5 Kebiasaan Sederhana Bersama Anak dengan Segudang Manfaat

12 comments

Kebiasaan Sederhana Bersama Anak

Kalau ditanya kebiasaan sederhana bersama anak yang bermanfaat, jawaban paling umum pasti membaca buku. Ya, karena memang membaca buku ini sangat disarankan oleh semua pakar anak, bahkan sejak dari dalam kandungan. Namun, setelah anak-anak semakin besar, ternyata banyak banget lo kebiasaan sederhana yang tak kalah bermanfaat. Bukan hanya bagi anak itu sendiri, tetapi juga bagi kita sebagai orang tuanya.


Terkadang, saya pun yang sudah lebih dari lima tahun menjadi orang tua, masih menganggap bahwa perhatian dan upaya mengoptimalkan tumbuh kembang anak itu harus dengan cara-cara yang mesti dipelajari secara mendalam. Padahal, banyak hal reflek yang saya lakukan sehari-hari, ternyata banyak memberi manfaat positif. Bukan hanya meningkatkan ikatan, informasi mengenai lingkungan dan cara bergaul anak selama tidak bersama saya juga bisa digali. Tentu ini sangat penting bagi orang tua.


Baca juga: 9 Perlakuan Orang Tua yang Dibenci Anak


Apa saja kebiasaan yang selalu saya terapkan secara konsisten setiap hari bersama anak? Dan sejauh apa manfaatnya bagi kamk? Inilah lima kebiasaan sederhana tersebut, yang pastinya tidak butuh waktu lama dan tidak perlu usaha yang gimana-gimana.


1. Ditanya Sepulang Sekolah

Anak pertama saya telah melaksanakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) semester ini. Saya pun sudah tidak bisa lagi melihat langsung sejauh mana kemampuannya menyelesaikan tugas atau bagaimana ia berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya yang baru saja bertemu. Terlaksananya PTM 100%, bukan berarti saya lepas tangan begitu saja. Bagaimanapun, saya harus tetap mengawasi dan mengetahui apa yang terjadi dengan anak selama di sekolah.


Bila mengandalkan laporan guru, tentu tidak menjamin akan sepenuhnya sesuai dengan apa yang dialami dan dirasakan anak. Nah, dengan bertanya apa yang dialaminya, apa saja tugasnya, apa ada masalah atau tadi main apa saja ketika sudah tiba di rumah kembali, secara tidak langsung akan menggali informasi detail tentang pengalaman anak selama bersekolah. 


Anak juga akan merasa diperhatikan dan terbiasa menceritakan atau mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ini sangat bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan bicara anak. Selain itu, bila kebiasaan ini terlaksana hingga dia besar nanti, anak pasti merasa memiliki tempat curhat yang paling aman, yaitu orang tuanya. Jadi saat ia mengalami masalah, yang pertama kali diingat adalah orang tua. Begitu pula dengan orang tua, akan lebih mudah mengawasi dan memberi nasihat. 


2. Bercerita Sebelum Tidur

Apa yang tidak terungkap saat ngobrol di siang hari, di sinilah akan tersingkap. Mungkin karena sibuk dengan aktivitasnya yang lain, anak menjadi tidak total menjawab pertanyaan kita. Anak saya sih begitu, setiap ditanya ngapain saja di sekolah atau lebih suka main sama teman yang mana, kadang dia jawab "rahasia". Gemesin, 'kan?


Dari pada memaksa, mending ajak saja bercerita sesaat sebelum tidur. Berhubung saat ini anak-anak masih tidur satu kamar dengan saya, jadi ketika sesi bercerita akan dimulai, kami sudah berada di posisi tidur masing masing, saya di tengah dan anak-anak di sampaing. Lampu juga dimatikan dan jangan lupa membaca doa dulu agar tidak apa semisal nanti tertidur saat bercerita (biasanya anak saya yang kecil). 


Saya akan lebih fokus menanyakan kejadian apa yang luput dari pandangan saya, termasuk ketika sekolah, bermain sama ayahnya di luar rumah ketika tidak ada saya dan sebagainya, alih-alih apa yang ia lakukan sepemantauan saya. Sering anak saya mencurahkan isi hatinya, perasaannya atau sebuah pengalaman yang jauh lebih detail do waktu ini. Misalnya saat ia protes bahwa saya sibuk menulis. Padahal ia inginnya main bersama saya. Wah, tidak pernah sekali pun saat siang hari, ia keberatan ketika saya meminta izin menulis, malah terlihat asyik bermain dengan adiknya. Ini tentu mengagetkan dan menjadi cambukan bagi saya agar memanajemen waktu lebih baik lagi.


