Bahasa Cinta Ibu Tak Selalu dalam Kata, Seperti Pilihan Nikita Willy Pakai Miyako

No comments
Setelah menjadi ibu, saya sadar bahwa cinta ibu tidak melulu dicurahkan dalam susunan kalimat indah dan pelukan. Tapi segala bentuk nasihat, larangan yang dulu sering kali membuat saya jengkel, aturan-aturan keseharian, hingga amarah yang sesekali terlepas, juga bahasa cinta yang nyatanya banyak ambil andil dalam membentuk sisi positif dalam diri saya di masa sekarang.

Bahasa Cinta Ibu Tak Selalu dalam Kata

Kalau dulu saya tidak dilarang untuk pulang sebelum magrib, yang saya tahu alasannya adalah demi menjaga keamanan anak perempuannya, mungkin saya tidak akan mengajarkan anak-anak membaca iqra' seusai salat magrib. Karena saya sudah di rumah sebelum azan, saya diajak salah magrib berjamaah di masjid, lalu mengaji setelahnya yang menjadi budaya dalam keluarga. Hingga tanpa sadar, ini menjadi warisan dalam pengasuhan. 

Tentu itu hanya salah satunya. Contoh lain yang juga akhirnya menampar saya di kemudian hari adalah soal makanan. Masih jelas sekali dalam ingatan betapa seringnya Mama saya mewanti-wanti untuk menyempatkan makan di rumah. Jangan terlalu sering jajan di luar karena belum jelas kebersihan dan kesehatannya. Layaknya anak ABG yang kesal karena dilarang ini-itu, mirisnya saya sempat berpikiran bahwa itu kekangan. Apa salahnya sih? Padahal Mama saya hanya ingin anak-anaknya memakan makanan sehat yang selalu berusaha beliau hidangkan.

Duh, kalau mengingat dan menuliskannya seperti ini, rasa bersalahnya makin menyesakkan. Adakah yang sama?


Hari Ibu, Apresiasi Sekaligus Refleksi

Hari Ibu, Apresiasi Sekaligus Refleksi

Pagi-pagi, saya melihat suami berangkat kerja berpakaian Korpri, pertanda akan ada upacara. Saya tahu bahwa hari itu tanggal 22 Desember. Saya pikir ada momen perayaan lain selain Hari Ibu. Ternyata tidak. Upacara benar-benar untuk menghargai perjuangan ibu di seluruh negeri ini. Dan saya lupa bahwa setiap tahun memang upacara ini selalu dilaksanakan. Jujur, saya terharu. 

Meski secara pribadi tidak ada perayaan istimewa di rumah, hanya sebatas menerima ucapan selamat saja, tetap ada kesan setiap kali Hari Ibu datang.

Otomatis pikiran saja terjun bebas ke 8 tahun lalu saat hamil, lalu kemudian melahirkan. Masa awal di mana status ibu saya emban. Berjuta rasanya. Kalau bisa diibaratkan, membesarkan anak-anak adalah prestasi terbesar dalam hidup saya. Tidak mudah, tapi saya berhasil melaluinya sampai detik ini.

Namun, dibalik kebahagiaan yang menyelimuti langkah selama menjadi ibu, bersanding tantangan yang juga sering bikin down tentunya, saya juga teringat deretan kesalahan yang pernah saya lakukan. Ya, saya tahu bahwa tidak akan pernah ada ibu yang sempurna. Namun, refleksi diri tetap menjadi langkah evaluasi untuk menyalurkan bahasa-bahasa cinta yang jauh lebih baik ke depannya. 

Terkadang, ketika mengingat protes anak-anak, tangisan mereka, dan ekspresi sedih ketika gaya pengasuhan yang saya terapkan tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan, saya berusaha mengalihkan intaian penyesalan kepada fakta bahwa menetapkan batasan, aturan, bahkan konsekuensi kepada anak bukanlah kekeliruan. 

Dilansir dari sehatqu.com, dalam penerapan positive parenting, membuat batasan, aturan, dan konsekuensi merupakan salah satu bentuk kasih sayang orang tua kepada anak. Sayang anak bukan berarti membebaskan anak melakukan segala hal yang mereka mau. Namun, penting membuat aturan dan mengomunikasikannya dengan baik agar anak mengerti dan disiplin menjalani.

