Produktivitas.
Rasanya kata ini semakin populer sejak pandemi. Semuanya menyeru untuk produktif dari rumah.
Tapi memang benar, sih. Alih-alih rebahan tanpa hasil, berkarya dan berdaya jauh memberi banyak manfaat positif. Lima tahun silam, saya sudah mulai menerapkan apa yang namanya produktif di rumah. Singkat cerita, memilih resign dari pekerjaan, mengubah nyaris seluruh lini kehidupan saya. Biasanya bertemu banyak orang, disiplin dengan jam kerja dan tugas-tugas kantor bertenggat waktu, kini berganti dengan banjirnya kesenggangan. Menyangka bahwa kebebasan membuat segalanya lebih indah, ternyata malah menjadikan mental saya down. Tidak beda jauh dengan masa adaptasi pandemi ini, ketika mobilitas sangat dibatasi.
"Mulai sekarang, jangan pernah artikan resign-mu sebagai kebebasan untuk tidak melakukan apa-apa. Kerja tidak cuma di kantor. Teknologi bikin semuanya mudah, kok. Lakukan hal-hal yang dulu tidak bisa kamu lakukan dan jadikan itu kegiatan produktifmu."
Itulah yang dipesankan suami setelah menyadari bahwa kesehatan mental saya semakin memburuk. Bagaimanapun saya harus berbuat sesuatu agar kewarasan saya terjaga, demi anak kami yang masih bergantung penuh pada ibunya. Bukan bermaksud menyuruh mencari uang, tapi karena suami tahu betul bahwa penyebab saya stres adalah ketidakproduktivan.
Saya mulai membangun blog pribadi. Menulis setiap kali ada waktu, menggantikan kebiasaan scroll media sosial yang selalu berujung dengan membanding-bandingkan. Saya mengeluh melalui tulisan, sekaligus belajar banyak dengan menulis. Berkat aktivitas yang mungkin dianggap sederhana ini, akhirnya saya bisa mengobati masalah kesehatan pikiran. Malah bonusnya dapat mengukir prestasi dan membuka pintu penghasilan baru.
Daftar Isi
1. Masa Pandemi, Momen Emas Belajar Daring
2. Tapi, Computer Vision Syndrome Jadi Risiko
3. ASUS OLED Hadir Memberi Solusi
4. ASUS VivoBook Ultra 15 OLED (K513) Dukung Semua Aktivitas Produktif Saya
5. Spesifikasi dan Harga ASUS VivoBook Ultra 15 OLED (K513)
Masa Pandemi, Momen Emas Belajar Daring
Alasannya jelas karena kini saya sudah menjadi ibu. Saya tidak bisa bebas mengikuti berbagai event blogger walau sebenarnya sangat ingin. Saya juga pengen dikenal dan berkenalan dengan orang-orang dalam circle ini. Tapi apa daya, mana mungkin saya meninggalkan rumah tanpa ada yang menjaga bayi saya di rumah?
Akhirnya pandemi datang. Semua aktivitas offline di online-kan. Siapa sangka, semesta memberi kesempatan terbaik untuk saya mengembangkan diri tanpa harus ke mana-mana.
Masih segar dalam ingatan ketika undangan pertama sepanjang sejarah ngeblog saya terima sebagai 30 blogger terpilih di sebuah kompetensi. Sedihnya, dengan berat hati harus saya respon dengan pernyataan ketidakhadiran. Anak kedua saya masih ASI eksklusif saat itu dan tidak memungkinkan pula di bawa ke lokasi acara. Bisa dibayangkan, kebahagiaan dan kebanggaan akan prestasi pertama, segera diakhiri oleh kenyataan yang membuat kecil hati.
Namun kejadian ini terbayar saat pandemi. Di kesempatan lomba lain dari komunitas yang sama dan brand yang sama, saya kembali masuk menjadi 30 blogger terpilih. Wah, jangan ditanya perasaan saya, bahagianya luar biasa. Meski tidak bertatapan langsung, akhirnya saya mengikuti event blogger juga.
Kehidupan terus berlanjut, berbagai webinar dan kelas online semakin banyak diinformasikan melalui akun sosial media komunitas. Semuanya sadar bahwa pandemi bukanlah akhir segalanya. Melalui transformasi digital, hampir semua hal bisa dilakukan. Inilah yang saya butuhkan! Saya mengikuti nyaris seluruh webinar dan kelas online terkait blogging dan writing.