3. Makan Bersama

Walau agak ribet, menyuapi anak dan menyuapi diri sendiri dalam waktu bersamaan, saya tetap tidak keberatan karena makan bersama anak-anak ini juga tak kalah bermanfaat. Pertama, mengajari cara makan, agar tanpa dipaksa, anak meminta makan sendiri. Meski anak-anak saya masih belum sepenuhnya makan sendiri, namun beberapa kali pernah dengan sukarela menawarkan diri. Kedua, anak lebih bersemangat makan karena bundanya makan selalu lahap, hahaha. Ketiga, kami juga akan saling bercerita singkat di sini. Apalagi kalau bersama ayahnya juga, tentu suasana semakin ramai. Inginnya, aku selalu membawa kebiasaan makan bersama ini hingga nanti anak-anak dewasa, minimal saat sarapan atau makan malam.


4. Biarkan Anak Memilih Kebutuhannya

Ini baru saya praktikkan satu tahun belakangan. Kenapa? Itu karena kekeliruan saya bahwa anak yang masih kecil tidak bisa memilih mana yang tepat. Jujur, saya awalnya ragu mengikuti apa mau anak saat berbelanja kebutuhannya, seperti baju, sendal, tas, mainan apalagi makanan. Ternyata, dengan memberi kesempatan memilih, anak-anak menjadi dianggap penting dan selalu antusias saat ditanya. Anak merasa dilibatkan dalam menentukan barang yang hendak ia gunakan, jadi dijamin berhasil menghilangkan mubazir.


Tapi, agar tak asal, saya sebelumnya menyeleksi dulu barang-barang mana yang kira-kira kualitasnya sama dengan standar pengasuhan saya. Barulah beberapa pilihan tersebut akan saya perlihat di depan anak-anak. Terutama sekali untuk makanan yang lebih rawan untuk kesehatannya. Walau kadang pilihannnya aneh menurut kita, tapi kesukaannya terhadap pilihan tersebut pasti akan memancing keinginannya untuk mengenakan atau memakan. Jadi tidak ada tuh buang-buang makanan atau mainan yang sekali pakai lalu bosan.


5. Mengaji Setelah Salat Magrib

Khusus bagi yang beragama Islam, membiasakan mengaji setelah salat Magrib bisa dijadikan salah satu rutinitas bermanfaat. Ini dimulai dari rasa khawatir saya soal TPA/MDA yang tidak terlihat di sekitar lokasi tempat tinggal. Kalau dulu di saat saya masih kecil, mesjid-mesjid selalu menyediakan TPA/MDA untuk anak-anak belajar ilmu agama, mulai dari salat, baca Al-quran, sejarah Islam dan sebagainya. Seolah dialihkan kepada saya sebagai orang tua, amannya, saya harus mengajarkan semua itu sendiri, minimal untuk baca Alquran dan salat.


Dari keempat kebiasaan sebelumnya, inilah yang paling menantang. Ternyata mengajarkan anak sesuatu itu tidak gampang. Pasti ia sering menolak, tidak fokus atau hal lain yang sering kali memancing emosi saya. Tetapi, dari pada meninggalkannya, saya selalu berupaya menawarkan setiap hari. Bila hari ini menolak, maka besoknya wajib baca Iqra' (anak saya masih belajar pakai Iqra'). Ternyata lama-lama, malah mereka yang minta sendiri. Wah, saya bahagia, dong! Saya memang ingin sekali menanamkan ilmu agama menjadi dasar kehidupan mereka.


Sekarang anak pertama saya sudah melewati usai lima. Saya mulai mengajarinya juga untuk praktik salat. Jadi sebelumnya yang setiap hari selalu membaca Iqra', kini untuk sementara diselang-selingi dulu dengan praktik salat. Nanti kalau sudah terbiasa, sebisa mungkin baca Iqra' dan salat tetap dilakukan setiap hari.


Baca juga: Cara Mengajarkan Anak Balita Mengaji di Rumah, Orang Tua Juga Bisa!


Secara umum, kelima kebiasaan tersebut pasti akan meningkatkan ikatan antara orang tua dan anak. Bukan hanya bermanfaat untuk tumbuh kembang anak saat masih kecil saja, tapi juga hingga ia dewasa nanti. Anak merasakan kehadiran orang tua di sisinya, orang tua pun bisa memaksimalkan perannya dalam kehidupan anak. Tidak perlu dengan cara memaksa atau menyediakan waktu khusus untuk quality time seharian, cukup dengan perbincangan sederhana dan cara yang tanpa memakan banyak waktu, itu sudah cukup memberi segudang manfaat dalam pengasuhan.


Sayangnya, di balik sederhanaan kebiasaan tersebut, ada tantangan besar yang paling sulit saya taklukkan di waktu-waktu awal penerapannya. Karena mudah dilakukan dan hanya sebentar, saya terkadang menyepelekan. Ah, besok saja atau nanti saja. Padahal, menuruti penundaan seperti ini pasti akan membuat saya lupa atau malah malas melakukannya hingga berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya. 


