Buku BIKIN KETAWA - Antologi Pertama yang Lahir Berkat Keberanian

2 comments

Bagi anggota Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) atau yang mengikuti, buku Bikin Ketawa dengan kover kuningnya, mungkin sudah tidak asing lagi. Salah satu buku antologi yang diterbitkan tahun 2020 oleh komunitas ini sudah berkali-kali membuka pre-order (PO) bersama buku antologi Pulih dan Single, Strong & Sparkling. Beberapa kali giveaway dan blogtour juga pernah diadakan dengan hadiah buku bergenre komedi ini. 


Ditilang Polisi, adalah judul cerita yang aku tulis dalam buku antologi Bikin Ketawa, Jujur, aku tidak menyangka naskahku akan lolos seleksi dan dibukukan. Keberanian mencoba itu ternyata memberikan banyak pembelajaran dan kebahagiaan, karena untuk pertama kalinya namaku tertulis dalam sebuah kover buku.


Sulit enggak sih menulis cerita lucu? Bagiku yang masih pemula, bisa dibilang lumayan sulit. Karena kejadian yang sangat lucu ketika dialami, berisiko menjadi biasa saja jika diceritakan dengan cara yang tidak tepat. “Garing” bahasa kekiniannya. Lalu cara apa yang aku lakukan dalam menulis naskah cerita lucu sehingga dinilai layak bagi IIDN untuk diterbitkan? Berikut sharing pengalamanku dalam proses penulisannya. Semoga bisa bermanfaat dan memberi semangat. 


Baca juga: 7 Waktu Favorit untuk Menulis, Kamu Layak Mencobanya!


Mengikuti berbagai komunitas menulis dan bloger membuatku menambah mimpi untuk menjadi penulis buku. Melihat foto unggahan teman-teman yang baru saja menerbitkan buku barunya, entah itu solo atau antologi, selalu memancing pertanyaan "Aku kapan, ya?"  Rasanya memiliki buku hasil tulisan sendiri dan ada penerbit yang bersedia menerbitkannya, akan memberikan rasa bangga tiada terkira. Karena memang menulis adalah dunia yang baru aku masuki beberapa tahun belakangan. Belajar menulis artikel blog saja membutuhkan perjuangan yang lama, apalagi menulis buku? Mimpi tinggi yang aku pikir tidak akan terjadi dalam waktu dekat ini.


Ternyata audisi buku antologi dari IIDN mewujudkan mimpi itu lebih cepat!


BERANI, itulah modal utama ketika aku mengikuti audisi ini. Ketentuan yang mengharuskan mengirim naskah cerita pendek bergenre komedi tentu menjadi hal yang paling aku pikirkan saat itu. Belum pernah sekalipun aku menulis cerita pendek, paling hanya artikel yang selama ini aku unggah di blog pribadi. Kepercayaan diriku sangat diuji. Ingin maju tapi takut hasilnya nanti tidak sesuai harapan dan malah bikin semangat menulis ambyar. Tetapi jika tidak ikutan, rugi sekali bila sampai menyia-nyiakan kesempatan emas ini. 


Berkali-kali terbersit dalam pikiran, "Allah pasti punya rencana dengan memperlihatkan flyer audisi antologi itu." Bukankah aku yang menginginkan menerbitkan sebuah buku? Mungkin inilah kesempatannya. Lagi pula apa ruginya mencoba, tidak diterima juga tidak tidak masalah. Malah lebih rugi lagi jika aku mengabaikan kesmpatan yang seharusnya bisa membawaku meraih apa yang aku inginkan. 


Akhirnya dengan waktu yang nyaris mendekati deadline, aku berhasil menyelesaikan naskah yang diminta. Tidak jauh-jauh, aku mencari kejadian yang lekat dengan kehidupan, sehingga rasa dan alur cerita masih terekam jelas dalam ingatan. Aku menjadi lebih mudah mencurahkannya, ketimbang harus mengarang cerita. Ditilang Polisi, adalah cerita lucu yang aku pilih. Teringat tawa dari wajah mereka yang pernah mendengar cerita ini, dan aku yakin bahwa ini adalah kisah yang tepat untuk diangkat. Sederhana, bersifat umum dan ringan. Tidak ada istilah asing atau penjelasan terkait bidang tertentu yang mesti aku tambahkan.


