Bagaimana Cara Menulis? Ini Jawaban Saya

10 comments

Gimana sih caranya nulis?

Jujur, ini pertanyaan paling membingungkan yang pernah saya terima terkait kepenulisan. Otak saya hanya menemukan satu jawaban, yaitu "Caranya nulis, ya nulis." Tidak ada maksud sama sekali untuk pelit berbagi ilmu, tapi saya benar-benar tidak menemukan jawaban selain "menulis". Entah karena ilmu saya yang masih belum apa-apa, atau jawabannya memang cuma itu. 


Bagaimana Cara Menulis

Dalam beberapa kelas kepenulisan atau blogging yang saya ikuti, sejauh yang bisa saya tangkap, para penulis senior pun juga mengatakan hal yang nyaris serupa. Agar bisa menulis, maka konsisten lah menulis. Jadi, jawabannya tetap tidak jauh dari menulis. Intinya praktik. Titik. Percuma hanya berkeinginan kuat menulis, kalau tidak kunjung menulis.


Baca juga: 7 Manfaat Menulis Buku Antologi Bagi Penulis Pemula


Sayangnya, banyak yang tidak puas dengan jawaban tersebut. Bertanya dan terus mengulang pertanyaan yang sama. Ya gimana caranya nulis? Ingin nulis tentang ini dan itu, tapi ketika saya menyarankan untuk langsung menulis, di mana saja, senyamannya dan semampunya, tetap ditanya kembali bagaimana caranya menulis. Akhirnya praktik menulis tersebut tak kunjung dilakukan.


Mungkin pertanyaan yang bisa saya jawab bukan itu, tapi "Bagaimana caranya menjadi penulis?"



Saya Dulu Juga Kesulitan Menulis

Tulisan pertama saya

Penghujung 2016, tahun saya mulai rutin menulis. Di blog ini dan bertahun-tahun setelahnya pun tetap setia dengan blog ini. Masih kaku, susunan katanya suka-suka. Itu saja sudah membuat saya kesulitan. 


Contoh yang mudah saja, resep MPASI anak pertama saya yang beragam menunya, karena dia sulit sekali makan waktu itu. Tahu bagaimana saya menuliskannya? Hanya gambar, langsung saja ke resep. Kalau pun ada pembuka, paling hanya sekalimat yang menginformasikan bahwa anak saya menyukai menu ini atau cara memasaknya yang mudah. Mana pernah lebih dari 500 kata. Mungkin mentok di 200 kata, atau malah kurang. Sekarang artikelnya sudah saya tarik lagi dan digabungkan dengan resep lain agar lebih panjang.


Tapi, saya tidak peduli. Yang jelas, saya terus menulis. Belum menyertakan ketentuan KBBI, apalagi PUEBI. Malah dulu saya inginnya menggunakan kata-kata gaul dan kekinian agar terkesan santai. Seenak jidat banget lah pokoknya. Tapi tak masalah, berkat itulah saya sadar bahwa tulisan yang enak dibaca adalah tulisan yang sesuai kaidah.


Saya mulai dari nol. Butuh bertahun-tahun untuk lebih lancar menulis. 


Blog ini butuh waktu lebih dari setahun untuk mencapai pageview 10 ribu. Saking tidak adanya yang membaca di bulan-bulan awal. Jelas saya sempat down. Sudah capek-capek nulis, satu paragraf saja butuh waktu seharian bagi saya untuk menyelesaikan. Ya, secetek itu ilmu menulis saya. Sulit sekali merangkai kata. Padahal kalau dibicarakan, bisa sangat lancar.


Pengalaman ini menjadi bukti bahwa menulis bisa dilatih dan butuh waktu untuk melatih. Terlepas dari berbakat atau tidak, menulis tetap membutuhkan praktik. Percuma punya bakat, kalau tidak pernah diasah. Gimana ceritanya yang tidak punya bakat? Tentu butuh usaha yang lebih kuat lagi. Tapi satu yang pasti, bagi saya, semua bisa menjadi penulis, asal mau konsisten menulis.


