7 Tahun Berproses Bersama Laptop ASUS X407

No comments

Bukan di momen pernikahan. Kehidupan baru saya yang memutar balikkan apa yang sebelumnya ada, justru terjadi setahun setelahnya. Keberanian langkah untuk berpijak di atas pilihan sendiri. Pertama kalinya saya punya mimpi yang lahir tanpa bayangan pemenuhan harapan orang lain.


7 Tahun Berproses Bersama ASUS X407

"Saya hanya harus berjuang kembali, seperti dulu. Namun kali ini rutenya berbeda."

Kalimat ini yang selalu saya ingat agar tak melulu patah semangat. Begini rasanya ke luar dari zona nyaman. Semua bak mengulang dari nol. Melepaskan sebuah pencapaian yang tidak mudah didapatkan, nyatanya lebih menguji ketahanan diri. Namun, di sinilah saya banyak belajar hal baru dan bersyukur. Saya tidak pernah menyangka akan menjadi ibu rumah tangga.


Kini, mimpi saya dibangun dari balik susunan tembok yang bagi sebagian orang mungkin sebuah sekat yang membatas. Tapi bagi saya, justru ketika saya sudah di rumah saja, pintu-pintu pengembangan diri terbuka semakin lebar. Jauh melebihi masa dulu. 



Saya yang Ambisius

Memilih menjadi IRT, mengubah kehidupan saya

Singkatnya, saya dulu bekerja, lalu memilih resign dan menjadi ibu rumah tangga setelah kelahiran anak pertama. Trauma masa kecil yang tidak mengenakkan bersama pengasuh menjadi alasan utamanya. Saya hanya ingin hadir dan memastikan bahwa anak-anak yang saya lahirkan tidak mengalami hal serupa.


Orang-orang di sekitar saya langsung heboh. Ada yang mendukung, tapi lebih banyak yang kontra. Saya dibilang bermental lemah, manja, bodoh, capek-capek kuliah enggak ada guna, bahkan mengkhawatirkan masa depan keluarga saya yang nantinya dirasa tidak akan mampu memenuhi kebutuhan hidup. Wah, banyak sekali kalimat-kalimat ajaib yang menyesakkan. Meski sempat terpengaruhi dan merasa diri tidak berharga, nyatanya manusia tidak selemah itu. Waktu membawa saya saya perlahan lebih kebal dengan itu semua. Terserah orang mau bicara apa. Kalau terus dimasukkan ke hati, mungkin kewarasan saya akan jadi tumbal. 


Kuasa Tuhan. Selalu ada cahaya dalam kegelapan, hikmah dalam setiap perkara. Saya pun mulai menata diri. Bangkit dan fokus pada apa yang bisa saya lakukan. Respon negatif itu berbuah tekad untuk membuktikan diri bahwa saya masih bernilai.


Berawal dari saran suami, lebih tepatnya syarat saat diizinkan resign agar tetap produktif, saya mencari hal-hal lain di luar pekerjaan rumah dan mengasuh anak untuk mengisi waktu. Ya, hanya sekadar itu niat saya. Dari pada stres akibat waktu santai berlebih, lalu mengarah kepada overthinking dalam berbagai hal, lebih baik mencari kesibukan yang lebih positif agar waktu itu tak menguap tanpa manfaat. "Ingat, kamu hanya pindah kantor." Itu kata suami saya.


Berbagai aktivitas umum ibu-ibu dari rumah, seperti berjualan online, dropshipper, memikirkan usaha kuliner meski tidak jago masak, atau apa pun saya coba meski hasilnya jauh di bawah harapan. Sedih dan kecewa, pasti. Tapi berhenti, hanya membuat langkah saya sia-sia. Saya mesti terus mencari produktivitas apa yang sesuai dengan potensi dan keinginan hati. Tidak sama dengan ibu-ibu kebanyakan juga tidak apa.


Inilah kelebihan setelah menjadi ibu rumah tangga, yaitu kebebasan memilih produktivitas apa yang sesuai dengan passion. Meski diawali berkali-kali coba-coba, akhirnya saya temukan kenyamanan di dunia blogging dan bidang kepenulisan lainnya.


