Kejadian menarik ini baru terjadi minggu lalu. Salah satu bagian kecil remote control anak saya patah. Merengek minta diperbaiki, saya langsung teringat ada lem
Korea tersimpan di kulkas. Pas. Tahu kan kalau lem ini punya daya rekat ekstra kuat? Sayangnya, karena patahan mainan yang mau disatukan
sangat kecil, jari-jari saya pun ikut terbalur lem dan seketika menempel satu
sama lain. Tidak bisa dilepas! Saya panik.
Masih sibuk mencuci dengan air keran yang diputar maksimal, walau tidak
kunjung melepaskan barang semili rekatan jari, anak sulung saya datang
dan berkata lantang, "Pakai garam, Bun!"
"Byan tau dari mana?"
"Dulu Byan pernah nonton di YouTube."
"Beneran?"
"Iya. Kasih garam aja. Nanti bisa lepas."
Saya cubit sejumput, dua jumput, tiga jumput garam, lalu dioles ke jari yang
menempel. Berhubung tangan saya sudah basah, butir-butir garam tersebut
sedikit larut dan seperti sulap, benar-benar melepaskan rekatan yang sudah
bikin saya kalang kabut. Lepas! Wah, tidak menyangka anak berusia 7 tahun
menyimpan memori informasi yang bahkan saya dan ibu saya tidak tahu.
Terlintas dalam pikiran betapa melekatnya informasi yang anak saya dapatkan
dari sebuah konten visual. Saya kira baru ditonton kemarin. Setelah ditanya,
dia saja sudah tidak ingat kapannya. Hanya bilang dulu, sudah lama.
Bukti peranan digitalisasi dan teknologi. Saya selalu percaya, apa pun itu,
termasuk pesatnya perkembangan teknologi, bila dimanfaatkan dengan tepat
sesuai usia, dipantau dan difilter, anak-anak pun bisa mendapatkan dampak
positifnya. Bahkan untuk orang di sekitarnya. Seperti kejadian lem Korea saya
ini.
Betul, kan?
Bantuan Teknologi dalam Pengasuhan Saya
Setiap orang tua pasti memiliki gaya pengasuhan berbeda. Menarik jauh ke
belakang, dalam hal teknologi, yang simpel saja, saya memang sudah mengenalkan
video berwarna-warni sejak usia anak-anak mendekati 1 tahun. Selain tututan
kebutuhan, karena saya mengasuh anak-anak sendiri dan video inilah yang
menyelamatkan ketika saya harus ke kamar mandi atau melakukan hal lain yang
tidak bisa ditinggalkan, sekaligus juga berperan banyak dalam mengajarkan
mereka berbagai hal. Mudah saja ditangkap dan direkam oleh otaknya.
Keinginan kuat saya untuk mengajarkan kemampuan dasar seperti
membaca dan berhitung, membuat saya selektif dalam memilih tontonan. Makanya
channel YouTube yang saya izinkan untuk anak lebih banyak menyuguhkan
konten angka dan huruf. Begitu pula ketika mereka sudah lebih besar, game
juga seringnya bertema serupa. Dibantu juga dengan membelikan mainan, poster,
dan sesekali saya ajarkan seperti guru PAUD.
Tentu tidak ada paksaan, saya hanya mengarahkan. Senyaman anak-anak saja.
Tidak disangka, anak-anak jadi bisa membaca di usia 5 tahun. Kakaknya, juga adiknya. Jauh lebih cepat dari yang saya kira. Harus saya akui, konten digital sangat membantu. Anak-anak jadi lebih tertarik dan lebih cepat "menangkap".
Harapan saya sebagai orang tua untuk mendekatkan anak dengan aktivitas
membaca adalah salah satu contoh pendidikan dalam pengasuhan yang dimulai dari rumah. Semua anak
memulai pendidikannya dari lingkungan terdekat, yaitu keluarga, sebelum masuk ke usia sekolah.
Saya dapat membayangkan betapa besar manfaat teknologi bila diapliksikan
dalam sebuah sistem pendidikan.
Banyak sekali media atau konten edukatif, kreatif, dan inovatif yang begitu
mudahnya diakses untuk memfasilitasi proses mendidik anak-anak.
