Peluncuran 3 Buku Prosa Budaya Elang Nuswantara, Dikemas Elegan Di Perpustakaan Nasional RI

2 comments
21 Agustus 2022, karya 90 penulis Elang Nuswantara yang tertuang dalam 3 buku prosa budaya, diluncurkan dengan megah di auditorim Perpustakaan Nasional RI, Jakarta. Menyaksikan dan terlibat di dalamnya, semakin menyadarkan saya bahwa budaya Indonesia begitu berharga.

Budaya kita indah dan layak diindahkan.

Peluncuran 3 Buku Prosa Budaya Elang Nuswantara

Menulis 2 cerita pendek roman yang mengangkat 2 budaya dari kampung halaman saya, Sumatera Barat, memberi banyak pelajaran dan pengalaman. Yang paling ngena, sebelumnya saya merasa paham budaya Minang, ternyata tidak. Saya hanya tahu kulit luarnya saja. Saat ada kesempatan mengulik lebih dalam, yang saya dapatkan dari menulis naskah bersama Elang Nuswantara, saya malah kewalahan.

Saya tidak sepaham itu dengan budaya sendiri! Malu? Jelas saja!

Flashback ke beberapa bulan lalu, saat saya menghadapi beberapa tantangan dalam menyelesaikan naskah, mulai dari sulitnya mencari narasumber yang benar-benar mengetahui detail tentang budaya yang saya angkat, hingga lokasi saya yang tidak lagi berada di ranah Minang, membuat sempat ingin menyerah. Tapi, kapan lagi dan harus menunggu siapa lagi? Kenyataan bahwa budaya kita semakin pudar, butuh kontribusi. Walau saya hanya mengisi satu langkah kecil, paling tidak inilah saatnya saya berperan.

Saya yakin, semua penulis Elang Nuswantara memiliki kobaran semangat yang sama. Saya pun yakin, tentangan untuk menulis naskah yang mengangkat budaya nuswantara butuh effort lebih. Namun, peluncuran buku yang menurut saya begitu megah, menandakan bahwa upaya tersebut dihargai dengan sangat luar biasa.

Minggu, 21 Agustus 2022. Pertama kalinya karya kami, Elang Nuswantara, diterbangkan dengan elegan demi literasi budaya Indonesia.



Kenalan dengan Elang Nuswantara

Elang Nuswantara

Dari tadi saya membicarakan Elang Nuswantara. Sebenarnya apa sih Elang Nuswantara? Yuk, kenalan!

Elang Nuswantara lahir 14 Maret 2022. Komunitas ini digawangi oleh Kirana Kejora, writerpreneur, bestselling author dan produser film sebagai pengampu kelas menulis. Kalau kata Bukne (begitu kami memanggil beliau), Elang Nuswantara ini masih "bayi". Tapi diusia yang masih bayi ini, Elang Nuswantara sudah berhasil meluncurkan 3 buku prosa budaya filmis, berkonsep writerpreneur, yang merangkul 90 penulis. 

Elang Nuswantara adalah sebuah komunitas penulis pencinta budaya dan alam Indonesia yang beranggotakan para pejuang literasi Nuswantara dari Indonesia timur sampai barat. 

Masing-masing buku ditulis oleh pasukan Elang berbeda yang namanya diberikan langsung oleh Bukne Kirana Kejora. Sesuai atmosfer kelas dan kelahirannya. 

  • Pasukan Elang Merah, 47 penulis, bekerja sama dengan Miyaz Script Agency dan Dandelion Publisher melahirkan buku Sang Mistikus Kasih.
  • Pasukan Elang Putih, 18 penulis, bekerja sama dengan Karya Murni Publisher milik Srindaningsih melahirkan buku Pesan yang Belum Sampai.
  • Pasukan Elang Biru, 28 penulis, bersama komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis melahirkan buku Beri Aku Cerita yang Tak Biasa.

Anggotanya beragam, mulai dari Gen Z, Gen Milenial hingga Gen X. Semangatnya lah yang sama, menyampaikan pesan leluhur dengan cara yang kekinian. Bahkan saya speechless ketika bertemu dengan perwakilan Elang Putih di acara peluncuran buku yang masih remaja. Semuda itu sudah peduli budaya! Salut dan ikutan bangga.

Mungkin ada yang bertanya, kenapa kok memakai Nuswantara, bukan Nusantara? 
Pemilihan ini bukan tanpa alasan. Nuswantara berasal dari bahasa Sansekerta. Terasa lebih afdal. Karena kalau Nusantara, takutnya hanya identik dengan IKN (Ibu Kota Negara) saja. Padahal Elang Nuswantara mencakup seluruh tanak air, mulai dari Sabang sampai Merauke, yang berkonsentrasi pada kearifan lokal Indonesia, seperti seni, budaya, sosial, alam dan lingkungan.

