Bersama Teman Hidup Traveloka, Saujana Danau Maninjau Memanggil Kembali

2 comments

Kaki saya baru saja menuruni mobil. Perjalanan lumayan jauh dari rumah ke resort ini, cukup membuat pinggang pegal. Sembari sedikit meluruskan sendi, saya merasakan udara sejuk menembus pori-pori. Otomatis, saya hirup nafas dalam-dalam, segar. Di kota Padang, tidak ada yang sesegar ini. Maklum, pinggir pantai.


Danau Maninjau

Sebenarnya saya cukup sensitif dengan udara dingin. Entah kenapa, tidak di kala itu. Keindahan yang disapu mata, berhasil mengenyampingkan sensor dingin di tubuh saya untuk tidak bekerja ekstra sementara waktu. Danau indah seperti lukisan, bebas saya saksikan dari salah satu sisi resort.


Danau Maninjau, sering mendengar namanya, namun ini pertama kalinya saya ke sana. Langsung dibuat cinta. Biru pekat permukaan air bak cermin langit, berbatas hijaunya perbukitan dengan atap bumi yang berisi gumpalan awan seputih kapas, serta sawah berjenjang kekuningan dengan bulir padi yang hampir ranum. Apakah berlibihan bila saya mengatakannya seindah lukisan? Tidak.


Indah, segar, tenang. Andai kata healing sudah mainstream saat itu, sekitar tahun 2010, mungkin sudah saya pakai sebagai definisinya.


Ingatan puluhan tahun lalu, ketika saya diajak ikut dalam salah satu rangkaian acara kantor orang tua, secara tak sengaja menciptakan asa begitu kuat. "Nanti, saat saya sudah menikah, saya akan ke sini kembali. Mengulang menikmati keindahan Maninjau dari ketinggian, bersama teman hidup pilihan Tuhan." Ini lah alasan utama saya ingin kembali ke Danau Maninjau, menapaki lebih banyak lagi pesonanya.



Rindukan Wisata Di Kampung Halaman 

Berwisata di Sumatera Barat

Sebenarnya, terikat janji bukan lah satu-satunya alasan kenapa saya ingin mengulang menikmati eloknya Danau Maninjau. Ada beberapa alasan lagi yang tentu semakin memantapkan saya untuk menjadikannya sebagai destinasi impian. Salah satunya tentang kerinduan.


Setelah jauh, baru kehadirannya berarti. Itulah yang saya rasakan setelah bertahun-tahun merantau ke ibukota. Dulu, sejak lahir tinggal di Sumatera Barat dan sempat menetap lama di dua kotanya, berwisata ke tujuan lokal bukanlah hal spesial. Rasanya biasa saja. Sekalipun tempatnya bagus memukau, tetap lebih memimpikan berlibur ke tempat yang jauh. 


Tapi kini, saat pulang kampung saja sudah tidak sesering yang dikira, entah itu karena alasan suami yang tidak mungkin bisa cuti lama-lama atau jadwal sekolah anak yang sudah normal lagi pasca pandemi, tidak ada tujuan wisata yang ingin saya kunjungi bersama suami dan anak-anak selain di tanah kelahiran saya. Semakin saya mencari, semakin elok dilihat mata. 


Danau Maninjau terletak di kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, provinsi Sumatra Barat, Indonesia. Berjarak  sekitar 140 kilometer dari Kota Padang, 36 kilometer dari Bukittinggi dan 27 kilometer dari Lubuk Basung, ibu kota Kabupaten Agam. sumber: wikipedia


Alasan selanjutnya, yaitu teman hidup, alias suami saya yang bersuku Jawa. Sama seperti beliau yang antusias mengajak saya mengitari wisata di sekitar Jawa, saya pun juga berharap bisa memperlihatkan keagungan daerah asal istrinya. Kapan lagi kunjungan ke rumah mertua bisa sekaligus liburan, staycation? Kadang saya bersyukur berjodoh dengan lelaki yang berbeda budaya dan daerah asal. Ada ketertarikan yang tertinggi untuk mengenal kampung halaman pasangan.


Baru kemarin ini, tanggal 2 Oktober 2022, tepat di anniversary kami yang ke-7, saya mengenang kembali, kira-kira apa yang belum kami tuntaskan sejak menikah. Termasuk perihal staycation. Tentu saya teringat, dan pasti akan selalu teringat, rencana ke Danau Maninjau, menginap di sana, di resort yang dulu pernah terucap janji. Sudah berlalu bertahun-tahun, tapi belum terealisasi karena mengajak dua balita ternyata tidak semulus yang dikira.