Bukan hanya untuk anak, untuk saya sebagai orang tua pun tersedia. Kuncinya hanya
satu, TEPAT. Toh, sekarang sudah zamannya. Cuma mengandalkan cara
konvensional sebagai satu-satunya metode tidak lagi relevan. Adaptasi dengan perkembangan teknologi,
itulah yang dibutuhkan.
Kini, teknologi yang dinikmati anak-anak saya untuk mengembangkan
pengetahuannya sudah lebih beragam. Mereka bisa memilih variasi media,
tontonan, atau game yang disukai, asal sesuai dengan aturan yang
saya tetapkan. Mengenal antariksa, anatomi tubuh manusia, atlas dunia, hingga
deretan pengetahuan umum yang dibutuhkan dalam keseharian. Makanya,
selain channel yang membahas game Maincraft kegemarannya, channel
YouTube seperti Sisi Terang, Kids Learning Tube, atau yang sejenis itu,
juga menjadi favorit mereka.
Pengasuhan saya, akan saya upayakan agar sesuai dengan zamannya
anak-anak. Bukan zaman saya.
Pendidikan sesuai Zamannya
Sadar enggak sih kalau orang tua sebenarnya sudah masuk dalam
circle berteknologi dalam mendampingi pendidikan anak? Masuk grup
chatting sekolah. Secuil peran teknologi ini saja sudah memberi banyak
kemudahan. Informasi jadi lebih cepat tersampaikan, komunikasi dengan wali
kelas lancar, bahkan kalau ada tugas-tugas alias PR, juga dibagikan di grup
tersebut. Orang tua pun akhirnya bisa memantau dengan lebih baik jalannya
pendidikan buah hati.
Kalau mengingat cerita masa lalu, saat saya masih SMA, kira-kira tahun 2005,
untuk pertama kalinya saya belajar mengetik di komputer. Lambat sekali.
Menuliskan kembali selembar surat saja tidak selesai meski sudah
berlalu satu jam. Siapa sangka kalau tiga tahun setelahnya, tepatnya setelah
kuliah, tugas-tugas sudah berformat digital dan dikirimkan ke email.
Secepat itu perkembangan teknologi.
Atau dalam kejadian yang dunia alami di akhir 2019 lalu, pandemi Covid-19.
Teknologi semakin menjadi melesatnya. Sektor-sekotor krusial yang mesti tetap
berjalan, membutuhkan gebrakan yang mampu menembus batas. Mana tahu kalau
ternyata sekolah bisa dilaksanakan secara daring? Paling tahunya cuma
dipraktikkan di tingkat universitas. Itu pun tidak banyak.
Meski tantangannya memaksa kita keluar dari zona nyaman, nyatanya
teknologi sehandal itu memfasilitasi pendidikan kita. Mendobrak dinding
pembatas, melebarkan akses, hingga meringkaskan proses.
Teknologi dalam pendidikan ini sebetulnya bukanlah sesuatu
yang baru. Mengintip ke negara tetangga, Singapura, pemilik skor PISA
tertinggi di ketiga bidang, yaitu matematika, membaca, dan sains, peranan
teknologi dalam pendidikannya sudah diperkenalkan sejak tahun 1997. Mulai dari
digitalisasi dalam kegiatan belajar mengajar, peningkatan kapasitas guru dalam
penggunaan teknologi, infrastruktur teknologi di sekolah, hingga
melanjutkannya pada peningkatan TIK peserta didik (Sumber: Laporan Peran Teknologi Dalam Transformasi Pendidikan Di Indonesia oleh OliverWyman). Tidak heran di tahun
2020, pemerintah Singapura menerapkan program Code For Fun (CFF) untuk mempelajari pemrograman (coding) bagi siswa sekolah
dasar agar dapat mencetak lebih banyak talenta digital demi menyesuaikan diri
dengan perkembangan teknologi (Sumber: katadata.co.id).
Indonesia pun bereformasi. Menyadari begitu pentingnya kehadiran teknologi
dalam pendidikan, Kurikulum Merdeka melakukan digitalisasi dengan menghadirkan
Platform Merdeka Mengajar bagi para guru agar dapat berbagi metode ajar yang
kreatif dan inovatif satu sama lain, Rapor Pendidikan dengan kecerdasan
datanya untuk merencanakan kegiatan pendidikan, hingga pendistribusian laptop
secara nasional di mana sampai 2023 sudah menembus angka 1,25 juta untuk
mendukung kegiatan belajar mengajar dan manajemen sekolah. Ada lagi SIBI
(Sistem Informasi Perbukuan Indonesia) yang menyediakan buku-buku pelajaran
digital yang dapat diunduh dan dibaca kapan saja, serta koleksi buku bacaan,
komik, buku audio, dan buku video di budi.kemdikbud.go.id.
