Penggunaan Dot atau Empeng pada Bayi

No comments

Tidak bisa disangkal kalau penggunaan dot memang sangat melekat dengan yang namanya bayi. Walaupun sang ibu menemani si buah hati selama 24 jam full dan bisa menyusui secara langsung, pasti ada saat-saat tertentu yang mengharuskan kita memberikan ASI menggunakan dot. Ya sebenarnya ada sih metode lain seperti menggunakan cup, sendok, pipet dsb. Tapi pasti yang paling lumrah digunakan adalah dot karena simple dan nggak ribet.

Pengalamanku dulu saat Byan lahir sampai usia kira-kira 4 bulan, aku mengalami hiperemesis yang mengharuskan aku menggunakan dot agar Byan bisa minum susu dengan tenang dan tidak tersedak karena aliran ASI yang terlalu deras (baca : Aku Mengalami Hiperemesis). Pernah juga saat aku dipijit setelah lahiran, eh Byan nangis minta nen. Langsung deh si Ayah ngasih ASI pake dot. Untung aja stok asi selalu ada.

Sebenarnya bagaimana sih ketentuan menggunakan dot pada bayi? Yuk kita bahas. Cekidot ;)

Salah satu topik yang sering mengemuka di antara orangtua adalah penggunaan dot bayi atau disebut sebagai empeng di Indonesia. Sebagian ahli mengemukakan keuntungan mengisap dot , namun ada juga yang mengungkap kerugiannya.
Untuk membuat bayi merasa nyaman, kadang tak cukup menggendong atau memeluknya. Bayi memerlukan sesuatu yang dapat dimasukan ke mulutnya, bahkan saat ia tidak merasa lapar. Itu sebabnya dot bayi banyak menjadi pilihan orang tua.
Berikut ini  beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari dot bayi:

  • Empeng dapat membantu bayi prematur untuk dapat melewati transisi dari pemberian minum lewat tube ke pemberian minum lewat botol. Empeng juga dapat membantu menimbulkan refleks isap yang biasanya kurang optimal pada bayi prematur.
  • Empeng untuk anak yang mengalami gangguan perkembangan seperti PDD (Pervasive Developmental Dissorder atau kasus Autisme) kadang dibutuhkan untuk membantu anak dalam “menyimak” sesuatu. Anak anak dengan gangguan perkembangan biasanya mengalami masalah dalam memproses rangsangan yang diterima melalui panca indera. Memberi empeng pada mereka yang memerlukan rangsangan lebih pada mulutnya sering membantu, terutama bila mereka sedang dalam proses belajar suatu hal. Kegiatan ini dapat diganti bertahap dengan memberi rangsang lain yang berkonsentrasi di daerah mulut seperti minum dengan sedotan atau makan makanan yang cukup keras seperti buah atau sayur seperti wortel.
  • Mengurangi risiko bayi meninggal mendadak yang disebabkan sudden infant death syndrome (SIDS).
  • Membantu bayi dapat lebih mudah tidur. Sebagian bayi mengalami kesulitan tidur, dot bayi kemungkinan dapat membantu. Dot juga dapat menenangkan bayi yang rewel.
  • Dapat dimanfaatkan sebagai pengalih perhatian. Misalnya, saat bayi harus menjalani imunisasi, tes darah atau prosedur lain.
  • Mengurangi rasa tidak nyaman ketika bayi bepergian dengan pesawat. Jika orang dewasa dapat menguap atau mengonsumsi makanan ringan untuk meringankan nyeri di telinga akibat perubahan tekanan udara, maka untuk bayi dapat memanfaatkan dot bayi.
Meski memiliki beberapa manfaat, namun ada pula kemungkinan risiko merugikan dari penggunaan dot bayi, seperti :
  • Kemungkinan menghalangi proses menyusui. Penelitian mengungkapkan, pada sebagian bayi, penggunaan dot bayi yang terlalu awal dikaitkan dengan berkurangnya durasi dan frekuensi menyusui sekaligus penurunan pemberian air susu ibu (ASI)secara eksklusif.
  • Diduga memicu gangguan telinga. Sebuah penelitian mengungkap, bayi yang menggunakan dot bayi kemungkinan lebih besar mengalami infeksi telinga. Sebaiknya batasi penggunaan dot bayi hingga usia 6 bulan.
  • Dicurigai menyebabkan masalah pada susunan gigi dan gusi si kecil. Ahli menuturkan, masalah gigi yang berhubungan dengan dot bayi sebelum anak berusia dua tahun, akan dapat teratasi dengan sendirinya dalam waktu sekitar 6 bulan setelah tidak lagi menggunakan dot. Bila penggunaan terus berlanjut sampai usia anak lebih dari 2 tahun, bisa jadi dot akan menyebabkan masalah gigi.
  • Anak yang mempunyai kebiasaan minum susu di malam hari, juga punya kebiasaan ngompol berkepanjangan. Mereka sulit diajarkan toilet training sehingga mempunyai kebiasaan memakai diapers yang juga berkepanjangan.
  • Kebiasaan ngedot akan mengurangi keterampilannya mengunyah. Biasanya anak yang suka dot akan mengemut makanannya berlamalama.
  • Menggunakan dot bayi kemungkinan dapat menjadi kebiasaan yang sulit dilepaskan. Tentu saja hal ini dapat menjadi masalah di kemudian hari.

