Jual-Beli Online Action Figure, Selamatkan Keuangan Keluarga Kami

2 comments

Bagaimana ya jadinya kalau waktu itu saya tidak resign? Apakah keuangan keluarga kami akan baik-baik saja? 


Inilah yang pertama kali terlintas ketika masalah keuangan datang. Memang bukan yang parah sekali, namun perubahannya cukup signifikan. Banyak pengeluaran dipangkas dan mesti berhemat ketat. Sedangkan sudah begitu saja, tabungan masih terus terkuras. Bagaimana ke depannya?


Jual beli action figure

Bagi yang sudah berkeluarga, ini tentu sudah masuk dalam masalah krusial yang butuh penanganan cepat. Masih terasa hectic-nya, saat saya dan suami bingung hendak bagaimana. Menyalahkan keputusan saya yang sudah bertahun-tahun lalu resign, jelas hanya membung waktu. Unfaedah, bila meminjam istilah anak-anak zaman now.


Sampai akhirnya, kami sangat berterima kasih dengan kehidupan masa kini yang tak lagi terikat dengan tempat. Ketika jarak tak lagi benar-benar membuat kita semua berjarak. Action figure yang awalnya sebatas hobi, dan sering menjadi alasan suami dimarahi gara-gara harganya yang selangit dan tetap dibeli, takdirnya malah menjadi penyelamat keuangan keluarga yang sedang tidak baik-baik saja.



Diawali dari Suami yang Kuliah Lagi

Suami tugas belajar

Tidak ada yang mengkhawatirkan saat suami bilang mau lanjut kuliah lagi. Kebetulan, saat diterima sebagai CPNS, status pendidikan masih Diploma-III. Selagi ada kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, melalui beasiswa yang menggratiskan semuanya pula, tentu saja saya mendukung penuh dengan antusias. Paling tidak, bisa menunjang karier suami ke depannya. 


Kami sudah mendiskusikan kalau selama kuliah, hanya akan menerima gaji pokok plus tunjangan kinerja 80 persen saja. Rasanya masih aman lah bagi keluarga kecil kami dengan anak yang belum sekolah. Kalau pun tabungan terpakai, mungkin hanya setengahnya saja. Nanti setelah kerja, bisa dikejar lagi. Itulah kesimpulan kami. 


Tahun pertama kuliah, atau tugas belajar istilahnya bagi PNS yang sedang menjalani beasiswa, semua masih berjalan normal. Kami tetap rutin ke mall, imunisasi anak-anak tidak ada yang bolong meski sekali datang saja harus membayar cukup mahal, sesekali berlibur ke luar kota pun tak jadi soal. Ibu mana yang tidak senang, saat suami libur kuliah lama, difasilitasi jalan-jalan pula.


Namun, kesenangan itu memudar di tahun kedua. Tabungan kami nyaris habis! Saya syok, apalagi suami sebagai kepala keluarga. 


Solusi jangka pendek saat itu hanya satu, berhemat. Seketat mungkin kalau bisa. Apakah berhasil? Tidak. Keuangan kami makin drop. Bahkan saat pandemi pun, yang kami tidak ke mana-mana, gaji suami tetap tidak cukup dan terus menggerogoti tabungan. 


Kami pun kembali mengevaluasi, berkali-kali. Menghitung lebih serius, berapa rincian pemasukan dan pengeluaran. Ternyata, penghasilan suami yang tidak sebesar saat bekerja lah akar masalahnya.


Kalau sudah besar pasak daripada tiang begini, mau berhemat bagaimanapun, tak akan mempan. Tidak mungkin juga kan, sampai mengorbankan kebutuhan pokok demi berhemat lebih ekstra lagi di saat anak-anak harus mendapat nutrisi terbaik? Solusinya lah yang perlu kami ubah. Bukan mengencangkan berhematnya, melainkan membesarkan tiangnya, alias mencari pemasukan tambahan. 


Tapi, dari mana? 



Terpacu Berkat Adanya Usaha yang Justru Sukses saat Pandemi

Usaha sukses saat pandemi
Foto ilustrasi by Canva

Saya yakin, tidak sedikit orang yang berpikiran untuk membuka usaha apa, ketimbang mencari pekerjaan apa, perihal mencari penghasilan tambahan ini. Tugas utama suami saat ini sudah pasti belajar, supaya tidak melewati batas waktu pendidikan. Sedangkan saya, jelas mengutamakan mengasuh anak dan mengurus rumah sebagai tanggung jawab utama yang tidak akan dikesampingkan. Bagaimanapun, saya resign demi membersamai dan fokus dengan anak.


Kalau mau buka usaha, ya harus bisa dijalankan dari rumah. Ditambah lagi dalam suasana pandemi, makin tidak mungkin membuka usaha yang butuh banyak mobilitas atau yang sampai membuka toko fisik. Tapi usaha apa? Mengembalikam pada diri sendiri yang tidak punya keahlian spesifik, rasanya memproduksi sesuatu juga terlalu memaksa. 