Lembaga pendidikan swasta pun tak kalah adaptasinya. Sudah menerapkan
digitalisasi sehingga anak dapat belajar dengan lebih menyenangkan melalui
media digital, dapat diikuti secara online, hingga latihan yang juga
dikemas lebih praktis berkat peranan teknologi. Tergambar betapa
menyenangkannya les matematika online atau
kursus bahasa inggris online bagi anak dengan media ajar yang
dikemas sesuai usia.
Fleksibilitas, kepraktisan, dan kebebasan akses adalah keunggulan dari
teknologi. Proses dan prosedur panjang dipangkas, mobilitas diminimalkan,
lalu-lintas informasi pun tak lagi berbatas.
Bila dilihat secara menyeluruh, memanfaatkan teknologi dalam pendidikan jelas
bukan hanya mengacu pada satu elemen saja, namun semua pihak yang terlibat
dalam ekosistem pendidikan pasti merasakannya.
🌸 Siwa/Peserta Didik/Anak
Ini yang paling utama. Seperti seusia anak-anak saya, sejak kecil sudah
terbiasa dengan gadget dan segala fiturnya. Apakah buruk? Bagi saya tidak sama
sekali. Sekali lagi, selama diarahkan dengan tepat dan sesuai, kemajuan
teknologi yang menyatu dengan gaya hidup masa kini ini dapat dijadikan
"sahabat" untuk pendidikannya.
Kecakapan berteknologi anak-anak pun pasti lebih cepat mengikuti. Ini era
mereka, maka dengan menafaatkan teknologi dalam pendidikan, ketertarikan anak
pun meningkat. Coba saja bandingkan, mana yang lebih cepat diingat anak,
apa yang kita ajarkan dengan mulut (konvensional), atau dengan media digital
dan interaktif? Saya yakin, kita semua tahu jawabannya.
🌸 Tenaga Pengajar
Bila peserta didik atau anak menjadi target dibuatnya sebuah metode
pembelajaran, maka tenaga pengajar adalah otak di baliknya. Dengan adanya
teknologi dalam sebuah ekosistem pendidikan, diimbangi dengan pengembangan
skill, metode atau cara mengajar akan lebih kreatif dan dapat disesuaikan dengan
kebutuhan anak. Jangan pernah lupakan bahwa menurut teori Howard Gardner, manusia
memiliki 9 jenis kecerdasan, lo! Guru-guru dapat mencari referensi di
internet, saling berbagi, hingga memanfaatkan aplikasi atau fitur-fitur yang
semakin canggih.
Selain itu, untuk proses administrasi dalam mengajar pun juga dibuat praktis.
Misal latihan yang diperbolehkan dikerjakan secara online, tentu
memeriksanya akan lebih mudah karena kapan saja bisa dikerjakan. Apalagi kalau
pengecekannya dilakukan otomatis dengan kunci jawaban yang tersimpan dalam
basis data, hasil latihan atau ujian bisa langsung keluar setelah tombol
selesai ditekan. Begitu pula dengan tugas lainnya, kekuatan basis data dan internet pun tak diragukan lagi keunggulannya dalam
keefektifan dan keefesienan.
🌸 Instansi Pendidikan dan Pihak Lain yang Terkait
Ketika sebuah sistem informasi diterapkan di sekolah, dengan kesatuan data
yang bisa diakses sesuai kebutuhan, merencanakan, mengontrol,
mengawasi, hingga mengevalusi proses pendidikan yang berjalan pasti lebih
cepat. Ini jelas berlaku berjenjang ke instansi yang lebih tinggi atau pihak berkepentingan lainnya, bila semua terintegrasi.
🌸 Orang Tua
Penting digaris bawahi bahwa pendidikan anak tidak akan maksimal bila tidak
ada serta orang tua. Sekolah dan orang tua harus sejalan, tak bisa lepas
tangan. Dengan teknologi, orang tua dapat lebih mudah memantau pendidikan
anak-anak dari rumah, kantor, atau mana pun, dan kapan pun. Komunikasi dengan
tenaga pengajar lebih lancar, serta berlimpah wadah informasi terkait
pendidikan yang bebas diakses. Misal dari website resmi, media sosial,
dan sebagainya. Ini akan menjadi bekal berharga agar orang tua tahu harus
melakukan pendampingan seperti apa serta bagaimana proses dan progres belajar
anak.