Berulang aku membaca naskah sebelum dikirim, berkali-kali pula aku tambah dan kurangi karena merasa masih kurang ini-itu. Mungkin lebih dari sepuluh kali aku membaca naskah, baru berani mengirimkannya dengan penuh harap sekaligus pasrah. Jujur, keinginan untuk diterimanya naskah itu jauh lebih besar dari pada kesiapan mentalku untuk menghadapi eliminasi. Mencoba melupakan, namun masih saja menanti pengumuman. Untungnya, seleksi tahap pertama menyatakan bahwa naskah yang aku ikutsertakan memenuhi syarat kelulusan. Aku lega, paling tidak berhasil bertahan di tahap pertama dan ternyata kemampuan menulisku tidak seburuk yang aku duga.

Seleksi tahap kedua ternyata jauh lebih sulit. Menulis naskah kemarin saja sudah kewalahan, sekarang harus dihadapkan dengan Panduan Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Ini adalah pertama kalinya aku serius belajar agar bisa berbahasa yang baik dan benar. Banyak sekali kesalahan aturan yang tanpa sadar aku tulis. Bahkan beberapa yang aku anggap benar, ternyata melenceng jauh dari kaidah. Sungguh proses belajar yang berat untukku, meski hanya untuk memperbaiki beberapa halaman naskah cerita pendek.


Tidak ada usaha yang sia-sia. Berkat kerja keras, belajar dan begadang, naskahku lolos seleksi kedua dan akan segera diterbitkan. Senang enggak? Ya, iya lah! Andai kemarin aku tidak berani mengirim naskah, mungkin aku tidak merasakan kegembiraan dan kebanggaan ini. Pertama kalinya dalam hidup, aku sah menjadi seorang penulis buku. Kali ini memang buku antologi, tetapi berkat kepercayaan diri bahwa aku mampu, mimpi-mimpi untuk menulis buku-buku lainnya langsung hadir memenuhi hati dan pikiran. Aku bangga dengan diri sendiri yang telah berhasil mematahkan ketakutan sendiri. 

BIKIN KETAWA, itulah judulnya. Buku antologi pertamaku dengan penulis hebat lainnya, termasuk Mbak Dewi Rieka penulis buku Anak Kos Dodol. Desain kovernya kuning dengan gambar orang ketawa. Kesan cerah dan ceria langsung menyeruak. Ini adalah buah dari keberanian dan usahaku. Bukti kalau aku mau, maka aku akan mampu.


Belum cukup sampai di situ, aku mendapatkan ilmu baru yang sebelumnya berkebalikan dengan apa yang aku pikirkan. Ternyata penulis adalah yang paling bertanggung jawab dengan karyanya. Tidak bisa berlepas tangan, aku, sebagai salah satu penulis juga harus mempromosikan dan mem-branding diri terkait buku ini. Menyerahkan semua kepada pihak lain, entah itu komunitas, penerbit atau siapa pun, untuk memasarkan buku bukanlah hal baik. Penulislah sejatinya yang harus banyak berperan dalam proses perkenalan buku kepada masyarakat.


Aku sempat malu, insecure dan kembali takut. Bukan lagi takut karena naskahku tidak akan diterima, tapi takut akan penolakan dan cemoohan dari orang lain. Aku bukan penulis besar yang karyanya sudah diakui dan novelnya sudah difilmkan, tapi aku baru memulai langkah dengan lahirnya buku antologi pertama ini. Mungkin saja nanti ada yang tidak suka, merasa terganggu atau menganggap remeh apa yang baru saja aku capai. 


Sekali lagi, kekuatan komunitas menguatkan. Aku tidak sendiri, semua penulis dan pengurus komunitas secara bersama-sama memeriahkan hadirnya buku Bikin Ketawa yang begitu spesial bagiku. Mereka saja antusias, kenapa aku harus malu? Bukankah daya dan upayaku tidak mudah dalam menulis naskahnya? Harusnya aku bangga bisa menyelesaikan ini dan menyatakan pada dunia bahwa aku berhasil menggapai salah satu mimpi.


