Sustainable Living bersama Royal Golden Eagle: Menyusuri Paper Upcycling dari Hilir Ke Hulu

No comments

Apakah digitalisasi membuat penggunaan kertas menurun? Nyatanya tidak. Memang betul bahwa surat elektronik mampu meminimalisir, banyak akses-akses yang diambil alih sistem atau aplikasi, serta berbagai aktivitas keseharian kita yang tak lagi membutuhkan cetakan informasi dalam lembaran kertas. Tetapi, kalau kita teropong lebih dalam, apa yang kita anggap telah jauh berkurang itu hanya beralih ke keperluan yang lain.


Sustainable Living bersama Royal Golden Eagle

Ini pun baru saya sadari ketika mendengar Kak Afifah, founder dari Rubah Kertas, yang sudah bertahun-tahun menggeluti usaha paper upcycling, dalam sebuah sesi IG Live. Bila kita hanya fokus pada penggunaan kertas-kertas HVS, buku-buku, atau pengelolaan bidang administrasi, jelas digitalisasi sangat membantu mengurangi. Tapi pernahkah terpikirkan bahwa kertas bukan hanya berwujud putih bersih untuk ditulisi? Karton atau kardus pembungkus paket-paket hasil belanja online kita pun adalah kertas yang saat ini menjadi peralihan. 


Tidak usah jauh-jauh, ingat saja paket yang terakhir kali kita terima. Bila menggunakan kardus, bahkan ada juga yang ditambahi dengan potongan kertas lagi di dalamnya sebagai pengganjal, itu sudah sama dengan pemakaian kertas. Betul, kan? Nah, sudah berapa banyak paket yang berlalu lalang di depan mata kita sampai saat ini? Bisa jadi tak terhitung lagi jumlahnya. 


Belum lagi larangan penggunaan plastik yang melahirkan paper bag di mana-mana. Tetap saja ini hanya digunakan sekali. Setelah itu, menjadi sampah. Meski dinilai lebih ramah lingkungan, tapi tahukah teman-teman kalau dari produk olahan kertas yang kita gunakan tersebut, dihasilkan dari proses panjang yang membutuhkan banyak sekali sumber daya dan menghasilkan limbah. Bayangkan saja, dari bongkahan besar batang pohon, bisa menjadi setipis itu.



Mari Bicara Data

Pengelolaan sampah di Indonesia tahun 2022

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat volume timbulan sampah di Indonesia mencapai 34,3 ton pada tahun 2022 lalu. Kertas dan karton menduduki peringkat tiga terbanyak di angka 11,2 persen. Kalau dihitung dalam ton juga, berarti sekitar 3,8 ton! Sebanyak apa kertasnya hingga mencapai seberat itu?


Ditambah lagi pemilahan sampah di negeri ini belum optimal. Kertas yang seharusnya bisa di daur ulang, malah bercampur sampah lain yang membuatnya rusak, bahkan hancur. Kalau sudah begini, sudah pasti hanya akan menambah tinggi tumpukan sampah di TPA.


Komposisi sampah berdasarkan jenis sampah

Sebagai salah satu sektor industri terbesar di dunia, industri pulp dan kertas menggunakan 13-15% dari total konsumsi kayu dan sekitar 33-40% dari total kayu industri yang diperdagangkan secara global untuk memenuhi permintaan produk berbasis kertas. 

- World Wide Fund for Nature (WWF) -


Ini tentu berdampak cukup signifikan terhadap eksistensi hutan. Bila sekarang ancaman kenaikan suhu bumi sudah begitu mengkhawatirkan, dan hutan menjadi kebutuhan krusial untuk menekan lejitan panas, daur ulang kertas menjadi salah satu solusi yang semakin masif digalakkan. Alih-alih dibiarkan begitu saja menumpuk menjadi sampah tak terpakai, padahal masih bernilai.


Sebagaimana yang dikatakan oleh Maria Theresia, relawan WWF Indonesia, jika kita dapat mendaur ulang 1 ton kertas, berarti kita sudah menghemat 17 pohon, 380 galon minyak, 3 kubik lahan, 4.000 KWH energi dan 7.000 galon air (news.okezone.com).