Saya belajar dan berlatih menulis berkali lipat lebih keras dari sebelumnya. Dalam sehari, saya bisa beraktivitas dengan laptop lebih dari 5 jam, atau mungkin sampai 10 jam. Itu belum termasuk hiburan. Webinarnya sendiri saja bisa satu atau dua jam. Ditambah dengan menulis, mencari referensi, editing foto dan video penunjang, membuat desain grafis terkait artikel serta nonton drama korea untuk mengendorkan otak.
Hasilnya tidak main-main, kemampuan menulis saya jauh membaik. Bukan berdasarkan penilaian saya sendiri, tapi beberapa kali saya berhasil memenangkan lomba blog. Hadiahnya memang menambah pundi-pundi tabungan dengan cepat, namun yang paling penting, ini menjadi pembuktian bahwa upaya saya belajar selama ini tidak sia-sia.
Berkat belajar daring hampir dua tahun ini juga, tawaran kerja sama mulai datang dengan fee lumayan. Memang belum setara dengan blogger hits lain, namun dalam waktu yang menurut saya singkat, ini tentu menjadi sebuah prestasi berharga bahwa ternyata ada brand yang mempercayakan promosi produknya kepada blog saya. Mengingat perjuangan dari nol, yang awalnya saya tidak tahu apa-apa tentang blog, kini bisa menghasilkan banyak hal membanggakan. Malah sebuah komunitas yang sebelumnya menjadi wadah belajar, beberapa waktu lalu mengajak saya untuk menjadi salah satu mentor dalam sebuah agenda kelas online-nya.
Sedikit memperluas, saya juga berani menantang diri untuk menulis naskah buku. Murni mengandalkan keberanian, sudah empat buku antologi yang saya hasilkan dan satu naskah buku solo yang kini sedang berjuang mencari penerbit. Mungkin seharusnya saya harus lebih sering memuji diri sendiri, karena berkat kerja kerasnya selama pandemi ini, banyak batas yang berhasil saya tembus. Mana pernah saya menyangka akan mampu menulis naskah, bahkan lebih dari 200 halaman.
Kadang kita saja yang tidak sabar, maunya berjalan sesuai keinginan. Mungkin dulu saya belum diberi kesempatan mengikuti event blogger luring, karena ada saatnya saya bisa tetap mengembangkan kemampuan melalu media belajar daring. Tentunya tanpa tertekan atau terbebani dengan problem meninggalkan anak dengan siapa.
Tuhan selalu punya rencana.
Mengelola blog yang dulunya hanya sebatas untuk menjaga kesehatan diri di tengah perubahan drastis kehidupan setelah resign, kini menumbuhkan cita-cita baru untuk semakin serius menjadi blogger profesional dan penulis buku. Banyak hal yang layak dibagi, meski sesuatu yang saya anggap remeh sekali pun. Entah itu hanya sharing perkembangan anak usia 4 bulan, pengalaman sedot kista tiroid atau resep membuat pancake mengembang dan bersarang, pasti akan ada permasalahan orang lain yang terbantu dengan itu.
Percaya atau tidak, ini pertama kalinya saya memiliki cita-cita!
Tapi, Computer Vision Syndrome Jadi Risiko
Ya, penyebab saya memakai kaca mata adalah interaksi dengan perangkat berlayar.
Saya ketergantungan kaca mata sejak zaman kuliah. Mengambil jurusan Teknik Komputer, menjadikan saya berurusan dengan komputer dan laptop nyaris di seluruh mata kuliah. Saya masih ingat awal mulanya, yaitu ketika mempelajari bahasa pemrograman Turbo C yang aplikasinya berlatar belakang biru terang. Kalau sudah kumat, rasanya tidak enak dan ingin buru-butu tiduran. Sakit kepala mulai dari bagian sekitar mata hingga ke belakang, serta diikuti rasa mual yang mengganggu. Saking tidak nyamannya, saya lebih memilih tidak masuk kelas sekalian bila kaca mata tertinggal di rumah. Sepenting itu kaca mata bagi saya, terutama saat beraktivitas di depan layar.
Semakin lama, bukannya membaik, mata saya malah semakin sensitif. Sejak aktif ngeblog, keluhan sakit kepala dan mual itu selalu saya rasakan setiap melihat layar gadget, apa pun jenis gadgetnya, meski telah berkaca mata. Padahal cuma like-like beberapa unggahan sosial media teman, sakit kepalanya bisa seharian bertahan. Hingga saya sempat berpikir untuk berhenti ngeblog demi menjaga kesehatan mata.
