Bukan Hanya Uang Pangkal! Ini Realita Pengeluaran Orang Tua untuk Sekolah Anak

No comments

Alasan saya menulis ini bukan untuk menakut-nakuti atau membesar-besarkan kebutuhan uang sekolah anak. Melainkan agar kita sebagai sesama orang tua, bisa lebih mempersiapkan diri untuk pengeluaran-pengeluaran tak terduga. Karena ini pengalaman saya banget. Dulu saat anak pertama saya baru masuk SD, yang dipikir pengeluaran yang mesti diperhatikan hanya uang pangkal, ternyata setelah berjalan, masih banyak lagi yang lain! Dan itu kalau ditotalkan lumayan juga lo.


Bukan Hanya Uang Pangkal! Ini Realita Pengeluaran Orang Tua untuk Sekolah Anak

Sebelumnya, perlu saya tambahkan sedikit bahwa apa yang saya tulis di sini murni pengalaman pribadi sebagai orang tua yang anaknya sekolah di SD swasta. Bukan sekolah swasta yang "wah" dengan uang pangkal 40 juta, 80 juta, atau ratusan juta, ya. Bukan sekolah internasional juga yang biasanya harganya lebih tinggi. Sekolah swasta anak saya uang-uangnya masih masuk logika bila disandingkan dengan keuangan keluarga kami.


Baca juga: Apakah Masuk SD Harus Bisa Baca?


Nah, berikut cabang-cabang pengeluaran untuk sekolah anak SELAIN UANG PANGKAL, berdasarkan pengalaman pribadi saya. 


✅ SPP Bulanan

Jangan cuma terpaku di uang pangkal, ya. Itu hanya sekali bayar. Tapi, yang jauh lebih terasa justru SPP yang dibayar per bulan karena ini berhubungan dengan income bulanan keluarga. Andai SPP bulanan 1 juta, anaknya dua pula, berarti sudah harus ada anggaran 2 juta setiap bulan. Kalau tidak bayar atau nunggak, kan kasihan anaknya. Makanya, pas mencari sekolah anak, wajib tanyakan juga berapa SPP bulanannya. 


✅ Uang Kenaikan Kelas

Ini yang dulu terlewat saya tanyakan dan jangan sampai juga terlewat di teman-teman. Jadi, di setiap tahun kenaikan kelas, ada uang lagi yang harus dibayar. Ini mencakup biaya buku-buku dan kebutuhan selama setahun ke depan, Kebetulan di sekolah anak saya, tidak ada tambahan uang apa-apa lagi selain uang pangkal dan tahunan ini. Nominalnya lumayan besar untuk saya, karena mencapai jutaan. Anak saya juga. Jadi, harus dianggarkan atau ditabung mulai dari jauh-jauh hari. Syarat daftar ulang soalnya.


✅ Uang Kebutuhan Sekolah

Yes, kebutuhan sekolah pasti jadi tanggung jawab kita sebagai orang tua. Mulai dari tas, sepatu, kotak pensil, alat tulis, buku-buku, kaus kaki, atau keperluan lain yang menjadi persyaratan dari sekolah dan harus beli sendiri. Selain yang menjadi kebutuhan setiap tahun atau seragam yang cepat sekali sempitnya, terkadang ada juga tren di kalangan teman-teman anak kita. Misal tasnya pengin yang kayak temannya, mau beli rautan atau penghapus yang warna warni seperti bestie-nya, atau lagi musim main apa, pasti minta dibelikan. Kalau tidak dibelikan, kasihan juga. Sayang anak ya, Buuun.


✅ Uang Kebutuhan Praktik Belajar

Sebenarnya tidak yang terlalu besar, tapi tetap ini pengeluaran. Misalnya anak mau praktik bikin prakarya atau cooking class, pasti bahan-bahannya kita belikan. Usahakan tidak berlebihan, pas-pas sesuai instruksi saja. Malah terkadang ada yang dibawa pulang lagi karena punya temannya dipakai bareng-bareng. Contoh waktu itu anak saya bikin plastisin dari tepung, minyak, dan bahan lain. Minyaknya karena cuma dipakai sedikit, jadinya minta punya teman saja atas saran guru. 


✅ Uang untuk Pelaksanaan Program Sekolah

Sekolah punya program atau acara yang melibatkan murid-muridnya. Misalnya pawai 17-an, pawai menjelang Ramadan, Jumat berbagi, atau kedatangan tamu penting. Ini butuh modal, Bun. Misal beli baju adat, baju profesi, perlengkapan pawai, paket makanan, dan sebagainya. Untuk program sekolah yang rutin, mending masukkan dalam anggaran belanja.