Penasaran dengan apa yang dikatakan Kak Afifah, saya mencari sumber data yang bisa dijadikan acuan. Apa yang beliau katakan memang realita. Kalau data sudah bicara, pasti jelas perhitungannya. Fenomena ini mestinya membuat kita sadar dan lebih peduli. Setidaknya, kita mulai menggali informasi yang ampuh memotivasi. Seperti belajar dari apa yang diperjuangkan Kak Afifah bersama Rubah Kertas yang fokus pada paper upcycling.



Belajar dari Rubah Kertas, Hilir Perjalanan Kertas

Belajar Paper Upcycling dari Kak Afifah founder Rubah Kertas

Bukan hal asing bila mahasiswa membutuhkan banyak kertas untuk menuntaskan berbagai keperluan studinya. Apalagi di semester akhir, berjibaku dengan skripsi yang dipenuhi revisi setiap kali bimbingan, berakhir pada tumpukan kertas di pojok kamar. Saya jadi ingat saat masih kuliah dulu, revisi satu kalimat saja bisa membuang lembaran kertas berpuluh-puluh jumlahnya. Sebab, halaman akan bergeser. Sedangkan di zaman itu, setiap kali bimbingan diharuskan membawa hardcopy. Mau tidak mau, ya nge-print lagi. 


Inilah keresahan yang disulap menjadi peluang oleh Kak Afifah. Kertas yang menggunung itu mau diapakan? Sangat disayangkan bila hanya dibuang begitu saja. Padahal dari kondisinya, kertas-kertas ini masih utuh, mulus, bahkan lipatan saja tidak ada. Berbekal kuliah jurusan Teknik Lingkungan, mulailah berbagai riset dilakukan. Bersama rekannya, Kak Afifah berhasil menemukan cara mendaur ulang kertas bekas menjadi produk kertas baru, yang lebih mengarah kepada kebutuhan craft.


Proses handmade daur ulang kertas di Rubah Kertas
Proses handmade daur ulang kertas di Rubah Kertas

Kertas-kertas bekas dihancurkan, dijadikan bubur kertas, lalu dicetak dan dikeringkan. Prosesnya organik, handmade bukan pabrikan, dan tidak menggunakan bahan kimia sama sekali. Makanya hasil daur ulang yang dihasilkan memiliki warna yang menyesuaikan bahan dasarnya. Ada yang keabu-abuan, berbintik-bintik hitam, dan memiliki tekstur yang unik. Kalaupun berwarna, pewarnanya berasal dari daun ketapang.   


Keberhasilan upcycling ini adalah modal berharga atas lahirnya Rubah Kertas di timur Jakarta. Kepedulian akan sampah kertas, membuahkan nilai ekonomis. Sejak berdiri di tahun 2018, kini Rubah Kertas sudah semakin berkembang dan memenangkan berbagai penghargaan.


Hasil upcycling kertas Rubah Kertas
Produk hasil upcycling kertas Rubah Kertas

Apa yang terjadi di balik layar, tentu tak kalah menarik. Disamping berbagai produk yang dihasilkan, seperti undangan, kartu nama, amplop estetik, hingga hangtag, ada cerita panjang perjalanan kertas yang kaya pembelajaran. 


Bisa dibilang, Rubah Kertas adalah hilir atau ujung dari perjalanan kertas. Tangan-tangan kreatif yang sadar bahwa kertas dapat didaur ulang. Kertas-kertas itu bermuara di sini sebelum memiliki kebermanfaatan yang baru. 

Titik penyambung siklus kertas agar tetap terus berputar untuk menyelamatkan lebih banyak pohon di hulunya. 


Itu yang saya pikirkan. Tentu saja tidak semua hilir akan menjadi titik keberlanjutan siklus. Ada juga hilir yang membiarkan kertas tak lagi bisa diapa-apakan, dipasrahkan menjadi onggokan sampah. Kita tinggal memilih mau mengarahkan ke hilir yang mana. Intinya ada di kesadaran kita.



Paper Upcycling Lebih Berarti Bila Beriringan Jalan dengan Produsen dan Konsumen

Menyusuri Paper Upcycling dari Hilir Ke Hulu

Apa yang diupayakan Kak Afifah bersama Rubah Kertas, aktivis lingkungan, atau pihak-pihak lain yang sudah mengambil langkah solusi untuk memperpanjang kehidupan kertas, tentu saja punya latar belakang alasan. Ya, kulit terluar yang membungkusnya adalah kenyataan bahwa sampah kertas semakin menggunung. Namun, sebelum sampah-sampah kertas itu bertumpuk di hilir, entah yang beruntung dapat di-upcycling atau yang berakhir begitu saja di pemakaian pertama, ada produsen dan konsumen sebagai pendahulunya. 


