Bangga Jadi Blogger: Tangga Naik Di Titik Balik

2 comments

Saya yakin, semua orang punya titik balik dalam hidupnya. Entah itu membalikkan ke sisi yang penuh gelak tawa, atau malah ke sisi yang mencurahkan air mata.

Percaya atau tidak, blog lah penyelamat saya di titik balik itu. Takdir yang membuat hidup saya berubah 180 derajat. 


Bangga jadi blogger

Beberapa hari lalu, di salah satu acara santai yang dibawakan selebriti kondang, Raffi Ahmad, dan kebetulan saya menonton, ada pesan menarik yang dia sampaikan.

"Ketika kamu naik, jangan lupa siapkan tangga untuk turun. Jadi kamu bisa turun perlahan tanpa merasakan sakitnya terjatuh dari ketinggian.

Begitu pula saat kamu di bawah, siapkan pula tangga untuk naik. Jadi kamu bisa bangkit lagi dan kambali berada di atas."


Inilah kesalahan saya. Saat berada di atas, saya tak pernah berpikir untuk menyiapkan tangga turun. Memang sakit terjatuh dan merasakan titik terendah. Masa di mana saya memutuskan untuk resign dari PNS dan menerima segala kontra yang ada. Belum lagi kehidupan saya yang baru saja menjadi ibu, makin berat rasanya. Tidak jarang saya menangis dan menyalahkan diri sendiri. Bukan menyesali keputusannya, tetapi karena saya tidak punya tangga itu, tangga untuk turun.


Saya terjatuh dari posisi yang begitu tinggi. Bisa dibilang, dari pencapaian tertinggi di hidup saya.

Saya berlagak siap, ternyata belum sepenuhnya siap. 

Tidak mungkin mengulang waktu. Satu-satunya solusi yang harus saya cari adalah mencari tangga untuk naik kembali.


Tak menyangka, blog lah yang memberi kayu dan paku untuk menyusun anak tangga baru. Sampai akhirnya saya punya pijakan untuk naik perlahan. Memang belum setinggi sebelumnya, namun proses saya naiklah yang istimewa. Dari blog, pertama kalinya saya memiliki impian, belajar dan berkembang dengan semangat, serta bisa bermanfaat begitu luas bagi orang-orang yang bahkan belum pernah ditemui, dengan jalan yang saya pilih sendiri.



Stigma Ibu Rumah Tangga

Stigma ibu rumah tangga

Ini sudah kesekian kalinya saya menulis tentang stigma yang diterima ibu rumah tangga. Dari yang dulunya sangat saya benci, kini malah menjadi hal yang patut saya syukuri. Seiring berjalannya waktu, saya sadar bahwa berkat stigma inilah keinginan menjadi blogger itu hadir. Untuk membagi kisah hidup saya sebagai ibu rumah tangga biasa, yang bermimpi menjadi ibu rumah tangga yang tak biasa. 

Memang elum tantu berhasil, karena terus terang, ini juga mimpi besar yang pastinya sulit saya capai. Namun, entah sampai mana pencapaiannya, saya akan berusaha semampunya.

Ya, saya bercita-cita membuktikan bahwa ibu rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk sukses, dengan caranya masing-masing. 


Seperti yang kita tahu dan sayangnya tak jarang yang masih memaklumi, ibu rumah tangga dianggap tidak bisa apa-apa. Hanya mengurus sumur, dapur dan kasur. Berpenampilan tak terawat dengan daster yang selalu melekat. Disepelekan sudah menjadi hal biasa.


Ah, kalau dituliskan semua, mungkin butuh berpuluh-puluh paragraf. 

Saya tahu, karena semua itu pernah saya terima. 


Bayangkan, ada orang-orang yang mendadak memandang saya dengan cara berbeda setelah mengetahui bahwa saya tidak lagi bekerja. Mengajak ngobrol pun enggan. Padahal sebelumnya tidak begitu, hubungan kami hangat. Entah saya yang terlalu sensitif, tapi nyatanya itu terjadi berulang kali. Sakit. Apa salahnya menjadi ibu rumah tangga? Apakah sebuah dosa bila saya ingin membersamai anak sendiri? 