Satu-satunya usaha "antara ada dan tiada" yang iseng dilakukan suami saat itu hanya jual-beli action figure. Tidak serius, hanya alibi agar tidak saya marahi. Tapi, ada lo yang beli. Walau hanya untung 100 ribu, sebatas dari lingkungan komunitas saja. 


Eh eh, tapi iseng saja ada untungnya? Apalagi diseriuskan? 

Alih-alih marah karena jualan tersebut hanya kedok, saya melihat secercah peluang di sana. Kalau ada yang beli, berarti sudah ada modal pasarnya. Tidak perlu capek produksi pula, kami hanya perlu menjadi perantara. Gambaran kasarnya, seperti suami yang membeli action figure, lalu dijual dengan harga lebih tinggi. Simple!


Namun, siapa yang mau beli action figure saat pandemi begini? 

Entah kenapa, masalah keuangan keluarga ini terjadi malah bertepatan dengan pandemi. Takutnya, ingin untung, malah buntung. Saya cari beragam penguat, entah itu artikel, data atau berita. Begitu pula suami, yang juga memperhitungkan untuk hal yang lebih teknis. Kami belajar untuk menumpulkan keberanian.


Bila ilmunya ada (berbekal dari hobi suami), relasinya ada (berbekal dari komunitas yang diikuti suami), dan modal juga ada (walau pas-pasan), sudah cukup jadi pijakan kami. Itu yang kami tanamkan. Nyatanya, banyak juga usaha yang bertahan saat pandemi, bukan?

Berani dan berinovasi, itu kuncinya!


Survei BPS

Hasil Survei Kegiatan Usaha pada Masa Pandemi Covid-19 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) membuktikan bahwa terdapat 17,13% usaha yang mengalami kenaikan nilai produksi saat pandemi dan 32,55% usaha yang nilai produksinya tetap stabil. Paling mengejutkan saya dari survey ini adalah dari total 47.871 responden, 46.355 di antaranya atau sekitar 96,8%-nya merupakan Usaha Mikro Kecil (UMK).

Wah, tangguh-tangguh ya!


Tidak perlu jauh-jauh, saya melihat kesuksesan ini nyata di depan mata. Ini juga yang menjadi sumber keyakinan saya dan suami untuk serius memulai jual-beli action figure.


Pertama, tetangga saya berhasil dengan bisnis kulinernya bernama Papo.id yang berani memulai langkah awalnya saat awal-awal pandemi. Bulan lalu, baru saja membuka cabang kelima di kawasan Pondok Indah hanya dalam waktu 2 tahun merintis.

Oke, karena ini usaha makanan dan saat pandemi konsumsi meningkat berkat WFH, wajar bila laku keras. Yang saya saluti justru teknik pemasarannya yang mampu bersaing dengan merek-merek besar. 


Kedua, sahabat SMA saya yang usaha online craft macrame dan hampers-nya untung besar malah di tengah pandemi. Dalam satu bulan,   bisa menjual ratusan box, ratusan macrame serta souvenir kecil-kecilnya yang entah sudah laku berapa ribu.

Macrame? Hampers? Bukan kebutuhan pokok, 'kan? Tidak jauh beda dengan action figure. Yap, bukan jenis usaha yang menentukan, namun strategi solutif untuk bertahan dan seberapa mampu mengimbangi kebutuhan pasar. Serta KONSISTEN, pesan dari pemilik @arkanaku_gallery ini kepada saya. 


Intinya, entah itu pandemi atau tidak, ke depannya, pasti akan terus ada tantangan dalam berusaha. Mau dimulai sekarang atau nanti, tak ada jalan yang mulus-mulus saja. Betul apa betul? 



Beli Action Figure di Jepang, Jualnya Menjangkau Pelosok Indonesia

Pengalaman jualan action figure

Karena sudah berkomitmen mencari usaha yang bisa dilakoni dari rumah, yang perlu kami lakukan tentu menerapkan proses digitalisasi dalam setiap prosesnya. Selama itu bersifat digital, pasti ada kefleksibelan waktu dan tempat. Jadi, selesai suami kuliah atau ketika anak-anak sudah tidur, usaha bisa diurus.


Digitalisasi usaha menjadi solusi terbaik yang sering digaungkan belakangan ini, agar mampu bertahan saat pandemi. Bahkan pemerintah pun turut mempercepat proses digitalisasi di Indonesia. 


Logika sederhananya, tidak mesti bertemu untuk bertransaksi. Wajar bila e-commerce melejit karena Covid-19, toko offline mesti didukung toko online, bahkan tukang sayur dekat rumah saya pun sudah order by WA agar tak kehilangan pelanggan. Mau atau tidak, inilah kebutuhan masyarakat saat ini. 


Mengutip dari artikel kompas.com yang diunggah akhir 2021 lalu, Direktur Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia, Bandoe Widiarto, mengungkapkan rahasia para pelaku UMKM yang mampu bertahan saat pandemi hanya dua, yaitu digitalisasi dan inovasi produk. Inilah yang saya terapkan dalam usaha jual-beli action figure


Berbicara soal digitalisasi, saya dan suami yang sama-sama merupakan generasi milenial, tentu bukan menjadi hal asing. Kami sudah familiar dengan berbagai platform jual beli online, pemasaran melalui media sosial atau digitalisasi lainnya yang sudah pasti membuat praktis. Internet dan gadget itu sudah menjadi bagian dari kebutuhan hidup, bukan lagi sekadar pemenuhan gaya hidup. Untungnya, koneksi internet non-stop IndiHome memperlancar digitalisasi ala kami ini.