Toh ada alasan kenapa saya melakukannya. Bukankah dulu saya juga pernah marah dengan segudang aturan orang tua saya? Buktinya, semua itu baik adanya. Kini saya berada di posisi orang tua saya dulu. Saya juga mesti konsisten karena suatu saat anak-anak pasti memahami maksud baik ibunya.

Belakangan ini yang paling sering jadi pikiran saya adalah membatasi anak-anak mengonsumsi makanan yang membuat batuk mereka semakin parah. Entah kenapa masalah batuk ini tak kunjung usai. Lebih lama batuknya dari pada sembuhnya. Sudah bermacam upaya saya lakukan, seperti membeli vitamin, ke dokter, hingga tidak melepas masker, tidak juga mempan. Ada yang anaknya begitu juga?

Pamungkas dan paling tepat yang harus tetap dijalankan adalah kembali ke fondasi makanan sehat. Apa yang masuk ke tubuh, menjadi penentu daya tahan tubuhnya. 

Implementasinya tentu saja tidak semudah bayangan. Di sekolah, melihat teman-temannya beli permen di abang-abang penjual mainan, sedangkan mereka tidak saya perbolehkan, wajah sayu mereka rawan bikin luluh. Atau ada yang ulang tahun dan memberi segala macam cemilan micin, mereka protes kenapa dilarang menghabiskannya. 

Refleksi mengingatkan saya bahwa sudah sejauh ini perjuangan kami untuk konsisten. Tidak membatasi total, sesekali saya masih memperbolehkan dengan syarat tertentu. Kuncinya adalah dengan tetap menjelaskan sebab-akibat dan alasan saya melarang, serta mengganti makanan yang saya larang tersebut dengan menyediakan masakan rumahan. Sebisa saya saja. Tidak harus yang susah-susah, karena yang mudah-mudah pun juga ternyata banyak yang disukai mereka. Maklum, saya bukan seorang ibu yang hobi masak, hehe.


Seperti Pilihan Nikita Willy Pakai Miyako untuk Sajian Keluarga, Saya juga Punya Bahasa Cinta yang Serupa


Bentuk kehadiran yang saya upayakan untuk anak bukan dari segi fisik saja, tapi juga dalam bentuk rasa. Dengan kemampuan seadanya ini, saya punya mimpi untuk meninggalkan jejak rasa dalam ingatan mereka agar kelak pulang ke rumah karena rindu masakan ibunya. Bisa jadi menunya sama-sama sayur bayam bening, tapi belum tentu rasa yang dihasilkan dari racikan tangan saya akan sama dengan yang dijual di banyak tempat makan. 

Makanya saya girang luar biasa ketika anak-anak meminta dimasakkan sesuatu, walau cuma sesimpel orek tempe. Berarti memori mereka sudah menyimpan rasa otentik yang saya harapkan. 

Benar kata Mama saya, makanan rumah itu pasti terjamin kebersihan dan kualitasnya. Saya memilih betul-betul bahan masakan yang dibeli, kalau sudah disimpan apakah masih layak makan atau sudah kurang segar, hingga peralatan masak yang digunakan. Sebisa mungkin jangan sampai ada yang membahayakan. 

Seperti pilihan Nikita Willy Pakai Miyako dalam menyajikan makanan untuk keluarga yang sering saya lihat di media sosial dan artikel daring. Tahu kan kalau ibu muda yang kerap dijadikan role model ibu-ibu di Indonesia ini selektif dalam pengasuhannya? Saat melihat dia memasak nasi dengan Miyako Nanoal, saya memahami kenapa memilih itu karena saya sangat tahu bahwa produk Miyako Indonesia memang berkualitas jempol dengan inovasinya yang terus memenuhi kebutuhan masyarakat. Soalnya saya juga memakai Miyako bahkan sejak sebelum menikah. Awet banget.

Waktu masih jadi anak indekos, saya pakai Rice Cooker Miyako yang kecil dan berdesain agak bulat. Selain ukurannya yang mini dan pas untuk makan sendiri, harganya juga bersahabat dengan tawaran kualitas yang sangat oke. Setelah menikah, Blender Miyako yang berwarna hijau juga saya pilih untuk membuat jus, menghaluskan bumbu masakan, serta melumatkan MPASI anak saat mereka masih makan bubur. Berjasa sekali.