Kini, anak-anak sudah mulai besar. Saya begitu berharap bisa segera membuka pintu mobil dan menginjakkan kaki lagi di sana. Mengukir kenangan cinta bersama tiga insan luar biasa yang saya punya, sambil memandang saujana Danau Maninjau dari ketinggian. 


Atau mungkin kami akan eksplor lebih banyak lagi, karena kali ini, ke sana bukan menghadari acara kantor, tapi berlibur bersama keluarga. Ah, membayangkannya saja bikin tidak sabar!



Jelajahi Pesona Danau Maninjau, Manjakan Mata Hingga Wawasan Budaya

Pesona Danau Maninjau

Apa yang teman-teman bayangkan saat berwisata ke sebuah danau? Bermain air dan menikmatinya dari tepi sambil bersantai. Saya yakin, umumnya seperti itu. Tapi, tahukah bahwa Danau Maninjau bisa memberi lebih? Bahkan sedari berpuluh kilometer jauhnya dari riak air, pesonanya sudah mampu membuat pasang mata tak berkedip, serta menambah pengalaman dan wawasan baru bagi yang ingin menggali budaya Minang lebih banyak.


Kalau dipikir-pikir, alasan saya ingin sekali kembali ke Danau Maninjau bukan sebatas menepati janji dan alasan pribadi lain yang sebelumnya saya tulis. Itu mungkin hanya beberapa persen saja. Namun, keindahan Danau Maninjau lah yang memang sangat layak dijadikan destinasi wisata pilihan saat berkunjung ke Sumatera Barat. 


  • Melewati Kelok Ampek Puluah Ampek


Bila selama ini lebih familiar dengan kelok sambilan atau sembilan, nyatanya Sumatera Barat juga memiliki jalan berliku lain yang tak kalah indahnya. Bahkan lagu sepanjang masa berbahasa Minang, mengangkat nama kelok ini dalam liriknya. Kira-kira begini.

Di kelok ampek puluah ampek (Di kelok ampek puluah ampek)

Denai bamulo barangkek (Awal saya berangkat)

Tinggalah kampuang sanak sudaro (Tinggallah kampung dan sanak saudara)

Denai barangkek ka tanah Jao (Saya berangkat ke tanah Jawa)

Jatuah badarai aie mato (Jatuh berderai air mata)


Jumlahnya memang 44 tikungan, terletak di perbukitan atas Danau Maninjau. Puluhan kelokan ini menjadi rute perjalanan menuju Danau Maninjau. Meski terlihat agak ekstrim dan mesti berhati-hati melaluinya, namun jalanannya terawat dan bagus. Bila mencapai puncak atau kelokan yang lumayan tinggi, keindahan Danau Maninjau sudah bisa dilihat dari sini. Terbaik di kelok 23 hingga kelok 30.


Sepanjang perjalanan, suguhan pemandangan berupa sawah-sawah terasering berjenjang yang rapi, pancuran air dari sungai yang bertingkat-tingkat serta hijaunya deretan Bukit Barisan akan membuat wisatawan atau pengunjung yang melaluinya lupa dengan kelokan patah yang bikin pusing. Oiya,  kelok ampek pulah ampek juga merupakan ikon dalam balap sepeda internasional Tour de Singkarak, lo!


  • Spot Sempurna Memandang Panorama Di Puncak Lawang

Puncak Lawang

Panorama birunya Danau Maninjau juga bisa dilihat dari Puncak Lawang, salah satu destinasi sekitar danau di ketinggian 1.210mdpl. Makanya sering dijuluki dengan wisata di negeri awan. Berkat daya tariknya, di sini pernah diadakan kejuaraan olahraga paralayang kelas internasional karena merupakan salah satu spot terbaik di Asia Tenggara. Kabarnya, pada zaman penjajahan Belanda, lokasi ini digunakan sebagai tempat peristirahatan para bangsawan. Ini juga yang wajib saya kunjungi nanti, karena dulu saat terakhir saya ke sini, Puncak Lawang belum ada. 


Bila ingin memacu adrenalin (mungkin suami saja karena mental saya rapuh kayak kerupuk), bisa mencoba paralayang yang tersedia di sini. Sensasi menikmati luasanya danau dan pegunungan sebagai spot terbaik di Asia Tenggara sambil terbang, pasti bakal jadi kenangan tak terlupakan. Tapi kalau mau yang santai-santai saja, bisa berleha-leha sambil menyeruput secangkir kopi di pondok, atau menemani buah hati tercinta bersenang-senang di area bermain anak. Jangan lupa, ambil juga jepretan foto di tengah rimbunnya hutan pinus dan spot foto ciamik lainnya!


