Sadari Bahaya Stunting! Orang Tua Bisa Cegah dengan Cara Ini

15 comments

Putus Mata Rantai Stunting
Peran Besar Orang Tua Cegah Stunting Bersama Akademi Keluarga Prima

Anak perempuan mungil itu berlarian mengelilingi tempat makan. Ketika semua orang tertawa melihat kelucuannya, saya hanya tertegun. Entah kenapa hati saya patah. Pertanyaan mengerikan yang selama ini sering membuat stres kembali muncul, "Kenapa anak saya yang secara fisik tampak lebih tua, belum bisa berlarian seperti itu? Apa benar tumbuh kembangnya terhambat karena mengalami stunting?"


Belum lepas dari lamunan sendiri, ibu dari anak perempuan itu sudah berdiri di samping meja kami sambil menggendong anaknya yang tidak mau diam. "Eh, ada temannya, tuh! Namanya siapa?" sapa basa-basi ala ibu-ibu membuka obrolan.

"Abyan," jawab saya sambil tersenyum.

"Umurnya Abyan berapa?"

"Satu tahun."

"Wah, adik kamu berarti ini," ungkap Sang Ibu sambil menggerakkan tangan mungil anaknya.

Saya diam. Adik? Bagaimana bisa? Padahal bila dilihat ukuran tubuhnya, anak saya jauh lebih besar. 

"Anak saya badannya memang kecil, Mbak. Sudah gonti-ganti dokter karena takutnya stunting, tapi semuanya bilang masih normal. Faktor genetika sih, saya dan suami badannya juga kecil-kecil. Jadi kata dokter, ini keturunan. Selama grafik di kurva tumbuh kembang aman, saya sudah tidak takut lagi. Maklum lah omongan orang sering bikin saya sakit hati."


Pertemuan singkat itu bagai cambukan, bahkan tak terlupakan. Anak pertama saya susah sekali makan, sehingga badannya tidak segempal anak pada umunya di lingkungan tempat tinggal kami. Semudah itu saya menyimpulkan stunting, bahkan juga setelah mengunjungi banyak dokter dengan pernyataan serupa, yaitu normal. Ternyata selama ini hanya ambisi saya saja yang ingin menjadikan tubuh Abyan semok dengan mengambinghitamkan stunting. 


Lalu, apa sih sebenarnya stunting, bila kondisi fisik yang lebih kecil atau kurus tidak selalu menentukan? Fakta bahwa malnutrisi adalah pemicu terbesar terjadinya stunting, bagaimana dengan anak saya yang seringnya hanya makan lima suap saja? Apa yang bisa saya lakukan sebagai orang tua agar untuk mencegah stunting?



Edukasi adalah Kunci

Prima Talk Frisian Flag
Prima Talk tentang Edukasi Stunting sekaligus Launching Akademi Keluarga Prima

Saya pribadi percaya bahwa segala sesuatu yang dimulai dari edukasi, akan lebih baik dalam pengaplikasiannya. Kamis kemarin, tepatnya tanggal 17 Februari 2022, saya merasa beruntung dapat mengikuti Prima Talk yang diselenggarakan oleh Frisin Flag dengan judul Cegah Stunting dan Dampak Negatifnya terhadap Perkembangan Otak dan Pertumbuhan Fisik Anak Prima dengan 9AAE dan DHA 4x. Saya mendapat edukasi tepat dari orang-orang yang tepat dan profesional.


Hadir lima narasumber luar biasa yang semua materinya memberi banyak ilmu baru bagi saya sebagai orang tua. Peran apa yang bisa saya ambil dalam pencegahan stunting, terutama bagi anak-anak saya sendiri. Narasumber tersebut adalah sebagai berikut.

1. Andrew F. Saputro, Corporate Affairs Director PT Frisian Flag Indonesia.

2. Prof. DR. dr. Rini Sekartini, Sp.A (K), Dokter Spesialis Anak Pakar Tumbuh Kembang 

3. Pratiwi Rosani, Category Marketing Manager PT Frisian Flag Indonesia.

4. Baim Wong dan Paula Verhoeven, Public Figure 

5. Purwanto Wahyudi, Senior Manager Marketing Microeconomics Indomaret


***


Frisian Flag Indonesia, yang tentunya sudah tidak asing di telinga kita sebagai salah satu perusahaan susu dengan reputasi terbaik, terus berinovasi untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak yang terwujud dalam berbagai produk susu dan juga event edukasi yang tidak kalah penting. Salah satunya pembahasan mengenai stunting yang masih saja menjadi isu sekaligus momok.


