5 tahun lalu, tahun 2020, banyak teman-teman pengusaha kuliner dan UMKM, khususnya di Jogja, tiba-tiba kehilangan pasar mereka. Kegiatan dan event berhenti, distribusi terhambat. Mereka bukan hanya kehilangan omzet, tapi juga harapan. Benar-benar situasi yang sulit.
Tapi, kalau kita
hanya diam, bagaimana nasib teman-teman yang curhat makanannya enggak laku?
Keluarga-keluarga yang dikarantina dapat solusi apa karena tak ada akses
makanan?
- Eri Kuncoro, Founder Yuk Tukoni -
![]() |
Revo Suladasha dan Eri Kuncoro | Foto: Youtube channel Tukoni Indonesia |
Sepertinya burung dalam sangkar
masih sedikit lebih lega. Pandemi Covid-19 justru membuat kita serasa bagai
katak dalam tempurung. Terkurung, tertutup demikian rapat, nyaris tak
berinteraksi. Bahkan untuk interaksi yang tak dapat dihindari pun, seperti demi
memenuhi kebutuhan dasar, mesti menghadapi kecam ketakutan kalau-kalau virus
menyelinap melalui celah yang luput dari perhatian. Dunia seolah terhenti.
Mana mungkin kita lupa? Masa
yang menyimpan jutaan kisah tentang jatuh dan bertahan. Masa yang melahirkan
gerak nurani manusia untuk saling bantu membangun kapal penyelamat agar tak
tenggelam. Gotong royong menjadi solusi untuk beradaptasi, inovasi diperlukan
untuk membawa perubahan di masa-masa sulit. Dan salah satu kapal penyelamat itu bernama Yuk Tukoni.
Gerakan Yuk Tukoni digagas oleh
Revo Suladasha yang memang sudah berkecimpung dan berpengalaman di bidang Food
and Beverage (F&B), bersama rekannya seorang konsultan marketing Eri
Kuncoro, sebagai wujud kebersamaan dan cepat tanggap dalam masa pandemi, demi
melanjutkan putaran roda usaha para UMKM kuliner yang terdampak. Di mana secara tidak
langsung, juga membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan pangan mereka di masa peliknya karantina, serta membuka lapangan pekerjaan baru ketika
korban PHK bertebaran di mana-mana.
Gerakan sosial penyambung nafas UMKM, itulah Yuk Tukoni.
Fakta Terdekat Justru Jadi Dorongan Kuat
![]() |
Ide Yuk Tukoni terinspirasi dari masalah sekitar | Foto: Youtube channel Tukoni Indonesia |
"Namanya Pak Amin, salah
satu penjual mie ayam enak yang menjadi langganan di perumahan saya. Rumah saya
di Baciro, kalau di Jogja," Eri membuka cerita. Perintah karantina saat
pandemi, membuat perumahan diisolasi dan tak memperbolehkan orang luar masuk.
Dengan gelut hati yang pasti sangat berat, Pak Amin pamit karena tidak bisa
berjualan mie ayam lagi. Orang saja nggak ada yang masuk, apalagi
jualan?, itu kata Pak Amin. Mirisnya, Pak Amin tak tahu harus berbuat apa,
tak ada rencana. Mau pulang kampung pun mau ngapain? Mata pencariannya, sumber
nafkah keluarganya, terenggut dalam waktu singkat.
Inilah titik yang menginspirasi
Eri dan Revo untuk ambil peran. Diam? Tak membawa perubahan apa-apa.
Eri mencoba berinovasi agar mie ayam bisa dinikmati tanpa harus keluar
rumah. Mie ayam yang bisa dimasak sendiri, sehingga tak perlu khawatir dengan
kehigienisannya. Tapi, tetap praktis dengan cita rasa yang sesuai dengan mie ayam buatan Pak Amin.
