Buhul Pengikat Antar Pulau Itu Bernama IndiHome

No comments
IndiHome untuk pasangan LDR


"Mas, biar bisa fokus rawat Ibu, enggak apa kalau aku sama anak-anak ke Padang dulu. Terserah mau berapa lama, yang penting sampai Ibu bisa lebih baikan. Lagian di Padang juga ada Mama-Papa. InsyaAllah kami aman dan kamunya juga tenang di sini."


Kisah cinta bagi pasangan menikah, apalagi yang sudah memiliki anak, tentu tidak akan sama lagi dengan percintaan ala anak muda. Bukan berarti tidak berbunga-bunga, namun karena hidup bersama di satu atap dan saling ketergantungan satu sama lain, menjadikan hubungan jarak jauh, lebih familiar dikenal dengan Long Distance Reationship (LDR), menjadi tantangan yang jauh lebih besar. Bukan lagi berbicara tentang kami berdua saja, namun juga anak-anak dan keluarga besar. 



Terpaksa Berjauhan dengan Suami

LDR dengan suami

Semua kaget! Ibu mertua saya yang bahkan malam sebelumnya masih segar bugar saat kami video call, tiba-tiba sakit. Bukan sakit yang mudah dikenali, bagi kami semua yang awam dengan gejala stroke, sangat kebingungan ketika menyaksikan Ibu tidak bicara sepatah kata pun. Rasanya tidak mungkin ketika berjualan di pasar, ada pelanggan yang bertanya, tidak ditanggapi. Mungkin sudah puluhan orang yang mengeluhkan Ibu 'no respon'. 

Singkat cerita, keesokan harinya Ibu di bawa ke rumah sakit karena tidak ada perubahan. Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan, ternyata ada penyumbatan pembuluh darah di otak. Dokter mendiagnosa ini sebagai tanda penyakit stroke. Dan di sinilah proses pengobatan Ibu dimulai.


Tidak tahan melihat betapa lelahnya Bapak dan adik ipar saya menemani Ibu selama di rumah sakit, bahkan setelah diperbolehkan pulang pun harus tetap menyesuaikan diri dengan keadaan baru untuk memandikan, menyuapi dan merawat Ibu secara total, akhirnya suami memutuskan untuk pulang ke Ungaran, kota di sekitar Semarang. Tentunya setelah memastikan kami sekeluarga tidak positif Covid-19. Mengingat status penyebarannya sangat tinggi saat itu.


Namun, niat baik untuk bisa memberi yang terbaik demi Ibu, malah terhalang karena suami harus berbagi konsentrasi dengan saya dan anak-anak, yang juga pasti memiliki kebutuhan. Minimal anak-anak, sering mengajak bermain, minta gendong atau minta jalan-jalan. Belum lagi mengerjakan tugas kuliahnya yang ketika itu dilaksanakan daring. Imbasnya, waktu untuk mengurus Ibu tidak maksimal.


Mau tidak mau, keputusan harus segera diambil. Bisa dibilang, inilah saat berharga bagi suami saya untuk mengabdi penuh kepada orang tua. Tidak apa lama kami berjarak, yang penting Ibu perlu didahulukan. Teknologi sekarang pasti akan membuat jarak tersebut seolah tidak ada.


Dimulailah kisah LDR pertama kami. Sampai berbulan-bulan. Bahkan Ramadhan dan Idul Fitri kami lalui di kampung halaman masing-masing. Saya dan anak-anak di Padang, sedangkan suami di Ungaran. Terkadang takdir bisa mengubah segala kenyamanan dalam sekejap. Namun bukan berarti tidak bisa menikmati kenyaman lain karena perubahan tersebut, 'kan?



Kekhawatiran yang Bukan Lagi Tentang Berdua

LDR setelah menikah

Tentu saja ada kekhawatiran. Berjarak seperti ini, bukan lagi hanya memikirkan bagaimana perasaan saya dan suami, namun lebih kepada bagaimana anak-anak menjalani rentang waktu lama tanpa bertemu ayahnya secara langsung. Semakin berat rasanya karena sejak pandemi, ayah mereka lebih banyak di rumah. Jelas kedekatan antara anak dan ayah semakin mengental. Lagi hangat-hangatnya, malah harus berpisah sementara.

Mungkin bagi saya dan suami yang sudah sama-sama dewasa, masih bisa mengantisipasinya dengan saling mengerti. Meski nanti ada masalah, tentu bisa diselesaikan dengan baik. Lagi pula, di usia segini bukan lagi masanya untuk saling curiga tak jelas. Walau nanti ada saatnya sulit menghubungi karena kesibukan masing-masing, harus ada pengertian. Saya maklum dengan suami yang sibuk merawat Ibu, dan saya pasti juga sibuk mengasuh anak-anak.


