HUT IIDN : Kirana Kejora dan Widyanti Yuliandari Berbagi Cerita Tentang Menulis

2 comments

Selamat ulang tahun,
Ibu-Ibu Doyan Nulis!


Dalam rangka menyambut ulang tahun Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) yang ke-11, diadakan rangkaian acara seru dan padat ilmu yang dinamai Festival Perempuan Indonesia. Festival ini dibuka dengan online talkshow pertama yang bertajuk Perempuan dan Menulis bersama Kirana Kejora dan Ibu Ketua Umum IIDN, Widyanti Yuliandari, pada tanggal 29 Mei 2021 lalu.


Kirana Kejora, seorang writerpreneur, best selling author, publisher consultant, film producer dan founder Elang Tempur ini sudah menerbitkan banyak karya yang beberapa diantaranya telah difilmkan, yaitu novel Air Mata Terakhir Bunda yang berhasil menjadi Best Feature Film di Balinale International Film Festival 2013 dan naskah film Hasduk Berpola yang terpilih sebagai Film Inspiratif Kemendikbud 2013 dan masuk dalam Program Educational Screening IFF Melbourne 2015


Tidak ada kesuksesan yang terjadi begitu saja tanpa proses. Tidak ada yang instan, begitu pula dengan menulis. Kirana sudah berproses selama 16 tahun dan hingga sekarang masih terus belajar karena zaman juga terus berkembang. "Menulis itu modalnya niat dan berani. Berani untuk terus belajar. Jangan pernah merasa puas dan teruslah belajar," ucapnya.


Kirana sedikit berbagi kisah mengenai pengalaman ketika salah satu bukunya tidak laris di pasaran. Lalu manajer sebuah penerbit mayor merasa kasihan dan mengantarnya ke kantor Jakarta untuk pendistribusian. Akhirnya terjadilah kerjasama dan semuanya berjalan dengan baik. Ini hanyalah salah satu contoh bahwa buku akan menemui takdirnya masing-masing. Selama buku itu ditulis dengan niat yang baik, maka akan mendapatkan tempat yang baik pula. Ini sangat menambah kepercayaan diri penulis pemula untuk terus berkarya hingga buku yang dihasilkan juga menemuai takdirnya suatu saat nanti. 


Bagi penulis, karya tulis yang dihasilkan adalah warisan. Kirana menjadikan anak-anaknya sebagai pagar tulisannya. Ia ingin anak-anak hingga cucu-cucunya nanti bisa membaca karyanya. Makanya tema-tema yang dipilih selalu kembali ke rumah dan ada drama keluarga. Pesan yang disampaikan adalah kebaikan dan menulislah hanya untuk kebaikan. Pernah ada satu buku yang ditulis Kirana karena dendam, tetapi malah tidak laku dijual. Oleh karena itu, Kirana selalu berupaya mewariskan yang baik-baik saja, jangan sampai mewariskan sesuatu yang tidak baik.


Disebutkan beberapa bocoran kriteria buku karya Kirana yang sukses di pasaran. Novel yang bagus sebaiknya ada drama keluarga, drama percintaan, unsur religi dan sentuhan komedi. Jika semua elemen ini digabungkan maka akan menjadi sesuatu yang menarik untuk dibaca. Sebagai tambahan, secara umum, cerita yang bagus itu harus memenuhi tiga aspek, yaitu logis, terdapat unsur penasaran atau alur yang sulit ditebak dan adanya kejutan. Penulis fiksi yang pada dasarnya memang bergantung pada alur cerita, tentu tidak boleh melewatkan sharing ilmu yang satu ini.


Sebagai seorang writerpreneur, Kirana menegaskan bahwa menulis sangat bisa menghasilkan uang. Writerpreneur bukan berarti penjual buku, namun bagaimana caranya agar orang mau membeli buku tanpa dipaksa. Nah, agar buku dapat berbicara, seorang penulis penting sekali untuk mengawal proses penulisan buku mulai dari awal hingga akhir. Diibaratkan seperti ibu yang mengandung dan melahirkan, buku juga dilahirkan layaknya seorang anak yang semestinya dirawat hingga besar sebagai bentuk tanggung jawab. 