Tips Menggunakan Dot Bayi

Memperkenalkan dot bayi sebaiknya tidak terlalu awal, yaitu sekitar usia 1 bulan. Jika bayi memperoleh ASI, sebaiknya tunggu hingga ia menguasai cara menyusu dengan benar sebelum menggunakan dot bayi.
Pastikan bayi menggunakan dot sesuai usia. Lalu pilih dot bayi yang memiliki lubang pada bagian pinggirnya untuk menjaga udara dapat keluar masuk. Jangan gunakan dot bayi dengan tali atau rantai di lehernya, karena akan menimbulkan risiko tercekik. Kemudian, pastikan Anda memilih dot bayi yang bebas dari bahan bishpenol-A (BPA) yang memiliki risiko kesehatan.
Jaga kebersihan dot bayi dengan mencuci dalam air hangat dan sabun secara teratur. Jangan biarkan anak berbagi dot dengan orang lain. Hindari pula kebiasaan memberikan bahan pemanis pada dot karena dapat merusak gigi.
Yang tak kalah penting, jangan jadikan dot bayi sebagai upaya awal menenangkan bayi. Orang tua dapat terlebih dulu mencoba mengubah posisi bayi ataupun menimangnya. Ingat untuk tidak memberikan dot bayi mendekati waktu menyusu. Guna menghindari ketergantungan, upayakan melepas dot sebelum usia 1 tahun.
Keputusan menggunakan dot bayi terutama harus memerhatikan kebutuhan bayi. Pertimbangkan kemungkinan keuntungan dan kerugiannya. Jika perlu, konsultasikan dengan dokter spesialis anak terlebih dulu.

Pemberian ASIP (ASI Perah) menggunakan dot ternyata juga ada dampak buruknya lho

1. Bingung puting
Penggunaan dot atau empeng dapat menimbulkan bingung puting, yaitu keadaan di mana bayi tidak mau menyusu lagi ke payudara ibu karena mekanisme hisapan yang berbeda antara menghisap dot dan memerah payudara.

2. Resiko terinfeksi
Dot sangat rentan terkontaminasi karena karetnya yang merupakan media tumbuh kuman yang sangat baik. Selain itu, banyaknya zat merugikan hasil reaksi plastik yang dipanaskan setiap hari, yang semakin lama semakin banyak terakumulasi dalam tubuh bayi, sehingga menurunkan daya tahan tubuh bayi dan bayi menjadi sangat rentan terkena penyakit infeksi, walau dot berisi ASI.

3. Mengganggu pertumbuhan gigi

Penggunaan dot dapat menimbulkan masalah gigi dan maloklusi rahang, serta jauh lebih tinggi risiko tersedak dibandingkan pemberian dengan media gelas atau sendok.