Bertahun-tahun menulis ratusan artikel, akhirnya saya menentukan satu target sebagai parameter pengukur perkembangan kemampuan. Lomba blog, bukan mengejar hadiah, saya aktif mengikutinya sebagai tolak ukur apakah tulisan saya sudah lebih baik atau belum, dengan memenangkan hati juri. Sampai akhirnya, kemenangan pertama saya adalah di pertengahan tahun 2020. Lebih dari 3 tahun saya sampai di tahap itu. 


Kemenangan pertama saya

Proses saya panjang, dan masih lebih panjang lagi ke depannya. Jadi saat saya mendengar ada teman yang kekeh mampu menulis dalam sekali coba, langsung bisa menerbitkan buku, saya pasti akan memutuskan percakapan. Ada rasa jengkel karena seolah menggampangkan, dan saya juga tidak tahu jawaban apa yang tepat untuk itu.


Proses instan tersebut tidak pernah saya alami. Kalau ada penulis yang seinstan itu, saya pun juga mau belajar darinya. Tidak pernah menulis, sekali menulis langsung tembus seleksi penerbit. Wah, kalau semudah itu, semua pasti akan jadi penulis. Iya, kan?



Tips untuk Penulis Pemula Berdasarkan Pengalaman Saya

Tips untuk Penulis Pemula

Saya masih memosisikan diri saya sebagai penulis pemula hingga saat ini. 
Jadi, tips yang akan saya bagikan bukan menandakan bahwa saya sudah menjadi penulis besar. Saya pun masih terus berjuang mencapai titik tersebut. Makanya, semua yang saya share, masih saya lakukan sampai detik ini. Dan alhamdulillah, sudah luar biasa progres yang saya rasakan.


Oiya, ada yang tak kalah penting. Setiap penulis memiliki gayanya sendiri-sendiri. Untuk bisa menulis sama persis seperti Si A atau Si B, bagi saya, itu hal yang memberatkan dan tidak baik juga untuk dilakukan. Kalau pun bisa, hanya menumbuhkan keterpaksaan dan keterbatasan. Kita cenderung terikat untuk menulis demi bisa menyerupai karya orang lain. Jauh lebih baik bila kita fokus berlatih hingga style kita tumbuh dari proses tersebut.


Jadikan lah karya tulis orang lain, karya tulis yang baik tentunya, sebagai referensi, sarana belajar, menambah pembendaharaan kata dan memperkaya wawasan. Ini justru sangat disarankan. Bukan harus berkarya yang sama persis dengan penulis-penulis tersebut. Percaya saja, kita punya keunikan sendiri. Inilah yang menjadikan tulisan kita dicari. 


Setiap penulis punya gaya menulisnya masing-masing.


Nah, berikut adalah tips untuk konsisten menulis hingga dapat menghasilkan tulisan yang baik dan benar berdasarkan pengalaman saya. Setidaknya informasi dan pesan dapat tersampaikan dan dimengerti pembaca. Serta kita pun dapat lebih lancar menuangkan apa yang ada di kepala dalam rangkaian kata.


  • Kendalikan Mindset

Kemampuan menulis sama dengan kemampuan lainnya, yang butuh proses untuk berlatih. Mindset ini yang mesti ditetapkan di awal. Banyak teman sesama blogger yang saya kenal, bahkan sudah mulai menulis sejak di bangku Sekolah Dasar. Bayangkan, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengasah kemampuan ini. Saya yang baru beberapa tahun, hanya di blog dan beberapa antologi bersama saja, tentu masih sangat pemula bila dibandingkan mereka. 


Selanjutnya adalah bayangan sosok penulis yang harus menerbitkan buku, bukunya mejeng di toko buku ternama, serta bisa hidup kaya raya dari sana. Ini juga bisa menjadi pisau bermata dua. Positifnya bisa menyemangati, atau malah sebaliknya, menganggap diri tidak mampu saat dihadapkan dengan tantangan, dan akhirnya begitu mudah menyerah. Padahal, mengutip dari KBBI, penulis sesederhana orang yang menulis.