  • Lebih Dekat Ke Tepi Danau dari Taman Linggai dan Taman Muko-Muko

Taman Linggai

Kalau dari tadi hanya membahas lokasi terbaik melihat pemandangan Danau  Maninjau dari ketinggian, dua tempat berikut ini berlokasi tepat di tepi danaunya. Pertama dan yang terbaru adalah Taman Linggai. Sebuah taman dengan fasilitas lengkap untuk menghabiskan waktu di tepian danau. Terdapat gazebo, air mancur, tempat bermain anak dan taman bunga. Sesekali, bisa juga melirik aktivitas keseharian warga yang mencari ikan di danau dan memberi makan ikan dalam keramba. 


Spesialnya di Taman Linggai, akan ada pemandangan menakjubkan kawanan burung bangau yang beterbangan di sore hari. Ini dikarenakan terdapat pulau kecil di dekat taman, yang merupakan rumah dari burung-burung tersebut. Ada penyewaan kapal juga lo, kalau ingin menyeberang ke sana. Sembari itu, karupuak leak (kerupuk dengan siraman kuah sate dan kuah cabai), lapek (lepat), onde-onde dan berbagai gorengan sudah menanti untuk di santap di tengah suasana yang asri. 


Bila masih cukup waktu, Taman Muko-Muko juga bisa dikunjungi untuk menikmati birunya air Danau Maninjau dari dekat. Bernama Taman Muko-Muko karena berlokasi di Desa Muko-Muko, tidak jauh dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Maninjau. Di sini, kita bisa menyentuh air danau secara langsung dan permukaannya tampak bersih dari keranda atau bubungan, sehingga cocok sekali menggelar tikar untuk piknik keluarga. Bahkan bagi yang hobi memancing, Taman Muko-Muko adalah tempat idaman para pemancing. Selain itu, ada taman bermain juga yang bikin anak-anak makin betah.


Taman Muko-Muko

Masih ingin lebih? Berkembangnya objek wisata Danau Maninjau, semakin banyak memunculkan fasilitas baru yang terus memanjakan wisatawan. Ada cafe, hotel dan tempat makan yang juga berdiri tepat di tepi danau. Hanya sejengkal dari air, kita bisa bersantai dengan dekorasi yang bikin malas pulang. Wah, rasanya tidak cukup hanya sehari mengitari tempat wisata di selingkaran Danau Maninjau.


  • Menyicipi Kuliner Khas Ikan Rinuak

Olahan Rinuak

Ikan ini hanya bisa dijumpai di Danau Maninjau. Tidak akan lengkap rasanya bila tidak menyicipi olahannya bila sudah menjejakkan kaki di Danau Maninjau. Sekadar informasi, rinuak merupakan ikan berukuran sangat kecil dengan warna kekuningan yang nyaris tampak transparan. Untuk rinuak dewasa, panjang tubuhnya hanya sekitar 3cm saja. Karena ukurannya yang sangat kecil ini, rinuak terasa lembut saat dimakan.


Banyak sekali penjual rinuak di sekitar Danau Maninjau. Jangankan wisatawan dari luar Sumatera Barat, yang urang awak saja, juga banyak mencari rinuak bila berkunjung ke sini. Bagaimana tidak, rinuak hanya hidup di Danau Maninjau, tidak ada di daerah lain. Selain digoreng, banyak pedagang yang berjualan di sepanjang danau, yang mengolahnya menjadi peyek, palai, salai, dendeng, atau rendang. Boleh juga berkunjung langsung ke kampung kuliner Nagari Gasan yang tak jauh dari sana, agar lebih puas berburu oleh-oleh.


  • Menapaki Rumah Kelahiran Buya Hamka

Rumah Kelahiran Buya Hamka

Ulama besar, jurnalis, sastrawan, ahli tafsir dan politisi asal Minangkabau bernama Buya Hamka, lahir di tepian Danau Manunjau. Kalau sudah membicarakan sosok Buya Hamka, saya selalu ingat dengan kakek saya yang sangat menggemari beliau. Buku-buku karangan Sang Buya, berjejer rapi di lemari kaca. Hal pertama yang membuat saya mengenal sosok seorang Buya Hamka yang memiliki semangat juang serta keinginan belajar tinggi. 


