Bukan Cuma Buat Searching, Inilah Manfaat Internet untuk Parenting

2 comments

"Hah, aku nggak boleh minum? Nanti kalau haus gimana? Nggak mau puasa, ah!"

Respon polos ini memancing keraguan saya untuk mengajarkan anak berpuasa di usianya yang baru 5 tahun. Walau dari tahun lalu saya sudah mulai menjelaskan syarat sah puasa yang harus menahan lapar dan haus, tetap saja ia belum benar-benar paham.


Saya memiliki harapan anak-anak bisa berpuasa tanpa tertekan saat baligh nanti. Bila saya suruh puasa sekarang, bisa jadi berpuasa akan menjadi momok ke depannya.


Orang tua dan anak belajar dengan bantuan internet
Bukan hanya orang tua, anak juga banyak belajar berkat jaringan internet

Tapi, anak-anak lain sudah banyak kok yang puasa. Bahkan di usia yang baru 4 tahun, bisa full seharian. Apa saya yang terlambat? Apa fisik mereka baik-baik saja saat berpuasa? Bila melihat apa yang saya alami saat masih kecil, kelas 1 SD malah baru puasa setengah hari. Teman-teman saya pun begitu.


Berhubung tidak ada ustaz/ustazah dan Dokter Spesialis Anak (DSA) yang bisa saya hubungi, akhirnya internet menjadi tujuan pertama saya untuk menggali informasi. Hanya dengan mengetik kata kunci, semua artikel terkait usia ideal anak berpuasa, langsung muncul di depan mata. Dengan mudahnya saya mendapat jawaban.


Islam mewajibkan puasa bagi muslim yang telah baligh. Ada ulama yang menganjurkan usia 7 tahun adalah waktu yang tepat untuk mengajarkan anak berpuasa, ada juga yang 10 tahun dan sebagian lagi 12 tahun. Sedangkan dari sisi kesehatan, dokter menganjurkan usia 7 tahun karena kondisi tubuh anak sudah lebih aman akan ancaman risiko hipoglikemia.


Masalah yang menurut saya tidak bisa diputuskan dengan hanya mengira-ngira, akhirnya tuntas. Berkat informasi parenting di internet. Alhamdulillah lagi, saya bisa share juga di blog pribadi dan media sosial. Sehingga bisa bermanfaat pula bagi orang tua yang sedang mengalami keraguan terkait puasa pada anak ini.


Siapa nih yang juga sering mengandalkan internet untuk mencari info soal parenting?

Kalau ada, tos kita sama!



Internet dan Parenting

Polling tentang internet dan parenting
Polling tentang internet dan parenting di Instagram Story

Saya sempat membuat polling kecil-kecilan di Instagram Story tentang penggunaan internet sebagai sumber informasi pertama saat ada masalah dalam pengasuhan. Hasilnya, 74% responden menjawab "sering", serta sisanya menjawab sesekali dan tidak pernah. Angka yang menurut saya cukup tinggi ini, membuktikan bahwa dalam circle saya saja, banyak sekali yang sering mengandalkan internet untuk menyelesaikan masalah terkait parenting


Ya, mungkin saya dan teman-teman termasuk dalam orang tua milenial yang sudah menjadikan aktivitas berinternet sebagai gaya hidup. Jadi tidak heran bila kebutuhan ini juga disambut baik oleh hadirnya berbagai website, blog bahkan akun media sosial ber-niche parenting. Sehingga informasi itu semakin berlimpah dengan pengemasan yang juga semakin menarik.


Bila ditanya, apa sih alasan saya pribadi menjadikan internet sebagai "guru" dalam hal parenting? Setidaknya inilah empat alasan terbesarnya.


Praktis

Bagi saya yang mengasuh dua anak dengan jarak usia dekat tanpa bantuan pengasuh atau keluarga, kepraktisan menjadi suatu hal yang selalu saya kejar. Semakin praktis, semakin cocok untuk saya. Wong ngurus rumah dan anak sehari-hari saja rasanya waktu 24 masih kurang, apalagi ditambah dengan hal lain. Makanya saya terbantu sekali dengan internet. Selama ada koneksi dan gawai, urusan parenting bisa dipelajari dengan mudah dan menyenangkan. Tidak perlu ke mana-mana, kapan pun bisa.


Cepat

Selagi koneksinya lancar dan stabil, dalam hitungan detik, saya bisa menemukan apa yang dicari. Bahkan bisa terhubung dengan DSA atau banyak orang tua dalam sebuah grup dan komunitas. Intinya, internet bisa memangkas jarak dan waktu. Pokoknya mampu menyelesaikan banyak hal lebih cepat. Makanya saya ketergantungan dengan IndiHome selama ada di rumah. Mau itu tengah malam, siang, atau hujan badai kayak gimanapun, koneksi tetap prima untuk berselancar dengan cepat. 