Penulis tidak melulu orang yang menerbitkan buku. Penulis buku hanya salah satunya saja. Masih ada penulis artikel, content writer, ghost writer, copy writer, penulis puisi, penulis skenario film, dan sebagainya. Bahkan blogger pun bagi saya juga seorang penulis. Intinya, sebuah karya tulis, dihasilkan oleh penulis. Mau di buku, di media online, atau di media sosial, itu hanya beda media saja. 


  • Lakukan Sekarang dan Konsisten

Niat terus dan bertanya segala hal terkait menulis, kalau tidak dipraktikkan, ya sama saja tidak ada perkembangan. Sebanyak apa pun teori terkait teknik menulis yang terekam, kalau tidak ada satu pun yang dicoba, hasilnya tak akan ada. Jadi mulai lah sekarang dan jangan ditunda. Tidak harus menulis berlembar-lembar, separagraf, atau dua paragraf dulu tidak apa. Nanti lama-lama juga akan banyak dan satu judul tulisan selesai. 


Lakukan juga dengan konsisten. Kalau bisa setiap hari. Saya setiap hari pasti menulis. Entah itu di blog, caption media sosial, atau contekan untuk konten YouTube yang baru saya bangun. Bukan masalah kuantitasnya, tapi menjaga konsisten akan lebih menghasilkan. Dari pada menulis satu buku sehari, lalu setahun kemudian tidak menulis lagi, lebih baik menulis satu halaman sehari, tapi dilakukan terus menerus. 


  • Mulai dari Hal yang Dirasa Mudah dan Disukai

Cari hal yang paling mudah dulu. Tidak perlu buru-buru menulis sesuatu yang berat, perlu riset sulit atau memasang target yang tinggi. Topik ringan seperti kejadian sehari-hari, resep masakan hari ini, tingkah laku buah hati, masalah kerjaan atau menceritakan film yang baru saja selesai ditonton.


Memilih hobi yang tengah dijalankan juga tak kalah seru, seperti ibu suka membuat macrame, bagi sedikit teknik mengikat tali tersebut dalam tulisan. Atau hobi sepedaan, tentu menulis pengalaman bersepeda di suatu tempat akan terasa mengasyikkan. Bisa jadi rekomendasi bagi pehobi sepeda lainnya. 


Nanti lambat laun, sambil jalan saja, baru pelajari ketentuan-ketentuan kepenulisan, lakukan riset-riset kecil, mulai membaca buku, atau apa pun untuk menunjang tulisan kita agar lebih sesuai dengan kaidah dan lebih enak dibaca.


  • Gunakan Media Sesuai Kenyamanan

Sekarang banyak sekali media menulis yang bisa dimanfaatkan. Seperti blog, UGC seperti Kompasiana atau Kumparan, media konten seperti theAsianParent, Wattpad atau di media sosial pun bisa jadi "kertas" berlatih menulis. Misal ingin unggah konten di Instagram, coba tulis caption informatif atau menghibur. Tidak usah overthinking dulu, selagi yang kita bagikan baik, tak perlu takut dengan sudut pandang netizen


Mau menulis manual di buku diary juga tak masalah. Kalau memang belum nyaman membagikan tulisan ke publik. Pokoknya untuk tahap awal ini, upayakan mencari topik yang paling mudah, paling dikuasai dan disukai. Sereceh apa pun anggapan kita terhadap tulisan yang dibuat, balik lagi, selagi itu positif, pasti berguna. 


  • Ikuti Kelas dan Gabung Komunitas

Nah, yang satu ini sangat saya rekomendasikan. Kalau bukan karena komunitas, saya pasti kewalahan belajar otodidak. Sebenarnya apa yang diberi komunitas adalah arahan, mana-mana saja yang akan kita pelajari sesuai dengan yang dibutuhkan. Kalau semuanya saya cari sendiri, pasti kebingungan mau mulai dari mana di tengah luasnya ilmu kepenulisan. Pratiknya, ya tetap tergantung diri masing-masing.


Saya masih ingat kelas khusus kepenulisan pertama yang saya ikuti. Di sana saya diajarkan bagaimana menceritakan rasa, aroma atau suasana. Bahkan pagi hari saja bisa dijadikan paragraf, mulai dari menceritakan aroma tanah basah, cuaca mendung, suara kendaraan yang masih sesekali beralalu-lalang, dan sebagainya. Kalau bukan karena kelas ini, mungkin saya tidak tahu ilmu tersebut. 


