1. Apoteker

Jelas yang pertama adalah apoteker. Apoteker bertugas memberikan obat sesuai dengan resep dokter dan meracik obat, serta memastikan tidak terjadi interaksi obat yang membahayakan. Apoteker juga memantau apotek dalam kepatuhannya terhadap peraturan dalam penjualan obat-obatan. Makanya, membuka apotek tidak sama seperti membuka toko jualan biasa, namun harus ada nama apoteker yang didaftarkan. Meski tugas apoteker memberi obat, tetap tidak boleh sembarangan karena salah-salah bisa menjadi tindakan malapraktik. Terutama untuk obat keras. Lowongan pekerjaan apoteker biasanya ada di rumah sakit, klinik, atau di apotek yang sangat bisa dibuka dan dikelola sendiri.

2. Peneliti

Ahli farmasi juga bisa menjadi peneliti dalam pengembangan obat-obatan. Perannya membantu pengembangan ilmu farmasi tersebut. Lowongan pekerjaan dapat ditemukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), dan laboratorium klinik. Di perusahaan pun juga ada yang namanya analis laboratorium dengan tugas seperti memeriksa dokumen dan sampel, hingga membuat dokumen hasil analisa fisika dan kimia.

3. Tenaga Pengajar/Dosen

Ilmu farmasi tentu harus ada yang melanjutkan dan peminatnya masih selalu ada. Ahli farmasi yang sudah mengantongi ilmu, bisa menjadi tenaga pengajar atau dosen di universitas. Selain dapat terus memperdalam ilmu dan mengetahui berbagai perkembangan terkini, sekaligus juga mentrasfer ilmu pada calon-calon ahli atau sarjana farmasi yang unggul. Mungkin persyaratannya tidak cukup hanya tamat jenjang S1 saja, tapi harus dilanjutkan ke S2 bahkan S3. 

4. Product Development Specialist

Produk kecantikan saat ini sangat potensial, kan? Nah, ahli farmasi dibutuhkan di sini. Produsen produk kecantikan pasti memerlukan tenaga product development specialist yang diutamakan dari lulusan farmasi. Product Development Specialist melakukan pekerjaannya dari merencanakan penelitian produk, di mana produk tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Maka dari itu, selain sebagai ahli farmasi, Product Development Specialist diharapkan juga mampu melakukan riset pasar. Menarik, kan?

5. Tim Quality Management

Ahli farmasi juga bisa ambil bagian dalam tim quality management perusahaan obat, makanan, atau kosmetik. Tugasnya adalah mengecek kadar dan kualitas obat dalam sebuah produk. Selain itu, bagian quality assurance juga membutuhkan peran ahli farmasi untuk mencari tahu penyebab dari masalah penyimpangan kadar dan kualitas produk jika ditemukan.

6. Bidang Regulasi

Perusahaan obat, makanan, jamu, atau kosmetik tentu harus berhati-hati dalam proses produksi produknya. Mesti mematuhi setiap poin aturan yang berlaku. Makanya, perusahaan membutuhkan ahli farmasi yang memahami segala standar produk yang berlaku. Bila menjadi staf regulasi, maka tugasnya adalah mengumpulkan semua dokumen standar bahan baku kosmetik, membuat dokumen, hingga mengurus registrasi ke BPOM dan LPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia). Malah bisa juga berperan dalam membuat regulasi yang berlaku tersebut. 

7. Science Writer

Bagi ahli farmasi yang suka menulis, profesi yang satu ini patut dipertimbangkan. Science writer mirip dengan content writer, namun lebih fokus dalam penulisan ilmiah. Jadi, ahli farmasi bisa memanfaatkan ilmunya untuk menghasilkan tulisan ilmiah bagi perusahaan yang bergerak di bidang medis atau media lain yang berkaitan. Science writer harus bisa mengemas informasi, teori, atau praktik sains yang kompleks agar bisa dimengerti khalayak umum. Atau tergantung jenis tulisan yang dibutuhkan perusahaan.