Sejak anak pertama, saya sudah ekstra berjaga setiap kali anak-anak demam. Riwayat kejang yang saya miliki, berpotensi diwariskan. Rasa kantuk pasti saya lawan sekeras mungkin agar tidak kecolongan kalau (amit-amit) tiba-tiba kejang. Tidak menyangka anak kedua saya mengalami kejang sekitar satu bulan yang lalu karena suhu tubuhnya terlalu tinggi, mencapai 40 derajat Celcius. Tidak turun meski sudah diminumkan paracetamol.
Badan anak saya mulai hangat sejak sore. Hangat, bukan yang demam tinggi. Untuk berjaga, saya beri Tempra dan suhunya sempat turun. Saya pun masih mengecek mengandalkan naluri tangan (walau ini tidak disarankan, ya) karena memang anaknya juga masih aktif bermain. Malah loncat-loncatan hingga sebelum tidur.
Baca juga: GROWING PAINS pada Masa Pertumbuhan, Penyebab Kaki Anak Sering Sakit Dimalam Hari
Tapi setelah tidur, mendadak suhu tubuhnya makin naik dan terus tinggi. Mencapai 39 derajat Celcius. Sempat saya beri paracetamol lagi sekitar jam 2 malam. Hingga akhirnya kejang pertama kira-kira jam setengah 3.
Sebelumnya saya juga berusaha mengompres dengan air biasa. Tapi tidak membantu sama sekali. Suhu tubuhnya tetap tinggi dan terlihat begitu sakit. Demam kali ini menjadi pemicu kejang pertamanya.
Kejang Pertama
Di UGD setelah kejang pertama. Sangat lemas. |
Saya panik sejadi-jadinya. Teori yang saya baca hilang seketika. Tidak tahu harus berbuat apa. Bayangkan, saya hanya berdiri sambil menangis. Berteriak rintih ke anak pertama saya yang tidur di sampingnya, "Bang, Alby kejang, Bang. Alby Kejang." Hanya itu yang saya ulang-ulang sampai kejangnya berhenti.
Bila ada yang anaknya juga baru pertama kali kejang, berikut saya detailkan apa yang terjadi.
- Dimulai dari demam tinggi mendadak. Sangat cepat suhu tubuhnya naik.
- Diberi paracetamol tidak berhasil menurunkan panas.
- Kejang terjadi saat anak tidur.
- Badan menghentak, menegang, kaku, terlihat sekali pada tangan dan kakinya. Saking kakunya, sampai menekuk ke bawah.
- Mata terbuka dan melihat ke atas.
- Mulutnya berbuih.
- Disertai juga dengan erangan atau seperti suara ngorok yang keras.
- Anak saya kejang sekitar 1 menit. Saya tidak melihat waktu pastinya. Tapi tidak yang terlalu lama.
- Setelah kejang, anak saya langsung tertidur pulas.
Melihat ia tidur, saya makin panik. Takut tidak sadarkan diri atau pingsan. Bergegas saya bangunkan kakaknya dan segera membawa ke rumah sakit terdekat. Semakin dirasa diuji, kebetulan suami juga lagi dinas ke Makassar. Tidak mungkin membawa mobil sendiri, saya minta tolong satpam mengantarkan. Yang saya pikirkan hanya rumah sakit terdekat dan anak saya jangan sampai kejang lagi. Karena panasnya masih tinggi.
Dalam kondisi sepanik apa pun saat ke rumah sakit, jangan lupa membawa kartu-kartu penting seperti KIA, BPJS atau asuransi, kartu RS bila ada, KTP dan sebagainya.
Singkat cerita, di UGD yang nyaris kosong karena tengah malam, anak saya dicek suhu tubuhnya dan diberi obat anti kejang melalui (maaf) anus. Berhubung ini kejang pertamanya, jadi disuruh rawat inap. Tapi tidak mungkin karena saat itu kamar RS penuh dan saya mesti menunggu di IGD entah sampai kapan. Apalagi anak pertama saya juga tak bisa ditinggal di rumah sendiri. Sampai akhirnya saya minta pulang saja dengan bekal obat penurun panas.