Eri memesan mie ayam Pak Amin dalam porsi yang cukup banyak, mengemasnya menjadi frozen food, dilengkapi dengan tata cara pembuatan, kemudian dibagikan ke orang-orang. Ternyata bisa! Alur pembelian mie ayam yang biasanya langsung ke gerobak dan dibungkus panas-panas, kini bisa dijual dalam versi beku yang tetap praktis dimasak sendiri.
![]() |
Produk Yuk Tukoni berkonsep makanan beku siap masak | Foto: Youtube channel Tukoni Indonesia |
"Karena dalam masa pandemi, higienis menjadi hal mutlak. Makanan yang dapat dimasak sendiri, tentu
lebih terjamin higienitasnya," itulah alasan Eri yang nantinya akan menjadi standar produk Yuk Tukoni. Akhirnya, Pak Amin tak jadi
pamit karena membuat pesanan Eri, tahu bagaimana menjual mie ayamnya meski tak
lagi bertatap langsung dengan pelanggan, dan pastinya berhasil beradaptasi
pada perubahan yang nyaris membuat usahanya gulung tikar.
Mulai dari ingin berdampak. Lihat sekitar dengan hati terbuka. Setiap masalah bisa jadi cerita yang menggerakkan. Itu yang ditekankan Eri.
Pak Amin hanya salah satu
pedagang atau UMKM kuliner yang terdampak pandemi. Dari yang tampak saja, entah
berapa banyak usaha yang ada di sekitar kita, langganan kita, atau mungkin
milik kita sendiri yang begitu kesulitan mempertahankan nafasnya agar tak terhenti. Apalagi usaha
kuliner dengan bahan baku dan produk jual yang rentan rusak. Sehari saja tak laku terjual, besok tak lagi segar, bahkan tak lagi layak untuk ditawarkan pada
pembeli.
Data pun berbicara. Tahun 2021, diungkapkan oleh Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso yang menjabat kala itu, sejumlah data kajian menjelaskan bahwa UMKM yang terdampak pandemi mencapai 82,9 persen. Hanya sebagian kecil saja, sekitar 5,9 persen yang mengalami pertumbuhan positif. Jumlah UMKM di Indonesia tercatat sebanyak 64,19 juta, yang mana sekitar 99,92 persennya atau 64,13 juta merupakan usaha mikro dan kecil.
Susiwijono melanjutkan, salah satu
faktor penyebab keterdampakan ini adalah sebagian besar UKM di Indonesia masih
menjalankan bisnisnya secara offline. Dari 13 juta UKM di Indonesia,
hanya 13% yang sudah mengadopsi digitalisasi. (Sumber: suaramerdeka.com)
Bila akar masalahnya adalah digitalisasi, atau digitalisasi dapat menjadi solusi, barang pasti sudah sejalan dengan apa yang diupayakan oleh Revo dan Eri. Konsep digitalisasi inilah yang
diterapkan dalam menjalankan gerakan Yuk Tukoni. Seperti
maknanya dalam Bahasa Jawa yang berarti yuk beli, Yuk Tukoni
menjadi "rumah" yang memasarkan dan mendistribusikan produk UMKM
kuliner agar dapat menyesuaikan diri di tengah perubahan pandemi. Bukankah yang
mampu beradaptasilah yang mampu bertahan?
![]() |
Pengemasan dan promosi menarik produk UMKM kuliner di akun Instagram @yuktukoni |
Yuk
Tukoni mengemas ulang produk UMKM yang telah terdaftar, memastikan produk
sesuai standar dan lolos quality control (QC), kemudian dipromosikan secara online
sehingga bisa menjangkau pasar yang lebih luas meski dalam keadaan lock
down. Banyak keluarga terbantu dalam pemenuhan kebutuhan makanannya, sedangkan rekan atau SDM yang direkrut adalah para korban
pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi.
Satu gerakan untuk banyak perubahan. Satu gerakan untuk membantu banyak orang.
