Bayiku Kuning

6 comments
Source : freepik.com

Seminggu setelah bayiku, Byan, lahir semuanya dirasa baik-baik saja. Dia terlihat sehat, asi lancar, pipis dan BAB pun normal. Hanya saja memang saat itu musim hujan jadi tidak bisa dijemur. Selain itu dia juga sering tidur dan terkadang jadwal mimiknya kelewat. Dia juga semakin jarang menangis. Tapi ya aku anggap itu masih wajar karena memang bayi baru lahir lebih sering tidur. Orang tua bilang kalo bayi tertidur pulas itu berarti dia kenyang, nanti kalo laper juga nangis sendiri.

Hari itu jadwal pertama Byan kontrol ke dokter anak. Aku berangkat ke rumah sakit bersama suami dan mamaku. Setelah daftar dan ngantri, kami pun bertemu dokter. Saat dokter meraba kulitnya, langsung dibilang kalo Byan kuning. Aku langsung bingung. Kok bisa kuning? Kulitnya nggak kuning kok, matanya juga nggak kuning. 

Kemudian dokter memberitahu bahwa cara mengetahui bayi kuning atau tidak adalah dengan menekan kulitnya dibagian jidat atau hidung, kemudian dilepas. Jika ada bekas kuning yang muncul di area yang ditekan tersebut, maka bayi dinyatakan kuning

Aku yang saat itu masih seorang ibu baru yang lugu dan tidak tau apa-apa langsung panik, kalut, nangis. Aku ngerasa nggak bisa  ngerawat anakku dengan baik sampai dia bisa kuning begitu. Mamaku menenangkan, bilang bahwa bayi kuning itu wajar kalo kuning. Banyak kok bayi yang kuning. Tapi tetap aja itu nggak bisa bikin aku tenang. 

Dokter menyuruh kami untuk melakukan cek kadar bilirubin ke laboratorium. aku makin panic. Berarti nanti darahnya diambil pake jarum suntik dong? Aduuuh nggak tega ngeliat bayi semungil itu disuntik-suntuik. Alhasil yang masuk kedalam lab hanya suamiku. Ternyata ngambil darahnya cuma pake alat yang dipake saat kita ngecek golongan darah waktu donor darah itu lho. Yang cuma ditusuk pake jarum kecil. Ya walupun masih nggak tega, paling nggak anakku nggak disuntik.

Setelah menunggu selama 1 jam akhirnya hasil cek darah pun bisa diambil. Kami masuk lagi ke ruangan dokter dan memberikan lembar hasil pemerikasaannya. Ternyata kadar bilirubin Byan mencapai 14 mg/dl dan itu termasuk tinggi.


Kadar normal bilirubin bayi adalah < 5 mg/dl.

Dokter memberikan kesempatan kepada kami untuk membawa pulang Byan selama 3 hari dan menyusuinya sesering mungkin, setiap jam sebanyak 70 ml (aku juga nggak ngerti kenapa dokter menakarkan segitu setelah menghitung dengan kalkulator, mungkin ada rumusnya yang disesuaikan dengan berat badan bayi) Jika setelah 3 hari kadar billirubinnya tidak turun, maka harus disinar.  Aku nggak mau anakku disinar!! Setelah diberi imunisasi polio, kami pun pulang dengan pikiran kalut, takut, sedih, pokoknya campur aduk lah.

Besoknya matahari pun tak muncul sama sekali, hujan setiap hari. Byan tidak bisa dijemur padahal sinar matahari pagi sebelum jam 8 dapat membantu mengurangi kuning walaupun tidak berperan begitu banyak karena bayi hanya disarankan dijemur sekitar 15-20 menit saja.

Aku pasrah dan fokus saja memberikan asi ke Byan, karena hanya itu yang bisa dilakukan. Walaupun pesan dokter cukup sederhana yaitu menyusui Byan sesering mungkin, tapi ternyata itu sangat sulit untuk dilakukan. Byan tidur terus dan makin jarang bangun, dibangunkan pun tidak mau. Padahal tips dari dokter untuk membangunkan bayi yaitu dengan menjentik jari kaki, menggelitik jari kaki dan membuka baju bayi sudah dilakukan, tetap saja Byan tidak mau bangun. Walaupun terbangun, dia tidak mau menyusu padahal (maaf) puting sudah diarahkan bahkan sudah masuk ke mulutnya. Dia semakin lemas dan tak bertenaga. Bahkan untuk bergerak pun dia tak bisa, apalagi menangis. Jadi bayi yang jarang menangis pun harus diwaspadai, karena bisa saja itu disebabkan karena dia lemas dan tidak bertenaga.