Kasus Stunting di Indonesia
Angka stunting di Indonesia tiga tahun terakhir | Prima Talk Launching Akademi Keluarga Prima

Meski jumlah kasus stunting di Indonesia terus menurun beberapa tahun belakangan ini, namun angkanya masih jauh dari target RPJMN 2020-2024, yakni sebesar 14%. Terakhir tercatat berdasarkan data SSGI 2021, berada di angka 24,4%. Mengingat bahaya stunting dan masih tingginya kasus yang ada, perlu keterlibatan banyak pihak, termasuk peran orang tua. Ini dimaksudkan agar mata rantai keberlanjutan stunting dapat diputus. Makanya penting sekali untuk para orang tua yang notabenenya adalah orang terdekat anak untuk membekali diri dengan edukasi terkait stunting agar lebih paham, serta jelas harus berbuat apa dan bagaimana. 


Nah, jadi apa sih stunting? Apa indikator yang menyatakan bahwa anak mengalami stunting?


Stunting atau kerdil/pendek merupakan suatu kondisi gagal tumbuh pada anak di bawah dua tahun yang disebabkan kekurangan gizi pada waktu yang lama (kronis). Meski secara harfiah diartikan kerdil/pendek, Prof. Rini menyatakan bahwa tidak semua anak pendek itu stunting, namun semua anak yang stunting pasti memiliki tubuh yang secara fisik lebih pendek. Ada faktor genetika yang juga memberi pengaruh besar terhadap fisik anak. 


Mirisnya, bila orang tua terlambat mendeteksi stunting, maka akan sulit pula untuk memperbaikinya. Sedangkan bila dapat dideteksi dalam rentang waktu 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), maka sangat berpeluang untuk di-"normal"-kan. Untuk menentukan apakah anak-anak kita mengalami stunting atau tidak, adalah dengan berpedoman kepada kurva tumbuh kembang anak berstandar WHO seperti yang ada di buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Ibu-ibu tentu sudah familiar sekali dengan buku merah muda ini bukan?


Masing-masing anak memiliki grafik pertumbuhannya masing-masing. Jadi tidak bisa hanya membandingkan ukuran tubuh dua anak, lalu menyimpulkan anak bertubuh lebih kecil atau kurang tinggi mengalami stunting. Pada buku KIA terdapat Grafik Berat Badan Menurut Umur yang nilainya disebut dengan z-scores. Bila z-score anak kurang dari -2 SD, maka anak dikatakan pendek. Bila z-score anak kurang dari -3 SD, berarti anak dikatakan sangat pendek. Ini bisa menjadi indikasi pertama terjadinya stunting.


Buku KIA dan Grafik
Buku KIA dan Grafik Tinggi Badan Menurut Umur sesuai penjelasan Prof. Rini di Prima Talk Launching Akademi Keluarga Prima
Sumber: kesga.kemenkes.go.id

Namun, perlu diperhatikan lagi, harus dibedakan mana pendek yang dinyatakan sebagai stunting dan mana yang disebabkan oleh genetika. Bila grafik anak sejak awal memang sudah berada di z-score rendah, maka bisa jadi ini faktor genetika. Namun bila grafik anak yang awalnya berada di z-score normal, tetapi terus menurun ke angka -2 SD atau -3 SD, inilah yang dikatakan dengan stunting. 


So, mulai sekarang, stop membandingkan tubuh anak dengan mata untuk mendeteksi stunting. Tetapi fokuslah dengan grafik masing-masing anak. Ini baru langkah yang tepat! *pengingat juga untuk diri saya sendiri


Selanjutnya, bagaimana stunting bisa terjadi? Apa penyebabnya?


Pertama, adalah kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 HPK. 

1000 HPK ini dimulai sejak anak dalam kandungan hingga berusia dua tahun. Jadi kurangnya nutrisi yang didapatkan ibu selama hamil sudah bisa menjadi celah terjadinya stunting. Misal janin tidak berkembang sesuai usianya dan ini terjadi terus menerus hingga anak lahir dan berlanjut pula setelahnya. 

Kedua, infeksi kronis.

Infeksi yang dimaksud tidak melulu infeksi berat, namun yang ringan juga bisa. Infeksi ini terus berulang dan terjadi terus-menerus dalam waktu yang lama. 

Ketiga, masalah psikososial.

Ini erat hubungannya dengan stres, kondisi mental, pikiran atau psikologis berkaitan dengan kebutuhan dan sosial. Misalnya keadaan lingkungan sekitar, kebersihan, tempat tinggal atau pola asuh yang tidak mendukung optimalnya tumbuh kembang anak.


Orang tua tentu harus sadar bahwa semua penyebab stunting tersebut sangat bisa dicegah melalui peran besar kita. Mulai dari mencukupi nutrisi, memperhatikan kebersihan dan kesehatan lingkungan tempat tinggal serta penerapan gaya parenting yang tepat.