Akhirnya momen inilah yang membuat saya bertekad untuk membuktikan bahwa ibu rumah tangga bisa melakukan banyak hal selain urusan rumah dan anak. Tak layak dipandang sebelah mata dan dianggap tak bisa apa-apa.


Saya berharap bisa berbagi energi positif agar tak ada lagi yang termakan stigma. Kasarnya, saya ingin balas dendam. Menunjukkan produktivitas, karya, prestasi atau hal membanggakan lain sampai celah stigma itu tertutup.


Sekali lagi, mimpi besar yang mungkin sulit saya capai. Tapi mimpi inilah tangga saya. Tangga kokoh yang akan saya naiki.



Saat Saya Jatuh Cinta

Jadi mom blogger

Selain memenuhi kebutuhan dasar dan tanggung jawab, blogging menjadi aktivitas konsisten terlama yang pernah saya lakukan atas keinginan sendiri. Biasanya, hanya bertahan sesaat, lalu ditinggalkan. Sifat "cepat bosan" lah alasannya. 

Tapi kenapa blogging berbeda?


Pertama kali blog saya lahir, masih domain gratis kala itu, niat utama saya hanya untuk mencari kesibukan. Saya butuh pengalih sementara dari kehidupan yang nyaris 100% di rumah saja. 


Apakah saya suka menulis, makanya memilih blog untuk mengisi waktu? Tidak, saya tidak pernah menulis selain untuk tugas sekolah dan menyelesaikan laporan kerja. Alasannya agak memalukan, karena hanya ini yang bisa saya lakukan tanpa mengorbankan tanggung jawab saya sebagai ibu rumah tangga. Masak tak jago, jualan online tak lihai atau bertanam juga tak paham. Sebagaimana aktivitas kegemaran ibu-ibu di sekeliling saya.


Dari yang awalnya menganggap gampang, lama-lama blogging menunjukkan taringnya juga. Banyak momen di mana saya kewalahan mengatasi. Mengganggu konsistensi dan sempat beberapa kali ingin berhenti. Tidak mudah ternyata menjadi mom blogger, menyeimbangkan antara mengelola blog dengan setumpuk tugas ibu. Tapi anehnya, ketika saya berniat meninggalkan, malah semakin membuktikan ketergantungan saya dengan blogging.


Mungkin terdengar lebay, saya merasa ada yang "kurang" kalau tidak melihat dashboard blog selama beberapa hari. Ada ketidaknyamanan bila belum ada artikel baru yang tayang. 


Saya cinta dengan blog saya, itu kesimpulannya. Sesulit-sulitnya saya mencuri waktu untuk mengelola dan menulis blog, ternyata lebih sulit bagi saya untuk meninggalkannya. Semacam patah hatinya muda-mudi atau rindunya pasangan baru. Bagaimanapun caranya, saya harus menyempatkan diri memantau perkembangan blog setiap hari. Pasti akan lega setelahnya.


Bukannya tanpa alasan. Ketergantungan saya dengan blogging berbanding lurus dengan apa yang telah diberikannya untuk saya, untuk hidup saya. Kalau boleh saya menggambarkannya dengan reka adegan, blog inilah yang mengulurkan tangan untuk membantu saya berdiri saat terjatuh. 



Cerita Panjang yang Membuat Berkembang, Saya Bangga dengan Diri yang Sekarang

Berkembang karena blog

"Carilah pekerjaan yang lelahnya membuatmu bahagia."

Pesan seorang motivator yang saya lupa namanya, tapi masih ingat jelas kalimatnya. Saya ingat karena pernah menganggapnya mustahil. Selama saya kerja, tidak pernah ada kebahagiaan ketika saya capek menyelesaikan tugas-tugasnya. Satu-satunya yang membuat bahagia hanyalah gaji yang menambah pundi-pundi. Simpelnya, kalau bukan karena gaji, saya tak akan mau capek-capek kerja. Titik.


Pola pikir yang saya bentuk sendiri itu, akhirnya dipatahkan oleh pola pikir saya yang baru. Teman-teman sesama mom blogger pasti paham bagaimana beratnya untuk terus konsisten mengelola blog disamping mengasuh anak, atau pusing me-manage waktu menulis saat tugas rumah tangga tak pernah ada habisnya.