Ketika saya menemukan yang "klik", di saat itu pula saya bersyukur terlahir menjadi manusia berambisi. Saat menginginkan sesuatu, menargetkan tujuan tertentu, saya akan terus mengejar tak peduli seberapa berat prosesnya. Saya rela dan enjoy meski harus mengorbankan sebagian waktu tidur, berkejaran dengan tugas memasak dan beres-beres rumah, atau membiarkan otak terus bekerja selagi bisa.

 

"Enggak usah ngoyo," kata mereka yang melihat saya terlalu memaksakan diri. Tapi justru ngoyo ini yang membuat saya semakin hidup (tentunya dalam konteks ngoyo yang positif, ya). Kalau membiarkan mimpi itu membeku tanpa upaya, malah saya tertekan sendiri. Kepikiran terus karena tidak ada realisasi apa-apa. Mana mungkin akan sampai di tujuan kalau cuma diam di tempat? 


Betul kata Raisa yang saya dengar di salah satu video wawancaranya bersama Najwa Shihab, "Bukannya bagus ya kalau ambisius?" 

Setuju! 



Penulis Bukan Hanya Menulis

Penulis bukan hanya menulis

Sejak menjalani sendiri dan mengerti bagaimana serunya berproses sesuai passion, di mana apa yang saya lakukan sebagai sebuah bentuk produktivitas dari rumah sesuai dengan apa yang saya sukai, saya percaya bahwa bekerja sesuai passion memang semenyenangkan itu. Saya menulis dan terus menulis, hingga tak terasa sudah bertahun-tahun lamanya saya menarikan jari di laptop ASUS X407 kesayangan saya ini.


Mulai dengan artikel-artikel singkat yang lebih kepada curhat di blog pribadi, tidak menyangka sudah banyak karya dan prestasi yang lahir dari konsistensinya. Saya mulanya tidak pandai menulis. Saat sekolah saja, saya sangat benci kalau sudah disuruh mengarang cerita. Mana pernah terpikir bahwa nantinya saya malah menikmati menulis beratus artikel, puluhan naskah antologi, dan satu buku solo. 


Semakin menyelami dunia kepenulisan, dengan proses belajar yang tidak sebentar bagi saya yang masih awam, saya menyadari bahwa penulis tidak hanya menulis. Ada yang namanya menggali ide, branding, sharing, hingga membangun relasi. 


Begitulah manusia, tak akan bisa bertahan tanpa bantuan meski mengklaim diri dapat mempelajari segalanya dengan otodidak. Mungkin kalau mendefinisikan otodidak sebagai belajar sendiri, saya juga belajar menulis sendiri. Namun sendiri itu bukan berarti lepas dari ilmu yang dibagikan oleh mereka yang berpengalaman. Saya pun butuh komunitas untuk belajar, bermedia sosial agar dapat memperkenalkan diri sebagai penulis yang disebut branding, hingga public speaking pun menjadi sebuah kebutuhan baru agar tidak kagok ketika diminta menjadi pembicara. 


Sedikit pengalaman saya selama menjadi blogger dan menulis buku. Saya butuh teman-teman komunitas blogger untuk memahami apa itu SEO walau sampai sekarang belum kunjung mengerti sepenuhnya. Saya pun butuh berkonsultasi dengan penerbit ketika harus menerbitkan buku. Kalau antologi bersama, lebih banyak lagi yang terlibat karena penulisnya bukan cuma saya. Belum lagi saat promosi, minimalnya menguasai dasar-dasar media sosial yang lagi hits digunakan agar apa yang ditulis dapat lebih dikenal. Semua perlu dipelajari karena kebutuhan.


Untungnya, digitalisasi yang luar biasa pesat perkembangannya, menjadi nadi dalam proses saya di rute perjuangan yang baru ini. Laptop ASUS yang selalu menemani sekarang, melancarkan aktivitas belajar yang tidak mudah. Ah, teknologi memang sangat membantu ketika digunakan dengan tepat. Apalah saya tanpa internet, laptop, gadget dan aktivitas digital.


🌸 Menulis, Menulis, Menulis

Tak berhenti menulis dan belajar

Bukan bakat, tapi konsistensi. Inilah kunci yang selalu digaungkan oleh semua pembicara dari kelas menulis yang pernah saya ikuti. Saya sependapat, karena sebuah keahlian berkembang seiring dengan hujanan kata-kata yang selalu dirangkai. Kalau tidak sering latihan, walau bersematkan bakat, pasti akan kalah oleh penulis yang selalu menulis. Itu yang saya genggam.


