QRIS Cross-Border, Kepak Bebas UMKM Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal

No comments

Jejeran toko disesaki souvenir khas Minang terlihat hingga ke ujung pandangan. Pilihannya beragam dan sukses menarik pasang mata yang berkunjung atau sekadar melihat sambil jalan. Mulai dari pajangan, tas, sandal, kalung, gelang, serta kerajinan lain, tak jarang memancing pertanyaan kenapa bisa ada tangan-tangan kreatif yang mampu membuatnya. Salah satu gang di dalam Pasar Atas Bukittinggi ini memang sudah menjadi incaran para pelancong untuk berburu oleh-oleh souvenir. Bahkan sejak saya masih kanak-kanak, sampai setelah punya anak, pasar ini tetap bertahan hingga terakhir saya ke sana beberapa tahun lalu.


QRIS Cross-Border Kepak Bebas UMKM Berbasis Budaya dan Kearifan Lokal

Istimewanya, yang berbinar melihat-lihat bukan hanya wisatawan dalam negeri, tetapi juga wisatawan mancanegara. Logika saja, pasti ada nilai plus kenapa mereka tertarik membeli. Di kota dengan turis asing yang cukup banyak, bukankah ini bisa dibilang sebuah potensi? Potensi untuk memperkenalkan produk berbasis budaya dan kearifan lokal ke mata dunia. Minimal setelah kembali ke negara asal, souvenir yang dibeli akan dilihat oleh keluarga, teman, atau saudara. 


Baru tahun lalu, tertulis di website resmi pemerintah provinsi Sumatera Barat (pemprov Sumbar), di mana sektor perdagangan menjadi sektor kedua dominan di Sumbar, berhasil menembus pasar internasional dengan mengekspor 1 ton bumbu rendang. Ini merupakan produk UMKM yang dibantu dipasarkan oleh duta besar negara tujuan ekspor tersebut¹. Semenarik itu kearifan lokal Indonesia, sampai-sampai bumbu rendang yang pernah dinobatkan sebagai makanan terenak di dunia ini dibutuhkan sebanyak itu di luar sana. 


Ini baru satu jenis, satu pasar, dan secuil dari nilai mahal Nusantara yang bangsa kita miliki. Masih ada batik, songket, kuliner, dan variasi kerajinan tangan estetik lainnya. Menurut data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan Riset, dan Teknologi tahun 2020, tercatat ada sekitar 378 kerajinan tradisional yang diakui sebagai Warisan Budaya TakBenda². Tentu ini belum semua, karena nyatanya masih berlimpah hasil-hasil budaya Indonesia yang belum tercatat dan tak dimiliki oleh negara mana pun.


Kekayaan budaya ini adalah kekuatan besar sekaligus kesempatan emas di era digital untuk memajukan UMKM lokal yang masih setia menjaga kelestariannya.



Digitalisasi Angkat Tirai Batas 

Bisa dibilang nyaris segala lini kehidupan sudah terjamah digitalisasi. Awalnya hanya sebagai pilihan, kini menjelma jadi kebutuhan. Apalagi sejak pandemi dengan gaya hidup new normal-nya, mobilitas dan transaksi terus beralih ke format digital. Gerakan fisik tak lagi menjadi satu-satunya penentu sebuah pertemuan, pertemuan daring pun dapat diandalkan untuk menuntaskan segala keperluan. Toh, selama dikungkung pandemi tak sedikit yang mampu bertahan bahkan sukses unjuk diri melalui akses digital.


Mari ambil yang paling dekat, kehadiran e-commerce atau media sosial untuk jual-beli. Wujud digitalisasi di bidang ekonomi ini terbukti sukses mengangkat banyak UMKM untuk meningkatkan penjualan. Salah satu teman dekat saya, dengan usaha crafting rumahan Arkanaku Gallery, berhasil menggaet konsumen dari Malaysia, Hongkong, Singapura, dan Taiwan. "Ini karena e-commerce dan media sosial," ungkapnya. Dari rumah saja, sejauh itu jangkauannya. Seolah batas-batas wilayah dan negara sirna, mendekatkan penjual dan pembeli hanya segaris layar yang disentuh jari. 