Nikita Willy Pakai Miyako

Nikita Willy pasti juga memilih dengan alasan kualitas, mengingat Issa sang buah hati juga turut makan bersama. Rice Cooker Miyako pilihan Nikita Willy ini bertipe Miyako MCM-586 BH dengan warna spesial baby pink, memiliki keunggulan yang menjadikannya aman dalam menyiapkan sajian.

  • Panci Nanoal Berlian Hitam anti lengketnya 10x lebih tahan lama, lebih tebal dengan ketebalan 1.4 mm, serta dilapisi Double Coating pada permukaan dalam dan luar panci.
  • Panci Nanoal Berlian Hitam Miyako juga diproses dengan teknologi etching, agar lapisan anti lengketnya meresap ke dalam pori-pori aluminium yang menjadikannya lebih awet dan tahan lama, memberikan permukaan yang lebih halus, dan lebih mudah dibersihkan.
  • Panci Nanoal Berlian Hitam Miyako sudah lulus uji food grade serta bersertifikasi bebas dari zat kimia asam perfluorooctanoic (PFOA) berbahaya. Membuat nasi dan masakan aman untuk dikonsumsi.
  • Body anti karat dan anti penyok. Dilengkapi fitur Soft Touch Opening untuk memudahkan buka-tutup dengan satu sentuhan lembut.
  • Kapasitasnya hingga 1.8 liter beras dan menghangatkan 5 liter nasi. Kalau disajikan, bisa mencapai 15 porsi nasi dengan takaran 200 gram per porsinya.
  • Memiliki fungsi 3 in 1 yang bikin praktis, yaitu untuk memasak dan menghangatkan, sekaligus mengukus. 
  • Thermostat System selalu bekerja untuk menjaga nasi tetap hangat, tidak kering, dan tidak mudah basi.
  • Di bagian atasnya dilengkapi dengan Magic Tonjolan sebagai pengatur sirkulasi saat memasak dan menghangatkan, yang membuat nasi tetap enak dan pulen setiap saat.
  • Semua Rice Cooker Miyako termasuk MCM-586 BH telah dilengkapi dengan Garansi Elemen Pemanas selama 5 tahun dan telah lulus uji SNI, sehingga terjamin keamanan dan kualitasnya.


Jangankan Nikita Willy, dengan kualitas dan inovasi Miyako, saya pasti juga tenang menyajikan makanan untuk keluarga dan anak-anak. Apalagi di tengah dera batuk yang tak berkesudahan ini, keamanan alat masak, terutama untuk memasak nasi yang dikonsumsi setiap hari, akan selalu diprioritaskan.


Bahasa cinta Nikita Willy yang memilih kualitas dan keamanan Miyako, semakin membuktikan bahwa sangat banyak dan unik cara ibu untuk menyayangi anak-anaknya. 


Selain untuk memberikan sajian cinta, dengan memilih Miyako, kita sebenarnya juga sudah memberikan cinta untuk produk Indonesia. Miyako Indonesia ini asli lahir dari anak bangsa. Berkomitmen untuk memberi kontribusi positif bagi negara dan masyarakat Indonesia. Dengan tagline "Teman Wajib Anda", produk berkualitas tinggi, desain menarik, dan dengan harga yang terjangkau, terus dihadirkan agar seluruh ibu tak putus menghujani cinta melalui rasa.


Sedikit tambahan informasi, Miyako juga berpartisipasi aktif mendukung program pemerintah untuk membangkitkan UMKM, lo. Melalui inisiatif Miyako Dukung 1000 UMKM, Blender Miyako dibagikan secara gratis kepada 1000 pelaku UMKM yang berjualan jus agar dapat dimanfaatkan untuk lebih memajukan usaha. Inilah yang menjadi nilai plus Miyako Indonesia, dari kita dan untuk kita. 


Kalau dipikir-pikir, Miyako Indonesia juga selayaknya ibu yang memiliki bahasa cinta sendiri untuk negeri, ya.


Intinya, Nikita Willy pakai Miyako bukan cap cip cup asal pilih. Begitu pula saya dan ibu-bu lainnya. Ada bahasa cinta yang tersirat ketika memilih produk atau apa pun untuk keluarga. Memang sekaya itu bahasa cinta, tak pernah berbatas kata walau istilahnya memakai kata "bahasa". 