Agar semakin terpacu untuk memberi yang terbaik bagi anak, orang tua juga harus mengetahui dan benar-benar mengerti, seserius apakah bahaya stunting pada kehidupan anak? 


Tidak heran bila semua pihak terus menggencarkan pembebasan stunting dari negeri ini. Ternyata bahaya stunting bukan hanya berdampak pada fisik anak saja, namun juga terhadap perkembangan otaknya. Tidak hanya terjadi saat ia masih kecil, namun juga berlanjut hingga dewasa nanti, bahkan juga berisiko melahirkan anak dengan gizi kurang suatu saat nanti. Sejauh itu dampaknya, lo!


Prof. Rini mengungkapkan bahwa anak yang terlahir dengan gizi kurang akan tumbuh menjadi remaja dengan status gizi kurang dan berpotensi kembali melahirkan anak dengan kondisi gizi kurang.


Bila dibahas dari segi fisik, anak stunting yang dalam artian mengalami gagal tumbuh tentu berdampak pada kondisi tubuh yang lebih pendek. Saat dewasa, postur tubuh tidak akan maksimal dan fungsi-fungis tubuh pun tidak seimbang. Selain itu anak juga akan lebih mudah sakit dan saat dewasa berisiko terkena penyakit yang berhubungan dengan pola makan, serta berisiko lebih tinggi pula mengindap penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi dan obesitas. 


Kondisi Otak Anak Stunting - Prima Talk Akademi Keluarga Prima
Perbedaan otak anak normal dan anak stunting | Prima Talk Launching Akademi Keluarga Prima

Tidak cukup sampai disitu, kondisi otak anak stunting juga berbeda dengan kondisi otak anak normal. Bisa dilihat pada gambar, serabut saraf otak anak stunting tidak terhubung satu sama lain sehingga berpengaruh terhadap perkembangan kognitifnya. Otak mengalami keterlambatan perkembangan, berisiko mengalami keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar dan kemampuan motorik yang tidak berkembang sebagaimana anak seusianya.


Terakhir adalah dampak pada kehidupan sosial dan ekonomi Sang Anak di masa depan. Dengan dampak fisik dan kognitif yang dialaminya hingga dewasa, tentu akan memengaruhi kehidupannya kelak yang berhubungan dengan perlakuan sosial, proses belajar di sekolah hingga mendapatkan pekerjaan.


***


Dengan mengedukasi diri akan bahaya dan penyebab stunting, saya sebagai orang tua dan tentunya banyak sekali orang tua di luar sana, tentu tidak ingin anak-anak yang kita harapkan dapat tumbuh menjadi generasi membanggakan, berisiko atau amit-amit mengalami stunting. Dengan bekal ilmu yang dimiliki dalam mencegah stunting, maka cara-cara terbaik bisa diupayakan. 



Peran Besar Orang Tua Cegah Stunting, Ini Caranya!

Pencegahan tetap merupakan langkah terbaik, termasuk dalah kasus stunting. Sebelumnya juga sudah dibahas bahwa anak yang sudah terlanjur stunting dan diketahui saat usianya sudah melewati dua tahun, maka akan sulit untuk diperbaiki. 1000 HPK bisa dibilang bergantung penuh dengan orang tua. Beberapa cara berikut dapat dilakukan untuk mencegak terjadinya stunting pada anak-anak kita. 


1. Penuhi Nutrisi dari Hamil hingga Berakhir Masa Pertumbuhan Anak

"Tidak apa-apa kalau janinnya kecil, nanti gedein di luar saja." Saya pernah mendengar pernyataan ini berkali-kali saat hamil dulu. Andai tahu tentang stunting lebih awal, saya pasti tidak akan menelannya mentah-mentah, apalagi membenarkan.


Bagaimanapun juga 1000 HPK anak dimulai sejak dalam kandungan. Bila nutrisinya tidak tercukupi, yang salah satunya ditandai dengan berat janin di bawah batas normal, pasti juga akan meningkatkan risiko stunting saat ia lahir. Terlebih lagi, otak sudah berkembang saat anak masih berselimut rahim ibu. Saat lahir pun, ukuran otak sudah 80% dari ukuran otak dewasa. 


Penuhi jumlah kalori harian dan konsumsi protein hewani sesuai kebutuhan. Protein ini besar kaitannya dengan kasus stunting. Maka pastikan cukup.


Fix, cara pertama dan paling utama untuk mencegah stunting adalah dengan pemenuhan nutrisi mulai dari masa kehamilan, atau kalau bisa saat program hamil. Keluhan mual terkadang membuat ibu sulit makan, namun tetap harus dipaksakan untuk memenuhi nutrisi ibu dan janin. Pastikan kalori harian terpenuhi dan kebutuhan proteinnya juga tercukupi. Lengkapi juga dengan susu khusus ibu hamil yang sudah banyak dijual di pasaran. Bila ternyata ibu alergi laktosa, bisa perbanyak konsumsi protein hewani atau bisa juga ganti dengan susu almond. 