Platform digital bisa menjadi katalisator yang baik bagi kinerja ekspor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Nailul Huda, Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) ³


Terbayang para pedagang souvenir di Pasar Atas Bukittinggi. Digitalisasi membuka celah untuk dapat terbang makin tinggi. Produk lokal, dari UMKM lokal, yang di toko-toko seukuran tak lebih dari 3 x 3 meter saja bisa menahan langkah para wisatawan untuk singgah, apalagi bila dipasarkan secara digital? Dalam hitungan detik, pajangan lonceng-lonceng besi berukir gonjong rumah gadang atau miniatur Jam Gadang sebagai landmark Bukittinggi, akan membuncah binar ke jutaan kali lipat lagi mata manusia.


Kerja sama dalam perdagangan berkat peran digitalisasi ini tentu tidak melulu sesederhana pesan satu atau selusin produk di e-commerce. Tidak akan selalu juga melibatkan duta besar sebagai perpanjangan tangan promosi produk-produk UMKM. Satu yang pasti, entah seberapa banyak permintaan produknya, seberapa jauh pengirimannya, atau jalur mana yang berhasil mendatangkan konsumen, kesiapan UMKM adalah yang paling krusial. Bukan hanya dari kemampuan menyediakan produk saja, namun juga dari sisi administrasi dan proses pembayaran. 



QRIS Cross-Border Integrasikan Pembayaran dan Majukan UMKM Lokal

Keberhasilan transaksi pasti tak luput dari kelancaran pembayaran. Mari refleksi, pernahkan sesekali kita tidak jadi membeli karena kendala pembayaran? Sudah jatuh hati dengan produknya, deal dengan harganya, tetapi ketika membayar malah pusing sendiri. Uang cash ada, kembaliannya yang tidak ada. Mau cashless, mesti ditambah biaya karena beda bank, atau mesin Electronic Data Capture (EDC) lagi trouble. Apalagi wisatwan beda mata uang, harus siap sedia rupiah berbagai pecahan kalau tidak mau ribet dengan urusan bayar-bayar. 


Transaksi lintas negara pun tak jauh beda. Transfer tidak semudah yang dikira. Suami saya pernah beberapa kali membeli action figure dari Jepang melalui sebuah platform lelang. Tahu bagaimana proses pembayarannya? Karena hanya menerima yen, mau tidak mau suami minta bantuan temannya yang kebetulan sedang tugas belajar di sana untuk membayarkan. Nanti baru ditransfer setelah dikonversi manual dalam rupiah, plus tambahan uang "terima kasih". Kalau tidak ada teman yang membantu, sudah pasti tidak jadi membeli.


Tentu ini juga memungkinkan terjadi sebaliknya. Pembeli luar negara hendak membeli produk Indonesia, tapi terhalang proses pembayaran yang berbelit karena beda mata uang. Sangat disayangkan, bukan? Padahal itu kesempatan untuk go international.


Solusi atas permasalahan inilah yang diberikan QRIS Cross-Border dari Bank Indonesia dan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) sebagai metode pembayaran digital terintegrasi. Hanya dengan satu QR Code, pembayaran dapat dilakukan dari seluruh merchant bank dan non-bank yang tergabung. Cepat, mudah dan aman. Tinggal buka aplikasi mobile banking atau dompet digital di smartphonescan barcode QRIS, pembayaran selesai seketika. 


Saat ini 5 negara ASEAN sudah menjadi partisipan QRIS. Aktif berlaku di Thailand dan Malaysia lebih dulu, Singapura dalam tahap uji coba, serta Filipina dan Vietnam dalam proses penjajakan. Bahkan nantinya juga akan memasuki kawasan Asia Timur, Jepang dan Hongkong. Transaksi tanpa harus ribet konversi menjadi keunggulannya. Mau bayar dengan mata uang negara yang mana, yang diterima oleh UMKM kita tetap akan bernilai rupiah. Begitu pula sebaliknya, ketika belanja di luar negeri, tetap bisa dengan rupiah karena konversi bersifat otomatis saat melakukan pembayaran dengan QRIS.


Simpelnya, masyarakat Indonesia dapat melakukan pembayaran di luar negeri hanya dengan memindai QRIS, wisatwan asing yang ke Indonesia pun juga bisa melakukan pembayaran dengan QRIS melalui aplikasi yang biasa mereka gunakan di negaranya dan sudah mendukung QRIS.


