Berapa Usia Ideal Anak Diajarkan Berpuasa?

No comments

Sudah sejak Ramadan tahun lalu, saya banyak mencari tahu tentang usia ideal anak untuk diajarkan berpuasa. Bukannya tanpa alasan, ini murni dikarenakan keraguan saya yang timbul ketika melihat unggahan apresiasi teman-teman di media sosial mengenai keberhasilan anaknya, yang bahkan belum genap berusia 5 tahun, sudah bisa puasa full seharian. 


Usia Ideal Anak Diajarkan Berpuasa


Apa saya terlambat mengajarkan anak berpuasa? 

Kalau anak saya puasa sekarang, apa enggak bahaya untuk tumbuh kembangnya?

Kok masih ragu ya?


Pertanyaan inilah yang selalu berputar di kepala. Padahal sebelumnya saya mantap sekali untuk mulai membiarkan anak praktik puasa ketika usianya menginjak 7 tahun. Itu pun harus bertahap, tidak bisa di hari pertama coba, sudah puasa sampai Magrib. Minimal sama lah dengan saya dulu, belajar puasa setengah hari dulu di kelas 1 SD. Mayoritas teman pun juga melakukan hal yang sama. Nanti di kelas 3, baru puasa full.


Terus sebenarnya berapa sih usia ideal anak mulai berpuasa? Baik itu dari sisi agama, maupun kesehatan. 


Baca juga: Saya Belajar dari Anak Tentang Hal Penting Ini



Menurut Anjuran Islam

Saya bukan ahli agama, jadi saya berusaha untuk search dalil yang membahas mengenai ini. Sepengetahuan saya, kewajiban berpuasa hanya berlaku bagi umat Islam yang sudah baligh. Sedangkan anak-anak, apalagi anak pertama saya yang masih berusia 5 tahun, tentu masih jauh dari usia baligh.


Dalam buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan oleh Abu Maryam Kautsar Amru, dituliskan dengan jelas sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.

رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ : عَنْ الْمَجْنُونِ الْمَغْلُوبِ عَلَى عَقْلِهِ حَتَّى يفِيقَ ، وَعَنْ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ ، وَعَنْ الصَّبِيِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ (رواه أبو داود، رواه 4399، وصححه الألباني في صحيح أبي داود)

"Pena diangkat (gugur kewajiban) dari tiga; Orang gila yang hilang akal hingga sembuh, orang tidur hingga bangun dan anak kecil hingga bermimpi (balig)."

(HR. Abu Daud, 4399 dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Abu Daud)


Penjelasan selanjutnya menyatakan bahwa membiasakan anak berpuasa sejak dini sangat dianjurkan dalam Islam. Batas umur anak adalah umur yang mampu untuk berpuasa. Sebagian ulama ada yang menentukan umur 10 tahun, ada juga sebagian lain yang menentukan umur 12 tahun.


Kebetulan sekali, arisan ibu-ibu yang saya hadiri awal Ramadan kemarin juga membahas mengenai usia anak berpuasa dalam Islam. Ustazah yang datang memberi ceramah, menyampaikan patokan usia menurut para ulama yang tidak jauh berbeda, yaitu mulai dari 7 tahun, 10 tahun dan 12 tahun.


Bila harus mengambil jalan tengah, beliau lebih memilih untuk memulai membiarkan anak berpuasa sesuai dengan kemampuannya. Tidak masalah bila beberapa jam dulu atau malah belum mau berpuasa. Tapi beri terus pengetahuan mengenai puasa dan kewajiban melaksanakannya saat Ramadan.


Kebetulan beliau memiliki panti asuhan dengan puluhan anak usia SD. Setiap kali Ramadan, asrama akan diberi dekorasi sederhana. Ini dimaksudkan agar anak tidak menilai puasa sebagai beban, tapi malah sesuatu yang berbeda dan mengasyikkan. Sehingga mereka akan menunggu momen Ramadan dan mau berpuasa tanpa paksaan. 


Intinya, yang dimaksud dengan mengajarkan anak berpuasa sejak dini adalah penanaman konsep berpuasa yang menyenangkan, sekaligus menyelipkan ajaran terkait tata cara dan pedoman berpuasa agar anak lebih paham. Baru nanti perlahan praktik puasa sesuai dengan kesanggupannya. 