Lengkap

Mau yang berupa pengalaman pribadi? Ada. Atau pernyataan para ahli? Tentu ada. Internet menyediakan informasi lengkap yang tak terbatas. Jadi kita pun bisa menyaring atau mengambil rangkuman yang paling pas dari informasi-informasi tersebut. 


Hemat

Internet membuat saya bisa menghemat uang dan waktu dalam kondisi tertentu. Sederhananya saja, penyakit-penyakit ringan yang terjadi pada anak-anak, penanganan dan obat-obatannya bisa dengan mudah saya dapatkan dari internet. Kalau tidak, mungkin saya harus ke dokter yang tentu butuh waktu dan biaya. Padahal, sakit ringan seperti demam, batuk atau pilek, bisa sembuh dengan obat yang dapat dibeli bebas di pasaran. Atau malah bisa tanpa obat sama sekali. 


Jadi wajar dong kalau sampai detik ini saya masih mengandalkan internet dalam pengasuhan. Saya menjadi lebih mudah belajar dan dapat menetapkan keputusan yang tidak asal-asalan. Karena sejak melahirkan, saya sudah menanamkan dalam diri bahwa saya tidak boleh ikut-ikutan atau mudah percaya dengan pola pengasuhan orang lain. Harus saya cari dulu landasan ilmiahnya atau pernyataan dari ahli agar lebih pasti.


Karena kondisi anak itu unik. Begitu pula dengan kondisi orang tuanya.  Sehingga menjadi orang tua adalah proses belajar yang panjang.


Internetlah salah satu support system saya selama jadi orang tua. Bermanfaat banget lah pokoknya. Bukan lagi sekadar gaya hidup milenial, namun sebuah kebutuhan.



Manfaat Apa Saja yang Sudah Saya Dapatkan?

Internet IndiHome lancarkan komunikasi
Internet IndiHome lancarkan komunikasi untuk kebutuhan parenting

Sampai segitu butuhnya akan koneksi internet, memang manfaatnya luar biasa banget ya? Jelas! Internet ini bisa dianalogikan bagai serabut saraf otak. Tanpa mengubah posisi, saya bisa terhubung dengan jutaan titik. Titik-titik ini dapat berupa website, blog, DSA, ahli parenting, psikolog, orang tua di seluruh dunia, hingga abang ojek yang membantu membelikan kebutuhan anak-anak. 


Seluas itu dunia virtual yang berhasil tercipta selama smartphone atau laptop saya terhubung dengan koneksi IndiHome. Mungkin untuk menceritakan satu per satu manfaat yang sudah saya dapatkan, teman-teman bakal siwer baca tulisan yang enggak ada ujungnya. Jadi saya akan mengelompokkannya dalam empat poin agar lebih tertata.


1. Learning

"ASI pertama itu basi. Lihat aja warnanya, kental dan kuning. Buang dulu, setelah encer dan lebih bersih, baru bayinya disusui."

Bayangkan betapa ruginya bayi saya bila kolostrum terbaik itu benar-benar saya buang. Begitu bersyukur rasanya selama hamil, saya sudah mulai belajar tentang parenting. Memang ASI yang keluar pertama kali itu sangat kental dan kuning. Kalau tidak membaca artikel yang menginformasikan terkait kolostrum, mitos itu akan dengan mudah saya percayai. Apalagi yang ngomong sudah menjadi ibu berpengalaman selama bertahun-tahun.


Pengetahuan saya soal parenting bagai buku kosong saat hamil anak pertama. Setelah melahirkan, saya semakin cemas melihat bayi yang begitu kecil. Bagaimana memandikannya, membedongnya dan memastikan tumbuh kembangnya normal? Kondisi saya yang jauh dari keluarga dan kesepakatan dengan suami untuk tidak memakai jasa pengasuh, mau tidak mau, menuntut saya untuk ekstra belajar. Paling banyak ya dari internet. 


Eits, bukan hanya saya saja lo yang belajar. Anak-anak juga lebih cepat memahami sesuatu saat melihat video bergambar. Sebagai ibu milenial, mana mungkin melewatkan kemudahan ini? Dengan memberi waktu khusus dan terbatas dalam penggunaan gadget untuk melihat video di YouTube Kids, anak saya berhasil mempelajari banyak hal. Di usia 4 tahun, sudah bisa membaca. Di usia 5 tahun, sudah hafal negara-negara dunia beserta benderanya. Dan yang paling bikin speechless, mereka bahkan hafal berbagai hal tentang alam semesta! 