Makanya tak heran bila grup chatting komunitas blogger, justru masih ramai di tengah malam. Jam Cinderella istilanya. Apalagi mendekati deadline tertentu, wah, bakal lebih ramai lagi. Bukti bahwa bukan hanya saya saja yang mencuri waktu dan berjuang menyisihkan waktu untuk blogging.


Lucunya, kalimat sakti Sang Motivator itu benar. Saya bahagia, meski capeknya selalu kewalahan saya tahan ketika menyiapkan sarapan dan mengantar anak sekolah keesokan harinya. Dan ini terus berulang selama bertahun-tahun.


Menuliskan sepenggal ceritanya saja membuat saya senyum-senyum sendiri. Kok bisa, ya?


Walau banyak blogger senior yang pengalamannya sudah berkali lipat dari saya, tidak berlebihan bila saya juga termasuk blogger yang lumayan punya pengalaman. Asam-garam nge-blog sudah saya cicipi, meski masih secuilnya. Tertawa dan menangis pun pernah berkali-kali menghiasi perjalanan saya. 


Mungkin bagi sebagian orang yang belum pernah terjun langsung dalam dunia blogging, blogger dibilang kerjanya santai, nulis doang dapat duit. Karena inilah, beberapa teman minta diajari nge-blog juga, agar bisa dapat uang dengan cara santai seperti apa yang dikira. Tapi ending-nya apa? Tidak satu pun yang bertahan lebih dari sebulan. 


Oh, tentu saya semakin bangga dengan gelar saya sebagai blogger. Tidak mudah, 'kan? Menjadi blogger tidak semudah kelihatannya.


Tapi bukan itu inti kebanggaan saya. Justru konsistensi yang sanggup saya pertahankan hingga sekarang adalah karena impact yang diberikan kepada saya selama menjalani prosesnya. Untuk pertama kalinya saja bangga dengan diri sendiri, di jalan yang saya pilih tanpa tuntutan siapa pun.


Belum, saya belum kaya raya dari blogging. Bukti kebanggan yang sering dijadikan standar. Tetapi beberapa pencapaian inilah yang membuat saya tak pantas lagi mengerdilkan diri sendiri.


1. Pintu Ke Mana Saja Milik Saya

Artikel blog yang bermanfaat
Bahagianya saat bisa bermanfaat bagi orang lain melalui blog

Berkat blog, saya bisa ke mana saja dan berinteraksi dengan orang-orang yang secara jarak terpisah jauh. Saya bisa membantu mereka dengan masalah serupa untuk menemukan solusi. Padahal tidak kenal, tapi tanpa keberatan mereka mengungkapkan terima kasih. Kalau lagi mellow, saya bisa menangis terharu karena komentar pembaca. Saya merasa sebagai sebaik-baiknya manusia, yang bermanfaat untuk manusia lainnya. 


Inilah yang setiap kali saya pikirkan saat menulis. Apa yang saya tulis adalah pintu yang menghubungkan saya dengan dunia luar. Menyenangkan sekaligus memperingatkan, bahwa apa pun yang nantinya terunggah di dunia maya, harus positif dan bernilao manfaat. Tidak ada yang tahu sejauh dan seluas apa tulisan saya akan terbaca.


Ada lagi teman-teman sesama Blogger Indonesia dari Aceh sampai Papua, yang tak pernah pelit membagi ilmu. Rangkulan mereka lah yang sebagian besar menolong saya saat ada kendala. Mana mungkin saya berada di tengah mereka kalau bukan karena blog?


Dalam segala batas, blog menjadikan saya dapat berlari bebas.


2. Kemampuan Menulis

Karya dan prestasi karena menulis blog
Karya dan prestasi yang diawali dari menulis blog

Menulis itu keterampilan, bisa dilatih dan akan berkembang seiring seringnya berlatih. Penulis besar pun mengatakan "Kalau ingin pandai menulis, menulislah!". Berkat konsiten menulis inilah, artikel saya lima tahun lalu dan beberapa hari lalu, bisa disangka ditulis oleh orang yang berbeda. Bagai langit dan bumi, karena sudah jauh membaik.