Pendidikan Indonesia sudah sangat jauh berbeda dengan zaman saya dulu.Perbedaan inilah yang membuat saya tidak ragu untuk mendukung pendidikan anak-anak yang juga sesuai dengan zaman mereka. Yang sesuai, pasti lebih baik, bukan? Menjalaninya pun enjoy.
Ini zaman teknologi. Seluruh dunia sudah memanfaatkannya dalam berbagai lini.
Pendidikan yang merupakan tiang kemajuan bangsa, jelas perlu melakukan langkah
adaptasi agar tidak tertinggal dan dapat mengukuhkan pijakan untuk bersaing di
kancah global. Peranan teknologi ini bukan hanya dibutuhkan di dalam proses
pendidikan saja, namun dapat menjadi tujuan masa depan yang menciptakan
generasi penerus cakap digital.
KUMON CONNECT, Hadirkan Sesi Belajar yang Fleksibel dan Menyenangkan
Sejak pertama membaca metode belajar Kumon, saya langsung jatuh
hati. Kumon ini merupakan metode belajar perseorangan yang memungkinkan
setiap siswa untuk belajar pada tingkatan yang tepat, tanpa mempertimbangkan
usia maupun tingkatan kelasnya. Kemampuan belajar mandiri anak akan
berkembang, serta melatih cara berpikir, problem solving, dan
kepercayaan diri sesuai kecerdasannya, hingga memaksimalkan potensi belajar
mereka.
Saya bisa menangkap bahwa anak akan didampingi belajar sesuai dengan kemampuan
dan kecerdasannya. Layaknya ketika sedang berkendara, belajar
mandiri sesuai tingkatan kemampuan akan memberi "rute" yang dibutuhkan agar
dapat menempuh perjalanan hingga mencapai tujuan, bukan rute yang dipaksakan
harus sama. Sesuai pula dengan titik keberangkatan, kondisi, kemampuan dan
kecepatan masing-masing. Menarik, bukan? Benar-benar mengacu pada individu
anaknya.
Kadang saya suka "gerah" kalau sudah mendengar orang yang membanding-bandingkan kemampuan anak yang satu dengan yang lain. Padahal setiap anak itu UNIK. Kenapa sih tidak fokus pada individunya saja? Karena bagi saya, tidak ada anak yang tidak cerdas. Semua cerdas dengan caranya sendiri.
Dengan lebih dari 60 cabang di seluruh dunia, Kumon Indonesia yang menjadi
salah satu cabang Asia, program belajar mandiri yang fokus pada individu anak
ini tentu menjadi solusi. Anak dapat belajar sesuai "rute" masing-masing dengan mandiri, namun tetap dibimbing dan
diarahkan agar mencapai hasil maksimal. Apalagi belajar di Kumon sudah semakin menyenangkan dan sesuai eranya dengan kehadiran KUMON CONNECT.
Kumon digital ini dapat mendekatkan anak-anak, orang tua, dan
Pembimbing Kumon melalui komunikasi intens serta hubungan personal yang
terjalin lebih erat. Seperti yang dibahas sebelumnya, orang tua dan pengajar
harus jalan beriringan agar hasil pembelajaran dapat mencapai hasil
maksimal. Itulah tujuannya.
Di Kumon Connect, semua yang dibutuhkan anak untuk belajar ada di
perangkat tablet mereka. Tablet! Anak zaman sekarang pasti akrab sekali
dengan gadget yang satu ini, kan? Kemudian Pembimbing Kumon dapat lebih
leluasa memantau kemajuan belajar harian siswa, serta yang tak kalah penting
adalah akses peninjauan orang tua yang juga terhubung dengan Pembimbing
untuk mendukung proses belajar terbaik.
Agar lebih jelas, yuk, bahas satu per satu!
🌸 Bisa Belajar Kapan Saja dan Di Mana Saja
Karena semua kebutuhan belajar siswa sudah ada dalam perangkat tablet, maka siswa dapat mengakses lembar kerja mereka hanya
dengan satu ketukan layar, mengerjakan lembar kerja dengan
stylus pen dan mengirimkannya ke Pembimbing di mana saja dan
kapan saja. Fleksibel. Anak tentu akan lebih rileks dan bebas mengerjakan
latihan-latihannya.
