Perhatikan 5 Hal Ini Dalam Memilih Mainan Anak, Orang Tua Jangan Asal Beli!

2 comments
Foto: freepik.com

Mainan bisa dibilang sebuah kebutuhan bagi anak. Melalui mainan, anak belajar banyak mengenal berbagai hal dalam kehidupannya yang serba baru, misalnya mengenal warna, bentuk atau tekstur. Bahkan satu orang anak saja bisa memiliki lebih dari satu kotak besar mainan dalam dua tahun usianya. 


Bagi saya pribadi, memilih mainan sama halnya dengan memilih makanan yang dikonsumsi setiap hari. Bahan-bahannya harus dipastikan aman dan tidak mengandung zat berbahaya bagi tubuh. Apalagi anak-anak yang belum mengerti apa-apa, salah memilih mainan bisa saja melukai dirinya, atau yang paling parah dapat mengancam nyawanya. Loh, memangnya mainan bisa seberbahaya itu, ya? Tentu saja bisa, jika tidak pandai memilah dan memilih mainan yang tepat.


Mainan memiliki segudang manfaat bagi tumbuh kembang anak, asal dipilih dengan bijak dan tepat. Manfaat ini tidak akan didapat dengan maksimal jika orang tua memberikan mainan tanpa pertimbangan. 


Contohnya memberikan mainan dengan baterai yang pada dasarnya mengalirkan listrik, kepada anak berusia di bawah 1 tahun. Dalam usia itu, anak cenderung menggigit dan memasukkan banyak benda ke mulutnya. Maka ini akan memungkinkan sekali terjadinya korsleting listrik yang belum dimengerti anak. Jika terjadi disaat orang tua tidak berada di sekitar anak, maka bisa saja berakibat fatal. 


Aku termasuk ibu yang lumayan selektif dalam memberikan mainan kepada anak. Aku bisa membuang mainan begitu saja jika ternyata itu berbahaya. Tidak apa rugi sedikit, dari pada menyesal kemudian bila apa yang aku khawatirnya ternyata benar-benar terjadi. Pernah beberapa kali anak-anak diberikan mainan oleh orang lain, namun karena aku menganggap itu bukanlah sesuatu yang cocok dimainkan oleh anak seusianya dan memiliki tekstur tidak wajar dan aroma yang berbeda dari mainan sejenisnya, maka tanpa pikir panjang mainan tersebut akan aku jauhkan dari anak-anak. 


Baca juga: Anak Sering Bertanya? Jangan Pusing, Hadapi dengan Cara Ini


Ternyata dari ilmu kesehatan dan tumbuh kembang anak, orang tua memang sebaiknya lebih selektif dalam memilih mainan anak. Nah, apa saja yang sebaiknya diperhatikan orang tua sebelum memutuskan membeli atau memberi mainan kepada anak? Berikut beberapa poin pentingnya.



Perhatikan Keamanannya

Cara mudahnya adalah dengan membeli mainan berlabel SNI (Standar Nasional Indonesia). SNI memang menjadi satu-satunya standarisasi yang berlaku secara nasional, yang ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN). SNI ini juga mengatur standar mainan yang aman untuk anak. 


Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menerbitkan Peraturan Menteri Perindustrian No. 55/M-IND/PER/11/2013/ tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Mainan Secara Wajib. Mainan berlabel SNI sudah mendapatkan Sertifikat Produk Penggunaan Tanda (SPPT) dengan melalui tiga jenis pengujian sebelumnya, yaitu uji fisis dan mekanis, uji bakar dan uji kimia. Ada empat poin penting yang menjadi fokus BSN dalam menyusun SNI ini.

Pertama, mainan harus bebas dari migrasi unsur kimia tertentu.

Kedua, dari sisi bentuk yang menyangkut keamanan sudut (kelancipan) mainan.

Ketiga, soal sistem kelistrikan terutama mainan yang menggunakan baterai. 

Keempat, terkait kandungan pewarna zat Azo yang biasanya dipakai pada mainan anak-anak yang berbahan kain.


Lebih detailnya lagi, alodokter.com juga menjelaskan rincian kriteria mainan yang aman untuk anak, yaitu:

🌸 Untuk mainan yang terbuat dari kain, sebaiknya pilih yang berlabel tahan api.

🌸 Untuk boneka, sebaiknya pilih yang terbuat dari bahan yang dapat dicuci.

🌸 Jika mainan dicat, pastikan cat yang digunakan bebas dari timbal.

🌸 Untuk alat melukis, pastikan bebas dari bahan beracun.

🌸 Mainan bekas sebaiknya diperiksa dulu standar keamanan dan kesehatannya ketika diterima.

🌸 Untuk mainan berbunyi, pastikan suara yang dikeluarkan tidak terlalu keras. 


Selain itu, aku juga memiliki beberapa kriteria mainan yang aman lainnya. Aku hanya akan memilih boneka dengan bahan tanpa bulu agar tidak ada bulu yang terlepas, lalu termakan, masuk ke mata atau terhirup anak. Aku juga memilih mainan dengan tingkatan volume suara, agar bisa diatur sesuai kebutuhan. Satu hal lagi, aku tidak akan memberikan mainan dengan bahan mudah pecah dan memiliki sudut runcing. Meski ada beberapa mainan yang memiliki sudut lancip, seperti lego, aku akan memastikan untuk memainkannya di satu tempat sambil duduk dan hanya diberikan ketika usia anak sudah mencukupi dan mengerti cara memainkannya. Alat tulis dan mewarnai juga sebisa mungkin dibeli dengan bahan aman tanpa racun. Takutnya ketika mewarnai, anak memakan sesuatu tanpa cuci tangan. 