Computer Vision Syndrome, itulah istilah yang diucapkan adik saya yang kebetulan seorang dokter. Jadi syndrome ini adalah kelelahan otot mata karena terlalu lama menatap layar bersinar biru seperti laptop, komputer atau smartphone. Hingga muncullah keluhan sama persis seperti yang saya rasakan.
Berdasarkan sebuah laporan penelitian bertajuk Blue Light Hazard: New Knowledge, New Approaches to Maintaining Ocular Health oleh Essilor America pada tahun 2013, paparan sinar biru dalam jangka waktu panjang dapat merusak mata. Radiasi sinar biru dikatakan dapat membentuk reaksi partikel oksigen yang berbahaya serta dapat mengganggu proses fotokimia pada retina mata yang pada akhirnya merusak sel retina dan menyebabkan gangguan penglihatan. Nah, lo!
Sebenarnya Computer Vision Syndrome bisa disiasati dengan metode 20:20:20, yaitu 20 menit menatap layar lalu diselingin dengan 20 detik melihat objek lain yang berjarak sekitar 20 kaki. Namun sayangnya setelah di periksa oleh dokter mata, mata saya ini sudah terkanjur rusak. Makanya mau tidak mau, saya harus menggunakan kaca mata sepanjang waktu agar tetap nyaman beraktivitas dengan perangkat berlayar. Saya pun juga disarankan untuk sebisa mungkin menggunakan perangkat yang layarnya lebih aman dari sisi pancaran sinar biru agar tidak memperparah kondisi mata.
Fix, kalau mau lanjut, saya tidak bisa egois hanya untuk mengejar produktivitas, namun saya juga harus mementingkan aset paling berharga yang saya miliki, yaitu mata, yang tanpa kesehatannya tentu tidak akan mungkin mimpi-mimpi sebagai blogger profesional dan penulis itu terwujud.
ASUS OLED Hadir Memberi Solusi
Ilmu ini saya dapatkan dari teman masa kuliah. Kini ia bekerja sebagai programmer di salah satu perusahana swasta. Saya pernah menemaninya bekerja, bukan hanya hitungan jam, ia bisa menatap layar hingga berhari-hari. Istirahat hanya saat makan dan tidur ketika matanya benar-benar tidak bisa terbuka lagi saking seringnya begadang. Ajaibnya, ia tidak bermasalah sama sekali dengan kesehatan mata.
Akhirnya saya melakukan tips sederhana itu lebih dari tujuh tahun. Memang membantu, namun tidak menghilangkan keluhan yang saya alami. Apalagi di kondisi tertentu, cara ini tidak bisa diterapkan, seperti saat saya melakukan editing foto dan video, serta membuat desain grafis sederhana. Ketika kecerahan layar berkurang, saya menjadi tidak bisa melihat warna dengan jelas. Padahal kualitas gambar yang baik adalah penentu utama dari bagus atau tidaknya karya visual yang saya hasilkan. Ujung-ujungnya, tetap saja kecerahannya saya naikkan.
Lalu, ASUS OLED hadir memberi solusi bagi orang-orang seperti saya, penderita Computer Vision Syndrome, yang tidak mungkin meninggalkan produktivitas bersama laptop.
ASUS menghadirkan teknologi layar ASUS OLED di berbagai jajaran laptop ASUS dan akan diadopsi oleh sebagian besar lini laptop ASUS yang akan datang. Teknologi ini resmi diperkenalkan di Indonesia melalui acara bertajuk "ASUS OLED Launch - See The DIFFERENCE with ASUS OLED". Laptop yang telah mengadopsi teknologi ASUS OLED tidak hanya sekadar menawarkan kualitas visual terbaik, namun dijamin lebih memanjakan mata sekaligus menjaga kesehatan mata penggunanya.
Faktanya, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Detik Network yang bekerja sama dengan ASUS dan diikuti oleh lebih dari 500 responden, mengungkapkan bahwa sebanyak 68,10% masyarakat Indonesia mengetahui bahwa paparan radiasi cahaya biru dapat merusak kesehatan mata dan 47,30 % diantaranya menghabiskan waktu antara 5-10 jam di depan laptop. Makanya tidak heran bila saat ini konsumen lebih selektif dalam memilih laptop dan 66,50% tingkat paparan radiasi cahaya biru menjadi salah satu faktor yang berpengaruh saat membeli laptop.
Tentu saya menjadi salah satu di antaranya!
