Kiat Membuat Resolusi Awal Tahun Agar Konsisten Dijalankan

No comments

Resolusi awal tahun
Selamat tahun baru 2022! 


Hampir dua tahun di tengah pandemi, yang awalnya waktu terasa lambat sekali berjalan karena di rumah saja, lama-lama jadi tak sadar terlalui dengan begitu cepat. Sudah seberapa banyak kegiatan produktif yang dilakukan selama di rumah? Makin mager, apa makin rajin?


Sudah menjadi fenomena mainstream setiap pergantian tahun banyak yang mengunggah apa pun terkait resolusi. Semua seolah berpacu membuat resolusi dan menyebarkannya di berbagai platform. Salah satunya ya tulisan ini, membahas hal yang mayoritas menjadi fokus. Tapi apa benar resolusi yang tersusun itu bekerja sesuai semestinya? Apa memble di tengah jalan atau tidak berjalan sama sekali?


Inilah sedikit sharing tentang resolusi awal tahun ala saya. Inginnya bisa memicu semangat kita semua, sekaligus pengingat juga bagi saya, untuk selalu berupaya meningkatkan produktivitas.


Baca juga: 5 Tahun Ngeblog, Dapat Apa?



Penting atau Hanya Ikut-ikutan?

Resolusi awal tahun
Dulu, saya tidak pernah sekalipun berniat untuk membuat resolusi. Entah awal tahun, tengah tahun atau di akhir tahun. Karena saya menganggap menjalani hidup seperti air adalah yang terbaik. Saya pikir resolusi itu hanya auforia sesaat menyambut awal tahun yang nantinya belum tentu dijalankan. 


Namun pada tahun 2020, saat Covid-19 membatasi mobilitas, saya mulai sering kebingungan hendak melakukan apa. Memang mengelola blog sudah saya jalankan sejak tahun 2016, tapi ya sekadarnya saja. Tidak ada target, hanya sebagai pengisi hari. Kalau tidak sempat atau malas, ya tidak nulis. Sampai akhirnya pandemi menjadikan frekuensi menulis saya otomatis meningkat sebagai peluruh kebosanan. Dan ternyata, itu membuahkan hasil hanya dalam waktu singkat. Puncaknya, saya menjuarai lomba blog untuk pertama kalinya!


Sadar betapa banyak pengaruh positif dari konsistensi menulis sejak pandemi, saya mulai menyusun resolusi. Apa yang saya inginkan, saya tulis di buku kecil lusuh favorit saya. Hasilnya tidak main-main, saya menjadi jauh berkembang dengan prestasi yang tidak pernah saya kira.


Berkat resolusi dadakan itu, blog saya mulai terisi dengan artikel-artikel yang lebih tertata, baik dari segi tulisan maupun tampilan. Banyak kelas blogging dan writing saya ikuti, yang bersyukurnya semua di-online-kan. Entah karena semesta sedang mendukung saya yang memang tidak bisa ke mana-mana karena harus mengasuh anak, atau memang resolusi saya yang membantu untuk tetap konsisten. Yang jelas, keduanya menjadikan saya banyak berubah ke arah positif dengan pencapaian impian yang selama ini hanya dalam khayalan. 


Jadi kalau ditanya pada saya, apakah resolusi itu penting atau hanya sekadar ikut-ikutan, saya menjawab PENTING!


Terserah bila orang lain ikut-ikutan atau serius, yang jelas bagi saya, resolusi seperti sebuah panduan, pengingat dan motivasi. Sudah capek-capek bikin resolusi, rasanya sia-sia saja kalau tidak direalisasikan. Membuat resolusi itu bukan hal sepele bagi saya, tidak sembarangan dan harus dipikirkan matang-matang agar bisa dijalankan dengan benar. 


Lalu bagaimana kiat membuat resolusi agar tidak menjadi ajang ikut-ikutan? Bagaimana membuat resolusi yang bisa mempertahankan konsistensi? Agar jangan sampai berhenti di tengah jalan, padahal sudah banyak berbuat di awal. Kan sayang.