1 Pra-Produksi

Menjadi seorang writerpreneur harus idealis dan realistis. Sebelum memulai menulis, perlu dilakukan riset dari berbagai aspek. Buku apa yang disukai pasar, apa tujuannya, siapa pembacanya, seperti apa konsepnya, kovernya, ukuran bukunya dan goals yang hendak dicapai. Satu lagi yang paling penting, yaitu merencanakan waktunya, berapa lama melakukan pra-produksi, produksi hingga promosi nantinya. Semuanya mesti terjadwal agar tidak terbengkalai dan apa yang diharapkan dapat tercapai. Branding buku juga penting dilakukan sejak awal, karena ini dapat menarik perhatian dan penasaran pembaca. Bisa dengan memanfaatkan media sosial dan mengunggah apa saja yang berhubungan dengan buku yang hedak ditulis.


2 Produksi

Lakukan produksi sesuai dengan hasil riset ketika pra-produksi. Kirana bisa melihat dengan jelas sekali buku-buku yang ditulis tanpa riset dan dengan riset. Jadi riset ini sangat menentukan proses produksi dan hasilnya nanti. 


3 Pasca-Produksi

Tidak ada alasan bagi penulis untuk malu dan takut memperkenalkan bukunya sendiri. Orang mau mencaci maki atau mau merespon seperti apa, itu urusan belakangan, yang penting buku kita sudah diperkenalkan dan orang tahu mengenai buku itu. Bergantung sepenuhnya pada penerbit untuk promosi bukanlah sesuatu yang baik, namun penulis semestinya juga ikut mempromosikan. Jangan sampai terlena dengan euforia ketika launching saja, namun promosi harus terus dijalankan agar buku tidak mati suri dan terlupakan. Promosi ini tentu harus dilakukan dengan cerdas agar tidak terkesan seperti menjual buku. Sekarang ini sudah era digital, memanfaatkan berbagai media sangat memungkinkan sebagai wadah promosi. 


Kini, mengandalkan penerbit mayor dan toko buku ternama hanya sebagai satu-satunya tempat pemasaran bukan lagi zamannya. Teknologi menjadikan penulis tidak perlu bergantung penuh dengan penerbit mayor. Menerbitkan buku sendiri atau self publish juga tidak kalah menguntungkan. Online shop akan sangat memudahkan dalam proses penjualan hingga ke seluruh pelosok negeri. 


Kirana menyatakan bahwa penulis perempuan di Indonesia jumlahnya sangat banyak, yaitu mencapai 75% dari total penulis yang ada. Persaingan tentu sangat ketat, namun jangan terburu-buru surut dan takut, karena buku memiliki takdir dan pasarnya masing-masing. Menulislah dengan hati, jangan sepenuhnya hanya mengandalkan pikiran, serta menulislah dengan kebaikan. Penulis adalah profesi menyenangkan yang bisa dilakukan hingga tua, bahkan tanpa modal. Agar dapat terus aktif menulis, anggaplah menulis sama seperti makan yang kita akan mati jika tidak melakukannya, serta anggaplah seperti nafas yang setiap helaannya menghasilkan satu kata. "Pendaki sejati tidak akan turun gunung sebelum berada di puncak. Janganlah jadi penulis manja, namun jadilah penulis peka. Karena kepekaan ini akan menghasilkan tulisan yang kuat," pesan Kirana di akhir sesi.


Widyanti Yuliandari, Ketua Umum IIDN sekaligus bloger dan penulis ini, juga membagi cerita perjalanan menulisnya yang dimulai jauh sebelum dipercayakan sebagai Ketua Umum IIDN. Mengelola blog pribadi adalah aktivitas menulis pertama yang ia jalani. Awalnya masih bingung ingin menulis apa dan tulisan seperti apa yang disukai oleh banyak orang. Hingga konsistensinya untuk terus mencoba dan belajar menghasilkan pengunjung yang ternyata mencapai ribuan per harinya. Prospek yang terlihat semakin jelas, membuatnya semakin serius menekuni dunia blog.