Mulai dari Freezer Pijaman, Hingga Gandeng Kuliner Kenamaan
![]() |
Lokasi Yuk Tukoni di Babarsari Yogyakarta | Foto: Google Maps |
Revo pun menambahkan bahwa
peralatan yang dibutuhkan dipilih yang berharga murah agar lebih hemat. Bahkan
rumah penyimpanan di awal dulu, juga bangunan pinjaman. "Pokoknya jalan
dulu," ujarnya. Eri dan Revo sebagai founder, sangat
percaya akan kekuatan gotong royong. Bisa dikatakan Yuk Tukoni tak akan hadir
bila tak ada kerja sama. Sebagai biaya operasional, Yuk Tukoni bertumpu
pada selisih lebih 15% dari harga yang ditentukan oleh UMKM mitra. Revo mengakui
bahwa perolehan ini sebenarnya kurang. Namun, karena diniatkan untuk gerakan
sosial, maka harus dicukupkan.
Hanya dalam 12 hari masa persiapan,
digagas pada tanggal 1 April 2020, Yuk Tukoni memulai gerakannya pada tanggal
12 April 2020. Mulanya hanya 10 UMKM yang bergabung. Ide yang dituangkan dalam
aksi nyata, menjadi bukti yang membangun kepercayaan dengan sendirinya. Tak
lama setelah itu, dukungan mulai berdatangan, terutama dari circle pertemanan,
seperti penyewaan ruko Yuk Tukoni di daerah Babarsari Yogyakarta (yang
ditempati dari April 2020 hingga sekarang), gaji karyawan yang masih beberapa
orang dan memang sangat dibutuhkan untuk mengerjakan beberapa tugas agar tidak
keteteran, hingga perlengkapan lainnya. Revo, Eri, dan dibantu beberapa teman
patungan agar kebutuhan dana tersebut terpenuhi.
Setelah melakukan berbagai strategi,
UMKM pun semakin antri untuk bergabung. Salah satu strategi yang sukses
memberi dampak positif cukup besar adalah dengan mengajak usaha kuliner
ternama di Jogja sebagai mitra Yuk Tukoni. Dua dari 10 usaha kuliner ternama tersebut yaitu Mie Ayam Bu Tumini dan Mangut
Lele Mbah Marto. Bayangkan, meski di rumah, tetap bisa menikmati makanan hits
dan khas Jogja dengan higienis.
Kerja sama ini menguntungkan kedua belah pihak. Mie Ayam Bu Tumini yang tetap buka, sepi sejak pandemi.
Mangut Lele Mbah Marto justru tutup karena lokasi tempat jualannya terkena lock
down. Siapa sangka, melalui Yuk Tukoni, dalam sehari, penjualan melejit
mencapai 100-200 porsi. Bahkan Mie Ayam Bu Tumini sampai kebanjiran orderan
hingga 2000 porsi di hari pertama! Melebihi kesanggupan produksi, sehingga
pesanan harus dibatasi. Ini bukti penerimaan positif UMKM dan masyarakat atas
inovasi adaptif dari Yuk Tukoni.
![]() |
Mie Ayam Bu Tumini | Foto: Youtube channel Tukoni Indonesia |
Tapi, hasil baik itu sempat diwarnai
masalah. Revo masih ingat betul, kerja sama yang menjadi harapan, malah ramai
diperbincangkan di platform media sosial Twitter (sekarang sudah berganti nama
dengan X). Mie Ayam Bu Tumini dibilang tidak bekerja sama secara resmi denganYuk Tukoni. Padahal, jelas-jelas sudah dikomunikasikan dengan anak tertua beliau. Untungnya, setelah diselesaikan secara kekeluargaan, masalah ini
selesai. Malah menghadiahi bonus "promosi gratis" karena Yuk Tukoni
menjadi dikenal di jagat maya. "Ini membuat orang penasaran," kata
Revo.