🌸 Optimalkan Potensi Belajar
Lembar kerja digital yang telah diselesaikan siswa dapat segera diperiksa,
diberi catatan, dan digunakan sebagai acuan oleh Pembimbing Kumon untuk
mengamati kondisi belajar, kemampuan, dan perkembangan mereka. Ini
penting untuk mengoptimalkan potensi belajar anak.
🌸 Memudahkan Akses dan Evaluasi Kemajuan Belajar
Siswa dan orang tua dapat dengan mudah mengakses catatan belajar,
seperti nilai, waktu, dan kemajuan belajar cuma dari tablet.
Tinggal klik, siswa bisa mengakses riwayat belajarnya, melihat seberapa
cepat dan akurat hasil pembelajarannya. Pada saat yang sama, teknologi
ini juga memberi ruang bagi orang tua untuk mengapresiasi pencapaian
anak. Orang tua jadi lebih aktif mendampingi proses belajar
anak-anak.
🌸 Mendapatkan Pengalaman Berharga
Dengan koneksi baik yang terbangun melalui Kumon Connect, bukan hanya
siswa yang mendapatkan pengalaman belajar yang lebih praktis dan
menyenangkan, tapi orang tua juga dapat memahami rutinitas, konsistensi,
dan kemajuan belajar anak. Teknologi ini pun memfasilitasi Pembimbing
untuk menyesuaikan rencana belajar dengan segera agar dapat membantu
siswa belajar secara konsisten dan efisien.
Penerapan teknologi dalam proses belajar yang sesuai
dengan zamannya ini, menciptakan sesi belajar yang akrab dengan gaya hidup anak, sehingga berdampak baik pada peningkatan kepercayaan diri,
kemampuan belajar, dan potensi diri mereka. Harapannya, belajar tidak lagi dirasa sebagai beban, tapi aktivitas yang disuka dan diinginkan.
Dari video tersebut dapat kita lihat bersama Kumon Connect sangat mengerti
akan pentingnya pemantauan dan bimbingan dalam belajar. Tentunya tak melupakan
proses belajar yang sesuai dengan eranya anak-anak. Seperti bimbel Matematika anak yang mungkin sering kali dianggap terlalu kaku
dan serius, dapat dilalui dengan lebih menarik, atau
les Bahasa Inggris anak yang bisa saja dirasa sulit karena grammar atau
banyaknya kosa kata yang mesti dihafal, dapat dijalani dengan lebih
menyenangkan.
Penerapan teknologi bukan lagi sebagai adu kecanggihan, tapi kebutuhan dalam
pendidikan agar tidak tertinggal pesatnya kemajuan. Seperti kata UNESCO dalam
Laporan Pemantauan Pendidikan Global (dikutip dari Laporan Peran Teknologi
Dalam Transformasi Pendidikan Di Indonesia oleh OliverWyman),
“Teknologi tidak perlu canggih untuk dapat memberikan dampak, tetapi
teknologi harus spesifik sesuai dengan konteksnya.” Manfaatnya akan begitu besar, bila diaplikasikan dengan bijak, jelas
fokusnya, dan sesuai kebutuhannya.
Saya sebagai orang tua dengan anak-anak usia sekolah, tentu sangat bersyukur
dengan reformasi pendidikan dalam teknologi yang semakin menguatkan peran saya
dalam mendampingi mereka. Begitu pula fasilitasi tenaga pengajar,
instansi/lembaga pendidikan, hingga pihak berkaitan lainnya. Dan yang
terpenting, sesuai dengan zaman di mana anak-anak bertumbuh.
Semoga bermanfaat.
Referensi
id.kumonglobal.com
Laporan
Peran Teknologi Dalam Transformasi Pendidikan Di Indonesia oleh
OliverWyman.
Tautan: https://www.kemdikbud.go.id/main/files/download/9d18462daed4a78
Singapura Terapkan Pelajaran Pemrogaman Bagi Siswa SD pada 2020.
Tautan: https://katadata.co.id/digital/teknologi/5e9a50d957d6e/singapura-terapkan-pelajaran-pemrogaman-bagi-siswa-sd-pada-2020
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)