Lagi-lagi, blog yang menyemangati saya untuk terus menulis. Demi mampu menulis dengan baik dan terus lebih baik, saya antusias mengikuti berbagai kelas menulis. Saya berprinsip, artikel saya akan semakin berdampak bila saya mampu mengemasnya dengan menarik. 


Hingga akhirnya saya tahu bahwa rasa bisa diceritakan, aroma bisa digambarkan dalam beberapa kalimat, serta wujud bisa dideskripsikan sampai satu paragraf panjangnya. PUEBI, KBBI, kata baku, kalimat efektif, teknik story telling, feature, hingga fiksi pun tampak begitu menarik bagi saya.


Sedikit perkembangan kemampuan menulis ini, berhasil menggores satu per satu prestasi. Saya yang baru aktif menulis, bisa memenangkan beberapa kompetisi blog. Yang paling tidak terduga, saya berhasil menjadi kontributor di 8 buku antologi dan menyelesaikan dua naskah buku solo. Saya sudah punya buku! Meski naskah buku solo masih mencari jodoh penerbitnya, mampu menulis beratus halaman sudah cukup membuat saya berulang kali memuji diri. Bahkan salah satu naskah yang saya tulis, tetap terkait blogging. Saya beri judul "Blogging for Moms", berharap bisa jadi referensi bagi ibu yang ingin menjadi blogger juga. Sekarang masih di-review oleh mentor saya. Doakan ya, teman-teman!


3. Pengetahuan yang Tak Lagi Bikin Ketinggalan

Proses menulis bikin banyak belajar

Saking dangkalnya pengetahuan umum yang saya miliki, terkadang beberapa percakapan sulit saya ikuti. Paling seringnya saat ngobrol dengan ayah saya dan teman-teman cerdas di kantor. Padahal pengetahuan umum yang sepantasnya saya tahu di umur segini. Istilah-istilah itu lumrah bagi banyak orang, tapi saya tak pernah mendengar. Saya ingat salah satunya, yaitu fintech. Saat semua yang terlibat dalam perbincangan begitu menggebu-gebu mengeluarkan pendapat, saya malah sibuk menebak-nebak fintech itu apa. Bikin insecure.


Beberapa tahun berlalu dari kejadian itu. Sudah bertahun pula saya menjadi blogger dan membaca banyak bahan untuk menulis. Saat bertemu dengan salah satu lomba blog bertema fintech, langsung terbersit, "Andai percakapan itu terjadi sekarang, mungkin saya yang paling banyak bicara."


Inilah manfaat paling besar yang diberikan aktivitas blogging pada saya. Karena butuh referensi, saya lebih banyak membaca dan mencari tahu segala hal, baik itu yang berupa pengetahuan umum atau yang sedang hangat dibahas. Kepercayaan diri saya ikut meningkat seiring semakin banyak ilmu yang saya dapat. Baru tadi pagi, di pertemuan sekolah anak saya, Ibu Kepala Sekolah lupa dengan istilah numerasi dalam Kurikulum Merdeka, hanya ingat literasi-nya saja. Betapa bangganya saya, yang hanya ibu rumah tangga biasa ini, bisa membantu mengingatkan. Berkat ikut kelas Ibu Penggerak yang informasinya saya dapatkan dari komunitas blogger


4. Skill Baru yang Seru

Mengasah skill baru
Belajar public speaking di BloggerHangout-Bloggercrony

Bermula dari keterampilan menulis, blog mengarahkan saya ke keterampilan lain. Perhatikanlah blog-blog sekarang, nyaris semuanya dikombinasikan dengan foto ciamik, infografis menarik, dekorasi template yang cantik, hingga menyertakan video agar lebih dilirik. Melihat perkembangan ini, tentu saya perlu menyesuaikan. 


Saya kembali mengingat apa yang diajarkan dosen saat kuliah dulu. Bahasa HTML, menggunakan aplikasi photo dan video editing dan teknik dasar membuat infografis. Beruntung sudah banyak bertebaran aplikasi yang lebih memudahkan, seperti Canva atau CapCut. Jadi untuk hal-hal ringan, seperti video pendek atau gambar di blog, masih bisa dibuat dengan aplikasi-aplikasi kekinian ini. Tapi tetap, banyak jam terbang agar lihai menggunakannya dan hasilnya keren.


