Tips Mudik Lebaran Hanya Bersama Anak Kecil dengan Pesawat

2 comments

Ini pertama kalinya saya mencoba mudik lebaran ke Padang hanya bersama anak-anak. Berhubung suami masih ada keperluan di Jakarta dan belum bisa dipastikan sampai tanggal berapa selesainya, makanya saya memilih duluan saja. Takutnya pesan tiket mendekati lebaran berisiko mendapat harga yang terlalu tinggi atau malah kehabisan. 

Tips mudik lebaran

Apa yang terbayang pertama kali dalam benak saya? Bukan di pesawatnya, tetapi proses menuju pesawatnya. Karena ada prosedur yang harus saya lakukan dulu, yaitu angkat-angkat koper dan check-in. Belum lagi kalau dapat Terminal 3 di Soetta dan gate ujung-ujung, pasti jalannya jauh banget.

Apa kabar sama anak-anak? Sedangkan menggendong Si Bungsu sejauh itu tentu saya tak sanggup. Si Sulung juga pasti bakal kelelahan. Mau naik troli dorongan, paling yang bisa duduk cuma satu. Kalau mau pakai dua, saya dorongnya gimana? Ah, yowis lah. Lihat nanti.


Tapi Alhamdulillah, semua diperlancar. Akhirnya kami sampai di Padang dengan selamat tanpa kejadian yang bikin trauma. Anak-anak pun anteng dan menurut saja, tidak minta macam-macam.



"Kehebohan" Apa saja yang Mungkin Terjadi?

Sebelum saya memberikan tips mudik lebaran bersama anak kecil, ada baiknya ibu atau ayah mengetahui kondisi yang mungkin saja terjadi selama perjalanan. Bukan menakut-nakuti, tapi lebih kepada memberikan gambaran dan memancing kesiapan.

Beberapa waktu lalu, saya membuat polling sederhana di akun instagran pribadi tentang mudik bersama anak, hanya bersama anak dan tidak ada pendamping dewasa lain. Lebih dari 50 persen menjawab belum berani dan 46 persennya menjawab pernah. Bahkan ada pula yang berbagi pengalamannya. 

Polling mudik lebaran

Saya paham  kenapa masih banyak yang belum berani. Karena tantangannya tentu lebih berat. Kira-kira inilah kemungkinan "kehebohan" yang saya maksud saat mudik bersama anak atau hanya bersama anak tanpa orang dewasa lain.
  1. Lari-lari menuju gate karena sudah dipanggil-panggil untuk naik pesawat. Ini kejadian saya kemarin, karena membawa serta anak yang langkahnya masih kecil, sangat memengaruhi kecekatan kita bergerak.
  2. Bawa koper-koper besar dan barang bawaan banyak, plus dorong stoller anak dan dan yang bayi di gendong ala kangguru. Ternyata begitu menguras energi.
  3. Kalau saya lebih mengkhawatirkan proses menuju pesawatnya, ternyata banyak juga ibu-ibu lain yang hectic justru setelah masuk dalam pesawat. Bayi menangis terus dan kakaknya tidak bisa duduk diam. Anak-anak lapar tapi tidak suka makan menu di pesawat. Ketika peawat landing, anak masih tidur dan dibangunkan, bisa ngamuk-ngamuk sampai ke luar pesawat.
  4. Kalau nanti mau sambung lagi naik bus, pengulangan kejadian ini sangat memungkinkan. Angkat-angkat barang, gendong-gendong anak naik-turun bus dan mengontrol anak agar tetap tenang dalam bus. 

Tapi, kami semua (saya dan teman-teman sesama ibu yang sudah pernah mudik hanya bersama anak) sepakat kalau semua itu terbayar lunas ketika bisa berkumpul dengan keluarga tercinta di kampung halaman.

Beban yang dipikul sebelumnya hilang seketika setelah melihat wajah orang tua yang bahagia menyambut. Tidak heran bila banyak ibu-ibu, yang menurut saya, begitu tangguh melakukan perjalanan mudik lebaran hanya bersama anak. Apalagi kalau anaknya masih kecil dan lebih dari satu. 