Perjalanan mendapatkan cuan yang mampu menyelamatkan kondisi keuangan keluarga,   tidak lah secepat dan semudah yang dikira. Trial dan error berkali-kali kami alami. Mulai dari produk yang tak kunjung terjual, harga yang tak mampu bersaing, hingga akhirnya itu menjadi pelajaran berharga yang membuat kami menemukan strategi jual-beli yang menguntungkan.


Beli Barang Langsung dari Jepang

Yahoo Auction Japan
Yahoo Auction Japan, platform lelang action figure di Jepang

Tidak harus ke Jepang untuk berbelanja produk yang dijual di Jepang. Manfaat internet penembus batas yang satu ini sangat menguntungkan pelaku usaha untuk berkomunikasi atau bekerja sama dengan pihak-pihak yang secara lokasi berjauhan.


Sebenarnya, pendistribusian action figure anime seperti One Piece atau Dragon Ball juga ada di Indonesia. Namun, waktu rilis produk terbaru selalu lebih awal di Jepang dari pada di Indonesia dan ada item tertentu yang hanya dijual di Jepang. Sehingga, ujung-ujungnya harus import juga dari sana. Kemudian, merchandise official anime tersebut juga hanya terbit di Jepang. Inilah alasan utama kami kenapa membeli produk langsung di negara asal tokoh-tokoh anime itu lebih menarik.


Ada pilihan untuk melakukan pembelian. Pertama, memanfaatkan jasa pihak ketiga sebagai importir atau pembelian barang di Jepang seperti Buyee yang secara biaya tentu akan lebih besar. Atau yang kedua, bekerja sama dengan relasi yang ada di Jepang untuk secara manual mengirimkan barang. Secara harga pasti lebih hemat karena biaya jasa bisa dikondisikan atas kesepakatan bersama.


Beruntung sekali rasanya ada relasi yang bisa diajak bekerja sama dan amanah. Sehingga pilihan kedua bisa kami ambil untuk menekan modal. Berikut langkah-langkah yang kami lakukan untuk membeli produk dari Jepang.


Proses pembelian action figure di Jepang


1. Membeli di situs lelang Yahoo Auction Japan (YAJ) di alamat URL https://auctions.yahoo.co.jp/

Namanya saja lelang, kemungkinan mendapat harga murah dari harga pasar akan lebih besar. Bukan hanya produk baru yang dilelang, namun juga produk bekas yang tentunya bisa dipilih sesuai deskripsi. Dan yang paling menguntungkan, tersedianya produk yang dijual borongan, sehingga modalnya akan jauh lebih murah untuk dijual kembali secara satuan.  


Berhubung lelangan YAJ ini hanya mencakup wilayah Jepang saja, produk yang dibeli pun hanya bisa dikirimkan ke alamat lokal. Di sinilah peran relasi yang sepakat bekerja sama. Dia menjadi pihak yang nantinya akan mengurus segala yang berkaitan dengan pembelian di YAJ.


2. Memilih Produk

Walau penawaran dan pembelian akan dilakukan oleh relasi di Japang, namun yang memilih produk tetaplah kami di Indonesia. Tampilan situs YAJ memang berbahasa Japang, jadi manfaatkanlah fitur translate pada browser agar lebih mudah dipahami. Yang perlu diperhatikan dengan seksama adalah foto produk,  deskripsi produk mana tahu ada yang kurang atau tidak lengkap (terutama untuk produk bekas) dan tentunya harga. Pastikan mengonversikan dulu ke rupiah. Bila cocok, copy link dan kirim ke relasi beserta harga yang ditawarkan. 


3. Bid dan Beli

Kalau harga yang kami tawarkan dinyatakan sebagai pemenang, maka relasi di Jepang yang akan mengurus kelanjutannya, yaitu melakukam pembayaran dan menerima produk ke alamat rumahnya di sana. Setelah itu, suami akan mentransfer sesuai nominal pembelian.


4. Pengiriman ke Indonesia

Ini juga masih dilakukan oleh relasi di Jepang. Trik hemat kami, lebih murah ongkos kirimnya bila mengirim dalam jumlah banyak dari pada sedikit demi sedikit. Makanya produk dikumpulkan dulu, lalu nanti di repacking agar space box yang kosong terisi maksimal. Perhatikan juga jasa pengiriman yang dipilih, karena ketentuannya juga pasti berbeda. Biasanya relasi kami menggunakan PAL atau EMS karena harganya lebih bersahabat. Setelah foto invoice pengiriman dikirimkan by WhatsApp, uang kembali ditransfer beserta fee yang disepakati. Jadi clear per step-nya, tidak ada tunggakan yang bisa memancing masalah.