Mari kita analogikan dalam sebuah aliran sungai bernama Sungai Kertas. Di hulu berdiri para pabrik-pabrik kertas sebagai produsennya. Pabrik inilah yang mengubah kayu menjadi kertas baru. Benar-benar baru. Kemudian kertas baru ini akan mengaliri Sungai Kertas yang disepanjang perjalanannya akan bertemu dengan para konsumen untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Kemudian, kertas baru yang dimanfaatkan oleh para konsumen ini, pasti tidak akan terpakai abadi. Ketika manfaat kertas dirasa habis, maka akan dikembalikan lagi ke Sungai Kertas dalam bentuk kertas bekas, hingga berakhir di hilir. 


Pertanyaannya, apakah upcycling yang diupayakan di hilir Sungai Kertas akan mencapai manfaat maksimalnya bila produsen dan konsumen tidak bekerja sama? Anggaplah semua kertas bekas mampu di upcycling menjadi kertas baru. Tapi bila produsen terus menjajal hutan tanpa paham akan konsep keberlanjutan, atau konsumen dengan mudahnya membuang kertas padahal masih banyak space kosong yang masih bisa ditulisi berparagraf-paragraf kata, tetap saja sumber daya utamanya akan habis tak bersisa. Hutan-hutan tak akan bebas dari ancaman eksploitasi, serta pemakaian listrik, air, hingga limbah-limbah yang tak ramah bagi bumi pun turut membuntuti.


Lagi pula, hasil paper upcycling sebatas yang saya tahu saat ini, belum ada yang sepenuhnya dapat menyamai produk pertama pabrik. Misal mengolah HVS bekas menjadi HVS baru yang putih bersih kembali, saya belum pernah melihatnya. Serta ingat pula, tadi kita baru berandai-andai, karena masalah sebenarnya adalah masih sangat banyak kertas yang tidak di-upcycling.


Mari lihat dari yang terdekat. Misalnya saya sebagai konsumen kertas. Meski berstatus sebagai ibu rumah tangga, bukan berarti saya lepas dari penggunaan kertas. Seperti untuk menggambar anak-anak, atau sebagai memo untuk catatan saya. Jangan salah, tisu yang entah berapa helai dipakai setiap hari juga termasuk kertas. Serta hasil dari belanja online pun menjadi sumber kardus-kardus packaging yang menumpuk. Betul memang kata Kak Afifah, masyarakat semakin konsumtif dalam pemakaian kardus packaging.


Saya sadar bahwa melakukan langkah besar seperti Rubah kertas untuk upcycling kertas, belum bisa saya lakukan. Namun, bukan berarti saya tidak dapat bertindak apa-apa. Pertama, hal yang paling memungkinkan bisa dilakukan adalah dengan pengurangan atau penghematan penggunaan kertas.


  • Kertas untuk coret-coret anak diganti dengan tablet khusus menggambar. Bukan tablet gadget, tapi tablet sederhana yang akan berubah warna mengikuti guratan alat tulisnya. Banyak kok yang menjualnya di e-commerce dengan harga terjangkau.
  • Pastikan selalu memakai dua sisi kertas. Kalau bisa sepenuh-penuhnya. Misal ketika anak minta di-print-kan gambar untuk diwarnai, gambarnya dikecilkan, disusun rapi, baru dicetak. Anak pasti juga lebih puas karena gambarnya banyak.
  • Hindari memakai alat tulis bertinta tebal yang tembus ke bagian belakang kertas. Kalau sudah tembus, pasti hanya satu sisi yang bisa dipakai. Boros.
  • Aktivitas blogging dan menulis yang saya tekuni, membutuhkan buku catatan kecil sebagai pengingat. Lebih hemat kertas dan praktis bila dialihkan ke note smartphone saja. 
  • Kardus-kardus bungkus belanja online, dapat dipakai kembali untuk mengirim paket. Buka saja solasinya, lalu tipiskan dan simpan di sudut-sudut tak terlihat. Kebetulan suami saya juga punya online shop, bisa sekalian menghemat pengeluaran untuk packaging deh.
  • Kalau ada kain lap, kenapa harus tisu?
  • Masukkan selalu tas belanja di tas. Biar pas jalan-jalan nanti, tidak perlu beli paper bag lagi. Tinggalkan juga beberapa di kendaraan yang sering digunakan.