Bagi saya penulis pemula, bergabung dengan Elang Nuswantara bukan hanya belajar menulis prosa budaya saja, namun kami semua juga dibekali dengan konsep writerpreneur. Bagaimana membuat buku-buku ini tidak "selesai" setelah diterbitkan. Perlu dipromosikan dengan cara-cara yang sesuai dengan kebutuhan pasar saat ini agar dapat dikenal lebih luas lagi.

Bersama Kirana Kejora

Sepenggal pesan yang tidak akan pernah saya lupa dari Bukne Kirana,
"Buku itu seperti anak. Kita mengandung dan melahirkannya. Apakah setelah lahir akan dibiarkan saja? Tentu harus dirawat dan diberi kasih sayang agar bisa tumbuh besar."

Ya, konsep di Elang Nuswantara seperti itu. Buku-buku yang dilahirkan akan dikawal terus sampai besar, hingga terbang semakin tinggi.


Peluncuran 3 Buku Prosa Budaya Elang Nuswantara

Peluncuran Buku Elang Nuswantara

Di panggung sebesar itu, panggung terbesar yang saya pernah berdiri di atasnya, 3 Buku Elang Nuswantara diluncurkan. 

Minggu, 21 Agustus 2022 di Perpustakaan Nasional RI Jakarta, sebagian Elang Nuswantara hadir. Bahkan lebih banyak yang berasal dari luar kota dengan waktu tempuh berjam-jam hingga sampai ke ibukota. Lagi-lagi saya mendapat suntikan semangat di sini. Mengetahui bahwa antusias teman-teman yang sebegitu besarnya menyukseskan acara, saya pun tak mau tinggal diam. Semaksimal mungkin kami semua berusaha menyuguhkan yang terbaik di acara ini.

Tamu yang hadir pun tak kalah spesial. Komunitas/pegiat literasi dan budaya, bersedia hadir dan meramaikan, serta memberi sambutan dan testimoni penuh spirit. Pembukaan acara diisi oleh Ibu Yuli Maryani (Perpustakaan Nasional RI), Ibu Erwita Dianti (Kemenparekraf/Baparekraf), Ibu Dewi Yulianti (Kemendikbudristek), Ibu Rafita Meri (Balai Pustaka), Bapak Tukul Rameyo Adi (Yayasan Baruna Nusantara) dan Bapak Hedy Rahadian (Pencinta Budaya dan Sejarah, Pencipta lagu Kesaksian).

Tak kalah menarik, wanita-wanita hebat di balik lahirnya 3 buku ini berbincang dalam satu panggung. Kirana Kejora sebagai pendiri Elang Nuswantara, Mia Siti Aminah dari Elang Merah, Srindaningsih dari Elang Putih dan Widyanti Yuliandari dari Elang Biru. Bercerita bagaimana mengawali dan mendampingi puluhan penulis yang tergabung dalam Elang Nuswantara, hingga akhirnya buku-buku tersebut resmi di luncurkan.

Talkshow Elang Nuswantara
Talkshow Elang Nuswantara
Ketiga buku yang diluncurkan memiliki kalimat pamungkas yang sangat berarti sebagai rangkuman seluruh cerita pendek yang terkandung di dalamnya. Sang Mistikus Kasih karya 47 Elang Merah menuangkan kalimat sakti "semesta tak pernah meminta". Dia akan senantiasa menjaga jika kamu mengasihi dengan hati nurani. Sedangkan Pesan yang Belum Sampai karya 18 Elang Putih menayangkan kalimat pemikat "semesta mempunyai cara membalas kasih sayang kita kepadanya". Sementara Beri Aku Cerita yang Tak Biasa karya 28 Elang Biru hadir dengan kalimat elok "cinta bukan hanya sekadar, namun harus berujar dan berpijar".

Motto Elang Nuswantara: Menerbangkan karya, membuanakan jiwa dengan berkekasih semesta tanpa ketaksaan.

Acara semakin semarak dengan dinyanyikannya lagu Kesaksian karya Hedy Rahadian oleh Trio Elang Nuswantara dan penampilan dari setiap Pasukan Elang. Diselingi juga dengan pembagian doorprize dan bazar UMKM.