Di sinilah digitalisasi paling banyak membantu. Meski secara mobilitas sangat terbatas, saya masih bisa belajar fleksibel dari rumah. Terutama sejak pandemi kemarin, di mana kegiatan offline dialihkan ke online, makin banyak saja kelas menulis yang bisa dipilih. Beruntung ini terus berlanjut walau pandemi sudah dinyatakan selesai. Saya jadi hobi mengikuti kelas menulis melalui online meeting, membaca lebih banyak referensi di mesin pencari, hingga saling sharing dengan penulis lainnya, entah yang sudah senior, maupun yang masih butuh banyak belajar seperti saya. Streaming film pun bisa menjadi media belajar dan sumber ide, makanya saya suka melepas penat sambil menangkap pesan dari film. Sangat menyenangkan ketika akses digital menyingkap tabir batas.


🌸 Konten Visual 

Membuat konten visual

Penulis butuh ini juga? Ya, sangat. Artikel blog kalau tidak dilengkapi dengan gambar-gambar menarik, tidak hidup, monoton. Begitu pula realitanya dengan naskah-naskah buku yang pernah saya tulis. Beberapa di antaranya malah membutuhkan sentuhan visual seperti foto agar lebih ngena. Misalnya saja saat menulis travel notes dan yang baru kemarin ini rampung adalah mengenai konservasi alam. Begitu pula di buku solo pertama saya, Ketika Ibu Resign, juga dimasukkan ilustrasi dan gambar-gambar grafis agar tidak hanya dipenuhi tulisan.


Tidak hanya itu, visual ini juga menjadi kebutuhan penting untuk mem-branding diri di media sosial yang kualitas kontennya sering bikin takjub pasang mata. Begitu profesional. Karena kalau tidak branding, bagaimana saya akan memperkenalkan diri sebagai penulis?


Memiliki background pendidikan Teknik Komputer, banyak membantu saya dalam membuat konten grafis ini. Editing foto, video, ilustrasi, infografis, hingga menentukan konsep dari setiap konten yang diunggah. Meski jam terbang saya masih seujung kuku, upaya selama ini untuk terus melatih diri menghasilkan konten visual yang menarik ternyata bisa menarik perhatian pihak-pihak yang berkaitan, seperti ada saja yang mengajak kerja sama, mengundang menjadi pembicara, dan juga sekalian mempromosikan buku atau tulisan blog. Laptop ASUS X407 sangat mumpuni dalam hal ini. Tidak lelet, jadi bisa sat set sat set. Mau pakai Adobe Photoshop, Corel Video Studio, Corel Draw, CapCut, Canva, aman semua. Makanya selalu menjadi andalan. 


🌸 Berlatih Public Speaking

Kemampuan public speaking

Meski terlihat tidak ada kaitannya antara berbicara di depan umum dan menulis, tapi ada masa di mana penulis diminta untuk bersuara. Saya masih ingat betapa gugupnya saya ketika ditawari mengisi sebuah kelas blogging. Banyak kata-kata yang tidak lancar keluar, bingung mau memulai dari mana, dan berlebihan takutnya. Saat itulah saya paham bahwa kemampuan public speaking adalah kebutuhan. Lagi pula, dengan lancar berbicara, membuat konten untuk branding dan sharing pasti akan lebih mudah juga. 


Nyaris sama dengan cara saya belajar menulis, selain berlatih, saya juga mengikuti kelas online public speaking dan memperhatikan video melalui streaming bagaimana orang-orang berbicara di depan publik dan menangkap trik-triknya. Kemudian dipraktikkan di akun media sosial yang saya punya. Tidak apa bila hasilnya masih belum maksimal dan jauh tertinggal dari para content creator lain, namanya saja berproses. Tapi benar, lo. Makin sering belajar dan berlatih, makin santai dan lancar pula saya berbicara. Sepertinya betul bahwa apa pun keahliannya, intinya memang konsistensi belajar dan berlatih.