Saya pun juga sangat mengharapkan kertas-kertas bekas yang saya hasilkan setelah semaksimal mungkin digunakan, dapat mengalir ke hilir yang mampu mendaur ulangnya. Tentu harus ada juga yang diupayakan, yaitu memisahkan sampah kertas dengan sampah basah agar tidak hancur dan bisa di-upcycling menjadi produk bernilai manfaat kembali. Apalagi kalau kertasnya masih kering dan bagus, mending dikumpulkan, disusun rapi, lalu dijual. Mau didonasikan juga bisa, lo. Seperti Rubah Kertas yang menerima donasi kertas. 


Kak Afifah pun menjelaskan kalau kertas bekas yang bisa didaur ulang adalah kertas-kertas yang kering dan baik keadaannya. Andai kertas-kertas ini sudah basah, apalagi sudah bercampur dengan sampah-sampah lain yang juga basah, tidak bisa diolah kembali. Ya sudah, akan tetap menjadi sampah.


Kemudian, langkah baik terakhir yang dapat dilakukan sebagai konsumen kertas adalah membeli produk yang proses pembuatannya sudah menerapkan konsep berkelanjutan. Memangnya ada? Ada, dong. Kesadaran akan risiko dari produksi kertas yang memakan banyak sekali kayu-kayu pelindung bumi, juga dirasakan oleh pabrik-pabrik kertas yang bertanggung jawab. Dengan begini, akan dapat membawa banyak manfaat bagi hutan, ekonomi lokal, dan masyarakat. 


Paper One produk unggulan APRIL

Teman-teman tahu Paper One? Sejak masih kuliah sampai sekarang, kertas ini selalu jadi langganan. Paper One adalah salah satu hasil dari proses produksi yang menerapkan skema berkelanjutan oleh produsen pulp dan kertas terbesar di dunia, Asia Pacific Resources International Holding Ltd (APRIL) yang tergabung dalam RGE (Royal Golden Eagle) Group


Mari kita bahas lebih lanjut setelah ini tentang konsep berkelanjutan yang dilakukan oleh RGE sebagai  pengelola grup, juga tentunya APRIL sebagai salah satu perusahaan yang tergabung. Merekalah hulu yang saya maksud sebagai penyokong keberhasilan upaya paper upcycling di hilirnya.



Keberlanjutan APRIL dan RGE yang Baik untuk Semua


Mungkin tidak sedikit di antara kita yang sangat familiar dengan produknya, bahkan berlangganan, namun belum tertelusuri siapa pembuatnya. Bisa jadi salah satu contohnya adalah Paper One yang saya sebutkan tadi, merupakan merek unggulan APRIL yang terbuat dari 100% serat perkebunan terbarukan dan dijual ke lebih dari 70 negara di dunia. Ayo, siapa yang baru tahu?


Sebagai bagian dari RGE Group yang telah memiliki kerangka kerja berkelanjutan, APRIL mengimplementasikannya dengan menjadi pabrik efisien energi dalam kapsitas produksi tahunannya yang mencapai 2,8 juta ton pulp dan 1,15 juta ton kertas. Telah mengantong sertifikat ISO 9001:2000, ISO 14001 dan OHSAS 18001, serta Programme for the Endorsement of Forest Certification (PEFC) untuk pengelolaan hutan berkelanjutan.


APRIL pun menjadi salah satu pelopor di wilayahnya untuk pelaporan keberlanjutan, penilaian High Carbon Stock (HCS) dan High Conservation Value (HCV), memiliki sertifikasi Chain-of-Custody, dan menggunakan pendekatan bentang alam untuk managemen risiko kebakaran.