Selanjutnya akan saya jelaskan kiat ala saya yang alhamdulillah berhasil mewujudkan hampir semua resolusi dalam setahun perjalanannya. 

 


Begini Kiat Membuat Resolusi Awal Tahun Ala Saya

Resolusi awal tahun
Resolusi yang saya buat tidak pernah semalam jadi. Saya bahkan harus mendiskusikan juga dengan suami untuk meminta saran dan masukan. Saya berharap, resolusi yang saya buat harus benar-benar saya lakukan, makanya tidak asal dan butuh pertimbangan. Berikut cara saya membuat resolusi dua tahun belakangan ini. 


1. Masuk Akal dan Spesifik

Boleh saja bermimpi besar, tapi tidak semua mimpi bisa dijadikan resolusi awal tahun. Resolusi ini terbatas hanya untuk satu tahun, jadi harus diukur juga batas kemampuan yang saat ini dimiliki dengan target yang hendak dicapai. Resolusi ini juga sebaiknya spesifik, tidak terlalu melebar. Misalnya ingin menerbitkan buku. Bukunya tentang apa? 


Contoh, saya ingin menerbitkan buku solo pada tahun 2020 tentang pengalaman resign dari pekerjaan. Ini target yang sempat saya pikirkan saat itu. Tapi setelah ditimbang, rasanya tidak mungkin saya lakukan karena belum punya kemampuan menulis yang begitu baik, terbatas dari segi waktu karena masih punya bayi yang masih ASI dan kakaknya yang masih berusia 3 tahun, serta perlu banyak belajar tentang kepenulisan dan penerbitan, terutama buku, yang belum tahu harus saya pelajari dari mana.


Akhirnya saya ringankan menjadi kontributor buku antologi. Ilmunya dapat, bukunya ada dan tentunya sangat memungkinkan saya lakukan. Alhamdulillah saya berhasil terpilih menjadi salah satu penulis dalam buku antologi bersama sebuah komunitas menulis di akhir tahun 2020, meski tahun terbitnya di awal 2021. 


Tidak masalah menurunkan target, yang penting tercapai. Dari pada terlalu tinggi, tapi tidak bisa terlaksana. Lagi pula, di tahun berikutnya, impian besar itu bisa dijadikan resolusi kembali, bukan? Yang pastinya dengan kemampuan yang sudah lebih mumpuni sehingga memungkinkan untuk dicapai.


2. Melebihi Pencapaian Sebelumnya

Bila tahun sebelumnya sudah berhasil melakukan sesuatu, minimal resolusi di tahun berikutnya harus melebihi pencapaian tersebut. Sifatnya lebih ke melakukan hal baru, bukan sekadar mempertahankan yang sudah ada. Kalau bagi saya sendiri ini menjadi penyemangat karena adanya kegiatan baru atau target baru. Pasti kita suka dan tertantang bukan kalau berhadapan dengan hal-hal baru yang belum dicoba? Jadi penasaran nanti hasilnya gimana. Dan itu menurut saya seru!


3. Wajib Memecahnya dalam Jadwal!

Nah, yang satu ini adalah poin penentu konsistensi. Resolusi yang sudah dibuat harus dipecah menjadi jadwal yang harus dipatuhi. Penting untuk menetapkan jadwal yang tidak terlalu memberatkan, namun juga tidak terlalu longgar. Ini berguna sekali agar kita tidak capek duluan atau berhenti di tengah jalan karena merasa tertekan dengan target yang dibuat sendiri. Kalau terlalu longgar juga nanti akan memancing rasa malas.


Misalnya resolusi saya tahun lalu adalah meningkatkan kecepatan menulis, paling tidak dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Saya menjadikan lomba blog dan update artikel sebagai cara terbaik untuk mencapai itu. Jadi saya menargetkan untuk menulis minimal 4 artikel per bulan dengan 1 kali mengikuti lomba blog dalam bulan tersebut. Kalau lebih alhamdulillah, tapi tidak boleh kurang dari itu. 


