Saya sering mengatakan, bahkan selalu, bahwa menentukan tujuan dan produktivitas baru, wajib masuk dalam poin penting saat ibu mempertimbangkan resign. Kondisi sebelumnya di mana kita punya kesibukan di luar rumah, bertemu dengan orang banyak, hingga hubungan sosial lainnya, tiba-tiba menjadi di rumah saja bersama anak setiap hari. Ini tentu membahayakan mental. Saya mengalami dan merasakan betul ketidaknyamanannya.
Sekadar sharing cerita, sejak awal resign, saya sudah memiliki tujuan baru yang akan dikejar dan dilakukan dari rumah, yaitu berjualan online. Seperti ibu-ibu kebanyakan. Saya percaya diri bisa melakukannya. Suami pun membantu membelikan stok baju anak di Tanah Abang sebagai niche yang kami pilih, dan modal yang tertanam sekitar jutaan rupiah. Awal-awal sih semangat, foto-foto produk, promosi sana-sini, hingga merasakan ada pelanggan yang beli walau masih seputar orang-orang yang dikenal.
Cuma, itu tak bertahan lama. Saya bosan, capek, malas, dan berbagai alasan lain yang terkadang saya buat-buat.
Suami yang sudah lelah bekerja dari pagi sampai sore atau malam, tentu tak mungkin mengambil alih aktivitas jualan online baju anak ini. Toh awalnya memang bertujuan menjadi kegiatan produktif saya setelah di rumah. Akhirnya sudah bisa ditebak. BERHENTI.
Baca juga: Alasan Saya Mulai Membuat Produk Digital, Cocok untuk Ibu Rumah Tangga!
Anehnya, saya justru merasa lega karena tak perlu berjualan baju anak lagi. Stok barang jutaan rupiah itu ujungnya dibagi-bagikan saja ke anak-anak teman, tetangga, atau jadi bingkisan di acara ulang tahun anak kami.
Sejak saat itu, saya mulai mengenali diri. Saya harus mencari produktivitas dan tujuan yang tepat, bukan ikut-ikutan melakukan yang viral. Kira-kira aktivitas apa yang saya suka dan semangat melakukannya dalam waktu yang lama.
Kesalahan Saya: Tidak Mengenal Passion Sendiri
Anehnya, saya tidak berhenti. Saya malah ketagihan menulis, tak peduli meski hanya berupa artikel pendek resep MPASI anak. Saya menikmati proses yang sama sulitnya dengan berjualan online baju anak kemarin. Tapi, kok kali ini rasanya berbeda? Tak disangka saya sudah konsisten ngeblog hampir 9 tahun.
Dari sini baru saya tahu bahwa itulah yang dikatakan sebagai passion. Passion membuat saya tetap konsisten produktif meski perlu banyak belajar, tantangan demi tantangan datang, berpacu dengan waktu sambil mengasuh dua balita, serta tak masalah kalau saya capek, begadang, dan mengorbankan waktu rehat.
Hasilnya, menulis di blog telah memberikan banyak sekali manfaat, ilmu, dan pengalaman. Saya dikenal oleh teman-teman sesama bloger, mempelajari hal baru untuk keperluan tulisan, hingga berprestasi dengan memenangkan berbagai lomba blog dan menulis artikel. Kini skill yang terasah itu bisa dikembangkan pula untuk membuat berbagai produk digital, seperti e-book atau worksheet. Kebetulan, saya pun suka desain. Makin klop deh.
Pelajaran yang saya highlight adalah jangan sampai ibu-ibu yang sedang mempertimbangkan produktvitas dan tujuan setelah resign, memikirkan produk digital apa yang mau dihasilkan, atau tujuan lainnya, salah mengambil langkah. Pastikan memilih yang sesuai dengan passion.
Pertimbangkanlah Prooduktivitas dan Tujuan Baru Ibu yang sesuai Passion
Intinya, passion bukan soal tren. Bukan juga soal karier atau uang semata. Passion lekat dengan rasa semangat yang muncul dari dalam diri saat kita melakukan sesuatu. Istilah kekiniannya, bikin hati MENYALA. Sesuatu yang bikin kita bergairah, berbinar, bahkan lupa waktu.