Kelas yang saya ikuti pun menjadi lebih beragam. Saya pernah mengikuti kelas digital art untuk membuat ilustrasi, kelas fotografi untuk menghasilkan foto produk yang bagus, serta yang masih jadi bekal latihan saya sampai saat ini adalah ilmu Private Class Public Speaking for Broadcasting di BloggerHangout #60 yang diadakan oleh Komunitas Bloggercrony Indonesia dua minggu lalu.  Kalau bukan seorang blogger, mana bisa saya mengikuti kelas yang diadakan komunitas blogger



Bagaimana dengan penghasilan dari blog? Apakah itu bukan sebuah kebanggaan? 

Jelas kebanggaan juga, dong. Siapa yang tak bangga dengan aktivitasnya yang di rumah saja, bisa menambah uang belanja. Apalagi kalau sudah menang lomba, hadiahnya bisa sampai jutaan. 


Sayangnya, ketika apa-apa duit, tak melulu hasilnya baik. Misalnya beberapa kenalan yang pernah saya ajari membuat blog, malah terlalu fokus dengan penghasilan dari pada proses apa yang harus dilalui. Karena di awal sudah dibayang-bayangi dengan fee. Memang sih tidak ada salahnya menjadikan blog sebagai sumber penghasilan. Toh, banyak yang menjadi full time blogger dan "ternak blog" untuk menghasilkan cuan. Tapi yang menjadi masalah itu adalah pola pikir keliru yang terbentuk di awal.


Mengembangkan blog itu butuh waktu dan konsistensi. Blogger pun juga butuh peningkatan skill agar blog berkembang. Barulah setelah blog itu dinilai layak dan cocok, serta branding oke dari pemiliknya, perlahan tawaran kerja sama atau job akan berdatangan.


Bangun dulu blognya, baru bisa berpenghasilan. Logikanya, saat kita ingin buka usaha, apakah mau bekerja sama dengan orang yang tidak punya kompetensi? 


Sengaja soal penghasilan ini tidak saya masukkan dalam poin utama karena takut disalahartikan. Kalau blogger senior pasti sudah paham dan tak perlu saya khawatirkan. Tapi mana tahu tulisan saya ini akan dibaca blogger pemula atau yang berniat menjadi blogger. Siapa tahu, 'kan? 


__________


Blog yang saya niatkan hanya untuk mengisi hari itu, sudah membawa saya sejauh ini. Semakin dekat rasanya impian saya, membuktikan bahwa ibu rumah tangga punya kemampuan dan kesempatan untuk tetap produktif dan mengembangkan diri. Tidak harus menjadi blogger juga, namun intinya adalah jangan ragu untuk memulai dari nol. Selagi ada konsistensi dan usaha untuk mengembangkan kemampuan, pasti ada hasil yang bisa dinikmati. Walau besar-kecilnya tetap menjadi misteri Yang Maha Kuasa. 


Beberapa anak tangga sudah berhasil saya naiki dan kini saya tidak lagi tersungkur di lantai dasar. Meski tidak tahu berapa anak tangga lagi yang harus saya bangun dan lewati, satu yang pasti, saya #BanggaJadiBlogger dengan segala hal yang diberikannya dalam mengubah hidup saya. 



Berbagi Pesan...

Pesan untuk blogger pemula

Menceritakan panjang lebar pengalaman selama menjadi blogger, mengingatkan saya pasa masa-masa saat menjadi pemula. Namanya saja pemula, melakukan hal baru tentu tak cukup hanya dengan kata semangat. Sedikit berbagi pesan, teman-teman yang baru memulai langkah sebagai blogger bisa mempraktikkan beberapa hal berikut. 


1. Tumbuhlah Sebelum Berbuah

Apa pun tujuan yang hendak dicapai, pasti perlu waktu untuk mengembangkan blog. Jangankan pemula, yang sudah pro saja, tetap belajar agar blog yang dikelolanya bisa terus melesat. Seperti buah yang kita makan, pohonnya butuh tumbuh sampai siap berbuah. Selama pertumbuhannya baik, nutrisi yang diberikan sesuai, maka buah yang dihasilkannya pasti berkualitas.