Pasukan Elang Putih
Penampilan Pasukan Elang Putih
Pasukan Elang Putih, mempersembahkan tarian asli Sidoarjo, Banjar Kemuning, yang ditarikan langsung oleh 3 penulis termuda Elang Nuswantara yang masih duduk di bangku SMP.  Dukungan pihak sekolah dan dinas terkait turut hadir secara langsung. Tirto Adi (Kepala Dinas Pendidikan Sidoarjo), bersama Netti Lastiningsih (Kabid Mutu Pendidikan) serta Suharsono (Kepala Sekolah SMPN 6 Sidoarjo) yang antusias terbang dari Jawa Timur, dikarenakan 6 siswa dari SMPN 6 Kota Petis turut menulis dalam buku Pesan yang Belum Sampai.

Pasukan Elang Biru
Penampilan Pasukan Elang Biru
Dilanjutkan dengan penampilan Pasukan Elang Biru yang membuat suasana penuh khidmat dengan pembacaan kutipan cerpen oleh penulisnya masing-masing, disertai iringan musik yang semakin menambah "rasa". Diramaikan pula dengan gerakan serentak sambil menyanyikan bersama lagu daerah asal Papua, Ramko Rambe Yamko

Pasukan Elang Merah
Penampilan Pasukan Elang Merah
Terakhir, Pasukan Elang Merah tampil memukau dengan live painting, teater, tarian dan puisi. Cerita yang diwujudkan dalam teater bersumber dari beberapa cerpen dalam buku. Yang paling berkesan dan sukses menyalurkan suasana magisnya adalah part Inyiak Balang, legenda dari Sumatera Barat. Serta lukisan Elang Nuswantara yang mencengkram bendera Merah Putih, menjadi primadona sebagai bukti kesuksesan acara peluncuran buku ini.

Tahu apa yang paling membekas bagi saya? Persiapan acaranya!
Penulis tampil sebagai pengisi acara, panitia dan juga merangkap EO. Sebelumnya hanya dikoordinasi melalui dunia maya, dan baru bertemu H-1 sebelum acara. Saya saja yang baru bergabung di kepanitiaan sehari sebelumnya, merasakan betul energi luar biasa yang dikerahkan seluruh panitia. Apalagi yang sudah sejak awal?

Namun, kerja keras itu membuahkan hasil. We did it!

Terima kasih untuk semua yang sudah hadir dalam acara yang dimulai dari pukul 09.00 hingga 14.00 WIB ini. Untuk tamu yang memberi sambutan dan testimoni, hingga pengunjung yang meramaikan bazar buku dan produk UMKM. Terima kasih juga atas dukungannya, Direktorat Pelindungan Kebudayaan, Ditjen Kebudayaan, Fibi Jewelry, Miya'z, Makeupuccino, Stunniverse, Benik (Benang Kain Klub), Gendis Cake, Pocari Sweat, SNRockerZ dan Gramedia.

Semoga tiga buku karya Elang Nuswantara ini bisa menjadi warna baru di dunia literasi tanah air, terutama untuk menambah cahaya literasi budaya yang mulai redup karena beragam pengaruh budaya luar NKRI. Kirana sebagai pengampu, sangat berharap, dari Elang Nuswantara akan lahir penulis-penulis pencinta kearifan lokal Nuswantara dengan kemasan bernas, kekinian, dan bermanfaat. 


***

Cerpen budaya
2 cerpen budaya yang saya tulis bersama Elang Nuswantara
Tentu langkah kami, Elang Nuswantara, tak berhenti sampai di sini. Menerbangkan karya prosa roman budaya akan terus kami gencarkan. Hingga budaya Indonesia akan selalu ada dan tak hilang begitu saja. Karena ini jati diri kita yang selayaknya dijaga. 

Oiya, Elang Nuswantara welcome sekali menyambut siapa saja yang bergabung. Syaratnya, mau menulis budaya dan alam Indonesia dengan sepenuh rasa. Mau mendengar, melihat, merasakan. Peka dan peduli, itulah penulis sejati. Silakan kepoin IG @elangnuswantara bila ingin berkenalan lebih lanjut.

Akhir kata, saya hanya menyampaikan bahwa berkat Elang Nuswantara, saya bisa mengambil peran dalam literasi budaya dan sangat bangga dengan peran tersebut. Tidak ada yang tahu sampai sejauh mana tulisan-tulisan ini akan terbang!

2 comments

  1. Pratiwi R.S.: Mba Novarty...laporannya lengkap banget..saya yàng gk bisa hadir tetep bisa mwndapatkan info kompllt. Keren mba.. Makasih sharing-nya.🌺♥️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah makasih, Mbak 🤗
      Makasih juga sudah mampir baca-baca

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)