Perhatikan Sisi Edukasinya

Mainan bukan hanya sekadar membuat anak senang, namun mesti diperhatikan juga sisi edukasinya. Seberapa banyak mainan tersebut dapat menunjang tumbuh kembang anak yang sedang seru-serunya bereksplorasi. Masa emas dengan keingintahuan anak yang tinggi jangan sampai tersia-siakan hanya karena orang tua kurang memperhatikan sisi edukasi dari mainan yang diberikan. Padahal melalui mainan ini, anak bisa belajar banyak ilmu baru yang tidak mungkin semuanya dapat diajari orang tua. 


Misalnya anak sedang menyukai huruf. Setiap hari selalu tertarik dengan visualisasi huruf A yang seperti segitiga berkaki, atau huruf B yang jika ditidurkan lebih mirip kaca mata. Mana yang lebih baik membelikan mainan huruf bermagnet dan puzzle alfabet, atau mainan mobil remote control? Tentu dari sisi edukasi, jauh lebih tepat memberikan anak mainan yang berhubungan dengan huruf . Selain anak mendapatkan kesenangan, ia juga akan memaksimalkan rasa penasarannya untuk dapat lebih mengenal dan menghafal huruf. 



Perhatikan Harganya

Sebagai ibu-ibu normal, aku selalu memperhatikan dan mempertimbangkan harga sebelum membeli apa pun, tidak terkecuali mainan anak. Bukan berarti pelit, tapi anggaran belanja tidak mungkin terlalu banyak difokuskan untuk mainan saja. Mainan yang aman, berlabel SNI dan edukatif biasanya memiliki harga lebih tinggi dari mainan biasa yang tidak memenuhi ketiga hal tersebut. Apalagi bila membelinya di toko ternama dan di mall pula, pasti harganya bisa berkali lipat jika dibandingkan dengan mainan yang dijual di pasar tradisional. 


Namun ini bukan berarti bahwa mainan yang dijual di toko-toko pinggir jalan atau pasar tidak bagus. Banyak kok mainan yang dijual di sana berlabel SNI. Nah, biasanya aku membandingkan harga terlebih dahulu di beberapa toko online dan offline, agar mendapatkan harga yang lebih murah untuk jenis mainan yang sama. 



Perhatikan Ukurannya

Tidak semua mainan anak berukuran kecil, namun ada juga yang berukuran besar dan bisa memenuhi satu ruangan. Berhubung aku bukan keluarga yang tinggal di rumah luas dengam ukuran ruangan yang besar, serta memiliki halaman depan dan belakang, maka ukuran mainan menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebelum membeli. Selain menyesuaikannya dengan ukuran hunian, mainan anak juga hendaknya disesuaikan pula dengan penggunaannya. Apakah mainan tersebut hanya akan digunakan di rumah saja, atau malah ingin membawanya bepergian. Jika tidak ingin menjadi beban ketika dibawa, maka memilih mainan yang kecil dan praktis tentu lebih tepat. 



Perhatikan Minat Anak

Orang tua tidak bisa memaksakan mainan yang ia suka, juga disukai oleh anak-anak. Apalagi usia anak yang sudah semakin besar, mereka pasti memiliki selera sendiri dalam hal mainan. Aku biasanya memberikan kebebasan untuk anak memilih mainan mana yang paling ia sukai, atau mengambil beberapa mainan yang dirasa bagus dan memberikan kesempatan kepada anak untuk memilih salah satunya. Anak tentu memilih mainan yang sesuai dengan minatnya saat itu. Jadi jika bulan kemarin anak masih menyukai mainan balok susun, bukan berarti bulan ini juga menyukai mainan yang sama, meski berbeda desain sekali pun. Bisa jadi sekarang anak lebih suka bermain bentuk dengan plastisin.


Maka dari itu, aku merasa penting untuk membawa serta anak ketika membeli mainan. Atau jika anak tidak bisa ikut, tanyakan dulu sebelumnya apa yang ia sukai. Bila orang tua ingin memberi kejutan tanpa bertanya, maka orang tua sebaiknya mengamati dulu kebiasaan anak beberapa hari belakangan agar bisa menilai minatnya. 


Baca juga: Jangan Biarkan Anak Bermain Tanpa Pengawasan Di 8 Area Rumah Ini


Itulah beberapa ktiteria yang biasanya aku terapkan dalam memilih mainan anak. Orang tua sebaiknya selalu peduli dengan apa saja yang bersentuhan langsung dengan tubuh anak, apalagi yang bersifat kontiniu atau terus menerus. Mainan adalah salah satu yang paling sering berada di sekitar anak. Bukan hanya disentuh, bahkan ada pula yang sampai digigit dan dimasukkan ke mulut. Anak juga masih belum terlalu mahir menggunakan mainan agar awet, jadi terkadang bisa dibanting, dilempar atau dibiarkan berserakan begitu saja di lantai. Bayangkan jika mainan tersebut tidak aman dan tidak sesuai dengan kebutuhan anak, dampak negatif bisa saja membahayakan anak dan juga secara tidak langsung berbalik juga kepada orang tua.


Semoga bermanfaat.


Referensi:

Wikipedia

bsn.go.id



2 comments

  1. bener juga mbak, kalau liat anak kecil yang masih belum ngerti apa-apa terus dikasih mainan yang remote control, yang notabene mainan yang mengandung unsur listrik suka takut sendiri, takutnya ada apa apa gitu, namanya anak kecil, ntar salah pencet pencet atau gimana

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Mbak. Aku pun juga suka deg-degan lihat anak bayi pegang mainan yang ada listrik atau baterainya. Kecuali anaknya cuma lihat aja mobilnya dimainin orang tuanya, baru aman 😅

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)