Tepatnya berlokasi di Kampung Muaro Pauh, Nagari Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Agam. Sekarang rumah ini difungsikan sebagai museum yang penyimpanan benda-benda peninggalan Buya Hamka. Terpajang beberapa buku karangan beliau, benda peninggalan dan dokumentasi perjalanan hidup beliau. 


Menyaksikan lebih dekat rekam jejak kehidupan Buya Hamka, langsung dari rumah kelahirannya, sangat berharap sekali bisa meniru sedikit saja semangat beliau dalam membawa perubahan baik dalam hidup. Pasti banyak pelajaran dan insight baru yang akan diberikan dari museum ini.

"Salah satu pengkerdilan terkejam dalam hidup adalah membiarkan pikiran yang cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas, yang mendahulukan istirahat sebelum lelah." -Buya Hamka


  • Festival Pesona Danau Maninjau

Festival Pesona Danau Maninjau

Event tahunan yang memperkuat daya tarik Danau Maninjau ini, menjadi salah satu tujuan yang sayang sekali untuk dilewatkan. Bila waktunya pas dengan rencana liburan, lebih baik bila sekalian disamakan jadwalnya dengan penyelenggaraan Festival Pesona Danau Maninjau.


Seperti yang baru saja selesai digelar beberapa waktu lalu, Festival Pesona Danau Maninjau 2022 yang diselenggarakan akhir Juli sampai awal Agustus, dimeriahkan berbagai kegiatan menarik, diantaranya Kejurda Paralayang, lomba vlog lintas wisata alam, parade jamba, penampilan kesenian, peragaan busana, penampilan kolaborasi musik tradisional, lomba pasambahan, lomba menyanyikan lagu Minang, Fun Bike to Maninjau dan Touring Terios Club Indonesia, serta napak tilas jejak Buya Hamka dan penampilan kesenian 5 danau wilayah kerja Balai Pelestarian Nilai Budaya Sumbar. Tidak heran bila festival ini bisa berlangsung berhari-hari.


Saya bisa membayangkan betapa banyaknya budaya Minang yang bisa saya kenalkan pada suami dari festival ini. Semoga saja nanti ditakdirkan ke Danau Maninjau bertepatan dengan Festival Pesona Danau Maninjau tahun selanjutnya.


  • Mengulik Kisah Unik Danau Maninjau

Secara ilmu pengetahuan, Danau Manunjau terbentuk akibat erupsi vulkanik dari Gunung Sitinjau sekitar 52.000 tahun yang lalu. Kaldera yang terbentuk sangat luas, yang kemudian berkembang menjadi sebuah danau. Karena luasnya ini, Danau Maninjau dinobatkan sebagai  danau terluas kesebelas di Indonesia.


Namun, dari kisah yang telah menyebar secara turun temurun dalam masyarakat setempat, keberadaan Danau Maninjau tidak lepas dari legenda Bujang Sembilan


Konon, dulu tinggallah sepuluh bersaudara yang sembilan di antaranya bujang (laki-laki) dan satunya gadis bernama Siti Rasani. Sayangnya, saat Siti Rasani menjalin kasih dengan seorang pemuda bernama Giran, seluruh saudaranya menimbulkan fitnah yang menuduh bahwa hubungan cinta mereka telah melanggar norma.


Untuk membuktikan dirinya tak bersalah, Siti Rasani dan Giran melompat ke kawah Gunung Sitinjau. Sebelum melompat, mereka bersumpah. Bila mereka bersalah, gunung tidak akan meletus. Tetapi bila ternyata mereka tidak bersalah, gunung akan meletus. Hingga akhirnya gunung meletus menghancurkan semua yang ada di sekitarnya, sebagai bukti bahwa kedua kekasih ini tidaklah melanggar norma. Lubang akibat letusan inilah yang akhirnya menampung air dan menjadi Danau Maninjau.


Menarik, bukan? Jujur, bagi saya yang berminat mengangkat budaya sebagai latar belakang sebuah cerita fiksi yang saya tulis, ini bisa menjadi ilmu yang wajib direkam. Begitu pula dengan suami yang belum pernah ke sini, biasanya mendengar cerita rakyat yang jauh dari daerah kelahirannya, akan memunculkan ketertarikan tersendiri. Dengan berkunjung dan menikmati keindahan Danau Maninjau, plus mengetahui legenda asal usulnya, akan semakin membuat pengunjung, khususnya saya, semakin antusias mengulik lebih dalam lagi. Mungkin bisa sebagai bahan obrolan dengan masyarakat sekitar, atau mendokumentasikannya dalam postingan atau karya yang menarik. 