Yes, tugas saya dan suami hanya menerima produk yang akan dikirim POS sampai ke depan rumah. Selesai!



E-commerce Potensial

E-commerce

Kehadiran e-commerce di tengah krisis pandemi bak oase di padang pasir. Banyak usaha yang tertolong dan mendapatkan untung berkali lipat. Biasanya hanya mampu menjual produk ke pasar dalam kota, kini bisa hingga negara tetangga.  


Jelas kami tak menyia-nyiakan salah satu wujud digitalisasi ini. Tetapi, mengingat keterbatasan daya yang saya dan suami miliki, rasanya sulit sekali mengelola toko online di banyak e-commerce. Jadi, kami memilih satu saja yang paling potensial dan fokus di yang satu itu. Dari pada banyak, tapi keteteran dan ujungnya tak berkembang, kan percuma.


Memilih yang potensial butuh riset pasar. Sederhana saja yang kami lakukan, hanya bertanya kepada senior di komunitas action figure yang kebetulan diikuti suami. Karena komunitas seperti inilah nantinya yang menjadi pasar terbesar. Maklum, action figure adalah barang koleksi. Hasilnya, Tokopedia yang menempati posisi teratas. Nyaris semua kolektor dan bahkan sesama penjual menggunakan e-commerce ini. 


Semua produk wajib difoto dengan ciamik, jelas dari berbagai sisi, deskripsi jujur apa adanya dan harga bersaing. Perlu digarisbawahi, membuka toko di e-commerce tidak cukup hanya memajang produk, namun harus disertai juga dengan promosi melalui fitur-fiturnya. Misalnya yang paling sering kami lakukan adalah iklan berbayar untuk tampil di halaman awal, promo gratis ongkir dan cashback. 


Dengan up toko, pernah sekali produk kami di-review oleh salah seorang content creator dengan channel YouTube GadgetIn. Produk Mystery Box yang diulas tersebut laku keras secara tiba-tiba. Begitu besar dampaknya.


Sayangnya, meski untungnya lumayan untuk sstiap produk yang terjual, tidak ada jaminan ada pembeli setiap hari di e-commerce ini. Sedangkan modal harus diputar yang hanya bisa dilakukan dengan meningkatkan penjualan produk. Sehingga, tercetuslah ide untuk mengadakan lelang, sama halnya dengan cara kami membeli produk di Jepang. 



Sistem Lelang

Lelang action figure

Tentu saja bukan dengan membuat website sendiri, itu terlalu besar. Manfaatkan saja the power of social media! Familiar untuk semua dan penggunanya menyebar di seluruh dunia.


Sama dengan e-commerce, kami juga memilih media sosial yang paling potensial. Butuh riset kembali dengan bertanya dan melihat aktifitas bersosial media anggota komunitas. Kembali lagi ke komunitas, karena masih komunitas lah yang menjadi pasarnya. Siapa sangka, saat banyak pengguna meninggalkan, justru Facebook yang paling favorit di dunia action figure tanah air. Bahkan setara Multi Toys sebagai supplier resminya saja, juga mengelola akun Facebook dengan baik dan banyak terjadi transaksi seperti Pre-Order hingga penjualan.


Tidak ingin membuang waktu untuk coba-coba karena kami butuh pemasukan cepat, lebih aman mengikuti arus saja yang sudah jelas ke mana arahnya, yaitu dengan memilih Facebook. Kami lelangkan puluhan produk per minggu dengan jangka waktu lelang 3 hari. 


Aturan lelang

Hoala! Produk-produk itu nyaris terjual ludes di setiap lelangnya. Tumpukan action figure di rak pun dengan cepat berkurang.


Tetapi lagi-lagi ada kendala. Tidak selalu ditawar dengan harga yang menguntungkan, banyak juga produk yang malah mendapat harga penawaran tertinggi di bawah harga modal. Jelas saja ini merugikan.


Solusinya? Kami imbangi dengan jasa titip lelang. Tidak baru sebenarnya di dunia jual-beli action figure, karena cara ini juga kami tiru dari penjual lain. Tak masalah, asalkan bersaing dengan cara yang sehat. 


Jasa titip lelang

Jelasnya, jasa titip lelang ini prosesnya sebagai berikut. 

  1. Informasi jasa titip lelang diumumkan beberapa hari sebelum lelang dibuka.
  2. Bila ada penitip yang menghubungi, aturan lengkap dikirimkan.
  3. Action figure dititipkan untuk dilelangkan di akun Facebook kami dengan fee tertentu. Misalnya, 10 ribu untuk produk yang laku dengan harga di atas 250 ribu dan 5 ribu untuk harga yang terjual di bawahnya. Bila tidak laku, tidak dikenakan biaya apa-apa alias gratis (ini cocok untuk menggaet hati penitip lelang). 
  4. Penitip wajib mengirimkan foto produk, keterangan produk, open bid (OB) atau harga pembuka, next bid (NB) untuk selisih harga minimal untuk tawaran berikutnya, serta harga buy it now (BIN) untuk harga membeli langsung tanpa proses lelang.
  5. Di hari buka lelang, kami akan mengunggahnya di akun Facebook dan mantau jalannya lelang.
  6. Di hari close lelang, kami mendata pemenang. 
  7. Untuk menghindari kecurangan, pembayaran ditampung dulu di rekening kami. Setelah produk dipastikan telah diterima oleh pemenang dan tidak ada keluhan, hasil penjualan akan ditransfer ke penitip setelah dipotong fee.