KESEHATAN MATA Dijaga oleh Fitur Eye Care
Berbicara masalah sinar biru, berdasarkan penelitian yang sama dalam bahasan sebelumnya, sebenarnya mata manusia memiliki “filter alami" yang dapat menyaring berbagai spektrum berbahaya seperti beberapa sinar ultra-violet (UV). Namun, tidak semua spektrum cahaya dapat disaring dan aman untuk mata dan salah satu spektrum paling berbahaya ada di sinar biru.
Sedikit melegakan, dilaporkan tidak semua spektrum sinar biru memiliki efek rusak yang sama. Peneliti dari Essilor Paris dan Paris Vision mengidentifikasi bahwa sinar biru dengan spektrum antara 415nm hingga 455nm adalah yang paling berbahaya untuk mata dengan spektrum 420nm hingga 430nm memiliki efek rusak paling tinggi. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah membuat mata hanya menerima spektrum sinar biru yang aman sehingga efek terhadap kesehatan mata dalam jangka waktu panjang dapat terhidarkan.
Menyadari laptop merupakan salah satu penyumbang terbesar atas paparan radiasi sinar biru saat ini dan dengan adanya solusi yang ditawarkan, ASUS OLED menyertai teknologinya dengan fitur Eye Care. Fitur ini dapat mengurangi tingkat paparan radiasi sinar biru pada layar hingga 70%. Sehingga akan lebih nyaman digunakan dan dapat lebih menjaga kesehatan mata penggunanya, bahkan juga bagi anak-anak.
Fitur Eye Care di ASUS OLED tidak hanya sekadar dapat mengurangi radiasi sinar biru, tetapi juga mempertahankan kualitas reproduksi dan akurasi warnanya. Dengan menggeser spektrum biru, ASUS OLED dapat menekan paparan radiasi sinar biru tanpa mengurangi kualitas dan akurasi warnanya. Metode tersebut juga telah mendapatkan sertifikasi Low Blue Light dan Flicker Free dari TÃœV Rheinland.
Bukannya tanpa bukti, fitur Eye Care di ASUS OLED juga dapat membantu menjaga kesehatan mata 68,10% masyarakat Indonesia yang menggunakan laptop hingga 10 jam dalam sehari (survei Detik Network bekerjasama dengan ASUS).
MEMANJAKAN MATA seperti Melihat Semesta
Teknologi ASUS OLED juga menjanjikan penggunanya dengan visual layar yang memanjakan mata. Apa sih yang terbayang? Dalam keadaan mata tertutup, saya membayangkan visual sebuah layar yang memanjakan mata itu adalah seberapa nyata gambar yang ditampilkan. Jadi apa yang tampil pada layar tidak jauh beda dengan apa yang saya lihat dengan mata secara langsung, mulai dari warnanya, cahayanya hingga akurasinya.
Nah. ASUS OLED pun sama. Memiliki beberapa keunggulan visualisasi layar yang kalau kata Fiersa Besari "menatapnya seperti menatap semesta".
1. Warna Lebih Kaya dan Akurat
Jangankan pengguna biasa seperti saya, untuk para profesional pun, yang pekerjaannya membutuhkan layar dengan tingkat reproduksi warna yang tinggi serta akurat, sesuai dengan standar industri perfilman saat ini, bisa sekali mengandalkan ASUS OLED.
2. Tampilan Jernih Meski Pada Tingkat Kecerahan yang Rendah
Sebagai pengguna laptop yang sering menurunkan tingkat kecerahan, saya tahu sekali bahwa disaat bersamaan akurasi warna layar juga akan menurun. Hal ini ternyata disebabkan oleh sebagian besar laptop masih menggunakan 2D color gamut sebagai referensi. Lagi-lagi ASUS OLED lebih unggul, menggunakan 3D color gamut sebagai referensi yang menambahkan faktor iluminasi untuk mengukur color volume secara keseluruhan dengan color volume 60% lebih besar dibandingkan dengan layar laptop pada umumnya.
3. Detail Warna dan Visual Terbaik
Bila layar laptop pada umumnya masih menggunakan panel backlight, ASUS OLED terdiri dari jutaan lampu LED berukuran sangat kecil. Setiap LED dapat dimatikan secara sepenuhnya sehingga mampu menghasilkan warna hitam sempurna dan memiliki kontras warna yang sangat tinggi. ASUS OLED memiliki rasio kontras hingga 1.000.000:1 sehingga pengguna dapat menikmati detail warna dengan sangat jelas.