2. Sharing

Siapa yang suka baca-baca atau dengar pengalaman orang tua lain? Kalau saya sih suka banget! Lebih real dan memang benar-benar terjadi. Berbeda dengan informasi berupa teori, meski dikatakan oleh ahli sekalipun, tetap saja "curhatan" terasa lebih nyata dan kadang bisa berkebalikan dari teorinya. Teori bisa saja menjadi dasar pengasuhan, namun belum tentu bisa dipraktikkan secara keseluruhan. 


Internet mempermudah para orang tua untuk saling sharing pengalaman. Saya pernah menjadi pembaca dan tak jarang pula sebagai pembagi cerita. Blog saya berisi banyak sekali artikel parenting. Bisa dibilang seluruhnya menceritakan pengalaman pengasuhan saya. Sesering saya bangkit dari masalah pengasuhan berkat tulisan orang lain, sesering itu pula komentar positif datang di kolom komentar artikel saya. Ah, kalau bukan dihubungkan oleh internet, mungkin cerita orang tua hanya stuck di lingkungan masing-masing saja.


3. Caring

Terhubung dengan orang-orang yang kehidupannya nyaris sama, menumbuhkan rasa kepedulian untuk turut membantu bila salah satu terkena masalah.


Pernah dalam sebuah forum yang kebetulan saya ikuti, seorang ibu menuliskan sedang membutuhkan donor ASI. Keadaanya tidak memungkinkan untuk menyusui karena sebuah penyakit. Kebetulan sekali, stok ASI saya penuh di kulkas. Setelah saling mempelajari latar belakang masing-masing, ASI saya pun ternyata sangat memungkinkan untuk didonorkan. Akhirnya kami bertemu dan ASI tersebut berhasil menjadi penyelamat.


Saya percaya, banyak kepedulian lain yang juga terjadi di dunia internet. Meski mungkin secara fisik belum saling bertemu, tidak saling kenal, para orang tua bisa saling membantu dan meringankan. Sekecil apa pun bentuk kepedulian yang kita beri, bisa berarti sangat besar bagi orang tua lainnya. 


4. Communicating

Pasti setuju dong kalau internet memudahkan penggunanya untuk berkomunikasi. Bahkan saya sendiri hampir tak pernah menelepon dengan jaringan telepon seslular biasa, apalagi SMS-an. 


Siapa sangka, berkat internet, saya bisa chattingan dengan dokter melalui aplikasi kesehatan. Setelah adik saya lulus kuliah kedokteran, konsultasi kesehatan beralih ke video call. Saya perlihatkan dan ceritakan masalahnya apa, lalu beberapa menit kemudian, resep dikirim via WhatsApp. Sering pula saya curhat dalam komunitas parenting, lalu mendapat balasan melegakan dari sesama anggota. Selancar itu lo komunikasi saya dengan pihak-pihak yang saya butuhkan untuk mendapatkan solusi terkait anak-anak.


Dan yang paling berkesan adalah ketika saya dan suami harus berpisah sementara karena sebuah keperluan penting. Saya dan anak-anak di Padang dan suami di Ungaran. Bersyukur sekali rasanya saat anak-anak tetap bebas bercerita dan bercanda dengan ayah mereka walau berbatas layar. Kebetulan IndiHome terpasang di rumah orang tua saya dan rumah orang tua suami. Makanya setiap kali video call, betah sekali sampai tak sadar sudah berdurasi 2 jam. Karena tidak ada delay atau ngelag sama sekali. Mau kapan saja pun aman.


Tidak berlebihan bila saya mengatakan bahwa internet menyatukan Indonesia. Buktinya komunikasi berbeda pulau antara anak-anak dengan suami ketika berjauhan atau saya dengan adik di Padang saat berkonsultasi masalah kesehatan anak, terjalin sangat aman dan lancar bebas hambatan kayak jalan tol tanpa kemacetan. Thanks a lot  IndiHome.


Keempat hal tersebut adalah manfaat internet yang sudah saya rasakan sampai sekarang, setelah lebih dari 5 tahun menjadi orang tua. Pasti akan terus bertambah seiring dengan peningkatan kebutuhan saya akan ilmu parenting. Masalah pengasuhan pasti selalu ada. Belum lagi nanti ketika anak-anak sudah remaja atau bahkan menginjak dewasa, tentu berbeda pula cara yang akan saya terapkan.