Sebagai tambahan, untuk produk sendiri yang laku saat dilelangkan, kami mengarahkan pemenang untuk order melalui toko di e-commerce. Jadi, produk tersebut harus terunggah dulu di e-commerce dengan harga yang sama dengan harga terjual di lelang dan dikomunikasikan agar beban pajak ditanggung pemenang (hanya sepersekian persen dari ongkos kirim). Dengan mendapatkan gratis ongkir, pemenang bisa lebih hemat. Penjualan produk di e-commerce kami pun meningkat. 


Menyeimbangkan jumlah produk sendiri yang dilelang dengan produk yang dititip lelang, kerugian hasil lelang yang rendah bisa ditutupi. Senangnya itu, ketika produk sendiri terlelang dengan harga tinggi, dan ternyata banyak juga fee yang diterima dari penitip. Untungnya double!



Promosi Tepat dan Sesuai

Promosi

Meski toko online di e-commerce sudah ada pembeli dan lelang di media sosial pun sudah mulai ramai peminat, promosi tidak boleh kendor. Promosi ini harus dilakukan konsisten agar branding semakin baik dan usaha tetap eksis. Semakin sering brand kita dilihat, tentu semakin lekat di masyarakat. 


Saya akui, strategi promosi yang kami lakukan masih sebatas di media sosial. Tapi justru inilah, yang entah kenapa, saya rasa paling tepat karena pasar kami memang menjurus ke komunitas yang sebagian besarnya berteman di media sosial, terutama Facebook. Masih muluk-muluk bagi kami untuk merambah berbagai media promosi, makanya lebih baik dikerucutkan ke media yang paling berdampak.


Tidak begitu sering hard selling menghiasi beranda. Sesekali saja untuk unggahan produk baru atau ada barang langka yang sedang hits dan kebetulan kami punya. Takutnya, terlalu sering melakukan hard selling, malah dianggap spam dan mengganggu. 


Paling seringnya, melakukan soft selling dengan mengunggah konten-konten interaktif yang memancing komentar. Bisa dengan membahas sesuatu yang tengah viral, memberi tips berjualan atau apa saja yang dirasa bermanfaat dan membuka ketertarikan. Memang bukan untuk menjual, tetapi lebih membangun keakraban. Sehingga kepercayaan akan tumbuh dan memilih toko kami untuk membeli produk atau menitipkan barang untuk dilelang. 


***


Tidak menyangka bahwa usaha yang direncanakan dengan cepat itu, bisa berjalan sejauh ini dan membantu menambah tabungan kami kembali. Kami membeli produk dari luar negeri tanpa harus ke luar rumah dan menjualnya kembali hingga ke seluruh negeri. Terjauh yang pernah dikirim sampaj sekarang adalah ke Sulawesi. Semuanya bertransaksi secara online, tanpa perlu bertatap muka. 


Andai saya bisa menyematkan lencana penghargaan, jaringan internet lah penerimanya. Berhubung saya berlangganan IndiHome, dia lah saksi bisu atas kelancaran proses jual-beli action figure kami. Mungkin usaha kecil ini hanya secuil dari banyaknya usaha dan bisnis yang bangkit berkat digitalisasi dan Internetnya Indonesia.



Manfaat Tak Terbatas Internetnya Indonesia bagi Pelaku Usaha

IndiHome Internetnya Indonesia
Foto ilustrasi: bersumber dan diolah menggunakan Canva

Pernahkah terbayang harus rajin nonton anime dulu untuk memulai sebuah usaha? Itulah usaha kami. Nyaris semua action figure dan merchandise yang kami jual dan beli adalah karakter dari anime One Piece asal negeri sakura. Dari mana kami mengenali tokoh-tokohnya kalau bukan dari film dan komiknya?


Tidak mungkin ketika ada pembeli yang bertanya ketersediaan action figure karakter Luffy, Sanji atau Nami, kami tak tahu. Lagi pula, bagaimana memberi keterangan di unggahan media sosial atau e-commerce bila namanya saya tak tahu? Terkadang membaca keterangan di box-nya pun sulit, karena didominasi kanji Jepang.


Wajar bila kebutuhan akan akses internet yang cepat dan stabil menjadi penentu kesuksesan usaha kami. Proses dari awal hingga kembali ke titik perputaran modalnya kembali, tidak lepas dari yang namanya aktivitas online. Menyampaikan pesan untuk berkomunikasi, mengunggah dan mengunduh berbagai gambar, hingga riset dan proses belajar terkait produk serta ilmu berjualan.  


Berlangganan IndiHome

Untungnya, berlangganan IndiHome membuat segala prosesnya terasa aman dan nyaman.