Jadi punya tugas baru setelah nanti berkunjung ke Danau Maninjau. Tugas yang saya suka dan cintai karena saya cinta menulis dan Danau Maninjau berasal dari kampung halaman saya. Ada budaya dan legenda tersimpan di dalamnya. Sangat pantas direkam jejaknya sebelum (amit-amit) semakin menghilang.


Beberapa pesona Danau Maninjau yang saya jabarkan ini mungkin hanya yang terkenal saja. Informasinya saya dapatkan dari pengalaman saat dulu pernah menginap di salah satu resort sekitar danau, cerita keluarga yang sudah lebih dahulu berkunjung ke tempat yang belum saya datangi, atau membaca banyak sumber referensi di internet, baik berupa artikel atau video. Semuanya bikin mupeng, alias muka pengen!


Bahkan ketika saya merencanakan banyak liburan ke tempat yang jauh dan mahal, sampai memimpikan menyeberangi samudera dan lintas benua, saya semakin disadarkan bahwa Indonesia terlalu berharga untuk dilewatkan keindahan alamnya. Di kampung sendiri saja, masih banyak objek wisata luar biasa yang belum saya kunjungi. 



Booking Hotel Di Traveloka Dulu agar Tidak Kehabisan Penginapan

Parkside Nuansa Maninjau Resort
Parkside Nuansa Maninjau Resort, wishlist penginapan saya saat ke Danau Maninjau
Sudah kebiasaan saya untuk booking hotel dulu sebelum menginap. Walau dadakan sekali pun. Untuk memastikan kalau masih ada kamar kosong yang sesuai kebutuhan. Kan sayang, sudah jauh-jauh ke suatu tempat, membayangkan staycation bersama, malah terkendala karena tidak mempersiapkan penginapan. 


Apalagi bagi perantau yang pulang kampungnya selalu menunggu anak libur sekolah atau long weekend, dijamin hotel sekitar objek wisata akan padat. Soalnya perantau yang pulang bukan hanya kita, dan perlu dipertimbangkan juga wisatawan lokal yang hendak liburan. 


Nah, untuk impian liburan saya ke Danau Maninjau, sudah ada penginapan yang saya incar. Ya, resort di mana acara kantor orang tua saya diadakan dulu. Beruntung sekali resort tersebut masih aktif sampai sekarang, dengan suasana yang nyaris tidak berubah. Saya ketik keyword Danau Maninjau di aplikasi Traveloka, langsung terlihat Parkside Nuansa Maninjau Resort di urutan atas. Saya pun baru tahu kalau resort ini berbintang empat. Pantas saja bagus!


Berarti saya masih bisa merealisasikan apa yang saya bayangkan lebih dari sepuluh tahun silam. 


Berhubung kini usia kehidupan rumah tangga saya bersama suami sudah menginjak 7 tahun, dan sayangnya belum juga ditakdirkan menikmati sejuknya Danau Maninjau, teman hidup itu bukan lagi hanya satu, tapi sudah tiga ditambah dengan putra-putra kami. Bersama mereka lah saya akan menginap di Parkside Nuansa Maninjau Resort. Lagi pula, fasilitasnya dan keseluruhan resort memang cocok untuk family staycation.


Taman yang luas

Entah kenapa, sejak punya anak, saya selalu mencari penginapan yang memiliki area luas untuk bermain-main di udara bebas. Apa lagi yang paling tepat kalau bukan resort? Kamar di pisah per satuan, atau kalau pun barengan, paling hanya ada dua atau empat kamar yang didesan berdampingan. Buka kamar, ada teras atau balkon, dan bisa langsung menghirup bersihnya udara pagi sambil menatap rerumputan basah terselimut embun.


Berhubung saya memiliki memori yang nyaris lengkap tentang staycatioan di Parkside Nuansa Maninjau Resort, saya ingin sekali memilih kamar yang sama dengan kamar yang dulu saya tempati bersama orang tua. Yang saya ingat, kamarnya satu dan ada ruang tamunya. Di depannya tepat menghadap ke kolam renang, dan dari kolam renang ini, bisa langsung memandang indahnya saujana Danau Maninjau.


kolam renang resort

Yang paling saya suka di Parkside Nuansa Maninjau Resort ini adalah taman luas yang semuanya tertutup rumput. Langsung terbayang bagaimana senangnya anak saya berlarian di sana. Ditambah pula dengan tersedianya area bermain anak dengan wahana yang cukup banyak, fasilitas olahraga, kolam renang besar dan tentunya restaurant untuk makan. Sepertinya kalau jadi menginap di sini, saya lebih memilih untuk menghabiskan 3 hari 2 malam supaya puas.