🌸 Menggali Relasi

Paling terasa ketika saya ingin menerbitkan buku solo. Saya mesti mencari informasi tentang penerbit, berkomunikasi dengan mereka, dan bagaimana menjaga hubungan baik seterusnya karena ada ikatan royalti. Saya butuh membangun relasi untuk berdiri di dunia kepenulisan ini. Bahkan informasi kelas-kelas menulis dan banyak sekali job, juga hasil dari sebuah hubungan baik dengan teman sesama blogger atau penulis, serta komunitas. Berjejaring pun bisa menjadi sumber ide menulis, mengumpulkan ilmu tersirat dari sebuah pertemuan, dan apa saja untuk memperkaya dan mempermudah jalan saya ke depannya. 


Semua yang saya upayakan ini adalah kebutuhan meraih impian menjadi penulis. Saya punya impian agar suatu saat nanti buku-buku yang saya tulis mencapai best seller di Gramedia. Aktivitas blogging akan selalu saya lanjutkan selama masih dimampukan mengisinya. Memang titik di mana saya berdiri sekarang masih jauh dari pencapaian. Tapi dibandingkan dulu, saya sudah jauh lebih berkembang dan berjalan semakin dekat dengan tujuan. Tidak ada usaha yang sia-sia.


Meski kadang melelahkan, kepala rasanya mau meledak saking bingungnya membagi waktu antara urusan domestik keluarga, anak, dan cita-cita, namun inilah prosesnya. Sebab bohong kalau ada kesuksesan yang lahir tanpa kerja keras. Betul?



7 Tahun Ditemani ASUS X407, Laptop Terbaik ASUS Versi Saya

7 tahun laptop ASUS X407 masih awet dan performanya tetap kencang

Tidak terasa. 7 tahun sudah saya menyusuri rute baru kehidupan yang saya pilih. Menyenangkan? Tentu. Tapi bukan berarti lepas dari apa yang namanya air mata. Saya pernah menangis ketika naskah yang saya tulis berbulan-bulan, ditolak banyak penerbit. Atau artikel blog yang ditulis sepenuh hati, berhari-hari, dan sampai begadang pula, ternyata belum memenangkan lomba.  Bangkit, kecewa, bangkit, kecewa, terus berulang.


Entah kenapa, semua itu saya nikmati. Ketidaknyamanan saat semua tidak baik-baik saja, pasti akan berganti bahagia ketika konsistensi terus dipaksa. Sekarang saya merasa menjadi pribadi yang lebih tangguh dan legowo karena sering ditempa. Walau tetap ada sedih-sedihnya, ini menjadi tanda bahwa saya harus berlatih lebih banyak. 


Kalau boleh menobatkan satu saksi yang mengikuti utuh apa yang saya lalui, laptop ASUS X407 di hadapan saya inilah yang menempati posisi pertama. Apa yang saya cari, yang saya pelajari, saya tulis, semuanya tak lepas dari peran laptop ini. Sampai sekarang, sampai saya menulis paragraf ini, susunan keyboard-nya masih bersentuhan dengan ujung jari-jari saya. 


TERBAIK karena TEPAT. ASUS X407 menjadi laptop terbaik ASUS untuk saya karena sangat handal dalam memenuhi setiap kebutuhan aktivitas saya berproses.     Blogging, menulis naskah, mengikuti kelas online, riset, hingga mengolah konten visual, semuanya dapat difasilitasi dengan lancar.


Intinya, spesifikasi ASUS X407 mampu menunjang aktivitas keseharian saya yang fokus meningkatkan value diri dalam kepenulisan. Mengikuti gerakan tangan tanpa lola alias loading lama, editing video, foto, serta membuat desain grafis tetap lancar tanpa nge-lag, dan proses belajar/sharing daring tetap berjalan mulus. 


Ini laptop terlama yang pernah menemani saya. Pastinya akan lebih lama lagi karena sampai sekarang masih dalam kondisi yang membuat saya tidak berpikiran untuk ganti laptop.