Aman karena koneksi internetnya mumpuni untuk urusan online kami mulai dari A sampai Z, serta nyaman karena sejauh ini tak ada kendala berarti yang merugikan.


Apalagi untuk kami yang tinggal di hunian flat dan lokasinya yang dikelilingi gedung tinggi, terbukti lebih cocok dengan koneksi kabel. Seperti IndiHome ini, jaringan luarnya menggunakan kabel fiber optic, baru di dalam rumahnya menggunakan modem wi-fi. Jadi, mau di luar hujan badai sekali pun, karena dilindungi kabel, koneksi internet IndiHome masih lancar, cepat dan stabil.


Sebenarnya saya berlangganan IndiHome ini sejak dari zaman kuliah dulu, sekitar tahun 2010. Masih Speedy namanya waktu itu. Tentu sudah banyak inovasi-inovasi baru yang dilakukan IndiHome demi mencukupi kebutuhan internet hingga ke pelososk negeri. Per Maret 2022, layanan IndiHome sudah menjangkau 498 dari total 514 ibukota, kabupaten dan kota (IKK) di Indonesia, termasuk di daerah 3T (terdepan, terluar dan tertinggal). Sejalan sekali dengan upaya pemerintah dalam percepatan digitalisasi di berbagai sektor, Telkom Indonesia terus mewujudkan pemeratan jaringan internet terbaik di seluruh wilayah Indonesia.


Hingga akhir Maret 2022, pelanggan IndiHome sudah mencapai 8,7 juta atau tumbuh 7,2% dibanding periode yang sama di tahun lalu. -telkom.co.id


Selama ini pun IndiHome cukup andal untuk memonitor jalannya usaha di berbagai perangkat dan beberapa perangkat sekaligus. Laptop buat upload produk baru di e-commerce, sedangkan membalas pesan dari penitip dan pemenang lelang bisa lebih leluasa melalui smartphone. Sekali dayung, dua-tiga pulau terlampaui. Kalau pedagang online begini memang dituntut sigap, karena banyak platform yang mesti dikelola dengan segala aktivitas di dalamnya. 


Inovasi IndiHome


Kelancaran dan kecepatan internet tersebut tentu tidak lepas dari pembaruan yang terus dilakukan IndiHome demi memenuhi kebutuhan masyarakat. 


🌸 IndiHome telah meningkatkan rasio Upload dan Download (UL:DL) menjadi 1:3, yang sebelumnya berada di rasio 1:5. Sehingga kecepatan unduh dan unggah sudah semakin setara. Tentu saja ini bermanfaat sekali bagi para pelaku usaha online yang sering unggah produk dan melakukan promosi. 


🌸 Throughput IndiHome mencapai 102% dengan rata-rata latency 2,0 milisecond (ms). Latency ini adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan data ke tujuan. Semakin kecil angkanya, maka semakin cepat.


🌸Bila kecepatan internet dirasa masih kurang sesuai, IndiHome menghadirkan Higher Speed Same Price (HSSP) agar konsumen dapat menikmati penyesuaian kecepatan internet tanpa ada biaya tambahan. Menarik, bukan?


🌸 Spesialnya lagi, kini IndiHome telah bersinergi dengan Telkomsel yang terwujud dalam IndiHome Halo, IndiHome Orbit dan IndiHome+. Sehingga internetan di rumah maupun di luar rumah menjadi lebih mudah. Kalau pun mesti pergi ke luar karena urusan tertentu, usaha online tetap bisa terkelola. 


Masih ada lagi, inovasi terbaru IndiHome yang mengusung konsep Window of Entertainment, menyajikan layanan TV Interaktif, Minipack Channel TV, add-on, 10 OTT partner diantaranya Disney+Hotstar, Vision+, VIU, CATCHPLAY+, MOLA, Vidio, WeTV, Lionsgate Play, HBO Go, dan Gameqoo. IndiHome juga memiliki jumlah channel terbanyak yang mencapai 238 channel untuk pelanggan.


Loh, apa hubungannya dengan usaha online? Dari pengalaman yang seumur jagung ini, selain untuk hiburan, sajian entertainment dapat menjadi ladang ide untuk pemasaran. Paling sering adalah untuk membuat konten promosi yang mengangkat tema film terbaru atau yang sedang viral. Misalnya tahun lalu ada Layangan Putus dengan kalimat fenomelanya "It's my dream!". Bisa juga usaha fashion yang menambah koleksinya sesuai style para pemain korea di drama ongoing


Untuk pemasangannya, jangan khawatir. IndiHome kembali mengerti akan variasi kebutuhan dan kondisi masyarakat dengan pilihan layanan barunya, yaitu: Paket Bebas Tanpa Batas atau Paket Buy Your Own Device (BYOD) dan Paket Pembayaran di Depan (PDD). Pelanggan yang memilih paket BYOD, akan diberi perangkat resmi dari Telkom. Sedangkan untuk paket PDD, akan mendapat diskon sampai 30%. Kemudian terdapat juga paket IndiHome voucher, yang cocok untuk mahasiswa dan teman-teman yang ingin harga lebih miring. 