Resep Gulai Daging Andalan, Cocok Dimakan dengan Nasi Hangat

Resep Gulai Daging Andalan Saya

Tidak mau kalah dengan Nikita Willy yang membagikan resep Chicken Stir Fry disajikan dengan nasi hangat, saya juga punya resep andalan yang juga sedap disantap dengan nasi hangat. Bisa untuk anak-anak juga karena tidak harus pakai cabai. Rasanya tetap enak. 

Gulai Daging ala saya, itulah menunya. Berhubung saya orang asli Padang, gulai-gulai seperti ini tetap menjadi favorit. Untungnya anak-anak juga suka dan suami pun menikmati.

Resep Gulai Daging


Bahan

1/2 kg daging sapi yang telah direbus empuk dan di potong kecil

2 buah kentang ukuran sedang, potong

2 bungkus santan instan ukuran 65 ml

1 batang serai

2 lembar daun salam

2 lembar daun jeruk

1 sdt ketumbar bubuk

2 buah kapulaga

3 buah cengkeh

Sepotong kayu manis

Secukupnya lada bubuk/merica dan garam

Secukupnya minyak untuk menumis

Secukupnya air


Bumbu halus

10 siung bawang merah

7 siung bawang putih

1 ruas jari jahe

1 ruas jari kunyit

1/2 ruas jari lengkuas

2 buah kemiri

Sedikit biji pala

Kalau mau pedas, tambahkan cabai merah keriting sesuai selera


Cara Membuat

🌸 Tumis bumbu halus, ketumbar bubuk, serai, daun salam, daun jeruk, kapulaga, cengkeh, dan kayu manis, hingga wangi dan matang.

🌸 Masukkan daging bersama air kaldunya dan kentang. Jika kaldu terlalu sedikit, tambahkan air sampai semua bahan terendam. Masak hingga mendidih.

🌸 Masukkan santan dan aduk hingga mendidih kembali. Tunggu kuah sedikit menyusut dan mengental sembari diaduk sesekali.

🌸 Tambahkan lada bubuk/merica dan garam. Tes rasa.

🌸 Sajikan dengan nasi hangat.


Rempahnya memang banyak, tapi ini cara jitu untuk menghasilkan masakan dengan gurih alami. Apalagi saat ini bumbunya bisa dihaluskan dengan blender saja (kalau punya Blender Miyako, pakai yang tabung kecilnya), tidak perlu capek mengulek lagi. Kalau masaknya kebanyakan, lebih baik  disimpan sebagian dulu di kulkas agar tidak sering dipanaskan. 

Meski saya tidak terlalu suka masak, apalagi beres-beres dapur setelahnya, rasa cinta pada keluarga berhasil mengukuhkan keinginan saya untuk membuat masakan berempah ini. "Nak, ini bahasa cinta Bunda untuk kalian, agar kelak menjadi perindu untuk pulang." 

Selamat mencoba, ya. Semoga bisa menjadi ide menu makan siang hari besok. 


Tip Konsisten pada "Aturan Makanan" untuk Anak

Tip Konsisten pada Aturan Makanan untuk Anak

Setiap orang tua pasti punya "aturan makanan" masing-masing untuk anaknya. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang pantas untuk disalahkan. Semuanya tentu sesuai dengan kondisi yang ada. Betul, kan?

Kalau saya, memilih untuk berusaha mengarahkan anak-anak menyantap masakan rumah, tetapi sesekali tetap memberi kesempatan mereka menyicipi makanan yang mereka inginkan. Kan kasihan juga kalau mereka tidak pernah sekali pun jajan dan memilih apa yang disuka. 

Nah, berikut beberapa tip ala saya agar aturan makan ini tetap berjalan. Saya dan anak-anak konsisten mempertahankan demi menjaga kesehatan.

🌸 Jelaskan Alasannya

Anak-anak sekarang sangat kritis. Kalau dilarang, pasti tanya kenapa. Jadi harus dijelaskan perlahan dan sesuai dengan bahasa seusianya ketika kita melarang memakan sesuatu. Misalnya saya melarang anak memakan permen. Saya jelaskan bahwa permen itu sangat manis, dikasih pewarna, nanti menempel di tenggorokan, itulah yang bikin batuk. Tubuh kita berusaha mengeluarkan sesuatu yang membuatnya tidak nyaman melalui batuk.