Di luar ekpektasi, banyak yang mengapresiasi. 


Tidak diduga, ucapan selamat diikuti dengan pemesanan buku yang dibuka dengan sistem Pre-order (PO) datang lumayan banyak. Bukan hanya satu tahap, namun dua kali PO dibuka, masih ada kerabat dan teman yang memesan. Sungguh penghargaan yang tidak terbayangkan akan aku dapatkan di buku pertama ini. Andai aku malu dan hanya diam saja, mana mungkin ada yang tahu bahwa aku menulis buku? Lagi pula ini bukan kesalahan yang harus disembunyikan, tapi sebuah karya yang layak digaungkan. 


Baca juga: Ingin Menulis, Tapi Bingung Harus Mulai Dari Mana? Yuk, Coba 7 Cara Ini!

Pengalaman dalam proses penulisan naskah Ditilang Polisi menghasilkan poin penting yang bisa dijadikan pegangan atau arahan ketika menulis cerita serupa, yaitu cerita pendek bergenre komedi. Bagi pemula seperti aku, pas banget untuk mempraktikkannya!


1 Berani mencoba dan yakin bisa

Semua yang pertama pasti mendebarkan. Tidak jarang pula membuat rasa insecure meningkat berkali lipat karena merasa belum pantas, takut salah, dan sebagainya. Mindset inilah yang harus diperbaiki lebih dulu. Semua penulis sukses pasti pernah berada di titik ini. Kalau tidak mulai-mulai, kapan bisanya? Yang penting usaha yang terbaik dulu. Yakin deh, usaha itu tidak pernah membohongi hasil.


2 Pikirkan cerita yang paling lucu

Audisi antologi lalu, harus berdasarkan kejadian nyata. Jadi aku berusaha keras mengingat dan mengira-ngira kejadian apa yang membuat orang lain tertawa terpingkal-pingkal saat aku menceritakannya. Biasanya, gaya berbicara dan menulis itu saling berhubungan. Jadi, jika kita sukses membuat pendengar tertawa, kemungkinan besar pembaca juga bisa tertawa saat membaca tulisan kita. 


3 Andalkan majas hiperbola

Ini adalah koentji. Cerita dengan level kelucuan sedang, bisa naik menjadi level tertinggi jika dibumbui dengan majas hiperbola. Contohnya “Ucapannya menyakitkan” diganti dengan “Setiap kata yang keluar dari mulutnya mengalahkan kepedasan sambal korek yang digado tanpa nasi. Bikin mulas.”


4 Merujuk pada PUEBI dan KBBI

Tulisan yang ramah di mata pembaca adalah tulisan yang mengikuti kaidah yang berlaku. “Ah, nanti enggak bisa pakai bahasa gaul dong?” Tenang, dalam EYD semuanya sudah diatur. Mau pakai gue-elo, bahasa daerah, atau istilah apapun, semua tetap bisa digunakan. Jadi tidak akan membatasi kebebasan menulis.


Inti dari semuanya adalah keberanian dan keyakinan. Berani untuk memulai dan terus belajar, serta yakin bahwa selama masih ada niat dan usaha, pasti jalan itu selalu terbuka. Bikin Ketawa adalah penyemangatku untuk terus belajar menulis buku. Bukti bahwa aku mampu menulis dan berkarya dengan tulisan. Selama ada yang mengapresiasi, meski hanya satu orang, itu sudah cukup menjadi alasanku untuk tetap memberikan yang terbaik. 


Bagi kamu yang belum kebagian PO buku Bikin Ketawa, masih bisa dibeli di Tokopedia, ya. Cuma ada 2 buku lagi! Klik tombol di bawah ini 👇🏻


Semangat menulis!

Terima kasih banyak bagi yang sudah membaca buku Bikin Ketawa.



2 comments

  1. ahh sukses ya mba buat bukunya. bermanfaat sekali. semoga impian mbak tercapai ya jadi penulis buku yang konsisten untuk mencetak buku :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin aamiin YRA. Terima kasih, Mbak. Sukses selalu buat Mbak juga, ya.

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)