Passion bukan sekadar kesukaan. Tapi sesuatu yang bikin kita merasa hidup.
Misalnya, ada ibu yang kalau masak suka senyum-senyum sendiri. Senang mencoba resep baru. Tidak keberatan menghabiskan waktu berjam-jam di dapur. Bukan karena disuruh atau wajib karena tanggung jawab, tapi karena hal itu bikin bahagia. Nah, bisa jadi itu passion-nya.
Atau ibu suka banget foto anak-anaknya, kemudian diedit dengan penuh cinta, lalu dibagikan di media sosial. Rasanya puas melihat hasil nan estetik dan menyentuh. Mungkin itu bukan cuma hobi. Bisa jadi, itu juga passion.
Agar lebih jelas, perbedaan sederhana antara hobi dan passion bisa dilihat pada tabel berikut.
Hobi |
Passion |
Aktivitas yang kita sukai untuk bersenang-senang |
Aktivitas yang kita lakukan dengan semangat, bahkan
saat lelah |
Bisa berhenti kapan saja tanpa merasa kehilangan arah |
Kalau ditinggalkan, rasanya ada bagian dari diri yang hilang |
Lalu, bagaimana cara menentukan passion? Atau jangan-jangan saya nggak punya passion?
Jangan buru-buru menyimpulkan diri ibu tidak punya passion. Karena kita bisa mengusahakan dengan "ngobrol" dengan diri sendiri dimulai dengan pertanyaan sederhana. Saya suka melakukan apa sampai lupa waktu? Apa masalah yang sudah berhasil saya selesaikan? Orang suka bertanya tentang apa pada saya?
Baca juga: E-book 5 LANGKAH DAPAT PENGHASILAN DARI BLOG, Panduan Bikin Blog dari Nol Hingga Siap Datangkan Cuan
Cara terpraktis pertama yang saya lakukan untuk menemukan passion adalah dengan mempraktikkan teknik menganalisis diri. Teman-teman juga bisa melakukan hal yang sama.
Kita kelompokkan dulu 4 part berikut. Bagannya dapat dilihat pada gambar sebelum ini.
1. Apa yang kita SUKA dan BISA ✅
2. Apa yang kita SUKA, tapi TIDAK BISA ✅
3. Apa yang kita TIDAK SUKA, tapi kita BISA ❌
4. Apa yang kita TIDAK SUKA dan kita TIDAK BISA ❌
Nah, yang potensial jadi passion adalah apa pun yang masuk dalam part nomor 1. Nomor 2 juga bisa, tapi perlu lebih banyak belajar. Selama kita suka, saya rasa tidak masalah. Seperti saya yang awalnya tidak bisa menulis, karena terlanjur suka, tetap semangat mempelajarinya sampai bisa. Kemudian hindari apa saja yang masuk dalam part nomor 3 dan 4. Itu cuma bikin capek karena bukan passion kita.
Bila teman-teman ingin serius menemukan passion agar tidak membuang-buang waktu dan tenaga, atau menambah beban mental baru, penjelasan lebih lengkapnya bisa dibaca di e-book KENALI DIRI, TEMUKAN PASSION, plus ada worksheet kecil-kecilan juga di bagian akhir untuk membantu teman-teman praktik. Karena kalau semuanya tentang passion dijelaskan di sini, terlalu panjang.
E-book KENALI DIRI, TEMUKAN PASSION bisa didapatkan dengan mengklik tautan berikut.
🔗Dapatkan E-book KENALI DIRI, TEMUKAN PASSION
Jangan lakukan kesalahan yang sama, ya. Jadikan pengalaman saya sebagai pelajaran untuk lebih bijak mempertimbangkan tujuan dan produktivitas setelah ibu resign. Pastikan harus sesuai passion!
Semoga bermanfaat.
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)