Produksi kertas yang berkelanjutan
Produksi kertas APRIL yang berkelanjutan

Konsep berkelanjutan tentu mencakup segala aspek. APRIL bekerja sama dengan kelompok pemerhati lingkungan, masyarakat setempat, dan para pemangku kepentingan agar dapat menerapkan praktik pengelolaan terbaik dalam ranah sosial, lingkungan, dan ekonomi. Tergabung pula sebagai anggota Tropical Forest Alliance 2020, yaitu bentuk kerja sama antara pemerintah dan swasta di tingkat global yang mendukung keberlanjutan untuk mengupayakan zero deforestation.


Pada tahun 2015, APRIL meluncurkan komitmen 1-for-1, yang artinya merestorasi setiap hektar lahan dari total luas lahan hutan yang dikelola untuk kegiatan produksi. Hingga saat ini sudah 370.000 hektar lahan yang telah dipulihkan, dan ini setara dengan 80% dari luas hutan produksi yang dikelola.  Bagi teman-teman yang tinggal di Riau, kawasan lindung ini termasuk proyek restorasi hutan rawa gambut terbesar di Sumatera, Restorasi Ekosistem Riau (RER) Semenanjung Kampar dan Pulau Padang. Luasnya sudah lebih dari 150.000 hektar atau dua kali luas Singapura!



Bisnis yang baik adalah melakukan apa yang baik untuk masyarakat, negara, iklim, dan perusahaan. Hanya dengan memenuhi hal tersebut, bisnis dapat menjadi berkelanjutan.

aprilasia.com -


Sebenarnya bukan hanya APRIL saja yang beroperasi dengan konsep berkelanjutan. Semua perusahaan yang tergabung mengacu pada sustainable framework yang telah dipakemkan oleh RGE Gruop. Berhubung RGE Group mengelola perusahaan-perusahaan manufaktur global berbasis sumber daya alam, maka kebijakan keberlanjutan ini amat dibutuhkan demi masa depan kehidupan.


Perusahaan RGE Group

🌸 Dukungan kepada masyarakat setempat

Perusahaan-perusahaan RGE terus mencari peluang agar dapat sejalan dengan kepentingan masyarakat dengan penciptaan lapangan kerja, akses pendidikan yang lebih baik, dan pemberdayaan masyarakat untuk mengurangi kemiskinan, membantu dalam kewirausahaan dan pertanian, serta memasukkan petani dan UMKM ke dalam rantai pasok perusahaan.


Sebagai masyarakat yang bersentuhan langsung dengan alam setempat, RGE sangat menghormati hak-hak kepemilikan dari masyarakat adat, memberi kebebasan untuk memutuskan (Free, Prior and Informed Consent/FPIC), menyelesaikan konflik atau keluhan dengan proses yang transparan, tidak menoleransi kekerasan, serta senantiasa melibatkan seluruh pemangku kepentingan.


🌸 Praktik Bertanggung Jawab Di Lingkungan Kerja

RGE Group berkomitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, produktif dan kondusif di seluruh rantai pasok dengan menghargai deklarasi ILO tentang prinsip-prinsip fundamental dan hak-hak di lingkungan kerja, perekrutan tenaga kerja dengan sistem terbaik, mematuhi hukum dan budaya, menyediakan fasilitas kerja yang aman dan higienis, melindungi kesehatan dan keselamatan para pekerja, serta tidak ada toleransi terhadap pekerja anak, kerja paksa, diskriminasi, pelecehan, dan pemaksaan. 


🌸  Melindungi Hutan

RGE Group terus mendukung upaya konservasi dan restorasi ekosistem hutan, hutan gambut, serta lahan ekologi dan budaya di seluruh wilayah kerja. Tidak menebang hutan alam dan berupaya mengurangi jejak emisi karbon. Juga membangun kemitraan dengan pemangku kepentingan yang relevan dalam melindungi dan mengelola hutan.


🌸  Pasokan Kayu yang Bertanggung jawab

Bahan baku kayu dipanen secara legal, tidak berasal dari hutan yang bernilai konservasi tinggi (HCV), tidak berasal dari hutan kayu langka dan kuno atau dari hutan yang menjadi habitat spesies-spesies yang terancam punah. Tentunya dengan menghormati masyarakat adat dan setempat, serta tidak melanggar hak-hak pekerja.


Filosofi bisnis kami bahwa apa pun yang kami lakukan harus "Baik bagi Masyarakat, Baik bagi Negara, Baik bagi Iklim, Baik bagi Pelanggan, dan Baik bagi Perusahaan".