Setelah anak lahir, beri ASI eksklusif selama enam bulan dan sebisa mungkin cukupkan hingga dua tahun. Bila ASI eksklusif dirasa tidak cukup, bisa ditambah dengan susu formula. Ini dikarenakan bayi berusia di bawah enam bulan masih mengandalkan susu sebagai makanan utama.


Ketika anak sudah memasuiki masa MPASI, waktunya orang tua untuk berupaya optimal menyuguhkan makanan yang padat gizi dan seimbang. Bukan hanya memperhatikan kuantitas, namun juga kualitasnya. Prof Rini juga menambahkan bahwa gizi seimbang dapat dicapai apabila makanan yang dikonsumsi dalam jumlah cukup, berkualitas baik dan beragam jenisnya. Sesuaikan pula dengan kebutuhan kalori harian anak.


Orang tua bisa menghitung jumlah kebutuhan kalori harian anak dengan rumus 100-120 kal x kg berat badan. Misalnya berat badan anak saat ini 10 kg, maka jumlah kalori hariannya adalah 100-120 kal x 10 = 1000-1200 kal. Ini bisa dibagi ke dalam tiga kali jam makan berat dan dua kali cemilan sebagai standar waktu pemberian makan anak. Jangan lupa juga memperhatikan ketercukupan protein hewaninya, seperti daging merah, daging ayam, telur, ikan dan sebagainya.


Bagaimana bila anak alergi dengan banyak protein hewani? Prof Rini kembali menjelaskan bahwa anak alergi memang lebih berpotensi mengalami stunting karena keterbatasan jenis protein hewani yang bisa dikonsumsi. Memang ada solusi dengan menggantinya ke protein nabati. Namun tetap saja tidak akan sama kandungannya dengan protein hewani. Maka dari itu disarankan sekali untuk tetap memberikan salah satu dari jenis protein hewani yang paling minim dampak alerginya, misalnya daging merah.


Flashback ke empat tahun silam, anak saya pun juga mengalami alergi terhadap beberapa protein hewani. Nyatanya memang daging sapi merah lah yang tidak menimbulkan gejala alergi. Makanya saya selalu bertahan dengan daging merah hingga usianya melewati dua tahun. Di sinilah dibutuhkan kerja keras untuk menyediakan variasi menu, walau tak dipungiri sering membuat saya kewalahan.


Selanjutnya yang tak kalah penting adalah melengkapi kebutuhan protein anak dengan susu. Walau anak sudah mengonsumsi menu keluarga dan tidak bergantung sepenuhnya lagi dengan susu, pemberian susu ini harus tetap dilanjutkan hinggga masa pertumbuhan habis, yaitu 18 tahun. Perhatikan juga kandungan susu yang diberi, jangan asal beli. Baca label kemasan dan harus sesuai dengan usia anak. Pastikan pula tidak berlebihan dalam memberi susu agar anak tidak malas makan, 2 gelas saja cukup atau sekitar 500 cc.


Bagaimana memilih susu yang tepat untuk tumbuh kembang anak?


Kandungan asam amino dalam tubuh anak stunting
Anak stunting memiliki konsentrasi 9AAE lebih rendah | Prima Talk Launching Akademi Keluarga Prima

Berdasarkan tayangan slide di atas, hasil kajian terhadap nutrisi pada anak stunting yang dilakukan oleh Semba dkk pada tahun 2016, anak pendek memiliki konsentrasi 9 Asam Amino Esensial (9AAE) yang lebih rendah bila dibandingkan dengan anak normal. 9AAE tersebut adalah trytophan, isoluecine, leucine, valine, methionine, threonine, histidine, phenylalanine dan lysine. 


Sebagai informasi, protein tersusun dari asam amino yang termasuk juga 9AAE. 9AAE ini tidak dapat diproduksi oleh tubuh. Makanya bisa didapatkan dari memilih produk susu yang mengandung 9AAE. 


Kabar baiknya, Frisian Flag Indonesia yang terus berkomitmen membantu pemerintah untuk mengurangi angka stunting di Indonesia, mengeluarkan produk susu yang menjawab kebutuhan ini, yaitu Frisian Flag PRIMAGRO. Jadi tidak perlu jauh-jauh atau pusing-pusing mencari susu anak yang bernutrisi lengkap. Bahkan bukan hanya mengandung 9AAE, namun juga DHA 4 kali lebih tinggi. 