Saya mencoba untuk memberikan asi pake dot. Setelah saya pompa dan dimasukkan ke botol, ternyata 70 ml banyak banget untuk diminum oleh bayi sekecil Byan. Ya sudahlah berapapun yang terminum yang penting Byan mau. Setelah dicoba meminumkan dengan dot merek pertama, Byan menolak. Suamiku langsung pergi membeli dot dengan merek lai, tapi tetap juga gagal. Kemudian aku coba meminumkan asi dengan sendok, Alhamdulillah berhasil walaupun hanya sedikit sekali yang terminum. Aku coba lagi untuk mimik langsung, akhirnya dia sudah bertenaga untuk menghisap asi. Setelah itu Byan sudah mulai menggerak-gerakkan tangannya, sudah mulai menangis. Tak henti-hentinya aku bersyukur saat itu. Rasanya bahagia bukan main. 

Beberapa jam kemudian kebahagiaan itu kembali hilang. Byan kembali lemas, tidak menangis walupun popoknya basah dan tak mampu menggerakkan badannya. Aku coba lagi memberikan asi dengan sendok, tapi dia menolak. Aku makin bingung. Akhirnya setelah bertanya kesana kemari, kakak iparkuu menyarankan untuk memberikan asi dengan pipet obat. Langsung kuminta suamiku untuk membelinya. Kucoba memberikan asi lagi ke Byan dengan pipet obat. Walaupun sedikit tapi Alhamdulillah masih ada yang terminum. Pokoknya selama 3 hari itu aku selalu berusaha untuk memberikan asi dengan 3 metode yaitu menggunakan dot, sendok, dan pipet obat. Nggak bisa diungkapkanlah luar bisanya perjuanganku selama 3 hari itu. sampai tidur dan makan pun udah tak terpikirkan lagi.

Tiga hari pun terlewati, Byan kembali kontrol ke dokter. Sebelum diperiksa dokter, Byan disuruh cek kadar bilirubin lagi. Kali ini darah diambil dengan suntik seperti orang dewasa ngambil darah. Duuuh nggak tega rasanya. Pengen aku menggantikan posisi anakku. Bunda aja yang sakit nak, jangan Byan.

Setelah menunggu selama 2 jam, hasilnya diambil dan kami langsung ke ruangan dokter. Nggak nyangka usahaku membuahkan hasil. Billirubinnya turun menjadi 11 mg/dl dan Byan tidak perlu disinar lagi. Hanya saja Byan tetap dikasih obat untuk pematangan hati. 

Walaupun setelah itu masih ada jejak kuning dikulit Byan jika ditekan dengan jari, paling nggak dia sudah terlihat lebih segar. Jika ada cahaya matahari pagi walaupun sedikit, aku segera menjemurnya. Obat yang dikasih dokter cuma dua kali aku minumin ke Byan karena takut bayi sekecil ini udah diminumin obat. Sebenernya juga karena mamaku sih yang cerewet bukan main ngelarang buat ngasih obatnya ke Byan.

Semoga bermanfaat :).


6 comments

  1. Mau tanya mba.. Byan nya berapa lama kulitnya msih kuning mba..
    Anakku udah sebulan masih kuning mba.. Cuman asi bak bab nya lancar mba..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seingetku dulu udah 2 bulan lebih masih kuning kulitnya, cuma nggak terlalu kuning seperti baru lahir. Kata tetanggaku yang ketemu Byan juga bilangnya dia masih kuning. Tapi selama billirubinnya normal dan sehat-sehat aja kemungkinan nggak masalah mba. Pas imunisasi dokternya juga nggak bilang apa-apa. Jadi aku santai aja waktu itu

      Delete
  2. huaaa makasih bangett artikelnya mom. btw, hilangnya bener2 waktu umur byan brp bulan?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama :)
      Lupa umur berapa pastinya, Mbak. Pokoknya pas 3 bulan udah normal kulitnya.

      Delete
  3. Bayi saya pas lahir juga kuning mbak
    Sampai sekarang usia 5 bulan udah gak begitu kuning sih, cuma kalau ditekan kulitnya masih agak kuning tapi anaknya aktif bgt, pup sama bak nya juga normal
    Itu gimana ya mbak?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Anak pertamaku juga terlihat kuning lumayan lama, Mbak. Sampai berbulan-bulan juga. Tapi selama berat badan naik normal, cek billirubin normal, tumbub kembangnya baik, sepengalamanku nggak apa, Mbak.
      Tapi misal takut atau ragu, boleh ditanya pas imunisasi anak atau biar lega langsung ke dokter.

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)