- rgei.com -


Dengan memilih produk yang berasal dari perusahaan yang sudah menerapkan standar berkelanjutan, secara tidak langsung kita juga turut menjaga alam. Apalagi di zaman digital sekarang ini sangat mudah menemukan informasi. Hanya dengan sedikit menggerakkan jari, kita dapat mencari tahu produk-produk tersebut. Iya, kan?


Sebenarnya memilih produk "hijau" dari produsen yang "hijau" ini juga sangat diharapkan Kak Afifah sebagai pahlawan paper upcycling. Meski upaya yang dia lakukan saat ini membutuhkan bahan baku kertas bekas hasil dari pemakaian konsumen, keberlanjutan tetap menjadi tujuan yang sangat diimpikan. 


Setuju, saya sangat sependapat bila dari hulu ke hilir harus sejalan beriringan. Sehingga paper upcycling akan mencapai guna maksimalnya untuk menjaga alam.



Sustainable Living adalah Kesadaran

Sustainable living adalah kesadaran

Pembahasan paper upcycling ini memunculkan benang merah kesimpulan bahwa semua langkah baik tersebut dilakukan atas dasar kesadaran.

Tokoh upcycling menyadari bahwa kertas bekas tidak layak menjadi sampah karena punya potensi manfaat yang lebih panjang. Begitu pula produsen kertas, sadar bahwa kayu-kayu yang menjadi bahan baku adalah sumber daya krusial yang menjaga keseimbangan bumi, maka lahirlah kebijakan berkelanjutan. Bagaimana kertas yang tak henti di produksi itu tidak membabat habis apa yang sepatutnya tetap ada. 


Kalau hilir dan hulunya sudah sadar, konsumen yang berada di antara keduanya juga semestinya tak kalah aktif mewujudkan sustainable living. Membeli produk dari perusahaan ramah lingkungan, melakukan pemakaian kertas yang lebih efektif dan efisien, serta menjaganya agar tetap dalam kondisi baik agar dapat didaur ulang. 


Bukan hanya berlaku untuk kertas saja, tapi semua produk. Terutama produk manufaktur yang bahan dasarnya berasal dari sumber daya alam. Walau sebenarnya apa yang kita pakai saat ini sejatinya pasti bermula dari alam. 


Mari ambil contoh produk lainnya. Salah satu yang belakangan ini juga sering diserukan adalah sustainable fashion. Di mana konsep keberlanjutan diterapkan dalam dunia fashion.


Data dari Ellen McArthur Foundation menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat di dunia membuang sekitar 12 hingga 14 ton sampah tekstil setiap detiknya.

- aprayon.com -


Latar belakang sustainable fashion pun juga tak jauh dari dampak buruk pada alam. Bahan sintetis seperti nilon, poliester dan akrilik, yang mendominasi 60 persen produksi pakaian, merupakan bahan plastik yang terbuat dari minyak bumi yang tidak dapat terurai di tanah secara alami. Microfiber-nya pun juga terbukti mengancam kehidupan biota laut dan manusia. 


Konsepnya sama, baik kertas maupun produk fashion, butuh kesadaran di sepanjang aliran "sungai"-nya. Tangan handal sudah mulai banyak yang mendaur ulang pakaian, dan konsumen pun sudah mulai aware dengan pembelian produk pakaian ramah lingkungan yang dibuktikan dengan laporan terbaru dari Pulse of the Fashion Industry bahwa 75 persen konsumen mulai memandang keberlanjutan sebagai aspek yang sangat penting. Serta di hulu pun APR yang juga tergabung dalam RGE Group telah melakukan proses produksi yang mengusung kebijakan berkelanjutan.


Bila semua pihak sadar akan pentingnya sustainable living di berbagai sektor, hari ini dan berpuluh-puluh tahun lagi, kebutuhan tak akan pernah menghancurkan kehidupan.


_______


Referensi

www.rgei.com

www.aprilasia.com

www.aprayon.com

sipsn.menlhk.go.id

https://www.worldwildlife.org/industries/pulp-and-paper

Hemat Kertas Daur Ulang agar Bumi Tetap Lestari. Tautan: https://news.okezone.com/read/2014/10/31/340/1059534/hemat-kertas-daur-ulang-agar-bumi-tetap-lestari

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)