Pratiwi Rosani selaku Category Marketing Manager PT Frisian Flag Indonesia menjelaskan betapa pentingnya 9AAE, DHA dan kandungan lainnya dalam Frisian Flag PRIMAGRO. 9AAE bisa dikatakan sebagai pondasi yang bisa menyerap nutrisi prima lain dengan baik. Kekurangan satu jenis 9AAE saja akan menurunkan kinerja hormon pertumbuhan IGF-1 hingga 34%. Sedangkan bila kekurangan semua jenis 9AAE, akan menurunkan hingga 50%! Bisa dibayangkan bukan, betapa ruginya anak-anak kita  bila tidak mendapatkan 9AAE ini?


Selain itu, kandungan DHA 4x tentu juga berperan empat kali lipat lebih tinggi dalam mendukung kecerdasan anak dan perkembangan fungsi sistem sarafnya. Ditambah lagi dengan Omega 3, Omega 6, Tinggi Protein, lebih dari 14 vitamin dan 9 mineral. Wah, pokoknya lengkap sekali untuk mendukung tercapainya generasi yang kuat, tinggi, cerdas dan tentunya terbebas dari stunting.


Kandungan susu Frisian Flag PRIMAGRO
Kandungan susu Frisian Flag PRIMAGRO yang dipaparkan Pratiwi dalam Prima Talk Launching Akademi Keluarga Prima

Kandungan yang super lengkap dari Frisin Flag PRIMAGRO dapat menjadi pilihan susu yang tepat untuk memberi nutrisi maksimal di 1000 HPK anak. Tidak hanya untuk pertumbuhan fisiknya, namun juga otaknya. Enaknya lagi, Frisin Flag PRIMAGRO bisa dikreasikan dalam resep masakan kesukaan anak. Jadi para orang tua bisa sambil menyelam minum air, bahan masakan yang digunakan sehat, tambahan susu yang dimasukkan juga bernutrisi prima.


Semakin baik nutrisi yang diberikan, tentu semakin baik pula tumbuh kembang anak dan pastinya jauh dari risiko stunting. Seperti yang diungkapkan Baim Wong dan Paula Verhoeven sebagai orang tua dari dua putra menggemaskan yang juga turut hadir dalam acara Prima Talk, "Asupan itu penting, jadi harus berikan yang terbaik!"


2. Perhatikan Faktor Eksternal

Bila asupan nutrisi terkait dengan apa yang dikonsumsi dan dicerna, maka faktor ekternal terkait dengan bagaimana anak dibesarkan dan diasuh. Lingkungan kehidupan anak, seperti daerah tempat tinggal, kondisi kehidupan sosial, kebiasaan hingga kepercayaan adalah faktor eksternal yang pasti akan berpengaruh dalam tumbuh kembangnya. Termasuk dalam hal risiko stunting. Kok bisa? 


Anak yang tinggal di lingkungan bersih, pasti kondisinya berbeda dengan anak yang tinggal dilingkungan tercemar atau bersanitasi buruk. Anak dengan kondisi orang tua yang minim ilmu parenting, tentu akan berbeda dengan anak yang diasuh oleh orang tua dengan edukasi parenting yang baik. 


Apa yang bisa dilakukan orang tua untuk mencegah terjadinya stunting pada anak terkait dengan faktor eksternal ini? Cara berikut patut dilakukan.

  • Perhatikan kebersihan anak, tempat tinggal dan makanan yang diberikan. Mengacu kepada salah satu penyebab stunting adalah infeksi, maka kebersihan dari kuman dan bakteri akan menjauhkan anak dari risiko stunting. Bisa dengan rajin mencuci tangan, menyediakan air bersih, serta sanitasi yang baik.
  • Jangan lewatkan imuniasasi. Pastikan tepat sesuai waktunya agar anak terhindar dari penyakit yang mengancam kesehatan dan tumbuh kembangnya.
  • Buat jadwal harian, terutama untuk jam makan dan jam tidur. Jam makan bisa memastikan ketercukupan nutrisi anak dan jam tidur untuk memaksimalkan kerja hormon pertumbuhan anak. Terutama untuk tidur malam, jangan sampai tidur terlalu larut karena hormon pertumbuhan banyak bekerja di malam hari.
  • Terapkan pola asuh yang tepat. Masalah psikososial akibat stres yang menjadi penyebab terjadinya stunting bisa dihindari dengan pola asuh yang sesuai dengan kondisi anak. Setiap anak itu unik, begitu pula dengan orang tua yang sifatnya juga unik. Menemukan titik temu bisa menciptakan sebuah pola asuh yang terbaik bagi anak dan orang tua. Dalam hal ini tentu orang tua lebih disarankan untuk banyak belajar dari berbagai sarana. Sebagai tambahan, ibu hamil juga sebaiknya jangan stres, ya. Lakukan apa yang dirasa bisa meredam pikiran negatif demi kebaikan janin.