Selain UMKM, Yuk Tukoni juga
menjadikan chef-chef hotel sebagai mitra. "Selama
pandemi, hotel kan enggak ada tamu. Tapi, dapurnya ada. Buat makanan apa saja
yang bisa di-packing. Buat makanan di hotel, nanti dijual,"
begitu Eri mengomunikasikannya. Sehingga hotel masih mendapat pemasukan dari
makanan yang dijual dalam bentuk kemasan.
UMKM kembali bernafas, itulah dampak yang paling terasa. Walau berjarak, tetap bergerak.
Dalam 6 bulan saja, Yuk Tukoni berhasil menjual 18.500 bungkus makanan. Berjalan 2 tahun, UMKM mitra yang
mulanya hanya sepuluh itu, berkembang pesat menjadi 260 mitra dengan 500 jenis produk. Omzet penjualan tembus ratusan juta dengan angka tertinggi mencapai 350 juta per bulan saat pendemi. Yuk Tukoni kini bak supermarket yang
menyediakan berbagai produk kuliner, mulai dari olahan makanan, bumbu dapur,
buah dan sayur, hingga daging dan ikan segar. Ini semakin dekat dengan
harapan Revo dan Eri, Yuk Tukoni dapat menjadi satu tempat yang menjual berbagai macam produk
dari berbagai brand.
Yuk Tukoni Terus Melebarkan Sayap
![]() |
Yuk Tukoni terus melebarkan sayap | Foto: jayakartanews.com |
Seiring berakhirnya pandemi, mobilitas pun kembali berangsur normal, warga Yogyakarta sudah lebih bebas untuk langsung mendatangi tempat makan favorit mereka. Bukan berarti Yuk Tukoni sepi pembeli. Malah pembeli berdatangan dari luar provinsi, dari mereka yang rindu akan masakan khas Yogyakarta. Ada yang dari Bandung dan kota lain, yang secara jarak tak lagi bisa diantar langsung atau diambil ke Babarsari. Maka dari itu, Yuk Tukoni kembali mengajak UMKM mitranya untuk adaptif agar dapat mempersiapkan produk-produk yang memungkinkan untuk dikirim ke luar kota. Demi pelayanan ini juga, Yuk Tukoni akhirnya bekerjasama dengan ekspedisi Paxel.
![]() |
Pengemasan aman dan rapi | Foto: Youtube channel Tukoni Indonesia |
Penjualan offline pun
mulai dimasuki. Yuk Tukoni membuka tempat makan di Ambarrukmo Plaza dan mengisi outlet di SPBU Timoho Yogyakarta.
Namun, hanya tersedia produk-produk dengan penjualan terlaris saja dan beberapa
produk baru yang di-rolling sebagai pengenalan. UMKM yang produknya dijual di sini, tak dipungut biaya untuk sewa tempat atau sebagainya. Hanya dimintai izin
dan persetujuan menaikkan harga sesuai kesepakatan untuk menutupi biaya.
Tentu saja ini menguntungkan bagi UMKM.
Tak kalah inovatif dan bisa dibilang mengikuti tren, Yuk Tukoni juga menjalankan jasa titip atau familiar disebut jastip, bernama Mang Jastib. Layanan ini diberikan untuk para reseller luar kota. Para reseller bisa memesan produk kuliner yang tidak terdaftar di list Yuk Tukoni, nanti akan dibantu membelikanya. "Beberapa waktu lalu, datang orderan senilai 18 juta sampai 20 juta dari Bandung," ungkap Revo. Bahkan ke depannya, Yuk Tukoni berencana membuat aplikasi khusus untuk layanan jastip ini.
Dengan semangat untuk terus berdampak, Yuk Tukoni tak henti membuktikan bahwa gerakan sosial yang menggaungkan kolaborasi dan gotong royong, dapat menguntungkan banyak pihak.