Performa Kencang sampai Sekarang

Performa kencang

Lebih spesifiknya, laptop saya ini adalah yang model ASUS X407UF. Sengaja saat membeli dulu, memilih processor Intel Core i7 8th Gen dan RAM 8GB DDR4. Masih ingat saat saya pertama kali menyalakannya, takjub karena hanya perlu beberapa detik saja sampai laptop siap digunakan dari keadaan yang sebelumnya mati. Langsung jatuh hati. Bagi saya yang tidak sabaran, bahkan bisa meninggalkan apa yang tengah dikerjakan hanya karena perangkat yang digunakan tidak bisa memberi kecepatan yang saya inginkan, ini sebuah keistimewaan.


Performa yang cepat di awal ini terus berlanjut pada semua aktivitas yang saya lakukan. Seperti yang sudah saya tuliskan sebelumnya, editing video menggunakan aplikasi bawaan Adobe dan Corel, yang kala itu CapCut atau Canva belum semerajalela sekarang, dan video YouTube juga belum ada fitur Short-nya, saya sangat terbantu oleh performa ASUS X407UF. Lancar dan aman tanpa takut nge-lag tiba-tiba pas proses pengerjaan. 


Untuk menulis, jelas lebih bebas kendala. Saya biasa menulis di platform blog langsung, di Microsoft Word,   atau Google Document. Mau yang daring atau luring, tak ada beda. Mengetik secepat yang saya bisa, pasti yang dilayar juga tampil tak berjeda. 


Media penyimpanan 256 SSD yang menyertai juga membantu performa kencangnya. Sejauh yang saya tahu, SSD memiliki kecepatan berkali lipat dari HDD untuk akses file, namun lebih hemat energi. Meski ukurannya tampak kecil, tapi ini sudah sangat cukup bagi saya karena foto atau video yang ukuran file-nya besar biasa saya "setor" ke HDD eksternal. 


Tidak ada kejadian makin lama makin lelet. Walau kapasitas penyimpanan C atau D menampilkan warna merah yang berarti sudah hampir penuh, tetap kencang-kencang saja. Membuka banyak aplikasi atau membuka puluhan tab di mesin pencari, tak jadi soal. Performa memuaskan ini bertahan terus dan stabil di 7 tahun saya menggunakan laptopnya. Keunggulan yang selalu saya idamkan dari setiap perangkat yang saya miliki.


Aktivitas Online Lancar

Aktivitas online lancar

Saya yakin bahwa kecepatan internet bukanlah penentu satu-satunya dari kelancaran aktivitas online. Perangkat yang digunakan juga ambil andil. 


Selama memakai ASUS X407UF, proses searching, streaming, online meeting saat mengikuti kelas menulis atau sebagai pembicara, upload dan download yang pasti selalu ada, dapat berlangsung dengan baik. Sangat baik malah. Tidak pernah "kepental" ke luar saat pertemuan daring atau delay saat mendengar dan berbicara. Selama koneksi internet mendukung, pasti semuanya lancar. Oiya sedikit menambahkan, untuk online meeting, saya pakai kamera eksternal agar tampilan wajah lebih jelas.


Kelancaran ini secara tidak langsung juga berkaitan dengan berelasi. Komunikasi yang baik, tentu awal dari hubungan relasi yang baik. Seharian bersama laptop, komunikasi saya dengan teman-teman komunitas, berbalas email, hingga bermedia sosial pun kerap saya lakukan di laptop ini. Tetap lancar pokoknya!


Baterai Tahan Lama, Isi Daya Lebih Cepat

Baterai Tahan Lama, Isi Daya Lebih Cepat

Ini daftar keunggulan selanjutnya yang tak kalah istimewa. Saya bersyukur sekali baterai 3-cell Li-ion 33WHrs dalam ASUS X407 yang saya pakai ini masih berfungsi baik sampai sekarang. Meski tidak pernah menghitung pasti dalam jam, tapi dari kondisi baterai yang penuh, saya bisa non stop streaming drama Korea hingga sekitar 4-5 episode, atau sekitar 4-5 jam. Begitu pula dengan aktivitas lainnya, searching, menulis atau menggunakan aplikasi berat seperti untuk editing video atau membuat desain grafis dengan CorelDraw, bertahan lebih kurang selama itu juga. Bahkan kalau ada istirahatnya beberapa kali, untuk seharian menyelesaikan tulisan dari pagi sampai malam, saya hanya perlu 2 kali mengisi daya. 