Untuk menjaga konsistensi dan akhirnnya menjadi habbit, saya sebisa mungkin tanpa putus melakukannya setiap hari. Sehingga tanpa disadari, saya otomatis bertanya tentang kegiatan sekolah saat anak pulang atau bercerita beberapa menit sebelum tidur. Benar-benar menjadi kebiasaan yang terjadi begitu saja.


Kalau ibu-ibu, bunda-bunda, mama-mama, apa kebiasaan sederhana penuh makna yang selalu rutin dilakukan bersama anak? Apakah sama dengan saya atau ada ide-ide luar biasa lain yang juga bisa saya coba? 


Share yuk di kolom komentar agar bisa menjadi referensi parenting baru bagi kita sesama orang tua.


Semoga bermanfaat dan happy parenting!

12 comments

  1. iyah kalau anak-anak sepulang sekolah itu paling seneng diperhatiin dan ditanya hahahaha.... anak-anakku pun cerita gitu mba. dan karena aku kerja jadi aku usahakan nelfon dulu atau vidcall mereka pas banget pulang sekolah. kadang mereka duluan nelfon ke aku trus cerita ttg hari itu. yg udah agak gedean si kakaknya biasanya malah nanyain gimana kerjaan ibu hari ini semoga ibu kerjamnya lancar ya bu... mereka juga lebih suka ditanya gimana perasaan adek//kakak hari ini?... dibandingkan pertanyaan udah makan? udah ganti baju? ada PR? hahahahaha ini jenis pertanyaan interogatif yang paling aku hindari.

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah 1-4 saya sering lakukan, walo kalau disuruh cerita, si kakak jarang mau cerita. Hehe..

    Kalau yang kelima, masih sulit. Saya yang sabaran kalau ngajarin shalat atau baca iqra' karena kebanyakan becandaannya.. huhu

    ReplyDelete
  3. Bagian ke 5, saya belum rutin. Kadang tiap hari, kadang dua hari sekali.

    ReplyDelete
  4. Semangat kaka.... Aku suka sama tulisan kaka, jadi pengen dolaaan

    ReplyDelete
  5. Ketiga anak saya yg sekarang usianya 17,10 dan 3 tahun selalu saya biasakan bacakan buku dan selalu saya biasakan kalau saya pulang dari suatu tempat selalu oleh olehnya buku.tapi menginjak remaja si sulung dan si tengah sudah agak " bosen" katanya dg buku🤦.gimana itu ya mb🤷🤔?

    ReplyDelete
  6. Terima kasih sharingnya, Mbak.
    Saya masih harus belajar banget di bagian konsistensinya. Kadang masih suka nunda, yang harusnya bisa dikerjakan (terutama bareng anak) jadi terlewat. Sekali, dua kali, terus lupa..

    ReplyDelete
  7. saling cerita biasanya memang dilakukan sebelum tidur atau pas jam makan siang sepulang sekolah,...bisa dijadikan kebiasaan untuk memperkuat bonding,...happy parenting Mba...selamat menikmati masa2 sebagai ibu dari duo krucils,...kalo saya sekarang ini sudah melewati masa itu,....kadang kangeen juga direcokin...hehe

    ReplyDelete
  8. insha Allah dari ke lima point' itu juga sedang kami perjuangkan mbak. pokok setiap hari ada obrolan dengan baik tanpa adanya distraksi. yang point' 4 ini tantangan banget ya kalau dipraktekkan. so far, biasanya aku kasih pilihan sih kalau mau sesuatu.

    ReplyDelete
  9. Perhatian memang tetap harus ada dan diberikan pada anak. Saya kalai dengan si Kakak, sepulang sekolah biasanya keluar dari gerbang langsung cerita, ngapain aja di sekolah, dan curhat juga kalau bisa mengerjakan, kalau tidak bisa juga kenapa.

    ReplyDelete
  10. alhamdulillah smeua poin diatas udah aku praktekin bersama anak, ternyata emang mempererat bonding aku sama anak-anak

    ReplyDelete
  11. kebiasaan ini juga yang dilakukan mama ku kepada anak-anaknya, memang sangat bermanfaat untuk hubungan orangtua dengan anak. Dan dengan cara ini juga membuat anak lebih bisa berekspresi dan lebih dekat dengan orang tua.

    aku merasakan sendiri didikan ortuku seperti ini.

    ReplyDelete
  12. bermanfaat banget mbak sharingnya, cerita sama anak memang wajib sih menurut q, jadi kita terasa semakin dekat gtu kan? biasanya sih klo anak gak sempat cerita sama q, q minta tulis di buku tuh mbak, kegiatan apa yang mereka lakukan hari ini 🤗🤗🤗

    ReplyDelete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)