Taman bermain anak


Kalau dilihat dari pilihan kamar yang tersedia, sepertinya kamar yang saya idamkan ini merupakan tipe Deluxe Room. Ada mini living room, bedroom dan teras. Bahkan dekorasinya pun masih tampak sama. Hangat dengan lantai kayu cokelatnya. Di tengah udara sejuk yang nyaris dingin, lantai kayu ini sangat membantu menghangatkan ruangan. 


Salah satu tipe kamar

Oiya, bagi teman-teman yang juga ingin mengunjungi Danau Maninjau, sebenarnya bisa mencari penginapan lain yang lebih sesuai kebutuhan masing-masing. Soalnya Traveloka akan memberikan daftar penginapan mulai dari jarak yang paling dekat hingga yang lebih jauh. Jadi bisa dilihat fasilitas penginapannya dan jaraknya ke Danau Maninjau. Bagi saya, walau mungkin sudah tidak bertuliskan Danau Maninjau, selama jaraknya masih tidak terlalu jauh, tidak masalah. 


Misalnya saya, mempunyai dua wishlist cadangan kalau seandainya ada kendala tidak bisa booking Parkside Nuansa Maninjau Resort, seperti mungkin tipe kamar yang diingini sudah penuh. Keduanya wishlist hotel ini ada di Bukittinggi, yang jaraknya tidak lebih dari 20 kilometer dari Danau Maninjau. The Balcone Hotel & Resort Bukittinggi dan Hotel Santika Bukittinggi. Untung Traveloka memberi rekomendati banyak penginapan. Sangat membantu untuk menyusun rencana yang bikin #StaycationJadi.


Hotel di Bukittinggi

Membahas aplikasi Traveloka seperti ini, seakan memberi sinyal waktu liburan segera datang. Setiap mau mudik, saya beli tiketnya pasti di Traveloka. Mau jalan-jalan ke provinsi tetangga atau dalam kota Jakarta, booking-nya juga di Traveloka. Pokoknya yang berbau-bau liburan panjang, Traveloka pasti otomastis dibuka. Kalau ditotal, sudah lebih dari 8 tahun saya menjadi pelanggan Traveloka. Sejak merantau di tahun 2013, dan sampai sekarang masih setia.


Sekadar sharing cerita, bukan tanpa dasar saya mengandalkan Traveloka. Terutama untuk tiket pesawat dan penginapan, karena ini yang paling sering saya butuhkan. 

Pertama, harga di Traveloka itu pasti.

Apa yang ditampilkan, itu yang akan dibayarkan. Tidak ada tambahan biaya apa-apa lagi. Jadi PAS segitu.

Kedua, proses booking praktis dan cepat.

Misalnya booking penginapan Parkside Nuansa Maninjau Resort. Saya tinggal pilih lokasi tujuan Danau Maninjau dan tanggal menginap, semua rekomendasi penginapan akan muncul dalam sekejap. Berhubung saya sudah punya pilihan, jadi langsung klik saja Parkside Nuansa Maninjau Resort. Tapi bagi yang masih mencari-cari, silakan scroll dulu dan baca semua informasinya. Mulai dari fasilitas, foto-foto termasuk yang dari tamu, review tamu, pilìhan kamar, dan yang tidak boleh ketinggalan adalah harganya. Kemudian pilih pesan, dan ikuti saja proses pemesanan hingga pembayaran. Done! Tiket akan dikirim via email dan notifikasinya juga akan masuk melalui SMS. 


booking hotel di Traveloka

Ketiga, no tipu-tipu.

Sejauh ini, saya tidak pernah sekalipun merasa tertipu untuk pemesanan hotel di Traveloka. Fotonya sesuai, bintangnya sesuai dan terbuka dengan review tamu, baik itu yang memberikan kepuasan atau masukan, semua bisa menjadi pertimbangan kita dalam memilih. Keterangannya pun jelas, apa saja yang akan kita dapatkan sebagai tamu. Sangat penting membaca penjelasan dengan detail sebelum booking

Keempat, harganya oke banget!

Pernah sekali atau dua kali, saya tes memesan penginapan dengan menelepon langsung ke resepsionisnya. Tapi entah kenapa, harga di Traveloka selalu lebih murah dari pada memesan secara langsung. Banyak promo yang bisa dinikmati setiap waktu.  