Nah, keunggulan ini makin lengkap karena mengisi daya baterainya jauh lebih cepat dari menghabiskannya. Tidak sampai 1,5 jam sudah penuh sejak layar menggelap karena baterai nyaris kosong. Meski jarang saya alami, ini pernah sangat membantu ketika harus mengisi daya di luar rumah karena terpaksa menyelesaikan deadline. Bagi yang work from anywhere, ASUS X407 ini pasti cocok banget.


Tetap Adem Dipakai Lama

Tetap Adem Dipakai Lama

Selama apa pun saya bekerja bersama laptop, suhunya tidak pernah sampai panas dan bikin khawatir, meskipun saat mengisi daya baterai. ASUS IceCool technology yang dibawanya bekerja dengan sangat baik untuk menghindari lonjakan suhu yang tentunya akan berpengaruh pada performa. Produktivitas saya yang bergantung dengan laptop, jadi berjalan aman dan nyaman. Soalnya saya suka deg-degan kalau laptop terasa panas. 


Lebar dan Ringan

Lebar dan ringan

Layar besar adalah salah satu kebutuhan saya untuk menulis, apalagi kalau sudah bersinggungan dengan membuat konten atau karya multimedia. 14" layar ASUS X407 memiliki desain NanoEdge dengan bezel hanya setebal 7,1 mm, dan rasio screen-to-body mencapai 73,8%. Artinya luas layar mengambil space 73,8% dari total seluruh luas muka perangkat yang memuat layar tersebut. Layar yang lebar ini membuat saya dapat mengatur posisi duduk agar tidak terlalu dekat. Biar enggak sakit mata dan sakit pinggang. Terlebih kalau layer pas edit video sudah berderet panjang, atau mengulang membaca tulisan yang baru rampung diketik, saya sangat membutuhkan keterjelasan tampilan. Kesimpulannya, ASUS X407 bikin leluasa.


Area touchpad-nya pun luas, halus, dan responsif. Jari enggak bakal tersendat-sendat. Lebih bebas saja rasanya menggerakkan kursor. Begitu pula dengan keyboard-nya, besar-besar dan berjarak satu sama lain. Bagi saya pribadi, ini sangat membantu mengurangi typo atau salah ketik. Mengingat sudah bertahun-tahun juga mengetik di keyboard ASUS X407, saya sudah terlanjur menikmati lebar dan luas dari susunan tombol ini.


Meski lebar, ASUS X407 tipis dan ringan. Beratnya hanya 1,5 kg dan ketebalannya cuma 2,19 cm. Saya selalu membawa laptop kalau misal mau pergi bermalam atau seharian bila ada yang mau dikerjakan. Berhubung saya memang senang memakai ransel saat bepergian, jadi tidak memberatkan dan tidak memakan space terlalu banyak. Diselipkan saja di belakang, di kantung khusus laptop yang tersedia pada kebanyakan ransel.


Upgrade Windows 11

Upgrade Windows 11

7 tahun lalu sistem operasinya masih Windows 10. Ternyata setelah kehadiran Windows 11, free upgrade memperbaruinya. Dari yang saya baca, Windows 11 lebih unggul dari segi performa dan juga dapat menjalankan aplikasi Android. Microsoft Edge di Windows 11 yang sudah terintegrasi dengan AI juga dinilai lebih hemat daya. Meski belum sepenuhnya memanfaatkan fitur baru Windows 11 selain menikmati tampilan yang lebih simpel dan segar, ini menjadi hadiah tersendiri karena ternyata ASUS X407 masih dapat menjalankan versi terbaru Windows tanpa ada masalah. Tinggal update saja, Windows 11 terpasang.


"Laptop ASUS hadir dengan dilengkapi Windows 11 Home. Ketika pekerjaan menumpuk, laptop ASUS dengan Windows 11 siap membantu Anda menyelesaikannya. Laptop ASUS dengan Windows 11 yang lebih nyaman di mata, memungkinkan Anda mengekspresikan diri dan cara kerja terbaik Anda. Dan tidak hanya Windows 11 asli, tersedia juga genuine Microsoft Office 2021 untuk menunjang aktivitas Anda sepanjang hari."


Ternyata ini juga berlaku untuk laptop ASUS yang sudah lama saya pakai. Bukan hanya laptop yang baru launching saja. Keren!


