19 September 2016
Hari
ini pertama kalinya aku merasakan dinginnya ruang operasi. Rasa takut yang
begitu besar pada jarum-jarum suntik sudah ku hadapi dari tiga hari yang lalu. Sabtu
sore seperti biasa aku dan suami kontrol kehamilan yang saat itu sudah memasuki
minggu ke 36. Setelah dilakukan USG, Alhamdulillah dokter menyatakan bahwa bayi
laki-laki pertama kami tumbuh sehat dan normal tanpa ada indikasi apapun. Tapi
ada satu permasalahn yang membuatku cemas dari kemarin, yaitu (maaf) celana
dalamku selalu basah dan air yang keluar itu terasa lengket. Setelah aku
menyatakannya kepada dokter, beliau melakukan USG sekali lagi dan focus memeriksa
volume air ketuban didalam rahimku.
Tanpa terduga dinyatakan bahwa air ketuban yang melindungi bayiku sudah
rembes dan harus segera dilahirkan agar tidak terjadi infeksi yang membahayakan
janin. Dokter menanyakan apakah aku ingin melahirkan normal atau melalui
operasi, dan aku dengan tegas tanpa ragu menjawab bahwa aku ingin melahirkan secara
normal karena itu yang sangat aku dan suami inginkan.
Sore itu aku langsung
masuk ke ruang bersalin, diinfus dan disuntik sana sini. Suster menjelaskan
cairan apa saja yang dimasukkan kedalam tubuhku, yang aku ingat hanya obat
untuk mematangkan paru-paru anakku dan cairan induksi yang dimasukkan melaui
infus agar aku merasakan kontraksi dan bisa melahirkan dengan normal.
Singkat cerita
setelah dua hari aku diinduksi, bayiku masih belum bisa dilahirkan karena hanya
sampai pembukaan dua dan mulut rahim masih tebal (aku juga kurang mengerti
maksudnya apa). Induksi belum berhasil walaupun sudah melalui dua metode yaitu
infus dan obat. Dokter memberi pilihan kepada kami apakah masih ingin untuk melanjutkan
induksi tapi tidak tahu sampai kapan atau operasi caesar. Dengan pertimbangan begitu
banyaknya obat yang disuntikkan takut berpengaruh kepada anak kami, kami
memutuskan untuk memilih operasi. Jika itu memang yang terbaik untuk anakku,
aku siap.
_______________
Ternyata
tidak semua ibu yang melahirkan melalui operasi caesar itu atas keinginan
mereka yang tidak ingin merasakan sakitnya persalinan secara normal, tapi
karena kondisi yang mengharuskan untuk dioperasi demi keselamatan bayinya.
_______________
Pukul
19.40 WIB terdengarlah tangisan anakku, dengan kondisi yang setengah sadar karena
pengaruh obat bius aku meneteskan air mata dan tak henti-hentinya aku
menggumamkan rasa syukur. Beberapa menit kemudian, bayi mungilku ditengkurapkan
diatas dadaku. Kulihat dengan samar-samar wajahnya, kudengar tangisannya, ingin
sekali memeluknya tapi tanganku tidak bisa digerakkan. Bayiku diangkat kembali
dan dibawa menjauh dariku. Mungkin untuk diperiksa, atau diazankan suamiku,
atau dibawa keruang bayi, entahlah..tapi yang pasti itu memang prosedur rumah
sakit dan yang terbaik untuk anakku.
Setelah
sayatan operasi diperutku selesai dijahit dan dibersihkan, aku keluar dari
ruang operasi dan dibawa keruang pemulihan. suamiku langsung mencium keningku
dan mengucapkan terimakasih telah melahirkan putranya. Tak beberapa lama aku
tertidur karena rasa kantuk yang begitu hebat. Saat aku terjaga, suami masih
menemani disampingku dan aku siap dipindahkan keruang perawatan. Akupun kembali
tertidur.
Kudengar
pintu terbuka dan kulihat suster mendorong box bayi kesamping tempat tidurku. Itu
anakku !!!. Pertama kalinya dengan kondisi sadar aku melihat wajahnya dan
menyentuhnya. Ingin sekali aku bangkit dari tempat tidur dan langsung
memeluknya dalam gendonganku, tapi aku belum diizinkan turun dari tempat tidur
dan hanya diperbolehkan duduk. Bekas operasi yang begitu sakit kurasakan tak ku
pedulikan lagi. Kupaksakan tubuhku untuk duduk walaupun beberapa kali gagal. Akhirnya
aku bisa memeluk anakku.
_______________
Muhammad
Abyan Arkaputra. Bayi laki-lakiku yang lahir pada tanggal 19 September 2016 jam
19.40 WIB, panjang 45 cm dan berat 2550 gr. Bunda mencintaimu, Nak.
_______________
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)