Lalu, apakah kekhawatiran saya tentang anak-anak terjadi? Ya, jelas terjadi! 


Berhubung sebelumnya sudah diprediksi, saya dan suami berkali-kali memberi pengertian ke anak-anak dimulai sejak kami memutuskan. Kira-kira seminggu lamanya. Anak kedua sih masih oke, karena baru berusia 2 tahun. Masih lengket-lengketnya sama saya sebagai ibunya. Nah, anak pertama saya yang susah, karena usianya sudah 4 tahun. Bermain bersama ayahnya adalah aktivitas yang tak pernah terlewat setiap hari, walau hanya sebentar.


Untungnya, proses penyesuaian ini tidak berlangsung lama dan tidak ada drama yang terlalu parah. Paling hanya merengek menanyakan kapan ayahnya menyusul ke Padang dan minta video call sepanjang hari. Setelah itu, aman. Semua berjalan normal dengan rengekan yang mulai berkurang.


Namun, ternyata saya salah mengartikan bahwa anak-anak sudah berhasil menyesuaikan diri sepenuhnya dengan keadaan. Puncaknya malah terjadi satu bulan kemudian. Mereka minta pulang ke Jakarta. Kangen kumpul lagi berempat dan bermain bersama. 


Jleb! Keinginan itu membuat saya turut sedih dan patah hati. Tidak bisa dipungkiri bahwa saya pun menginginkan kondisi kembali normal. Saya yakin, suami juga merindukan anak-anaknya melebihi dari apa yang dia ungkapkan. 


Nah, apa yang akhirnya membuat kami tetap bertahan hingga berbulan-bulan? Bagaimana kami mengupayakan untuk tetap saling 'hadir'? Jawabannya hanya satu, memanfaatkan teknologi tepat untuk kelancaran komunikasi. Kami selalu mengupayakan untuk berbicara, menatap dan berinteraksi selayaknya kami di tempat yang sama walau terbatas layar. Ya, komunikasi kami sangat lancar! Semua berkat IndiHome.



Komunikasi adalah Kunci, Lancar Berkat Internet Patas IndiHome 

Indihome internet lacar

Pertama bagi kami, bukan berarti belum ada yang mengalami. Saya banyak belajar bagaimana menjalani kehidupan keluarga dengan suami-istri berdomisili di dua kota berbeda. Satu hal yang paling saya ingat, menurut pakar perkawinan, meski suami-istri tidak berada di satu tempat secara fisik, namun 'kebersamaan' harus tetap terjaga. Kuncinya adalah komunikasi yang lancar.

Saya tidak mengira bahwa IndiHome yang terpasang di kampung kami masing-masing menjadi pahlawan yang paling berjasa dalam menjaga kebersamaan keluarga. Memang, sejak masih bernama Speedy, saya tidak pernah kecewa dengan internet lancarnya. Di rumah orang tua saya, sudah terpasang jaringan IndiHome kira-kira sejak tahun 2009, ketika saya masih kuliah. Sedangkan di rumah kampung suami, baru dua tahun ini dipasang, yaitu untuk kebutuhan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) adiknya yang saat itu masih SMA. Sekarang malah sudah kuliah.


Tidak Ada yang Namanya Delay atau Ngelag

Sudah tidak bisa bertemu langsung, pas video call malah ngelag. Apa yang dikatakan sekarang, sampainya beberapa detik kemudian. Siapa yang tidak kesal dengan ini? Jangankan yang sudah berkeluarga, remaja yang lagi berbunga-bunga saja bisa kesal. Hanya gara-gara masalah sinyal.


Bersyukurnya, selama video call, telepon melalui aplikasi, bertukar pesan, video atau foto, kami tidak pernah ada masalah. Anak-anak selalu bahagia karena bisa melihat wajah ayahnya dengan jelas. Malah bisa terkekeh saat bermain ekspresi. Suara jernih tanpa kresek-kresek. Real time, seperti berbicara secara langsung. Jadi tidak ada jeda antara saat kami berbicara di Padang dan suami yag menaggapinya di pulau seberang. 


Apalagi sekadar bertukar pesan, foto atau video, pastinya sangat cepat dalam urusan upload atau download. Jadi kabar kami masing-masing selalu up to date, demi menjaga untuk tetap 'hadir'. Saya tahu apa yang dilakukan suami di sana dan suami juga tahu apa kegiatan kami di sini. Jadi tidak akan terjadi salah paham atau baper karena merasa diabaikan,


Kapan Saja Tetap Stabil

Nah, karena kelancaran komunikasi daring inilah akhirnya anak-anak bisa betah berlama-lama video call dengan ayahnya. Kalau saya, paling hanya kebagian sepuluh menit saja untuk basa-basi pembuka dan penutup. Mulai dari pagi saat bangun tidur, selesai makan, sebelum tidur siang, setelah makan malam dan sebelum tidur. Bahkan kalau ayahnya tidak sibuk, dalam sekali video call bisa dua jam sendiri. Saking serunya bermain apa saja via suara, seperti tebak-tebakan atau bercanda cilukba ala anak-anak.