Tanggung Jawab Mengukuhkan Pondasi UMKM
![]() |
Langkah Yuk Tukoni masih panjang untuk terus mewadahi dan membantu para mitra UMKM | Foto: Youtube channel Tukoni Indonesia |
Maka dari itu, UMKM yang ingin
bergabung atau setelah bergabung, tidak dilepas begitu saja. Misalnya dalam
tahapan kurasi dalam proses seleksi UMKM, bila tidak lolos kurasi, maka diberi
masa inkubasi agar memenuhi syarat higienitas produk. Selain itu Yuk Tukoni
juga memberikan pendampingan dan pembekalan berupa workshop kepada para pelaku
UMKM agar lebih maju ke depannya. Bukan hanya mampu mempertahankan usaha saat
pandemi, tapi berkelanjutan untuk jangka panjang.
Revo menyayangkan sekali ketika menghadapi pelaku UMKM yang hanya fokus pada uang. Ketika sudah mendapatkan uang dari penjualan, mereka merasa tak perlu berbuat lebih. Padahal, ketika usaha semakin dikembangkan, bukan hanya menguntungkan dalam hal keuangan, tapi juga bisa memberi pekerjaan bagi orang lain dan berantai hingga ke pemasok. Pemahaman ini yang terus ditanamkan agar UMKM memiliki mental seorang pebisnis, bukan pedagang.
Dampak perubahan yang diberikan oleh Yuk Tukoni kepada UMKM kuliner Yogyakarta, berhasil membawa Revo dan Eri sebagai penerima Anugerah Satu Indonesia Award tahun 2020 kategori Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19. Berkat didaftarkan oleh salah satu rekan media yang menyaksikan perjuangan mereka.
Begitulah cara semesta bekerja, selalu membuka jalan untuk kebaikan. "Ini bukan hanya soal penghargaan, ini bentuk pengakuan bahwa gotong royong masih relevan dan sangat kuat di masa krisis itu," ujar Eri hangat.
Perjalanan Yuk Tukoni masih
panjang. Sudah mengumpulkan banyak sekali pelaku UMKM, tentu menjadi tanggung
jawab besar bagi Revo da Eri untuk terus merangkul mereka ke depannya. Masa pandemi memang telah
berlalu, namun UMKM harus tetap mempersiapkan diri dan mengokohkan pondasi
agar mampu bersikap adaptif di masa mendatang. Perubahan adalah keniscayaan. Tak ada yang tahu masa berat seperti apa
yang mungkin terjadi nanti. Selama gotong royong dan kolaborasi masih
menggenggam kekuatannya, bersama pasti bisa mempertahankan dan menjaga apa yang
telah diperjuangkan.
Eri pun berpesan bahwa jangan
pernah meremehkan satu langkah kecil. Karena dari situlah nyala besar bermula. Jaga nyala ini agar tidak padam, sampai akhirnya menjadi kobaran semangat yang
menggerakkan banyak perubahan.
Referensi
Workshop Menulis Online dan
Bincang Inspiratif Sesi 1 tanggal 8 Oktober 2025 yang menghadirkan Eri Kuncoro
, Founder Yuk Tukoni
Platform E-Commerce “Tukoni”
Melawan Kebangkrutan di Tengah Pandemi. Tautan
https://jayakartanews.com/platform-e-commerce-tukoni-melawan-kebangkrutan-di-tengah-pandemi/
(diakses tanggal 16 Oktober 2025)
Bergerak untuk UMKM Jogja Selama Pandemi. Tautan: https://ekonomi.republika.co.id/berita/qjx9qo457/bergerak-untuk-umkm-jogja-selama-pandemi
(diakses tanggal 16 Oktober 2025)
Jalani Tukoni untuk Senyum UMKM di Tengah Pandemi. https://ekonomi.bisnis.com/read/20211231/12/1483922/jalan-tukoni-untuk-senyum-umkm-di-tengah-pandemi (diakses tanggal 16 Oktober 2025)
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)