Apalagi terkadang ada orang-orang baik yang tiba-tiba saja menolong saat kita terlalu kesusahan dengan barang bawaan atau anak yang rewel. Dan yang tidak boleh dilewatkan, bagi yang membawa anak, mendapat fasilitas priority chek-in ♥️



Tips Mudik Lebaran Hanya Bersama Anak yang Masih Kecil dengan Pesawat

Upaya antisipasi untuk meminimalisir "kehebohan" selama perjalanan mudik tentu harus dilakukan. Baik itu beberapa hari sebelum berangkat, hingga nanti tiba di tujuan. 

Saya sangat bersyukur bisa mudik bersama anak-anak tanpa kendala berarti. Alhamdulillah sekali bisa lebih lancar dari apa yang saya pikirkan sebelumnya. Ini tentu tidak lepas dari persiapan mendadak yang dipikirkan, karena memang beli tiketnya juga mendadak. Seketika pikiran saya langsung bekerja ekstra keras untuk menemukan bagaimana cara mengkondisikan anak-anak dan juga saya tentunya, selama perjalanan. Untungnya, sebagian besar cara tersebut memberikan hasil positif.

Oiya, sebelumnya, anak kecil yang saya bahas dalam tulisan ini adalah anak-anak yang belum bisa mendiri dan belum mampu banyak membantu. Seperti usia anak-anak saya yang masih 5 tahun dan 3 tahun.

Jadi tips yang saya berikan bisa dipraktikkan untuk anak-anak usia di bawah 6 tahun. 


Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan ibu bila hendak mudik atau bepergian hanya bersama anak yang masih kecil dengan pesawat. 

1. Sounding Sebelumnya

Saya termasuk orang tua yang percaya dengan keajaiban sounding. Sejak tiket dibeli, saya sudah memberi tahu anak-anak rencana mudik serta bagaimana kondisi selama perjalanan. Saya meminta anak pertama saya untuk kuat berjalan selama di bandara serta menggandeng adiknya saat saya kerepotan membawa koper dan proses chek in. Ini sangat membantu pas hari H. Anak sulung saya, walau masih berusia 5 tahun, sudah bisa membantu saya menjaga adiknya dan selalu menyusul di belakang ke mana pun saya berjalan. 

2. Perhatikan Waktu Keberangkatan

Kalau memungkinkan, pilih tanggal keberangkatan yang tidak terlalu mepet dengan hari lebaran. Jadi tidak ramai dan mengantri lama di bandara. Lalu jam keberangkatan juga penting. Bila bisa memilih dan tidak masalah dengan harga, saya merekomendasikan jam aman setelah urusan pagi selesai, seperti sarapan dan mandi. Selain tidak mengurangi jam tidur anak, ibu masih punya waktu untuk menyelesaikan packing paginya. Selama di perjalanan pun, mood anak-anak akan lebih terkontrol.

Namun, terkadang kita tidak selalu bisa memilih jam keberangkatan. Seperti saya kemarin yang terpaksa memilih jam 06.30 WIB. Ada kendala dan keuntungan. Kendalanya, pergerakan anak lambat saat di bandara karena mereka mengantuk. Untung saja ada kereta dorong yang disediakan pihak bandara, makanya bisa lebih cepat berjalan. Lalu pikirkan pula jam berangkat dari rumahnya, takutmya nanti terlambat dan semakin sulit karena kita bersama anak-anak. Keuntungannya, anak-anak di pesawat langsung tidur. 

Intinya, orang tua menjadi pemegang kendali penuh saat memutuskan memilih jam keberangkatan. Perlu dipersiapkan dan dipikirkan matang-matang. Menurut saya pribadi, jam berapa pun yang dipilih, pasti ada plus-minus-nya. Tinggal sesuaikan saja mana yang paling sedikit risiko "kehebohannya".

3. Perhatikan Usia Anak

Bila anaknya masih satu, mungkin hanya perlu memikirkan dari sisi keamanan dan aturan dari maskapai saja, seperti usia minimal anak untuk naik pesawat. Namun bila anak lebih dari satu, sedangkan kita hanya sendiri tanpa pendamping dewasa lainnya, tentu jarak usia anak menjadi hal penting.

Mungkin saya tidak setangguh ibu-ibu lain yang berani membawa anak-anak dengan kondisi masih terlalu kecil atau belum ada yang bisa berjalan jauh sendiri. Soalnya saya sangat menghindari membawa stroller di setiap perjalanan karena dikhawatirkan menambah beban. Jadi, kalau mudik membawa anak lebih dari satu, maksimal hanya satu yang mampu saya gendong. Jadi kakanya harus dipastikan sudah bisa berjalan sendiri, termasuk untuk naik turun tangga dan eskalator.