Baca juga: Traveloka PayLater, Tak Perlu Korbankan Prioritas


Bersyukur sekali rasanya hidup di zaman serba digital. Banyak keribetan yang dipangkas dan bisa menjamin kepastian dalam berbagai hal. Seperti booking hotel di Traveloka. Tidak akan ada kejadian tidak kebagian hotel di padatnya momen liburan karena sudah dipesan terlebih dulu.


Yuk, lihat dunia lagi, liburan lagi, staycation lagi bersama #TemanHidup dan orang-orang tersayang! Booking Traveloka hotel dulu, baru staycation kemudian. Keindahan alam Indonesia sudah menanti kita untuk menjejakinya.



Tips Realisasikan Liburan Di Kampung Halaman Bagi Perantau

Tips staycation di kampung halaman

Salah satu keuntungan menikah beda suku itu, bisa saling mempelajari hal baru dari kampung halaman pasangan. Baik budayanya, tempat wisatanya, hingga kulinermya. Jadi jangan heran bila waktu mudik tiba, daftar rencana kunjungan yang saya susun bisa sangat lengkap. 


Ibarat sambil menyelam minum air, kami bisa menemani orang tua yang pasti rindu anak-cucunya, sekaligus bisa sekalian staycation dan jalan-jalan. 


Bagi perantau, berwisata di kampung sendiri sama menyenangkannya dengan berwisata ke tempat-tempat lain. Setidaknya bagi saya. Soalnya, hanya bisa ke sana saat pulang kampung saja. Makanya tetap meninggalkan kesan istimewa yang tidak akan pernah puas dikarenakan waktu yang terbatas.


Nah, bagi teman-teman sesama perantau, yang juga hendak staycation saat pulang kampung, saya ada sedikit tips agar rencana staycation di tanah kelahiran bisa terwujud. Soalnya kalau sudah kumpul dengan keluarga besar, agenda suka padat tiba-tiba.


1. Wajib Punya Rencana

Kalau bisa, ditulis jelas di note. Mulai dari lokasinya, penginapannya dan waktunya, agar bisa diriset terlebih dahulu. Perantau yang sudah lama tidak pulang kampung, mungkin saja melewati informasi terkait tujuan staycation. Penginapannya juga begitu, harus sudah ada pilihannya, dengan fasilitas yang sesuai kebutuhan. Misalnya saya, pasti memilih hotel yang ada air panas karena udara di Danau Maninjau dingin. Waktunya pun harus jelas, kapan tanggalnya dan berapa hari. Karena saat pulang kampung, ada orang tua dan saudara yang juga butuh waktu bersama kita. 


2. Sediakan Budget Lebih

Ini yang sedikit memberatkan dan butuh waktu menabung yang cukup panjang. Ketika berniat liburan sambil mudik, budget tambahan di luar tiket pulang-pergi ke kampung halaman tentu tak terhindarkan. Kita mesti siap dengan pengeluarannya nanti. Paling tidak, dengan rencana yang ada, budget yang dikeluarkan sudah bisa diperkirakan. 


3. Upayakan Punya Waktu yang Panjang

Kalau waktu libur yang tersedia untuk pulang kampung hanya sebentar, kemungkinan sangat susah merealisasikan rencana staycation. Tidak mungkin pulang kampungnya cuma 5 hari, 3 harinya dihabiskan untuk staycation ke tempat lain. Kecuali memang merencanakan membawa serta keluarga besar, itu lain cerita. Kalau saya, minimal ada waktu 2 minggu di kampung, dan maksimal 3 hari saja untuk staycation hanya bersama teman hidup saya, yaitu suami tercinta dan anak-anak.


4. Pesan Penginapan Sebelumnya

Kalau objek wisata tujuan cukup hanya diriset saja, penginapan harus di-booking dulu sebelum berangkat. Kembali lagi, hanya untuk memastikan bahwa staycation tetap berjalan lancar. Karena kalau tempat menginapnya nanti penuh atau ada hal tak terduga lain, sudah bisa dipastikan rencana gagal total. Mau tidur di mana? Selagi ada aplikasi booking hotel seperti Traveloka, tidak akan ribet untuk reservasi. Sat set sat set, selesai. 


5. Komunikasikan dengan Keluarga Di Kampung

Ini juga penting untuk dilakukan. Kalau saya pribadi, bahkan sudah memberitahukannya jauh-jauh hari sebelum terbang menuju Padang. Tujuannya agar tidak terjadi salah paham. Bayangkan kalau tiba-tiba bilang mau staycation 3 hari ke Danau Maninjau, padahal neneknya lagi happy banget ketemu cucu, kan kasihan. 