Ada satu pernyataan lagi yang saya sukai dari Baim dan Paula, "Orang tua harus pintar cari solusi, menyaring dan mencari informasi dari sumber terpercaya." Sebagai sesama orang tua, memberikan yang terbaik untuk anak tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang mesti dipelajari dan pasti akan membutuhkan waktu. Bahkan Baim dan Paula sampai memberi tahu pola asuh yang meraka terapkan kepada orang-orang sekitar agar Kiano tidak bingung. Seluas dan sedetail itu mereka berusaha untuk menciptakan lingkungan terbaik.


Inilah tantangannya, orang tua bisa mengendalikan faktor eksternal yang bisa berpengaruh buruk pada tumbuh kembang anak dengan menjadi lebih "pintar". Sehingga risiko stunting tidak mengancam tumbuh kembang anak yang seharusnya bisa berjalan normal.


3. Pantau Tumbuh Kembang Anak Secara Berkala

Sejak dari masa kehamilan, orang tua sudah harus memantau tumbuh kembang anak. Pastikan berat janin sesuai dengan usianya serta lakukan pula konsultasi dan USG untuk memastikan. Dokter atau bidan pasti memberi jadwal konsultasi selanjutnya agar perkembangan janin bisa terus dilihat. 


Setelah anak lahir, biasanya akan disertai juga dengan buku KIA atau buku sejenis dari rumah sakit atau praktik bidan. Pantau tumbuh kembang anak sesuai grafik-grafik yang ada. Pastikan juga menimbang berat badan, mengukur tinggi badan dan lingar kepala paling tidak sekali sebulan. Bisa langsung mendatangi pratik dokter anak terdekat atau posyandu. Ini dimaksudkan agar lebih cepat mendekteksi bila terjadi stunting pada anak dan bisa lebih cepat pula dicari solusinya sebelum terlambat. Percayakan deteksi stunting pada grafik yang ada, bukan hanya membandingkan secara kasat mata dengan anak lain. Jangan malu pula bertanya kepada petugas bila kesulitan membaca grafik, karena ini penting.


***


Nah, itulah beberapa cara yang bisa orang tua lakukan untuk mencegah terjadinya stunting pada anak-anak yang diasuh. Kalau dipikir-pikir, ini sudah menjadi tanggung jawab kita, 'kan? Ayah dan Bunda sudah melakukan semua atau masih ada yang sulit sekali dijalankan? Kalau untuk saya pribadi, menyuapi makan anak dan memastikan gizinya tercukupi masih menjadi tugas yang paling berat karena kadang anak-anak mau makan, kadang malah menolak mentah-mentah. Tapi tetap harus diupayakan, agar tidak menyesal di kemudian hari.


Semangat untuk semua orang tua!



Praktis! Pantau Tumbuh Kembang Anak Bersama Akademi Keluarga Prima

Enaknya jadi orang tua milenial itu ya gini, ada saja fasilitas digital yang memudahkan. Dengan harapan dapat mengoptimalkan edukasi dan sosialisasi terkait literasi gizi, Frisian Flag Indonesia baru saja launching program posyandu online bernama Akademi Keluarga Prima yang dapat diakses melalui website ibudanbalita.com.  Jadi tanpa meninggalkan rumah atau merasa takut datang ke layanan kesehatan saat pandemi, tumbuh kembang anak masih bisa terpantau dengan baik kapan saja.


Ada apa di Akademi Keluarga Prima ini? Semua yang dibutuhkan untuk memantau tumbuh kembang anak ada. Bahkan tidak hanya berupa grafik dan angka-angka, namun juga ada tips, informasi atau ilmu terkait parenting yang tentunya sangat dibutuhkan oleh orang tua dan anak. Spesialnya, tips ini disesuaikan dengan kondisi masing-masing anak dan orang tua. Membantu sekali untuk mencegah terjadinya stunting pada anak-anak kita. 


Akademi Keluarga Prima
Tiga fitur utama di Akademi Keluarga Prima 

Ada tiga fitur utama yang tersedia. Pertama, Rapor Tumbuh Kembang Anak yang menyediakan grafik sesuai standar WHO dan CDC yang juga menjadi referensi nasional, untuk memantau tumbuh kembang anak agar jangan sampai mengalami stunting. Kedua, Parenting Style Test untuk mencari tahu pola asuh yang tepat dan sesuai dengan kondisi anak dan orang tua. Ketiga, EmoMeter untuk mencari tahu sampai di level mana perkembangan sosial dan emosional anak dan apabila ada yang kurang, bisa diarahkan sesuai dengan tips-tips yang diberikan demi kesuksesannya di masa depan.


Bagaimana, tertarik untuk mencoba? Caranya gampang banget! Tinggal buka saja website ibudanbalita.com, kemudian login dan langsung nikmati fiturnya. Biar lebih jelasnya, akan saya jelaskan berdasarkan pengalaman saya menggunakannya.