IndiHome Recommended Banget untuk Internet Stabil

Modem IndiHome
Internet stabil IndiHome jadi kebutuhan penting setiap hari

Saya percaya bahwa manfaat besar internet dalam peran saya sebagai ibu, tidak lepas dari pemilihan provider yang tepat. Bila ada yang bertanya tentang provider internet rumah, saya jelas merekomendasikan IndiHome. Sejak namanya masih Speedy, saya sudah menjadi pelanggan setia. Bahkan sampai sekarang, setelah saya punya anak dua, masih puas dengan internet stabil dari IndiHome.


Di rumah, modem IndiHome wajib menyala 24/7. Tidak pernah mati, kecuali saat mati listrik. Basic rumah saya yang berupa gedung (rusunawa), terkadang membuat sinyal dari luar suka terhalang tembok. Ada spot yang sinyalnya kuat, ada juga sudut yang susah banget menangkap sinyal. Makanya saya lebih memilih IndiHome untuk akses internet sehari-hari. Soalnya IndiHome kan menggunakan modem Wi-Fi sendiri di dalam rumah, sedangkan untuk jaringan ke luarnya menggunakan kabel. Jadi internet yang ditangkap gawai kami sekeluarga selalu stabil tanpa khawatir terganggu oleh gedung tinggi atau cuaca.


Kalau dihubungkan dengan parenting, tentu hal ini menjadi penting. Saya tidak bisa memilih waktu untuk datangnya masalah pengasuhan. Bisa saja tiba-tiba tengah malam anak rewel, atau seperti pengalaman saya tadi yang mesti tiba-tiba LDR-an dengan suami. Pastinya akan berpengaruh juga pada kedekatan anak-anak dengan ayahnya. 


Makanya kualitas jaringan internet yang saya gunakan harus mendukung itu semua. Bisa diandalkan kapan pun. Paling tidak selama di rumah, karena saya memang lebih banyak di rumah mengurus anak-anak.


Berdasarkan hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2020, dari 14,8 persen pengguna internet tetap di rumah, IndiHome memegang posisi pertama sebagai provider yang paling banyak digunakan, yaitu mencapai 9,8 persennya.


Data tak mungkin berbohong, 'kan? Kontribusi IndiHome bagi teknologi digital Indonesia, salah satunya terwujud dengan pemerataan jaringan internet hingga ke pelosok negeri. Misalnya di bagian Timur Indonesia saja, Telkom sudah memiliki lebih dari 520 ribu sambungan. Apa lagi di bagian Barat atau Tengah Indonesia? Itu angka yang saya baca dalam artikel yang terbit tahun 2019 lalu di website Telkom. Sekarang tentunya sudah melebihi itu.


Benar adanya, internet menyatukan Indonesia.

Intinya sih, IndiHome tak pernah membuat saya kecewa. 


***


Selagi pilihan provider internet yang dipilih tepat, dalam artian stabil dan lancar, banyak hal yang bisa dimanfaatkan orang tua untuk mendukung perannya. Apa yang selama ini saya dapatkan dari internet tentang dunia parenting, mungkin saja juga dirasakan oleh banyak orang tua. Kalau tidak, mungkin hasil survei kecil-kecilan saya di Instagram Story kemarin tidak ada yang menjawab "sering". Ya, itu karena mereka merasa terbantu atau pernah terselesaikan masalahnya karena searching di internet.


Sebagai penutup, saya akan berbagi sedikit tips untuk menyaring informasi parenting yang tersebar di dunia maya agar tak salah mengambil referensi. 


Pertama, website atau media digital harus dikelola oleh pihak profesional. Biasanya ditandai dengan keterlibatan ahli pada bagian yang bersifat teori atau teruji secara ilmiah. Jelas penulisnya siapa dan ada kontak yang bisa dihubungi. Pesan yang disampaikan objektif, tidak berat pada satu pihak saja atau seolah menyalahkan pihak lainnya. Dan yang paling penting, tidak ada iklan "aneh-aneh".


Kedua, aktif diperbarui. Dunia ini terus berkembang, termasuk juga soal parenting. Belum tentu informasi yang eksis di 10 tahun lalu, bisa memberi manfaat yang sama di masa sekarang. Jadi pastikan informasi yang disajikan dalam media tersebut selalu up to date.


Kebijakan orang tua dalam memilih dan memilah informasi menjadi kunci penting dari hadirnya internet di tengah kemajuan teknologi. Bukan hanya untuk menggali informasi dan mencari solusi, orang tua bisa saling berbagi, saling peduli dan saling berkomunikasi demi menciptakan generasi penerus yang terbaik. 


Internet menyatukan Indonesia, menyatukan orang tua.

Happy parenting!

2 comments

  1. Terima Kasih infonya bun, iye bener emg udah jadi kebutuhan pokok internet skrg, bantu banget kalau mau cari informasi apapun

    ReplyDelete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)