✅ Uang Bekal

Sampai sekarang anak-anak saya masih bawa bekal. Sebagai ibu yang tidak kreatif membuat bekal, saya seringnya beli saja. Satu roti harganya 5.000, jajanan juga harganya paling murah 2000-an, kalau sudah minta sosis, 10.000! Belum lagi tambahan susu kotaknya, Yakult-nya, yogurt-nya. Sesekali mereka mau bawa roti tawar dikasih selai, martabak mie, atau nasi pakai lauk. Tapi itu jarang banget. Seringnya ya beli camilan di minimarket atau yang jualan kue pagi-pagi di pinggir jalan.


✅ Uang Jajan

Jangan samakan uang jajan anak sekarang dengan uang jajan kita dulu yang 5.000 saja sudah bisa makan mie rebus. Anak saya dikasih jajan 5000, cuma dapat satu bungkus camilan saja. Akhirnya saya tambahkan jadi 10.000. Kalau ada abang-abang mainan di depan sekolahan, bakal nambah lagi jajannya. Sebulan sudah 200.000 sendiri dan jangan lupa dikalikan dengan jumlah anak. Tidak selalu habis sih jajannya, biarlah sisanya ditabung saja.


✅ Uang Transport Antar-Jemput

Saya antar-jemput anak sekolah pakai motor. Bila jarak rumah dan sekolah anak dekat, mungkin tak terlalu memikirkan uang bensin. Tapi, saya sendiri perlu sekitar 30 ribu-40 ribu seminggu untuk antar-jemput anak. Tidak ke mana-mana lagi, cuma bolak-balik rumah-sekolah saja. Berarti sebulannya mesti disediakan 160.000. Ada juga orang tua yang antar-jemput pakai mobil, pakai angkot, bahkan lewat tol andai sekolahnya sangat jauh. Ini tentu akan lebih mahal lagi.


✅ Uang Sosial

Jangan dulu membayangkan uang sosial ini untuk gaya-gayaan. Tapi, ini memang dibutuhkan untuk menjalin silaturahmi yang baik dengan pihak-pihak sekolah. Misalnya arisan orang tua murid, bagi saya ini menjadi kumpul-kumpul yang menyenangkan dan banyak update info untuk mendukung masa sekolah anak. Tapi arisan kan nanti bakal nerima uangnya juga? Uang arisannya iya, tapi makan siang, kopi, cemilan pas arisan kan bayar masing-masing.


Selain itu, ada kado untuk teman yang ulang tahunnya dirayakan di sekolah, sumbangan bila ada orang tua atau guru yang ditimpa kemalangan, buah tangan saat ambil rapor anak, janjian pakai baju atau hijab warna tertentu saat menemani anak outing class, dan banyak lagi sesuai kondisi. Intinya jangan dijadikan beban dan berlebihan menanggapinya. Kalau rezeki kita masih ada, ya sudah tidak apa.


✅ Uang Iuran di Momen Tertentu

Iuran ini bisa untuk Hari Guru, hari terakhir mau naik kelas, dan juga momen tertentu lain yang perlu memberikan hadiah atau kenang-kenangan pada guru. Besar iuran akan disepakati bersama oleh orang tua murid. Kalau iuran kita di bawah kesepakatan atau tidak ikutan, malah kepikiran. Bisa sih kalau mau memberi kenang-kenangan sendiri dan izin tidak ikut iuran, tapi tetap masukknya ke anggaran sosial. Pengeluaran juga, kan? Pernah pula saya dan ibu-ibu sekelas iuran untuk sewa bis menemani anak-anak outing class atau study tour. Ini tentu jumlah iurannya sama rata kalau mau dapat kursi.


Baca juga: Tips Memilih Ekstrakurikuler yang Tepat untuk Anak


Tambahan, pas anak saya TK malah lebih banyak dan sering lagi pengeluarannya. Kecil-kecil sih, tapi selalu ada. Seperti uang kas bayar per bulan, uang outing class karena tidak termasuk dalam uang pangkal atau tahunan, uang acara-acara, uang berenang, sumbangan-sumbangan, uang pentas seni dan perpisahan, serta lainnya.


Banyak ya ternyata kalau dituliskan satu per satu begini. Karena memang setelah anak saya SD dan satunya TK, terasa sekali besar anggaran untuk pendidikan mereka. Apalagi nanti kalau sudah SMP, SMA, kuliah, pasti akan berlipat nominalnya. Harus lebih ekstra lagi bekerja dan cari penghasilan tambahan! 


Semoga bermanfaat dan semoga dicukupkan rezeki kita semua untuk pendidikan terbaik anak-anak. Aamiin.

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)