Pada tahun 2013, barulah Widya bergabung dengan berbagai komunitas menulis. Dari sini timbul keinginan untuk mencapai hal serupa dengan anggota lain yang berhasil menerbitkan buku solo dan sukses menjadi bloger yang memiliki banyak kerjasama dengan brand besar. Akhirnya impian itu berhasil dicapai pada tahun 2015 dengan lahirnya buku solo pertama mengenai pola makan sehat. Tahun 2017, IIDN dipercayakan untuk dirawatnya meski pada saat itu sedang sibuk menyelesaikan studi Strata-2. Sempat terbentur-bentur di tahun pertama karena masa penyesuaian, akhirnya IIDN bangkit semakin berjaya di tahun kedua kepemimpinannya dengan banyak tawaran kerjasama. 


Saya mencintai posisi sebagai penjaga dan perawat komunitas, serta mencintai dunia menulis. Menulis itu membuka jauh lebih banyak pintu kebaikan yang diiringi dengan tanggung jawab yang besar.

- Widyanti Yuliandari -


Widya mengakui bahwa ia memiliki jiwa petualang meski secara fisik berada di rumah. Ia selalu punya goals, ingin menjadi penulis seperti apa dan melakukan apa untuk komunitas. Mendapatkan tantangan dan pencapaian baru akan membuat hidup terasa lebih hidup. Intinya, ia akan berusaha menjadi penulis yang baik, melakukannya dengan jujur, informasi yang disampaikan akurat dan tentunya harus melakukan riset dengan baik. 


IIDN sangat menginginkan seluruh anggotanya dapat belajar menulis dengan benar dan bertekad menjadi penulis yang baik. Bagi Widya, mau menjadi penulis jenis apa pun, harus ada benefit yang diterima, terutama bagi diri sendiri. Permasalahan perempuan itu seperti gunung es yang tersimpan dalam dirinya. Melalui IIDN, program menulis akan digabung dengan healing, sehingga menulis dapat membantu perempuan untuk dapat berpikir secara ralistis dan terstruktur. Karena jika masalah internal dalam diri belum selesai, maka kreatifitas yang dihasilkan tentu tidak akan maksimal. 


Sejalan dengan Kirana, Widya yakin bahwa 11 Tahun IIDN Berkarya hingga saat ini, IIDN sudah berada di jalur yang benar. Teman-teman IIDN harus berani menulis, tidak modal nekat, namun dengan tekad yang berupa keyakinan dan action. IIDN menyediakan kelas-kelas yang tentunya sudah disesuaikan dengan kebutuhan anggotanya, yaitu:


1 Kelas Nulis Dari Nol untuk penulis pemula;

2 Kelas Nulis Buku Solo untuk para penulis yang ingin menerbitkan buku solo dengan pendampingan mulai dari riset, bagaimana mencari tema, mengemas, hingga membuat kerangka promosi;

3 Kelas Bloger yang khusus diperuntukkan bagi bloger mengembangkan diri.


Tidak hanya sampai di situ, IIDN memiliki Tim Mitra Jenama beranggotakan 30 orang bloger dan instagramer yang suka mengulas buku. Tim ini akan membantu mempromosikan buku-buku karya anggota IIDN melalui berbagai event. Ke depannya, IIDN juga berencana untuk menggaet member yang aktif memperjualbelikan buku untuk diajak bekerjasama. Jadi penulis jangan khawatir, karena IIDN akan memfasilitasi anggotanya untuk dapat terus belajar dan berkarya. Ibu Ketua IIDN berpesan, bagi yang masih ragu untuk menulis, mulai saja dulu! 


___________


Luar biasa bukan? Menyaksikan talkshow yang diisi oleh dua narasumber luar biasa ini sungguh membuat semangat menulis semakin terpacu. Perjalanan Kirana dan Widya tentu tidak lepas dari perjuangan panjang. Bukti bahwa menulis bisa mengantarkan seseorang hingga ke titik di mana kebanggaan berada dalam genggaman dan menjadikan menulis sebagai sumber penghasilan menjanjikan.


Nah, bagi yang belum berkesempatan hadir dalam Talkshow Perempuan dan Menulis bersama Kirana Kejora dan Widyanti Yuliandari, rekaman acaranya bisa disaksikan pada channel YouTube Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis. 



Dirgahayu, IIDN!

Jangan pernah letih memberi kami ruang untuk berkarya dan berdaya dengan bahagia.

Terima kasih!



2 comments

  1. aku beruntung juga kemarin bisa join di rangkaian acara IIDN
    banyak ilmu dan cerita seru disana dan makin semangat buat nulis

    ReplyDelete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)