Sekilas kepraktisan ini tampak mengacu pada sisi konsumen, padahal sebenarnya kehadiran QRIS Cross-Border tak kalah menguntungkan bagi pemilik usaha.  Pertama, pembayaran yang praktis dan aman, di mana konsumen tidak perlu lagi menyediakan uang pas atau diteror kembalian yang ditukar permen, pasti akan berdampak pada frekuensi belanjanya. Makin sering dan banyak konsumen berbelanja, tentu akan menguntungkan pemilik usaha. Kepraktisan dan keamanan dari sisi pedagang pun juga ada, lebih meminimalkan uang cash di kasir yang rawan pencurian, serta tidak dibebankan dengan stok uang kecil atau lari-lari menukarkan uang ke toko sebelah untuk kembalian.


Kedua, bukan hanya konsumen yang bisa merekap pengeluaran, pelaku usaha juga akan memiliki rekapan yang rapi dan pasti karena semua transaksi otomatis tercatat dalam database. Tidak mendekam, data ini dapat dijadikan rekam jejak UMKM sebagai evaluasi secara internal, serta dapat juga membantu dalam memperoleh pendanaan sebagai modal. Sebagaimana yang dikatakan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani, susahnya akses pendanaan adalah salah satu alasan kenapa UMKM sulit melakukan ekspor⁵. Nah, data transaksi QRIS dapat dijadikan kreditur sebagai acuan tepercaya atas profil dan gambaran usaha dalam pengambilan keputusan. Baik rekam jejaknya, besar kemungkinan baik pula keputusannya, sehingga akan memberi dukungan positif untuk kemajuan dan perkembangan usaha.


Ketika pendanaan makin lancar dan mengukuhkan pondasi UMKM, kemudian diperkuat dengan hebatnya digitalisasi pemasaran dan pengoptimalan konektivitas sistem pembayaran ASEAN dengan QRIS Cross-Border, pasti akan berujung pada peningkatan daya saing di pasar internasional. 


Dalam skala lebih besar, mengingat peran besar UMKM dengan jumlahnya yang mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha, kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 60,5%, serta penyerapan tenaga kerja yang menembus 96,9% dari total penyerapan tenaga kerja nasional⁶, kehadiran QRIS Cross-Border sebagai implementasi ASEAN Economic Blueprint 2025, salah satunya tentang penyempurnaan dan standarisasi sistem pembayaran, diharapkan dapat menjadi gerbang masa depan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Setiap langkah kemajuan UMKM akan membantu pengentasan kemiskinan, mengurangi pengangguran, hingga menambah devisa negara bila berhasil masuk ke ranah ekspor. 


Melalui peran digitalisasi, kemajuan yang inklusif bukan lagi sekadar mimpi bagi UMKM. Terkhusus UMKM yang setia dengan produk sarat budaya dan kearifan lokal, rasa percaya diri dalam persaingan pasar akan turut melambung dan akhirnya mampu mendongkrak kontribusi UMKM dalam total nilai ekspor nasional, sekaligus menerbangkan Bhineka Tunggal Ika ke kancah dunia. 


QRISnya satu, menangnya banyak!


Participant of BI Digital Content Competition 2023


Referensi: 

¹ https://biroadpim.sumbarprov.go.id/home/news/286-keren-sumbar-kembali-ekspor-bumbu-rendang-ke-luar-negeri-

² https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/09/21/indonesia-miliki-1239-warisan-budaya-takbenda (diakses tanggal 30 Oktober 2023)

³ https://economy.okezone.com/read/2022/06/02/320/2604144/ekspor-ri-capai-usd27-32-miliar-kontribusi-umkm-masih-minim (diakses tanggal 30 Oktober 2023)

⁴ https://www.liputan6.com/bisnis/read/5388680/belanja-di-jepang-dan-hong-kong-bakal-lebih-gampang-cukup-pakai-qris (diakses tanggal 30 Oktober 2023)

⁵ https://www.cnbcindonesia.com/entrepreneur/20210421140424-25-239618/terungkap-ini-alasan-umkm-indonesia-sulit-ekspor (diakses tanggal 30 Oktober 2023) 

⁶ https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/4593/perkembangan-umkm-sebagai-critical-engine-perekonomian-nasional-terus-mendapatkan-dukungan-pemerintah (diakses tanggal 30 Oktober 2023)

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)