Jadi, mau pagi, siang dan malam, di sepanjang waktu, koneksi internet IndiHome tetap lancar. Pernah juga sekali saya harus menelepon suami sebelum subuh, karena anak pertama saya demam. Suami juga pernah mengabari Ibu kembali masuk rumah sakit, lewat tengah malam. Beruntung sekali rasanya komunikasi kami bisa selancar ini selama LDR. 


Dari dulu hingga sekarang, saya selalu puas dengan IndiHome. Baik dari kelancaran internetnya, maupun pelayanannya. Rumah kami di Jakarta yang berbasis gedung pun juga berlangganan IndiHome. Jelasnya, ada tiga alasan terbesar kenapa saya setia dengan IndiHome.

1. Koneksi Lancar

Tentu saja ini yang bikin betah berlangganan. Koneksi tetap stabil walau terhubung berbarengan di beberapa perangkat. Misalnya internet IndiHome tetap lancar ketika saya menyempatkan diri nonton drama korea saat anak-anak video call dengan ayahnya, plus kakek juga lagi streaming YouTube. Selama memilih paket yang tepat dan sesuai dengan pemakaian, IndiHome dijamin lancar. Koneksinya juga tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca, mau di luar hujan badai pun, koneksi tetap stabil tanpa masalah. 


2. Harga Pasti dan Sesuai

Ketika memilih paket internet, pasti diinformasikan juga harga yang mesti di bayar per bulannya. Nah, harga ini sudah tidak ditambah lagi dengan embel-embel lain, jadi pas segitu saja selama berlangganan. Dan satu lagi, menurut saya, harga paket internet dari IndiHome sangat sesuai dengan apa yang kita dapatkan. Selama berlangganan, dengan kepuasan berinternet sekeluarga, saya menilai bahwa harganya sangat wajar dan sesuai dengan fasilitas koneksi internet unlimited yang diberikan.


3. Instalasi Rapi 

Pemasangan jaringan IndiHome ke rumah sangat rapi. Ini saya ingat ketika pemasangan IndiHome di kampung suami dua tahun lalu. Petugas tak segan memanjat hingga ke loteng untuk menarik kabel panjang agar tidak banyak yang tampak ke luar. Kita tinggal terima beres saja karena semua alat dan perlengkapan instalasi disediakan oleh petugas. Pokoknya top, deh!

Aktivitas tanpa batas sangat bisa dilakukan dengan mengandalkan IndiHome, yang koneksi internetnya dijamin lancar dan stabil. Apalagi sejak pandemi ini, bisa dibilang nyaris semua aktivitas beralih ke mode online. Internet sudah menjadi kebutuhan utama yang menentukan pemenuhan kebutuhan lainnya. Bahkan untuk beli sayur saja, saya sudah pesan lewat aplikasi chatting dan uangnya ditransfer. IndiHome Mbois penyelamat banget!


Hasil survei APJII 2020
Sumber: Hasil survei APJII tahun 2020

Eits, ternyata bukan hanya saya saja lo yang puas dengan IndiHome. Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, dari 14,8 persen pengguna internet tetap di rumah, IndiHome memegang posisi pertama sebagai provider yang paling banyak digunakan, yaitu mencapai 9,8 persennya.


Telkom berharap dengan hadirnya IndiHome sebagai Internetnya Indonesia dapat memberikan kedaulatan digital kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui layanan dan konten yang berkualitas. IndiHome terus bekerja cepat menghadirkan internet di daerah-daerah yang selama ini belum terjangkau. Seperti misalnya di kawasan timur Indonesia, Telkom sudah memiliki 520 ribu sambungan layanan. Saat ini tentu jumlahnya sudah semakin meningkat.


Hubungan LDR yang selama ini menjadi momok banyak pasangan, akan terasa lebih ringan bila komunikasi yang terjalin tetap lancar. Tentunya dengan memanfaatkan teknologi yang sudah jauh berkembang dan membuat jarak bukan lagi penyebab kandasnya hubungan, termasuk cinta dan keluarga. 



Tips Saat Keluarga Berjauhan

Tips saat keluarga berjauhan

Meski tidak ada satu pun keluarga yang menginginkannya, tidak bisa dielakkan bahwa banyak orang yang kita kenal, atau bahkan kita sendiri yang harus terpaksa menjalani kehidupan setelah menikah dengan keadaan berjauhan dengan pasangan. Ada yang berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Namun, angka bukanlah penentu berat atau tidaknya waktu yang dilewati, namun bagaimana solusi yang dipilih untuk mengatasi keadaan tersebut. 