Boleh kok searching dulu, karena saya juga terkadang butuh bantuan untuk menyiapkan alasan yang pas.

🌸 Upayakan Masak Sendiri

Melarang anak makan sesuatu, berarti kita harus menyiapkan penggantinya. Sekali lagi, tidak perlu yang estetik, yang penting layak dimakan dan masih nyaman dilihat. Percaya deh, terkadang kita saja yang over thinking harus masak yang "wah". Anak dimasakin ikan goreng sama tumis kangkung saja sudah lahap, lo. Dipanggangkan roti dengan mentega dan taburan gula pun bisa habis banyak. 

Kalau mau makan frozen food, karena sesekali saya juga memberikan ini, saya memilih untuk menggorengkannya saja sendiri. Jadi saya hampir tidak pernah membeli kentang goreng atau nugget di luar. Setidaknya alat masak yang saya gunakan dan minyak yang dipakai terjamin dan bersih.

🌸 Memberi Contoh

Melarang anak makan ciki, tapi malah dengan santainya ngemil ciki di depan anak, bakal bisa meruntuhkan konsistensi. Orang tua harus memberi contoh. Mengalah saja, karena anak pun juga telah berusaha menekan keinginannya demi mengikuti aturan kita.

🌸 Memperhatikan Kualitas Makanan yang Dibeli

Kualitas makanan bukan hanya dari bahannya, tapi juga dari alat masaknya. Wajib membeli bahan masakan yang segar dan masih utuh bentuknya. Kalau dalam kemasan, pastikan kemasannya tidak rusak. Untuk alat masak, lebih baik memilih merek yang sudah berstandar dan teruji. Salah satunya seperti produk-produk Miyako Indonesia.

Selain itu, pasti juga ada waktu di mana saya tidak bisa atau tidak sempat memasak menu makan harian. Bila harus membeli makanan jadi di luar, saya lebih memilih membeli ke tempat makan yang sudah ada jaminan kualitasnya, atau saya sudah pernah makan di sana dan melihat sendiri bagaimana kebersihan dan kualitas makanannya.

🌸 Bila Tubuh Anak Fit, Baru Izinkan Memilih Makanannya Sendiri

Inilah saat-saat yang selalu dinantikan anak-anak, masa di mana batuknya sembuh dan tubuhnya sehat paripurna. Saya akan memberikan kebebasan untuk memilih makanan yang mereka suka. Tidak sepanjang waktu, tapi sekitar beberapa makanan saja, serta tetap melihat kualitas dan kebersihan makanan yang dipilihnya. 


Ya,  begitulah ibu dengan segala kecerewetannya. Bukan cuma anak-anak, suami saya saja kadang ikutan protes kenapa banyak aturan. Tentu saya tidak akan tergoyahkan, karena saya punya alasan kebaikan kenapa melakukan itu. Lagi pula bukan yang ekstrim harus mengekang segalanya. Saya tetap seorang ibu yang pengertian, kok. Hehe.


Mumpung masih di bulan yang sama, di Hari Ibu tahun ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri yang sudah berjuang tanpa henti, belajar tanpa putus, dan terus memperpanjang tali kesabaran walau tidak jarang keceplosan. Bersyukur anak-anak masih sering bilang Abyan sayang Bunda dan Alby sayang Bunda dengan banyak sekali kekurangan Bunda mereka. 

Saya percaya, apa pun bentuk bahasa cinta ibu, anak-anak pasti merasakannya. Karena mereka juga menggenggam cinta yang tak kalah besar pada perempuan yang sudah melahirkannya.

Selamat Hari Ibu untuk semua ibu yang masih dan akan terus berjuang untuk menjadi ibu versi terbaik dirinya. Mulia dan luar biasa hebat! 


Referensi
https://www.miyako.co.id/
7 Bentuk Kasih Sayang Orangtua kepada Anaknya. Tautan: https://www.sehatq.com/artikel/bukan-belikan-mainan-ini-bentuk-kasih-sayang-orangtua-yang-dibutuhkan-anak
Morning Routine dan Nanoal Pilihan Nikita WillyTautan: https://www.miyako.co.id/morning-routine-dan-nanoal-pilihan-nikita-willy-2/

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)