga bermanfaat :)

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)