Menurut Kondisi Kesehatan Anak

Sesaat setelah saya mengetik kata kunci di mesin pencari, ternyata di halaman pertama Google, banyak sekali artikel yang membahas mengenai usia ideal anak berpuasa menurut sisi kesehatan. 


Merangkum dari website berita dan website tepercaya lainnya, mayoritas ahli kesehatan anak menyatakan bahwa usia 7 tahun adalah usia ideal dan aman untuk anak mulai berpuasa. Kenapa? Karena ada ancaman hipoglikemia bila anak berpuasa di bawah usia tersebut.


Penjelasannya begini. Bila kita berpuasa selama 6 jam, cadangan gula dalam tubuh yang disebut glikogen akan pecah demi mengontrol kadar gula dalam darah. Nah, bila dilanjut lagi berpuasa berjam-jam setelahnya, cadangan glikogen ini bisa-bisa habis. Mau tidak mau, tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi agar tetap kuat beraktivitas. 


Jadi permasalahannya, semakin kecil usia anak, maka semakin sedikit pula cadangan glikogen yang dimiliki tubuhnya. Makanya, anak berisiko terkena hipoglikemia bila tetap memaksa berpuasa di saat tubuhnya belum siap.


Apa sih bahayanya bagi tubuh? Dikutip dari alodokter.com, hipoglikemia dapat menyebabkan penderitanya kekurangan energi, penurunan kesadaran, kejang, sampai ancaman kerusakan permanen pada otak. 



Kesimpulan yang Saya Terapkan

Bila mengacu pada anjuran agama, tidak ada kewajiban anak berpuasa sebelum baligh. Bila mempertimbangkan alasan kesehatan, saya pasti lebih memilih mengikuti rekomendasi dokter dengan memulai mengajarkan puasa ketika anak berusia 7 tahun. Tidak melanggar ajaran agama dan lebih aman pula bagi kesehatannya.


Kalau dilihat dari aktivitas anak saya dan kebiasaannya yang masih sering menolak makan, tentu ini menjadi ancaman tersendiri bila saya tidak tepat menentukan waktu memulai praktik berpuasa, dalam tanda kutip tidak makan dan minum.


Namun bukan berarti saya belum mengenalkan aktivitas puasa pada anak-anak di usia mereka yang baru 5 tahun dan 3 tahun. Anak-anak tetap saya ajarkan tentang puasa, namun lebih kepada KONSEPNYA, bukan fokus pada praktik menahan makan dan minumnya.


Misalnya, saya menceritakan bahwa di bulan Ramadan seluruh umat Islam diwajibkan berpuasa. Puasa itu intinya melatih kesabaran dan mengontrol emosi. Dengan berpuasa, kita pun juga sadar betapa beratnya kehidupan saudara-saudara kita yang diberi cobaan kelaparan, kekeringan dan kemiskinan. Sehingga keinginan membantu sesama semakin terpancing.


Barulah nanti saat memasuki usia 7 tahun, anak-anak akan saya ajak untuk sahur dan berpuasa secara bertahap. Harapan saya lebih kepada penanaman makna puasa terlebih dahulu agar anak mengerti bahwa puasa bukan hanya sekadar menahan haus dan lapar, namun juga bagaimana kita dapat berubah menjadi pribadi yang lebih baik karenanya dan banyaknya pahala yang akan kita dapatkan sebagai bukti amal saleh kepada Allah SWT.


***


Baca juga: 5 Kebiasaan Sederhana Bersama Anak dengan Segudang Manfaat


Setiap orang tua tentu punya pertimbangan masing-masing dalam menentukan gaya parenting seperti apa yang diterapkan kepada anak. Namun yang pasti, semua orang tua akan mempertimbangkan mana yang terbaik sesuai dengan keadaan Sang Buah Hati. 


Terkadang saya bersyukur hidup di zaman berinternet seperti ini. Mencari tahu apa saja bisa dengan praktis dilakukan. Tak terkecuali soal parenting. Selagi sumbernya jelas dan tepercaya, bisa dijadikan referensi. 


Semoga bermanfaat.

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)