Kejang Kedua dan Ketiga
Di UGD RS Muhammadiyah Taman Puring setelah kejang kedua |
Panas tidak kunjung turun. Dikompres maksimal sampai ke leher, ketiak, hingga kaki juga masih sia-sia (belakangan saya tahu kalau mengompres itu sebaiknya dengan air hangat). Hingga siangnya, sekitar jam 3 sore, kejang kedua terjadi. Kali ini saya miringkan tubuhnya seperti yang disarankan dokter UGD. Agar tidak tersedak liurnya. Lalu baringkan di kasur yang datar dan jangan berikan apa pun ke mulutnya. Masih dengan durasi kejang yang sama dengan sebelumnya. Seketika setelah kejang berhenti, langsung saya bawa kembali ke rumah sakit dekat rumah .
Yang dilakukan saat anak kejang.
- Baringkan di kasur yang datar dan lega.
- Miringkan tubuh anak.
- Jangan ditahan, dipeluk, atau apa pun yang menghentikan hentakan dan kekakuan tubuhnya, karena ini bisa berakibat cedera.
- Jangan memasukkan benda apa pun ke mulut anak.
- Bila kejang pertama atau/dan berulang dalam waktu 24 jam, seperti anak saya, langsung bawa ke rumah sakit.
Di saat panik makin menjadi, malah mendapat penanganan kurang mengenakkan di UGD. Padahal tadi malam penanganannya sangat baik. Anak saya yang masih panas tinggi tidak ditangani. Malah terus terusan disuruh menunggu. Tidak ingin kejang lagi, saya langsung pindah ke rumah sakit Muhammadiyah Taman Puring. Alhamdulillah segera dicek suhu dan diberi paracetamol. 40 derajat!
Anak saya pun akhirnya di rawat. Saya manut karena memang ini yang dibutuhkan.
Tapi, baru masuk ruangan rawat inap, saya tinggal wudhu sebentar, dia kejang yang ketiga. Total sudah 3 kali kejang. Langsung suster memasukkan obat anti kejang dari (maaf) anus untuk meredamnya. Dengan kondisi kejang yang sama dan langsung tertidur pulas setelahnya. Dibangunkan suster pun tidak mau. Kestabilan kondisinya hanya dicek menggunakan oximeter. Kata suster masih baik.
Pelajaran selanjutnya, setelah anak kejang, tetap panggil dan tepuk-tepuk badannya agar sadar. Supaya kita tahu bahwa ia tidak pingsan atau mengalami kondisi mengkhwatirkan lain seperti kekurangan oksigen dan sebagainya.
Total di hari yang sama, anak saya mengalami 3 kali kejang.
Pengalaman pertama yang sungguh tidak ingin terulang. Membayangkannya kembali saat menulis ini saja masih bikin remuk. Ya Allah jangan sampai kejang lagi.
Selama Dirawat di Rumah Sakit
Saat kondisi mulai membaik ketika di rawat |
Beberapa obat yang diberikan selama di rawat adalah sebagai berikut.
- Paracetamol melalui infus.
- Antibiotok melalui infus (kata dokter, anak saya demam karena serangan bakteri)
- Sejenis obat penenang yang berfungsi mencegah kejang (obat minum).
Saat dokter anak berkunjung, pesan yang harus selalu saya ingat adalah bahwa kejang berpotensi untuk berulang sampai usia 6 tahun. Jangan sampai meninggalkan anak sendirian, segera beri paracetamol saat anak demam walau suhunya masih sekitar 37-an derajat (jangan tunggu sampai tinggi). Wajib cek terus suhu tubuh dengan termometer. SIAGA!
3 hari di rawat, kondisinya sudah mulai stabil, sampai diperbolehkan pulang. Tentunya dengan bekal obat yang harus diminumkan di rumah. Memang saya berjodohnya dengan RS Muhammadiyah Taman Puring. Selalu puas dengan dokter dan suternya yang ramah dan cepat tanggap. Bisa BPJS pula.
Melanjutkan Perawatan di Rumah
Obat yang dibawa pulang ke rumah setelah di rawat |
Ini obat yang diresepkan untuk di rumah.
- Paracetamol, diminum ketika demam.
- Cefixime, antibiotik yang harus dihabiskan.
- Valisanbe, obat penenang yang wajib diberikan bila suhu tubuh mencapai 39 derajat Celcius untuk mencegah kejang.
- Stesolid Diazepam, diberikan bila kejang (jangan sampai ya Allah).
Sempat tubuhnya hangat kembali, tapi suhunya tidak tinggi. Langsung saya minumkan saja paracetamol. Pokoknya tidak menunggu 38,5, suhu tubuh sudah naik dan wajahnya menunjukkan tidak enak badan, langsung saya minumkan.
Jadi sampai sekarang, saya selalu membawa obat-obatan ini ke mana pun pergi. Beserta termometer dan oximeter untuk mengecek suhu dan kestabilan tubuhnya.