Berdasarkan pengalaman saya yang pernah LDR dengan suami, dalam keadaan ada anak-anak yang harus dipikirkan juga kondisinya, terdapat beberapa tips yang bisa dipraktikkan orang tua agar hubungan LDR bisa dijalani dengan baik. Pastinya tanpa mengenyampingkan kebutuhan kasih sayang dan perhatian satu sama lain.


Video Call

Jelas, inilah keuntungan hidup di zaman serba digital. Video call yang menampilkan gambar nyata dari lawan bicara, menjadi cara terampuh untuk menumbuhkan kebersamaan antar anggota keluarga, walau secara fisik berjauhan. Apa yang dibicarakan saat video call ini? Apa saja! Anehnya, saya malah lebih banyak bercerita saat video call dari pada bertemu langsung setiap hari. Hal sepele seperti aku pakai baju merah atau makan pakai lauk ayam goreng saja bisa jadi bahan obrolan.


Terkhusus untuk anak-anak, selama video call pastikan juga terselip permainan ringan di dalamnya. Karena biasanya anak-anak lebih senang bermain dengan ayahnya, maka jangan hilangkan aktivitas ini meski hanya bisa dilakukan secara daring. Misalnya saja tebak nama buah yang awal hurufnya A atau coba tiru suara dan gerakan binatang. Upayakan tetap penuh keceriaan agar anak juga senang dan bersemangat. Tidak heran kan kenapa anak saya bisa sukses video call berjam-jam berkat internet IndiHome?


Rutin Berkirim Pesan, Foto dan Video

Meski sudah rutin video call, ada saat di mana kesempatannya tidak ada. Maka di sinilah bisa digantikan dengan berkabar via pesan teks, foto atau video singkat. Misalnya ketika suami menemani Ibu yang rawat inap di rumah sakit, maka tidak bisa video call karena takut mengganggu. Maka suami mengirim video ekspresi muka lucu dengan memperlihatkan ruangannya. Maka saya akan menceritakan ke anak-anak sambil memperlihatkan video tersebut. Begitu pula sebaliknya, saya akan merekam keseruan kami saat makan di restoran atau bermain di pantai dan mengirimkannya ke suami. Siapkan memory berkapasitas besar, ya! IndiHome akan mengirim semua pesan dengan lancar enggak pakai lama.


Dengarkan Curahan Hati Masing-masing

Ini penting! Saat saya, suami atau anak-anak bercerita tentang aktivitasnya, perasaanya atau apa saja yang ingin diungkapkan, maka dengarkan dengan seksama. Tanggapi dengan serius, bukan hanya iya atau angguk-angguk saja. Bahkan untuk curahan hati anak-anak sekali pun. Tanggapan yang diberikan akan menjadi bentuk perhatian yang menenangkan. Ini yang rentan membuat seseorang merasa terabaikan. Bila raga tidak bisa berjumpa, jangan sampai perhatian yang hanya bisa diberikan via komunikasi digital juga disepelekan.


Perlihatkan Ketegaran

Bohong bila saya mengatakan selalu baik-baik saja selama menjalani LDR. Kadang ada masalah yang membuat lelah, tapi tidak ada suami yang membantu. Mungkin begitu pula bagi suami, yang awalnya bertemu anak-anak setiap hari, sekarang malah tidak bisa main kuda-kudaan dan petak umpet. Terkhusus untuk para orang tua, suami-istri dan ayah-bunda, upayakan untuk selalu memperlihatkan sisi ketegaran walau hati sedang sedih. Bila salah satu sedih, maka akan menjadi beban bagi pasangan. Padahal untuk bertemu belum mungkin. Terutama perlihatkan pula ini di depan anak-anak agar ia mendapat contoh untuk tetap kuat.


***


Cerita pengalaman LDR saya ini hanyalah satu dari banyaknya pasangan yang harus menjalani hubungan jarak jauh. Namun, mengeluh tentu bukan jawaban. Alih-alih meratapi apa yang terjadi, banyak solusi yang bisa diupayakan agar kebersamaan dan cinta tak kandas begitu saja. Apalagi ada IndiHome sebagai perusahaan fixed broadband terbesar yang jaringannya terus meluas menjangkau seluruh pelosok negeri. Komunikasi lancar yang menjadi kunci keharmonisan dan kebersamaan dalam LDR tentu bisa terwujud berkat internet cepatnya.


Teman-teman berlangganan IndiHome juga? Pernah LDR juga dengan pasangan? Yuk, ceritakan di kolom komentar seberapa besar IndiHome melancarkan komunikasi daring agar cinta tak kandas.


No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)