Kelas dan komunitas sering kali memberi ilmu berdasarkan pengalaman dan proses yang dilalui para anggotanya atau pembicara yang diundangnya. Jadi lebih dekat dengan proses kita yang kemungkinan besar juga melalui tantangan serupa. Lebih mudah ditangkap dan dipraktikkan nantinya.


  • Jadikan Prioritas

Penting. Ketika kita menjadikan menulis sebuah tujuan, maka jadikan itu prioritas. Ketika itu sudah menjadi prioritas, tentu di antara prioritas lainnya, kita pasti akan berusaha semaksimal mungkin menyisakan waktu untuk menulis. Walau mungkin di awal membagi waktu terasa sulit, lama kelaman pasti akan berjalan begitu saja. Malah menulis akan berubah jadi kebutuhan. Kalau belum nulis, rasanya ada yang kurang.


Baca juga: 5 Tahun Ngeblog, Dapat Apa?


Terakhir dan yang paling krusial adalah kecintaan aktivitas menulis itu sendiri. Kalau sudah cinta, maka semua prosesnya akan lebih ringan untuk dilalui. Bukan berarti memudahkan jalannya, tapi respon diri atas masalah yang pasti datang, naik-turunnya, tangis-tawanya, dilalui dengan lebih positif. 


Bagi teman-teman yang ingin menulis, yuk mulai nulis dari sekarang. Tidak perlu berambisi mengejar kesempurnaan, karena kesempurnaan bukan milik manusia. Itu kenyataan, bukan kata-kata mainstream sebagai pemanis saja. 


Karya yang selesai, jauh lebih baik dari karya yang sempurna tapi tak kunjung selesai. 

Itu pesan dari salah satu mentor saya, Mbak Widyanti Yuliandari.


Semangat dan semoga bermanfaat.

10 comments

  1. betul banget, semoga aku bisa nyusul jadi bagus tulisannya

    ReplyDelete
  2. Yg langsung bisa jadi penulis, bahkan sekali coba LGS nerbitin buku, pasti dia super genius atau malaikat yang menyamar πŸ˜‚.

    Ada temenku juga yg pernah nanya cara menulis gimana, dia bilang lebih gampang berbicara drpd menulis. Padahal kalo lebih gampang ngomong, kan tinggal menuliskan apa yg dia mau omongin dalam bentuk tulisan. Anggab aja sedang bicara toh

    Aku sendiri suka menulis dari SD, awalnya dari diary. Rutin tuh nulis, walo buku2nya ntah udah di mana 🀣

    Baru setelah itu pindah ke blog. Memang harus banyak latihan sih ya mba. Semakin sering menulis, akan semakin mengalir nantinya . Trus banyakin baca buku juga. Dengan banyak membaca, diksi bertambah, tulisanpun semakin kaya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waaah dari SD sudah rutin nulis. Hebat, Mbaaaakk 😍

      Setujuu, penulis juga mesti banyak baca. Ngaruh banget ke tulisan kita 😊

      Delete
  3. Ya , terus menulis dan setiap menulis lihat kurang apa perbaiki dan begitu terus sampai kita mahir

    ReplyDelete
  4. Selalu suka dengan penulisan yang easy going kaya Mbak Nov ini. Intinya nulis aja dan konsisten tapi ada saja Mbak Nov bisa mengupasnya cem kaya ngupas bawang gitu, Mbak. Saya belum bisa tapi mau mencoba lagi dan lagi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah makasih sudah baca-baca, Mbaaaaaak. Alhamdulillah jadi pengen nulis organik sering-sering.
      Semangat Mbak, insyaAllah bisa πŸ’ͺ🏼
      Yok sama-sama terus berlatih nulis 😘

      Delete
  5. Terima kasih untuk tulisannya mbak. Memotivasi saya untuk terus menulis. Semoga bisa konsisten berkarya, menulis dan memproduktifkan diri dengan latihan menulis

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah sama-sama, Mbak. Yuk yuk sama-sama semangat kita πŸ’ͺ🏼😊

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)