Kenapa sih tidak mengajak keluarga besar sekalian? Bukannya tidak mau, tetapi ketika saya merencanakan staycation hanya bersama teman hidup, yang bagi saya suami dan anak-anak, itu berarti sama dengan staycation kami lainnya, yaitu hanya ada waktu berkualitas antara saya, suami dan kedua putra kami. Hanya kebetulan, pilihan kali ini di kampung sendiri. 


Di mana kami bisa saling berinteraksi dengan lebih dekat satu sama lain. Menggali apa yang selama ini belum sempat ditanyakan atau diceritakan. Saya percaya, dalam suasana nyaman dengan tempat pilihan staycation yang tepat, ikatan itu akan semakin kuat, dalam sebuah waktu yang berkualitas.


Kalau nanti membawa keluarga besar ke objek wisata tertentu, itu termasuk agenda umum yang jelas-jelas akan dilakukan, walau tanpa rencana sekali pun. Iya, kan? Pasti lah akan ada agenda jalan-jalan juga bersama sanak saudara tercinta. Mana mungkin tidak?


Bagaimana, sudah siap staycation di kampung sendiri? Libur akhir tahun sudah dekat, lo. Bisa mulai direncanakan dan di-wishlist dari sekarang, destinasi wisata serta hotel atau holiday stays Traveloka mana yang dijadikan tujuan nanti. 



Teruntuk Anak Pantai yang Terhipnotis Gunung

Pantai dan pegunungan

Loh kok mendadak bahas pantai sih? Ini intermezzo saja, sebagai penutup detail  panjang impian saya staycation di Danau Maninjau, yang notabenenya terletak di dataran tinggi dengan hamparan perbukitan mengelilingi.


Tahukah kalau sebenarnya saya pernah menjuliki diri sebagai "tim pantai"? Saya sangat menikmati pantai berpasir putih dengan suara deburan ombak yang menenangkan. Duduk menyaksikan matahari terbenam dengan hijab yang berkibar karena angin sepoinya, adalah surga dunia yang bagi saya tiada tandingan. Lagi pula, sensitivitas tubuh saya untuk menoleransi suhu rendah sangat lah tinggi. Saya bisa menggigil kedinginan ketika berkunjung ke daerah dingin. Makanya saya semakin suka dengan pantai yang sudah pasti suhunya lebih hangat, atau mungkin cenderung panas. 


Tetapi, ada saatnya saya ingin sekali menghirup dalam-dalam udara bersih nan sejuk. Berjalan di pagi hari berembun, yang daun dan rumputnya tetap basah meski semalam tidak tersiram hujan. Rasanya mahal sekali bagi saya yang setiap hari sudah dihadapkan dengan asap kendaraan sedari subuh. Apakah akan terjawab dengan pantai? Tentu tidak. Pantai dan gunung, alias dataran tinggi, memiliki keindahan masing-masing yang tidak dimiliki satu sama lain. Dan saya, ternya mencintai dan mmmbutuhkan keduanya.


Ketika alam memperlihatkan pesonanya, tidak akan ada yang mampu mengalihkan pandangan darinya. Entah itu di pantai, di lembah, di rimbunnya hutan, di ngarai atau di gunung.


Banyak sekali keindahan alam Indonesia yang siap kita kunjungi. Bahkan menanti untuk dijelajahi dan didokumentasi oleh masyarakatnya sendiri. Dari alam ini juga muncul berbagai hal menarik yang khas sebagai ciri daerah, seperti kuliner, budaya, event atau cerita rakyat yang akan menambah wawasan. 


Yuk, #LihatDuniaLagi dan bikin #StaycationJadi dengan Traveloka! Langsung meluncur ke Traveloka lewat link ini: https://trv.lk/kompetisi-lihatdunialagi-bloggerperempuan. Temukan referensi destinasi wisata lokal yang terlalu indah untuk dilewatkan.


Mari lihat dunia lagi, dimulai dari elokanya alam nusantara.

Selamat berkunjung ke Danau Maninjau!

2 comments

  1. Danau Maninjau tersohor dengan pesonanya sendiri. Membaca artikel ini mengingatkan alam Sumatera Barat yang saya lewati ketika mau merantau ke Jogja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak. Danau legendaris yang sekarang makin dikembangkan karena postensinya besar. Semoga bisa kembali main-main ke Danau Maninjau ya Mbak 🤗

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)