Cara Login


Cara Login Akademi Keluarga Prima
Cara Login Akademi Keluarga Prima

Buka website ibudanbalita.com dan login. Bila sudah mendaftar sebelumnya, tinggal masukkan email dan password. Tetapi jika belum, silakan daftar dengan mengisi data singkat atau biar lebih cepat bisa dengan menggunakan akun Facebook. 


Selanjutnya pilih menu Akademi Keluarga Prima, lalu klik Lihat Dashboard. ketiga fitur utama akan tampil dan bisa langsung klik Coba Sekarang pada fitur yang diinginkan.


Fitur Rapor Tumbuh Kembang Anak


Fitur Rapor Tumbuh Kembang anak di Akademi Keluarga Prima
Fitur Rapor Tumbuh Kembang Anak di Akademi Keluarga Prima

Fitur ini murni untuk memunculkan grafik tumbuh kembang. Ada empat grafik yang bisa dijadikan referensi orang tua untuk menyimpulkan bagaimana perrtumbuhan anak secara fisik. Tinggal masukkan data berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala anak sesuai dengan tanggal pengukuran. Maka grafik otomatis tampil beserta kesimpulannya.


Fitur Parenting Style Test


Fitur Parenting Style Test di Akademi Keluarga Prima
Fitur Parenting Style Test di Akademi Keluarga Prima

Jujur, ini adalah fitur yang paling saya sukai. Tidak hanya mengacu pada kondisi anak, namun pola pengasuhan yang disarankan juga mementingkan sikap orang tua. Sebelum hasil ditampilkan, ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Pastikan semua dijawab jujur agar hasilnya juga sesuai. Berdasarkan jawaban inilah parenting style kita dapat disimpulkan.


Contohnya saya yang dinyatakan sebagai orang tua dengan pola asuh authoritatif yang menyeimbangkan disiplin dan komunikasi serta sifat anak yang emosional. Beberapa saran diberikan. Saya sebaiknya menetapkan aturan dengan tetap memberi kebebasan kepada anak. Bila terasa lelah, ambil waktu untuk diri sendiri agar suasana tidak semakin runyam. Terakhir, saya disarankan membuat jadwal harian anak, seperti tidur, makan atau mandi. Hal ini dikarenakan anak yang emosional akan cenderung lebih emosional bila ia lapar, lelah atau mengantuk. Sedetail itu!


Fitur EmoMeter


Fitur EmoMeter di Akademi Keluarga Prima
Fitur EmoMeter di Akademi Keluarga Prima

Fitur ini juga diawali dengan beberapa pertanyaan yang fokus kepada anak itu sendiri. Bagaimana sikapnya terhadap diri sendiri dan sekitar. Berdasarkan jawaban yang dipilih, akan muncul beberapa hasil, yaitu level kemampuan bersosialisasi, mengatur diri sendiri, kemampuan berelasi dan mengenal diri. Nanti juga akan diberi tips bagaimana memaksimalkan perkembangan emosi dan sosialisai anak agar sesuai dengan yang seharusnya.


Misalnya anak saya yang dinyatakan baik untuk pengenalan diri, namun masih kurang untuk kemampuan bersosialisasi, mengatur diri dan kemampuan berelasi. Saya sebagai orang tua, disarankan  memberi kesempatan pada anak untuk mengatur dirinya sendiri, seperti makan sendiri atau minum sendiri. Perlu juga memberi bantuan bila dibutuhkan.


***


Tiga fitur Akademi Keluarga Prima ini sudah sangat lengkap untuk memantau tumbuh kembang anak secara keseluruhan. Apalagi ada tips-tips yang diberikan untuk menerapkan pola asuh terbaik dan tepat. Penyebab stunting terkait dengan pertumbuhan fisik dan masalah pola asuh sangat bisa dicegah dengan memanfaatkan fitur-fitur ini. 


Tunggu apa lagi? Yuk, segera bergabung di Akademi Keluarga Prima! Nikmati kemudahan memantau tumbuh kembang anak secara digital!



Nantikan Juga Primanutri Posyandu 2022

Selain posyandu online, Frisian Flag Indonesia juga mengadakan posyandu offline bernama Primanutri Posyandu yang bermitra dan dijalankan oleh Indomaret. Purwanto Wahyudi sebagai Marketing Microeconomics Project Executive Indomaret menginformasikan bahwa Primanutri Posyandu 2022 akan dijalankan mulai awal Maret dan terus berlangsung sepanjang tahun 2022. Terdapat 20 lokasi di 20 kota yang akan menjadi tempat pelaksanannya. Tujuannya adalah untuk memberi kepedulian terhadap kesehatan masyarakat. 