Baca juga: Mengobati Mata Merah, Bengkak dan Belekan pada Anak
Setelah saya membaca dan mencari tahu, kejang demam anak bisa dibilang tidak berbahaya. Tapi harus dipantau juga karena ada persentase kecil yang memungkinkan anak menderita epilepsi. Cuma angkanya sangat kecil dan sejauh ini kejang demam masih dinilai tidak berbahaya secara medis. Adik saya yang kebetulan seorang dokter, sampai membaca buku pelajarannya untuk mencari dampak kejang demam. Semoga aamiin ya Allah. Anak-anak selalu sehat walafiat.
Saya berbagi pengalaman ini agar bisa menjadi pengingat saya untuk jangan lengah memantau kondisi anak kedua saya hingga usia 6 tahun, serta dapat pula menjadi referensi bagi orang tua yang sedang menghadapi kejadian serupa. Saya merasakan betul bagaimana paniknya. Saya berharap tulisan ini bisa sedikit menenangkan dan memberi informasi yang dibutuhkan.
Semoga bermanfaat.
Aku tahu bagaimana rasanya melihat anak kejang ya mba, karena anakku juga ngalamin pas dia masih kecil, bedanya mulutnya gak berbuih. Hanya tiba tiba lemes terkulai, hingga puncaknya pas panas lagi bibirnya abu abu dan matanya ke atas langsung aku bawa ke rumah sakit. Begitu di infus dan di masukkan obat penurun panas lewat dubur langsung seger dan keliling kamar rumah sakit sambil bawa infus. Kata dokter anakku gak kuat walaupun baru 38 derajat, jadi ya seperti mba, kita harus waspada kalau dia demam. Untungnya setelah makin dewasa gak pernah ngalamin kyk gitu lagi. Semoga anak mba makin kuat dan sehat sehat terus ya
ReplyDeletePeluuuuuuuukkk...
DeleteHati rasanya hancur banget ya Mbak pas lihat anak begitu. Berarti kejangnya beda ya. Aku baca, kejang anak ini juga macam-macam kejadiannya. Yg diem aja pun ada.
Makasih udah berbagi, Mbak. Semoga anakku juga nggak kejang lagi seperti anak Mbak. Aamiiin YRA.
Melihat anak demam aja rasanya deg-degan dan ngga tenang, apalagi kejang ya...pasti bikin panik. Alhamdulillah anak-anak saya ngga pernah kejang. Dan sekarang mereka sudah dewasa, sudah makin kuat dan sehat Insya Allah.
ReplyDeleteMelihat anak demam aja rasanya deg-degan dan ngga tenang, apalagi kejang ya...pasti bikin panik. Alhamdulillah anak-anak saya ngga pernah kejang. Dan sekarang mereka sudah dewasa, sudah makin kuat dan sehat Insya Allah.
ReplyDeleteAlhamdulillah semoga anak-anak Mbak selalu sehat yaa
DeleteSemoga anakku juga enggak kejang lagi sampai nanti-nanti aamiiin YRA
Alhamdulilah dua anakku kalau demam tinggi gak kejang , selalucepat dibawa ke dokter, krn aku punya pengalaman saat kecil adikku sering kejang2 saat demam
ReplyDeleteAlhamdulillah semoga anak-anaknya selalu sehat ya Mbak
DeleteBaca Ini buatku juga seperti buka memori lama. Kedua anakku juga pernah kejang saat bayi. Dan itu betul2 bikin panik ðŸ˜ðŸ˜. Tau banget yang mba rasain, apalagi sampe berulang 3x 😞.
ReplyDeleteAku baru tahu juga kejang ini turunan pas ditanya dokter dulu, ada riwayat kejang ga dlm keluarga, dan aku memang pernah kejang saat kecil.
Sama mba, sejak kejadian kejang itu, ga pernah sekalipun aku biarin bdn anak panas dikit tanpa diksh obat. Biasanya lgs paracetamol aku kasih. Jadi ga nunggu demam tinggi.
Skr anakku udh gede, alhamdulillah ga pernah berulang lagi. Semoga nanti anak mba juga ga mengalami kejang lagi yaa
Ya Allah aku berasa punya temeeeen. Hancur banget ya Mbak pas lihat anak kejang gitu. Bikin trauma.
DeleteAlhamdulillah sekarang udah pada besar anak-anak Mbak. Semoga anakku juga enggak kejang lagi seiring umurnya bertambah, aamiiiin YRA