Untuk satu bulan, jadwalkan mau melakukan apa untuk mewujudkan resolusi. Atau bebas tenggat waktunya berapa lama, yang penting sesuai dengan kemampuan. Resolusi itu ibarat visinya, jadwal ini misinya. Praktiknya apa dan bagaimana. Jadi jelas apa yang akan kita lakukan, jelas progresnya. Satu bulan saja mematuhi jadwal, maka bulan selanjutnya kita akan berupaya mempertahankan. Beberapa bulan bisa konsisten, maka habbit akan terbangun dengan sendirinya. Besar pula peluangnya resolusi itu akan tercapai tepat waktu.


4. Tulis

Kalau biasanya yang dilihat di media sosial adalah resolusi yang ditulis pada sebuah agenda dengan tinta warna warni dan tulisan indah luar biasa, bagi saya, menuliskan resolusi cukup di kertas biasa saja. Sebenarnya menulis ini hanya untuk memudahkan kita mengingat, merasa dan menetapkan apa saja yang hendak dijadikan resolusi agar tidak tumpang tindih dan lebih terarah. Kalau sudah tertulis, biasanya otomatis teringat tanpa harus bolak-balik buku catatan lagi. Akhirnya jadi dokumentasi saja.


Tapi kalau pun ingin dibuat menarik, juga tidak apa. Banyak juga yang suka membuat bujo alias bullet journal yang dirancang sedemikian manisnya. Berhubung saya tidak biasa membuat itu, makanya cukup dengan menulis biasa saja, yang penting jelas. Ada juga yang menyarankan untuk membagikannya di media sosial agar lebih terpacu lagi semangatnya karena banyak yang menyaksikan. Tapi tetap ini pilhan masing-masing individu, senyamannya saja. 


5. Jangan Lupa Apresiasi Diri

Setiap kali jadwal bulanan itu terlaksana secara keseluruhan, berilah penghargaan kepada diri sendiri yang sudah berupaya keras. Apalagi ketika satu per satu resolusi itu tercapai, wajib hukumnya menghadiahi diri sendiri yang berkat perjuangannya bisa mewujudkan apa yang diinginkan. Tidak perlu mewah, misalnya dengan ngopi enak di cafe kesukaan, nonton drama korea seharian atau membeli sesuatu yang diinginkan. Saya pernah menetapkan sebuah barang di awal bulan sebagai hadiah bila saya bethasil mengerjakan semua jadwal tepat waktu. Barulah akan saya beli bila benar-benar berhasil menyelesaikannya. Menyenagkan, bukan? 


Baca juga: Ingin Menulis, Tapi Bingung Harus Mulai Dari Mana? Yuk, Coba 7 Cara Ini!


Sebenarnya saat membuat resolusi kita tidak membutuhkan usaha ekstra, paling hanya menimbang dan mengukur kemampuan. Namun mewujudkannya yang butuh perjuangan hebat. Memang sulit menumbuhkan konsistensi saat menargetkan sesuatu yang sifatnya pribadi dan tidak terikat dengan peraturan atau hukum apa pun. Kalau dilanggar, tidak akan terjadi apa-apa. Makanya banyak yang akhirnya berhenti ketika kesulitan mulai datang. 


Namun, bila resolusi itu dipecah menjadi jadwal yang lebih jelas dan detail, maka kita akan lebih mudah pula bertindak. Tidak akan lama, sebulan saja bisa konsisten, pasti bulan-bulan berikutnya menyusul. Kalau sudah berhasil berbulan-bulan, yakin mau merusak pencapaian tersebut? Hingga akhirnya konsistensi terbangun dan resolusi tidak hanya menjadi wacana. 


Yuk, bikin resolusi 2022! Lengkap dengan jadwalnya juga, ya!



No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)