Agar lebih jelasnya, berikut spesifikasi laptop ASUS X407 UF model X407UF yang saya punya ini. 


Color

Star Grey

Processor

Intel® Core™ i7-8550U CPU @ 1.8 GHz, 1992 MHz,  4 Core(s), 8 Logical Processor(s)

Operating System

Windows 10 Home, Free Upgrade to Windows 11 Home

Graphics

NVIDIA® GeForce® MX130 2GB 

Intel® UHD Graphics 620

Display

14-inch, 

Storage

256GB SSD

Memory

8GB DDR4

Interfaces

2 USB

1 HDMI

1 Combo Audio Jack

1 Micro SD card reader

Camera

VGA Webcam

Network

Wi-Fi 4 + Bluetooth

Battery

33WHrs, 3S1P, 3-cell Li-ion

Weight and Dimensions

Weight 

1.55 kg (3.42 lbs)

Dimensions (W x D x H)

32.80 x 24.60 x 2.19 cm (12.91" x 9.69" x 0.86")


Itulah pengalaman berkesan yang membuat saya "betah" menjadikan ASUS X407 sebagai sahabat berproses. Dipakai setiap hari, selalu dibawa kalau pergi lama, dan performanya masih sangat baik. Keinginan produktif dari rumah, melakukan aktivitas sehari-hari masa kini yang terkait dengan digital, seperti streaming, editing foto atau video, writing, membuat konten, atau belajar membuat desain grafis dan ilustrasi, terwujud karena ASUS X407 sangat mumpuni untuk itu. 


Ini laptop terbaik ASUS versi saya yang pernah dimiliki hingga kini. 7 tahun handal mendukung semua aktivitas harian saya dalam berproses mengembangkan diri. 



Pilihan dan Adaptasi

Pilihan dan adaptasi

Nasib bak cando roda padati (nasib bagai roda pedati). Penggalan lirik lagu Minang ini menjadi semakin bermakna ketika usia saya bertambah tua. Betul memang, nasib atau yang disebut juga sebagai takdir, selalu berputar bagaikan roda. Ada masa menyenangkan berurai tawa ketika berada di atas, ada pula masa di mana tangisan lebih sering menemani saat berada di bawah. Sakit, terhimpit. 

Perputaran roda kehidupan pasti didasari oleh pilihan-pilihan yang kita ambil. Hingga akhirnya memaksa diri beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Bahkan pilihan yang kita sangka tidak akan berpengaruh apa-apa, bisa menjadi gerbang yang membalikkan keadaan. 


Perubahan dalam kehidupan yang dinamis adalah kepastian. Pilihan demi pilihan akan terus berdatangan dan adaptasi pasti menjadi hal yang dihadapi setelahnya. 


Di tengah berbagai kekhawatiran akan dampak buruk kemajuan teknologi, ini menjadi sesuatu yang sangat saya syukuri kehadirannya. Gerbang untuk memperjuangkan mimpi di kehidupan baru saya justru terbuka semakin begitu lebar. Secara fisik saya diam di rumah, tapi melalui jari-jari, internet, laptop ASUS X407, dan gadget lainnya, saya tetap bisa berselancar ke mana-mana. Selama support system yang kita pilih sesuai dengan kebutuhan, bukan mustahil apa yang diimpikan dapat terwujud melalui pilihan proses yang tak berbatas.


Sudah terbukti di depan mata bahwa teknologi semakin menawarkan kemudahan dalam banyak aktivitas. Lebarkan jaring untuk menangkap peluang, dan jangan lupa refleksi diri agar dapat menyesuaikan potensi dengan peluang tersebut. Banyak celah yang bisa kita cari untuk beradaptasi setelah menentukan pilihan yang terus memutar kehidupan.


Terima kasih untuk wujud teknologi yang menjadi saksi perjuangan saya selama 7 tahun ini, laptop ASUS X407 yang performanya tak berubah hingga sekarang. Awet terus, ya. 


Semoga teman-teman juga menemukan teknologi, perangkat, atau gadget pendukung yang sesuai dan tepat. Karena yang terbaik adalah yang tepat sesuai kebutuhan.


Blog Writing Competition Laptop Terbaik ASUS Versi Gue

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)