4. Visual Lebih Jelas Tanpa Efek Blur
Sering nonton film action yang banyak adegan berantemnya? Terkadang saat jagoannya berlaga dan biasanya gerakannya sangat cepat, acap kali menampilkan efek blur yang lumayan menganggu. ASUS OLED mengatasi masalah ini dengan kelengkapan response time yang sangat kencang yaitu hingga 0,2ms atau 50 kali lebih kencang dari layar laptop pada umumnya. Response time yang lebih kencang ini dapat memberikan tampilan yang lebih tajam dan detail pada visual dengan gerakan cepat.
KINERJANYA Gimana?
Sama saja bohong, kalau tampilan layarnya memanjakan mata dan ramah di mata kalau kinerja laptopnya tidak sesuai harapan. Masalah loading lama, buka aplikasi lelet dan masalah kinerja laptop yang rendah lainnya tentu sangat mengancam produktivitas kita. Misalnya saya yang suka tidak sabaram bila gadget yang saya gunakan untuk melakukan tugas tertentu malah merespon beberapa detik lebih lambat dari aksi yang saya berikan. Ketiknya sekarang, hasil ketikannya muncul di layar setelah lima detik kemudian. Ah, paling nantinya bakal saya tinggal karena mood menulis sudah hilang duluan.
Tapi tenang, ini tidak berlaku di laptop ASUS OLED. Kinerjanya dijamin prima dengan spesifikasi terkini!
Laptop modern ASUS OLED sudah diperkuat oleh prosesor Intel Core generasi ke-11 terbaru (Tiger Lake) yang menghadirkan keseimbangan performa dan responsivitas dalam platform berdaya rendah yang dibuat berdasarkan teknologi proses 10nm generasi ketiga.
Prosesor ini diklaim memiliki performa yang lebih kuat di laptop namun konsumsi baterainya lebih hemat. Memiliki grafis Intel Iris Xe yang menyediakan performa kreasi konten hingga 2,7 kali lebih cepat serta dua kali lebih cepat pula dalam proses penyuntingan video dibandingkan kompetitor di kelasnya. Intel sendiri pun mengklaim bahwa Tiger Lake memberi performa 20 persen lebih cepat untuk kebutuhan produktivitas serta dua kali lebih cepat untuk kegiatan bermain game sekaligus streaming dibandingkan generasi sebelumnya.
ASUS OLED itu paket lengkap. Saya sebagai penderita Computer Vision Syndrome merasa diperhatikan yang berkat kehadirannya seperti pembawa semangat baru. Saya bisa tetap melanjutkan mimpi-mimpi tanpa keegoisan. Karena produktivitas tidak semestinya mengabaikan kesehatan.
__________
Saat ini, jajaran Laptop ASUS berteknologi layar ASUS OLED telah tersedia di Indonesia mulai dari lini ZenBook hingga VivoBook. ASUS juga menghadirkan laptop dengan teknologi layar ASUS OLED paling terjangkau di Indonesia, yaitu VivoBook Ultra 15 OLED (K513) yang dibanderol dengan harga Rp8.599.000.
Informasi terkait laptop ASUS OLED bisa dibaca selengkapnya DI SINI
"Kami ingin memastikan seluruh lapisan masyarakat Indonesia dapat menikmati sajian visual terbaik melalui ASUS OLED."
- Jimmy Lin, ASUS Regional Director Southeast Asia -
Perkembangan teknologi seperti tanpa batas, ya? Paling membahagiakannya bila teknologi terbaru yang hadir itu memberi solusi atas permasalahan yang sedang kita hadapi. Seperti ASUS OLED dan masalah Computer Vision Syndrome saya. Intinya, ASUS OLED memungkinkan saya untuk tetap bebas beraktivitas produktif bersama laptop tanpa khawatir memperparah keadaan mata, plus dengan keunggulan kualitas visual yang juga sangat saya butuhkan.
Klop deh pokoknya!
#SeeTheDifference with #ASUSOLED
ASUS VivoBook Ultra 15 OLED (K513) Dukung Semua Aktivitas Produktif Saya
File Google Drive dari panitia penyelenggara ASUS OLED Writing Competition |
Judulnya saja yang blogging dan writing, tapi ternyata menyelami kedua bidang tersebut juga membutuhkan skill penyerta. Makanya belakangan ini saja banyak sekali mengikuti kelas online dan webinar, bahkan hingga optimasi media sosial dan bagaimana membuat gambar yang menarik dilihat.
Dan akhirnya saya mantap memilih VivoBook Ultra 15 OLED (K513) untuk teman berjuang. Kapan lagi memiliki sahabat berteknologi ASUS OLED dengan harga paling terjangkau di Indonesia?