Survei Katadata
Survei Katadata Digitalisasi UMKM di Tengah Pandemi Covid-19

IndiHome menjadi bukti bahwa internet Indonesia semakin berkualitas dan merata. Bila memandangnya dari sudut pandang usaha dan bisnis, sayang sekali rasanya kemajuan ini dilewatkan begitu saja. Pandemi sebagai pendorong terkuat digitalisasi saat ini, membuat internet terbukti mampu membantu 80,6% UMKM di Indonesia di sulitnya masa-masa pandemi (berdasarkan survei Katadata terkait Digitalisasi UMKM di Tengah Pandemi Covid-19, Juni 2020).


Yuk, realisasikan rencana usaha online-mu!



Tips Menjalankan Usaha Jual-Beli Produk Online yang Menguntungkan

Tips menjalankan usaha jual beli online

Mengelola usaha online tidak semudah kelihatannya. Memang identik dengan posting-posting saja, namun kenyataanya menarik pelanggan tidak cukup hanya sekadar posting. Tidak pernah saya jumpai toko online yang langsung sukses tanpa usaha keras. Semua perlu waktu untuk tumbuh, hingga akhirnya memiliki pelanggan setia. Jatuh-bagun itu pasti terjadi, karena dari sana lah strategi-strategi baru terlahir.


Sedikit berbagi pengalaman, beberapa tips mengelola usaha jual-beli online berikut bisa menjadi referensi bagi teman-teman yang juga berminat untuk memulai usaha serupa. Tidak terbatas untuk action figure saja, namun bisa diterapkan untuk semua jenis produk. Misalnya pakaian, tas, mainan anak, buku, peralatan rumah tangga, perkakas dan sebagainya.


1. Kuasai Produk

Guys, kadang pertanyaan pembeli atau calon pembeli itu out of the box, lo. Terlalu riskan bila pelaku usaha hanya mengetahui merek, fungsi, warna atau ukuran produk saja. Harus jelas luar-dalam dan harus mengikuti setiap perkembangan yang ada. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bahkan kami harus menonton anime One Piece dan menghafal nama seluruh karakternya agar tidak bingung saat membeli produk atau ada yang pembeli yang bertanya. Istilah-istilah khusus terkait produk juga mesti tahu, seperti singkatan atau istilah terkini. Jangan sampai ketinggalan informasi terkait sesuatu yang viral atau produk baru yang kemarin dirilis. Intinya, kuasai produk sampai hal yang terkecilnya.


2. Cari Tempat Membeli Produk yang Paling Murah

Jual-beli produk berarti tidak memproduksinya sendiri, namun membelinya ke pihak tertentu, lalu menjualnya kembali dengan selisih harga sebagai keuntungan. Untuk mendapat untung yang besar, tentu harus memilih tempat membeli yang paling murah. Bukan asal murah saja, namun termurah dengan kualitas produk yang sesuai dengan standar usaha kita. Misalnya usaha saya dan suami yang fokus kepada produk original saja, tidak akan membeli produk KW walau secara harga pasti jauh lebih murah. Pokoknya tetap sesuaikan dengan standar usaha.


Paling penting, jangan takut atau ragu untuk membeli produk dari lokasi yang jauh atau bahkan dari luar negeri sekali pun, bila ternyata dapat menekan harga modal. Dengan internet lancar di zaman sekarang, fitur-fitur translator bahasa, aplikasi jual-beli yang semakin user-friendly, jasa pengiriman yang sudah bisa di-tracking, bertransaksi tak semenakutkan dan serumit yang dikira. 


3. Riset Pasar

Riset pasar tidak hanya sekali di awal, namun berlangsung terus-menerus selama menjalankan usaha. Tidak bisa asal jual, tanpa tahu pasar mana yang disasar. Karena beda pasar, beda pula strateginya. Sebenarnya, dengan menguasai produk, sudah terlihat peluang-peluang pasar yang ada. Contohnya produk perkakas lebih menyasar kaum bapak-bapak, sedangkan peralatan memasak lebih fokus kepada ibu-ibu. Atau produk kategori hobi, tentu komunitas menjadi pasar paling menjanjikan. Selain itu, jangan sungkan untuk bertanya kepada yang sudah berpengalaman atau kepada target pasar dan teruslah belajar dari berbagai pintu.


Setelah jelas pasar yang ditargetkan, riset ini diperdalam dengan mempelajari sosial media yang paling sering digunakan, e-commerce mana yang diminati hingga bahasa promosi yang sesuai selera mereka. Sejauh itu kah riset yang harus dilakukan? Ya! Dengan mengetahui hal-hal tersebut, kita jadi tahu strategi apa yang akan dijalankan. Lebih tepat sasaran dan hasilnya pun tentu lebih baik.


4. Maksimalkan Fitur Media Sosial dan E-Commerce

Telalu mainstream bila saya menyarankan menggunakan seluruh platform media sosial dan e-commerce hanya sekadar untuk pajang produk. Lagi pula, tidak semua pelaku usaha memilik kemampuan untuk mengelola segitu banyaknya platform e-commerce. Makanya berulang kali saya sarankan untuk lebih baik fokus ke yang paling potensial saja, tentunya berdasarkan hasil riset pasar. Walau tidak dipungkiri, semakin banyak platform yang dikelola dengan baik, tentu makin luas pula cakupan pemasarannya. Boleh saja, bila memungkinkan.