Primanutri Posyandu diperuntukkan bagi balita, ibu dan lansia untuk diberikan layanan pemeriksaan kesehatan, edukasi kesehatan dan penyediaan makanan bergizi. Diharapkan edukasi dan layaan yang diberikan dapat mengoptimalkan kesehatan keluarga dan tumbuh kembang anak, baik secara fisik, maupun kognitif. Ditargetkan akan ada tiga ribu peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan ini.


Bila berminat hadir, bisa langsung datang ke lokasi yang ditetapkan. Sebelumnya akan ada koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Kader Posyandu setempat dan akan diinformasikan 14 hari sebelum acara. Jadi siap-siap tunggu pengumumannya, ya!


***


"Keluarga merupakan fondasi utama agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Karenanya ada 2 faktor yang Ibu & Ayah harus perhatikan, yaitu nutrisi dan stimulasi."


Kutipan ini muncul pada halaman Akademi Keluarga Prima di website ibudanbalita.com. Meski singkat, pesannya begitu padat. Keluarga dikatakan sebagai fondasi yang menentukan. Orang tua yang merupakan keluarga terdekat dengan anak tentu memegang peran yang terkuat dan terbesar untuk memberi yang terbaik demi tumbuh kembang optimal dan mencegah terjadinya stunting. 


Jangan pernah lelah memberi nutrisi yang cukup sesuai kebutuhan anak, terutama di 1000 HPK, terapkan pola asuh yang tepat, jaga faktor eksternal agar tetap kondusif untuk menunjang kehidupan anak serta pantau terus tumbuh kembangnya berdasarkan grafik masing-masing yang akan lebih praktis di Akademi Keluarga Prima. Jangan lupa pula berikan Frisian Flag PRIMAGRO yang mengandung 9AAE dan DHA 4x agar terhindar dari stunting serta anak dapat tumbuh menjadi anak sehat, cerdas dan kreatif.


Mari jadi Keluarga Prima!


15 comments

  1. Memang ya Bun memiliki buah hati tidak sekedar menghidupi tetapi perlu memenuhi asupan gizi juga.

    ReplyDelete
  2. terpenuhinya asupan gizi sangat penting ya dalam perkembangan internal si anak.

    ReplyDelete
  3. wah lengkap banget mbak, makasih banyak sharingnya

    ReplyDelete
  4. Udah Cobain fitur di Akademi Keluarga Prima juga dong. Menarik banget bisa tahu parenting style dan tips mengasuh anak.

    ReplyDelete
  5. Ternyata susu dan daging sapi berperan penting dalam mencegah stunting ya. Sejauh yang saya tahu saat ini negara kita untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging sapi dalam negeri sebagian masih diimpor. Kalau sudah seperti produksi ayam broiler yang bahkan surplus untuk kebutuan dalam negeri, mungkin harga susu dan daging akan semakin terjangkau dan diharapkan dengan sendirinya angka stunting menurun. Tentu juga diiringi kampanye yang kontinyu untuk pencegahan stunting dan konsumsi protein hewani.

    ReplyDelete
  6. Informasi yang sangat bermanfaat.. semoga bisa bermanfaat utk para orang tua disekitar kita 👏👏

    ReplyDelete
  7. Baru pertama kali saya tau stunting. Informasinya bermanfaat banget kak, apalagi pembawaan bahasanya bagus, jadi seakan-akan membaca cerita.

    ReplyDelete
  8. Lengkap dan sangat informatif. Jangan lelah menginspirasi kak. 😺

    ReplyDelete
  9. Makasih ya bun, sudah sharing ilmunya. Sangat berguna sekali bagi calon ibu/ayah, dan Orang tua 'baru'.

    ReplyDelete
  10. Mantap infonya, jadi bisa tambah-tambah ilmu parenting juga tentang tumbuh kembang anak. Terimakasih informasinya kak👌

    ReplyDelete
  11. Wah lengkap sekali mbak ulasannya. Aku sebagai ibu dengan balita merasakan banget gimana waswasnya kalo BB anak gak sesuai grafik pertumbuhan anak. Dan ternyata nutrisi ini emang penting banget untuk tumbuh kembang anak ya. Semoga stunting di Indonesia bisa semakin ditekan jumlahnya, bisa dicegah sedini mungkin, biar anak-anak bangsa jadi anak yang cerdas dan sehat semua.

    Btw, programnya menarik ya, ada semacam posyandu online. Ini pasti membantu sekali buat orang tua yang nomaden karena kerjaan hehe.

    ReplyDelete
  12. Lengkap sekali pembahasannya, saya sangat paham jadinya

    ReplyDelete
  13. Yaps, benar banget sih, perlu nutrisi yang lebih bagi Ibu hamil, untuk menghindari stunting ini.

    ReplyDelete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)