4. Mempengaruhi psikologi anak

Anak yang terlanjur mengenal dot juga akan sulit sekali disapih dari dot saat sudah beranjak besar, sehingga akan mempengaruhi sisi psikologis anak tersebut bila tidak berhasil dipisahkan dari dot saat berusia 2 tahun, terlebih lagi jika sampai melewati batas 3 tahun. Hal tersebut akan mempengaruhi kemandirian sang anak di masa depan dan juga dalam hal mengambil keputusan.
Bila ibu bekerja, dr Asti menyarankan untuk mengunjungi klinik laktasi bersama keluarga atau pengasuh. Nantinya akan diajarkan manajemen laktasi, diantaranya mengenai perah ASI, ASIP handling (penyimpanan dan penyajian ASI Perah), fresh ASIP (ASI Perah segar), pemberian dengan gelas (cup feeding), dan semua tips-tips agar tetap lancar menyusui walaupun Ibu bekerja.
Namun bila ibu tidak bekerja, sebaiknya ibu menyusui langsung tanpa perlu perah-perah dan memberikan ASIP (ASI Perah) pada buah hati.

Kapan sebaiknya penggunaan dot dihentikan?

Kebiasaan menggunakan dot dan botol susu pada anak sering sulit dihentikan. Sesungguhnya waktu terbaik untuk menghentikan penggunaan dot dan botol susu adalah pada usia 9 bulan. American Academy of Pediatrics (AAP) menyatakan bahwa sebetulnya anak sudah dapat minum dari sippy cup (gelas hisap) sejak usia 6-9 bulan. American Academy of Pediatrics juga menyarankan paling lambat pada usia 18 bulan penggunaan dot atau botol susu ini telah dihentikan. Studi membuktikan bahwa semakin cepat dot atau botol susu tersebut disingkirkan, semakin mudah proses penghentian  penggunaannya.

Masalahnya, seringkali  anak sudah terlanjur terbiasa dan memiliki keterikatan dengan dot dan botol susunya. Terdapat beberapa trik yang dapat dilakukan untuk menghentikan penggunaannya, yaitu: lakukan pendekatan dan katakan bahwa sekarang adalah saatnya untuk belajar minum dari gelas. Beri pujian kepada anak Anda jika ia mencoba minum dari gelas. Saat akan menyingkirkan atau membuang botol, lakukanlah di depan anak Anda. Berikan pengalaman minum yang menyenangkan, antara lain dengan memberikan gelas beraneka ragam warna dan gambar. Bahkan, dapat saja Anda mengajak anak Anda berbelanja dan izinkan ia untuk memilih gelasnya sendiri. Apabila trik tersebut tidak berhasil, cobalah pendekatan yang lain, yaitu: dengan melakukan penghentian penggunaan dot dan botol susu secara bertahap (misalnya hanya boleh menggunakannya pada malam hari saja). Secara bertahap dibiasakan penggunaan gelas, mulai dari minuman yang bukan susu hingga menggantikan penggunaan dot dan botol susu sewaktu minum susu. Tambahkan frekuensi penggunaan gelas setiap harinya, sampai akhirnya anak sudah terbiasa dan tidak perlu menggunakan dot dan botol susu lagi. Dampingi dan berikan kehangatan berupa dekapan atau pangkuan sehingga menambah kenyamanan pada anak saat proses adaptasi ini berlangsung.

Kesulitan bertambah, apabila Anda mulai pada tahapan untuk menghentikan kebiasaan minum susu dengan dot dan botol susu sebelum tidur. Kenyamanan anak seringkali terganggu karena ia kehilangan “benda kesayangan” pengantar tidurnya. Apabila anak Anda memiliki kesulitan untuk beradaptasi tanpa dot dan botol susu kesayangannya, carilah pengganti “peran” dot dan botol susu tersebut. Penggantinya dapat berupa boneka, bantal atau selimut kesayangan. Selain itu, saat anak Anda baru mulai minum dari gelas, jangan lupa untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepadanya. Buatlah transisi tersebut senyaman mungkin untuk  si kecil.

Sumber :

http://www.alodokter.com/menimbang-sisi-positif-dan-negatif-dot-bayi
https://m.detik.com/health/read/2017/01/04/185951/3387878/764/0/4-alasan-sebaiknya-hindari-pakai-botol-dot-saat-memberi-asi-perah-pada-bayi
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/cara-menghentikan-penggunaan-dot-dan-botol-susu-pada-anak
http://www.klinikdrtiwi.com/index.php/q-a-a/47-menggunakan-empeng-pacifier

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)