Teknologi layar ASUS OLED dengan tingkat radiasi cahaya biru yang jauh lebih kecil dibandingkan layar laptop pada umumnya, tentu menjadi sumber kenyamanan dan keamanan utama bagi saya yang menderita Computer Vision Syndrome. Mengusung layar berukuran 15-inci, menjadikan saya lebih leluasa mengatur jarak pandang sesuai anjuran kesehatan. Kebutuhan saya akan teknologi laptop yang lebih ramah di mata terjawab sudah dengan VivoBook Ultra 15 OLED (K513).
Untuk urusan performa, VivoBook Ultra 15 OLED (K513) ditenagai oleh prosesor 11th Gen Intel Core yang menjadikan saya tidak lagi mengeluh dengan respon yang lambat dan tentunya jarang mengisi ulang daya. VivoBook Ultra 15 OLED (K513) merupakan salah satu laptop yang telah dilengkapi dengan ASUS Intelligent Performance Technology (AIPT) yang meningkatkan performa hingga 40% dibandingkan dengan laptop dengan spesifikasi serupa. AIPT juga membuat konsumsi daya pada VivoBook Ultra 15 OLED (K513) menjadi lebih rendah.
Tidak hanya dari sisi prosesor, VivoBook Ultra 15 OLED (K513) juga dibekali memori DDR4 RAM serta telah menggunakan penyimpanan berupa PCIe SSD. Penyimpanan modern tersebut memiliki kecepatan baca dan tulis yang jauh lebih cepat dari HDD tradisional, sehingga dapat memuat dan menjalankan aplikasi secara lebih kencang.
VivoBook Ultra 15 OLED (K513) hadir dengan beberapa opsi upgrade, diantaranya adalah upgrade kapasitas RAM melalui satu slot SO-DIMM DDR4 dan menambah kapasitas penyimpanan menggunakan 2.5” SATA SSD atau HDD.
Dilengkapi dengan Windows 10 Home yang sangat cocok untuk menunjang produktivitas berkat serangkaian fitur yang ada di dalamnya, seperti kompatibilitas dengan berbagai aplikasi kantoran hingga dukungan penuh terhadap berbagai aplikasi kreatif serta hiburan. Aplikasi tersebut bisa dipasang dengan mudah melalui Microsoft Store yang telah tersedia di Windows 10 Home. Apalagi VivoBook Ultra 15 OLED (K513) sudah dikonfirmasi akan mendapatkan update sistem operasi Windows 11 tanpa biaya tambahan.
Keunggulan VivoBook Ultra 15 OLED (K513) sangat mumpuni untuk mendukung semua aktivitas produktif saya. Malah bukan hanya dalam proses mengembangkan diri dan mengejar cita-cita, namun juga sukses menolong saya menyelesaikam masalah-masalah tertentu yang tidak bisa di tangani sendiri
Learning
Tapi, kelancaran proses belajar online tentu bergantung penuh dengan perangkat yang saya gunakan. Mulai dari tampilan layarnya, suaranya atau kualitas jaringannya. Tetap yang paling mengkhawatirkan bagi saya adalah masalah Computer Vision Syndrome. Semakin lama menatap layar, sakit kepala akibat mata yang tak tahan dengan radiasi sinar biru tentu berisiko lebih sering kambuh.
Untung saja VivoBook Ultra 15 OLED (K513) pengertian sekali.
Pertama, sudah jelas teknologi layar ASUS OLED akan menjaga kesehatan mata saya, sehingga tidak perlu khawatir lagi Computer Vision Syndrome akan kumat meski melihat layar lebih dari 5 jam sehari. Layarnya besar, jadi tidak perlu dekat-dekat menatap. Boleh lah sesekali sambil senderan atau duduk santai selama sesi webinar.
Kedua, sudah dilengkapi pula dengan teknologi AI Noise Cancelling yang dapat meredam suara bising yang ada di sekitar, sehingga webinar berjalan lancar dengan suara yang jelas terdengar.
Ketiga, VivoBook Ultra 15 OLED (K513) juga sudah menggunakan WiFi 6, teknologi WiFi terbaru yang lebih kencang dan stabil. WiFi 6 di VivoBook Ultra 15 OLED (K513) pun dilengkapi dengan fitur WiFi Smart Connect, yang memungkinkan sistem untuk memilih dan terkoneksi dengan router yang memiliki sinyal paling kuat secara otomatis. Jadi laptop akan selalu mendapatkan sinyal WiFi terbaik.