Namun yang lebih ditekankan pada poin ini adalah penggunaan fitur -fitur yang ada pada media sosial dan e-commerce tersebut. Contohnya berlangganan iklan berbayar atau mengikuti promo-promo gratis ongkir, cashback, flash sale, live video untuk obral atau kemeriahan bulanan yang identik dengan angka kembar seperti 11.11 atau 12.12. Ini akan membuat toko semakin terlihat dan menarik. Coba deh tanya ke diri sendiri, suka belanja di toko yang gratis ongkir atau yang tidak? Pasti gratis ongkir lah!


Lelang yang saya dan suami lakukan pun juga masuk ke dalam memaksimalkan fitur media sosial, yaitu fitur untuk saling berkomentar, membagikan foto dan membuat keterangan atau deskripsi. Penawaran virtual di media sosial ini sama saja dengan lelang secara riil, hanya saja dengan format berbeda, yaitu terlaksana dalam sebuah platform. Fitur-fitur yang memancing interaksi ini bukan hanya membuka peluang terjualnya barang, namun juga bisa sekaligus sebagai riset pasar. Kami jadi tahu kisaran harga pasar serta tinggi atau rendahnya minat orang terhadap produk tersebut.


5. Konsisten Menyapa Pelanggan/Calon Pelanggan

Kalau yang ini khusus kepada media sosial. Sapalah teman-teman sesekali dengan unggahan konten manarik, yang sekali lagi mesti sesuai dengan hasil riset pasar terkait konten seperti apa yang paling banyak memancing perhatian. Tidak melulu harus promosi produk, namun selingi juga dengan lontaran pertanyaan, mengangkat pembahasan yang sedang hangat-hangatnya, atau mengadakan polling kecil-kecilan. Jangan terlalu sering dan jangan pula terjeda terlalu lama. Pesan seorang content creator Instagram yang kebetulan pernah saya ikuti webinarnya, sebaiknya satu konten per hari saja.


***


Kalau dipikir-pikir, banyak hal yang patut kita semua syukuri karena hidup di tengah pesatnya percepatan digitalisasi dan berkualitasnya jaringan internet yang berhasil memangkas batas. Entah itu batasan dalam mobilitas, modal, atau dari sisi kepraktisan dan kecepatan. 


Benar sekali apa yang dikatakan Charles Darwin, yang bahkan masa hidupnya sudah berlalu beratus tahun lalu,

"Bukan spesies yang paling kuat atau yang paling cerdas yang mampu bertahan hidup, namun mereka yang mampu beradaptasi terhadap perubahan."

Jauh sebelum pandemi pun, kekuatan beradaptasi ini sudah menjadi kunci.


Andai saya tak beradaptasi dengan kondisi keuangan keluarga yang sempat drop, mungkin keputusan resign yang saya ambil, sudah menimbulkan penyesalan. Bisa saja pilihan suami untuk tugas belajar, berulang kali dikambinghitamkan. Apa pun pilihannya, perubahan itu pasti terjadi. Solusi lah yang dicari, hingga peluang untuk bertahan itu terlihat.


Berlaku juga pada usaha online yang saya dan suami ambil sebagai upaya mencari peluang, juga tak jauh dari melejitnya jual-beli secara daring akibat pandemi. Ini pun perubahan, strategi kami beradaptasi dengan perubahan. Bukan lagi langkah-langkah kaki pelaku usaha dan putaran roda pembeli yang menuju sebuah toko sebagai satu-satunya peluang untuk terjadinya transaksi jual-beli, namun saat ini, melalui kabel-kabel dan sinyal-sinyal jaringan internet lah yang kenyataannya semakin besar membuka peluang.


Dan Internetnya Indonesia siap memberi manfaat tak terbatas di setiap langkah para pelaku usaha!


______________


Referensi

Hasil Survei Kegiatan Usaha pada Masa Pandemi Covid-19 2021 oleh Badan Pusat Statistik (BPS)

Survei Katadata terkait Digitalisasi UMKM di Tengah Pandemi Covid-19, Juni 2020, Tautan: https://katadata.co.id/umkm

telkom.co.id

indihome.co.id

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20220420142028-37-333214/cek-deh-ini-sederet-inovasi-indihome-demi-internet-ngebut

https://money.kompas.com/read/2021/11/20/184337826/bi-ungkap-13-persen-umkm-indonesia-kebal-pandemi-ini-rahasianya

2 comments

  1. Media Promosi Online lebih emmudahkan akses jual0beli daripada oknvensional jaman dulu. Apalagi klo didukung internet kencang kayka IndiHome.. sukses terus usahanya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiiin terima kasih, Kak.
      Betul banget, IndiHome di rumahku udah jadi saksi lah gimana usaha ini bisa menghasilkan sampai sekarang 😊

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)