2. Stop Membandingkan

Ini yang paling berbahaya. Sering membuat kepercayaan diri hancur berkeping-keping. Perlu digaris bawahi, tidak semua perkembangan blog itu sama dan tidak selalu timeline blogger itu sejalan. Ada yang dalam satu tahun sudah wara-wiri di berbagai job blogger, ada pula yang butuh waktu lebih dari 3 tahun. 


Jauh lebih baik bila fokus dengan diri sendiri dan jadikan perbedaan ini sebagai ladang ilmu. Tanyakan kepada mereka yang lebih dulu sukses, dan praktikkan juga. Bukankah lebih berguna?


3. Bergabunglah dengan Komunitas Blogger

Rugi sekali kalau sudah menjadi blogger, tapi tidak bergabung dalam komunitas blogger. Berkumpul bersama orang-orang yang berminat sama, akan memberi banyak hal positif. Saya bukan blogger yang lahir dari circle blogger. Tidak ada satu pun orang di sekeliling saya yang tertarik dengan blogging, apalagi asik untuk diajak ngobrol tentang bagaimana search keyword. Di komunitas lah obrolan seperti ini akan menjadi hal menarik.


Semua hal terkait blogging berlimpah di komunita. Seperti salah satu komunitas blogger yang saya sebutkan sebelumnya, di mana saya belajar ilmu public speaking. Selama bergabung di Bloggercrony, sudah berkali-kali suntikan semangat yang saya dapatkan ketika tantangan blogging terasa berat. Mungkin tidak ada pengurus atau anggota lain yang sadar, tapi sangat berarti untuk saya. Yang paling membekas adalah program #InspirasiKamis dan #Monday2Follow. Saat saya tak percaya diri, satu artikel saya malah tayang di #InspirasiKamis. Ketika saya merasa putus asa, pertemanan di Twitter melejit karena akun saya masuk #Monday2Follow. Seolah mengatakan kalau saya tak berjuang sendiri. 


Bloggercrony Community atau yang disingkat dengan BCC ini jugalah yang mengukir pengalaman perdana saya menghadiri aktivitas offline blogger. Langsung ke Pulau Tidung bersama empat perwakilan BCC lainnya untuk penanaman mangrove, yang bekerja sama dengan komunitas Mangrove Jakarta. Di sini juga saya bisa tahu cara menaikkan DA dengan cara penanaman backlink saat ngobrol-ngobrol sebelum tidur. Ingin mengulang lagi rasanya. Dua hari satu malam belum cukup! 


Egiatan offline bersama Bloggercrony
Mengikuti kegiatan offline Bloggercrony

FYI, Komunitas Bloggercrony memfasilitasi blogger Indonesia mengembangkan kualitas dirinya, membangun jejaring positif, meningkatkan produktivitas dengan menciptakan tulisan/konten yang informatif, bermanfaat dan inspiratif, serta berdaya mandiri dan profesional.

Terbukti kan dari pengalaman saya setelah menjadi member-nya? Itu baru sebagian kecilnya.


So, jangan malu, minder atau sungkan bergabung dalam komunitas blogger. Tidak ada ruginya, malah banyak untungnya. Belum percaya? Coba deh kepoin media sosialnya. Kalau BCC, langsung saja ke Instagram/Twitter @bloggercrony. Lihat setiap aktivitas dan programnya dari unggahan yang ada. Pasti lengkap diinformasikan.


Dengan berkomunitas, mengembangkan diri sebagai blogger tak perlu bersusah payah sendiri. Jauh lebih ringan dan menyenangkan bila dilakukan bersama.


Di penghujung tulisan ini, harus saya akui bahwa komunitas adalah yang paling banyak membantu di sepanjang proses saya berkembang selama menjadi blogger. Saya yakin, mungkin bukan hanya saya. Bisa jadi banyak blogger lain yang pernah terjatuh di salah satu momen hidupnya, menemukan tangga untuk naik di sini dan mengubahnya ke arah yang lebih baik.


Hingga akhirnya dengan lantang mengucap, "Saya bangga jadi blogger!"

2 comments

  1. Tumbuh sebelum berbuah---wah petuahnya jitu banget Kak. Moga ngeblognya makin sukses ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih ya sudah mampir baca-baca 🤗
      Entah kenapa bisa dapet aja kata-kata itu 😂

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)