Blogging dan Writing
Aktivitas blogging dan writing ini harus didukung oleh kelengkapan aplikasi yang ada dan paling umum digunakan. Nah, VivoBook Ultra 15 OLED (K513) sudah dilengkapi Office Home & Student 2019, yaitu aplikasi Office versi lengkap (Word, Excel dan PowerPoint). Penggunaan aplikasi Office ini tanpa batas waktu, alias seumur hidup, 100% aplikasi Office asli, serta software akan terus mendapatkan pembaruan keamanan untuk melindungi perangkat, program dan data saya.
Inilah yang paling saya butuhkan!
Editing
Teknologi layar ASUS OLED pada VivoBook Ultra 15 OLED (K513) tentu tepat sekali untuk kebutuhan editing. Seperti yang sudah dibahas sebalumnya, ASUS OLED menyajikan memiliki kualitas visual terbaik yang menyajikan kekayaan warna yang akurat. Tingkat reproduksi warna hingga 100% pada color space DCI-P3, merupakan standar warna yang digunakan oleh industri perfilman. Tingkat akurasi warnanya telah tersertifikasi PANTONE Validated Display. Jadi warna yang tampak di layar, sama persis dengan warna aslinya.
Layarnya juga besar, jadi jelas melihat setiap detail foto, video atau grafis yang sedang saya edit. Brightness dan kontrasnya juga seimbang, walau kecerahan layar diminimalkan saat saya harus bekerja dalam cahaya redup di sebelah anak yang sedang tidur, warnanya masih jelas dan detail.
Kombinasi keunggulan ASUS OLED dan layar besar menjadi modal istimewa bagi saya selama proses editing. Bagaimanapun, kombinasi warna dengan swgala elemen-elemennya, seperti kecerahan, kontras, perpaduan yang pas dan sebagainya, harus terlihat jelas agar hasilnya benar-benar sempurna. Jadi saya tidak lagi hanya asal cut, tambah-tambah gambar atau effect, berkat VivoBook Ultra 15 OLED (K513), saya jadi bisa memilih mana yang paling tepat dan akurat.
Pengasuh yang Baik
Namun tetap saja saya mengkhawatirkan kesehatan mata mereka. Takutnya mengalami apa yang saya alami, yaitu menderita Computer Vision Syndrome. Kasihan sekali anak sekecil itu sudah berkaca mata dan merasakan keluhan sakit kepala. Apalagi kalau pas menonton video atau bermain game, mereka mengucek-ngucek mata, duh, bawaannya langsung panik dan buru-buru menyudahi sesi gadget walau sedang seru-serunya.
Kenyatannya, mata anak-anak memang belum sepenuhnya berkembang. Kondisi lensa dan kornea yang mereka lebih transparan, cahaya biru yang berbahaya dapat menembus mata dengan lebih mudah dan berpotensi menyebabkan penuaan dini pada retina. Makanya, layar yang ramah di mata bukan hanya menjadi kebutuhan saya, namun juga anak-anak saya.
Masih tentang keunggulan ASUS OLED dengan fitur Eye Care-nya, VivoBook Ultra 15 OLED (K513) tentu lebih ramah di mata anak-anak. Jadi saya tidak perlu was-was berlebihan lagi. Pekerjaan saya selesai, anak-anak senang dan tentunya lebih aman untuk mata mereka. Pantas lah dijadikan asisten andalan.
Yey, Waktunya Me Time!
Keunggulan VivoBook Ultra 15 OLED (K513) bukan hanya berhasil melancarkan produktivitas saya, namun juga sesi me time saya. Sekarang tidak perlu menghubungkan laptop lagi ke televisi, karena dulu saya takut menonton langsung di laptop, khawatir sakit matanya kambuh karena nonton berjam-jam.
Layar ASUS VivoBook Ultra 15 OLED (K513) besar, kecanggihan perangkat Wi-Fi-nya bikin kecepatan internet selalu oke, kualitas warna dan detailnya bikin betah berkat teknologi HDR bersertifikasi VESA DisplayHDR dengan rasio kontras yang sangat tinggi untuk menampilkan warna hitam yang sesungguhnya. Kalau kebetulan film yang saya tonton bergenre action atau banyak adegan berlari dan balapan, detail dari gambar bergerak juga dapat dinikmati lebih baik berkat response time yang sangat kencang. Jadi tidak blur dan tetap jelas meski gerakannya was wis wus.