4. Ringkaskan Jumlah Barang Bawaan

Kalau saya, tidak masalah kopernya besar, tapi jumlahnya tidak banyak, alias hanya satu. Dari pada banyak pritilan. Tas yang dibawa ke kabin pesawat wajib tas ransel dengan kapasitas yang mencukupi semua keperluan di perjalanan. Saya selalu memastikam kedua tangan saya bebas setelah koper masuk ke bagasi. Pokoknya, berapa pun barang bawaanya, semua harus bisa dikoordinir dengan baik walau kita sendiri pun harus memegangi anak-anak.

5. Perlengkapan Anak dan Orang Tua Selama Perjalanan

Untuk anak, bawaan wajib yang masuk ke tas ransel adalah jaket, makanan dan minum air putih, susu kalau anak sangat menyukai atau masih ketergantungan minum susu, baju ganti, diapers untuk Si Bungsu, mainan atau buku paling favorit, minyak kayu putih, paracetamol atau obat-obatan urgent lainnya. 

Untuk saya pun perlengkapannya juga harus ada, karena bagaimana pun kenyamanan saya menentukan bagaimana saya menangani anak-anak. Jaket ikatkan saja ke pinggang bila belum dipakai sebelum di pesawat. Berhubung masih puasa, jadi makanan dan minuman untuk saya tidak diperlukan. Dompet, handphone dan powerbank wajib diletakkan pada bagian depan tas agar tidak susah diambil. Sebisa mungkin pakai baju atau celana dengan banyak kantong, dijamin lebih memudahkan untuk menyelip-nyelipkan kebutuhan berukuran kecil. 

6. Jaga Mood Anak

Ternyata, menjaga mood anak di perjalanan tidak cukup hanya mengandalkan mainan atau buku favoritnya saja, serta jaket yang menghangatkan atau perut yang terisi makanan. Namun juga perlu memperhatikan perlakuan yang diterima anak dan suasana selama perjalanan. 

Ibu yang biasa marah, harus bisa lebih sabar. Kalau ada keinginan anak, mending ikuti saja dari pada tantrum. Bila terlalu ramai membuat anak tak nyaman, cari tempat yang lebih renggang dari kerumunan orang. Bila anak lelah berjalan, istirahat dulu bila memungkinkan. Pokoknya, buat anak senyaman mungkin. Ini hanya sementara, demi terjaminnya suasana yang kondusif.


Itulah cerita saya dan juga beberapa ibu lain yang telah berbagi pengalamannya melalui DM di Instagram. Dari setiap kata yang saya tulis, semakin meyakinkan saya bahwa ternyata ibu memiliki kekuatan yang begitu besar dan bisa diandalkan dalam berbagai situasi.

Saya saja bangga dengan diri saya sendiri yang berani dan berhasil mudik lebaran tahun ini hanya dengan anak-anak. Saya harap, tulisan ini bisa jadi referensi bagi ibu-ibu yang juga berencana mudik bersama anak tanpa ada pendamping dewasa lain. 

Selamat mudik dan semoga bermanfaat.

2 comments

  1. Aku belum pernah kalo hanya dengan anak2 mba 😅. Biasanya kalo sampe suami ga bisa ikut, pasti aku ajak babysitter anak2 utk bantuin 😄. Jujur ga sanggub kalo cuma aku 🤣. Tapi THN ini aku bakal mudik di Juni nanti, dan itu kemungkinan besar hanya aku dan anak2. Cuma kalo ini agak berani Krn si Kaka udah 9 THN, udah bisalah bantu dikit 😁. Setidaknya pegangin adiknya dulu. Tapi tetep aku berharap suami bisa ikut berangkat di hari yg sama. Kalopun seandainya ga, at least utk koper aku hanya bawa yg kecil aja, sisanya ntr suami yg bawa 😄. Biar ga ribet.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Si Kakak emang ngebantu banget kalau bisa megangin adiknya pas kita lagi ribet, Mbak.
      Semoga lancar ya Mbak mudiknya nanti. Dan semoga suami bisa barengan biar lebih lega 😊

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)