Saya pernah membaca satu kalimat indah penuh makna dari seorang penulis dan penyair bernama Wiliiam S. Burroughs yang mewakili manfaat teknologi bagi manusia, terkhususnya bagi saya.
"The purpose of technologi ins not to confuse the brain, but to serve the body"
Saya menggambarkan ini dengan kekhawatiran akan Computer Vision Syndrome saat beraktivitas dengan laptop. Saya sempat takut, khawatir dan bingung untuk memutuskan lanjut atau berhenti. Saya menganggap diri saya egois bila tetap ngeblog dan menulis yang sudah pasti berinteraksi dengan radiasi sinar biru layar sebagai musuh utama masalah mata saya. Seharusnya teknologi memang hadir untuk melayani fisik atau tubuh manusia, bukan membingungkan otak. Seharusnya dengan teknologi, keadaan fisik seperti apa pun bisa memanfaatkannya tanpa perlu banyak berpikir.
Dan akhirnya makna dari quote ini nyata saya rasakan berkat kehadiran VivoBook Ultra 15 OLED (K513).
Spesifikasi dan Harga ASUS VivoBook Ultra 15 OLED (K513)
Referensi: video Bukan Lagu Laptop Biasa di channel Youtube Firsa Besari |
Color
Indie Black
Transparent Silver
Hearty Gold
Processor
Intel® Core™ i3-1115G4 Processor 1.7-3.0 GHz (6M Cache, up to 4.1 GHz)
Intel® Core™ i5-1135G7 Processor 0.9-2.4 GHz (8M Cache, up to 4.2 GHz)
Operating System
Windows 10 Home - ASUS recommends Windows 10 Pro for business
Free Upgrade to Windows 11 (when available, see below)
Display
15.6-inch,OLED,FHD (1920 x 1080) 16:9, Glossy display, LED Backlit, 400nits, DCI-P3: 100% , Screen-to-body ratio: 85 %
Storage
256GB M.2 NVMe™ PCIe® 3.0 SSD
HDD housing for storage expansion
Memory
4GB DDR4 on board, Memory Max Up to 8GB
4GB DDR4 on board + 4GB DDR4 SO-DIMM,Memory Max Up to 8GB
Interfaces
1x USB 3.2 Gen 1 Type-A
1x USB 3.2 Gen 1 Type-C
2x USB 2.0 Type-A
1x HDMI 1.4
1x Headphone out
Micro SD card reader
Micro SD 4.0 card reader
Expansion Slots (includes used)
1x DDR4 SO-DIMM slot
1x M.2 2280 PCIe 3.0x2
1x STD 2.5” SATA HDD
Audio
Audio by ICEpower®
Built-in speaker
Built-in microphone
harman/kardon (Mainstream)
with Cortana support
Camera
Network and Communication
Wi-Fi 6(802.11ax)+Bluetooth 5.0 (Dual band) 2*2
Battery
42WHrs, 3S1P, 3-cell Li-ion
Power Supply
ø4.0, 65W AC Adapter, Output: 19V DC, 3.42A, 65W, Input: 100~240V AC 50/60Hz universal
Keyboard and Touchpad
Weight (kg) and Dimensions (mm)
Weight
1.80 kg (3.97 lbs)
Dimensions (W x D x H)
35.90 x 23.50 x 1.79 ~ 1.79 cm (14.13" x 9.25" x 0.70" ~ 0.70")
Built-in Apps
MyAsus
MyASUS Features
AppDeals
System diagnosis
Battery health charging
Splendid
Tru2Life
Function key lock
Smart WiFi
Link to MyASUS
Microsoft Office
Office Home and Student 2019 included
Regulatory Compliance
EPEAT
Energy star
Security
BIOS Booting User Password Protection
Trusted Platform Module (Firmware TPM)
Included in the Box
Backpack
Included accessories vary according to country and territory. Please check with your local ASUS retailer for details.
Disclaimer
The Windows 11 upgrade will be delivered to qualifying devices late 2021 into 2022. Timing will vary by device. Certain features require specific hardware (see aka.ms/windows11-spec)
__________
Referensi:
File Google Drive dari panitia penyelenggara ASUS OLED Writing Competition
asus.com
oled.asus.web.id
Intel Kenalkan Prosesor Generasi ke-11 Tiger Lake. Tautan: https://m.medcom.id/teknologi/news-teknologi/3NOGQA2N-intel-kenalkan-prosesor-generasi-ke-11-tiger-lake
__________
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba ASUS OLED Writing Competition.
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)