Aku Mengalami Hiperemesis

No comments
Source : freepik.com
Wanita mana yang tidak bahagia jika dirinya dinyatakan positif hamil. Apalagi ini kehamilan anak pertama yang sudah dinanti-nanti untuk menambah keceriaan dalam keluarga dengan hadirnya si kecil. Begitupun aku, setelah menunggu selama 4 bulan dengan penuh ketidaksabaran akhirnya harapanku terwujud. Aku dinyatakan positif hamil.


Saat itu dokter mengatakan bahwa usia kandunganku memasuki 5 minggu. Tidak ada hal aneh yang kurasakan. Fisikku sehat-sehat saja. Selera makan pun normal. Aku bisa menjalani aktifitasku seperti biasanya. Sampai teman-teman bilang bahwa aku “hamil kebo”. Aku merasa bersyukur karena aku bisa makan apa aja untuk perkembangan janin yang ada di dalam rahimku. Aku bisa memenuhi kebutuhan nutrisinya.

Tapi dua minggu kemudian semuanya berubah. Aku mulai kehilangan nafsu makan. Perutku mulai menolak makanan.

Oh, mungkin ini yang dirasakan ibu hamil pada umumnya. Aku masih merasa ini hal yang wajar karena aku masih bisa memaksakan diri untuk makan. Sebisa mungkin aku mencari kegiatan yang bisa mengalihkan rasa mualku. Susu khusus ibu hamil untuk mengurangi rasa mualpun rajin aku minum. Semuanya berjalan dengan baik dan aku rasa tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Selagi aku bisa makan, it’s Ok.

Beberapa hari kemudian mual yang kurasakan semakin parah. Semua makanan dan minuman rasanya pahit. Bahkan air putih rasanya nggak enak. Aku mulai muntah-muntah. Semakin keras usahaku untuk menahan makanan agar tidak keluar dari perutku, semakin kuat juga dorongan untuk mengeluarkan makanan.

Tak terhitung lagi berapa kali aku muntah dalam sehari. Setiap makanan yang ku makan tidak ada yang bisa dicerna karena langsung aku muntahkan. Bahkan  aku masih ingin muntah saat perutku sudah kosong, sehingga tidak ada lagi yang bisa dikeluarkan. Jangankan untuk BAB, kadang seharian aja aku nggak pernah kebelet pipis. Aku merasa lemas karena dehidrasi. Terkadang pusing. Setiap hari aku menyempatkan diri untuk merebahkan badan walaupun pada jam kerja. Kerjaan pun terbengkalai. Gimana mau mikir kalau keadaannya seperti ini. Tak jarang aku izin karena tak sanggup menempuh perjalanan ke kantor.

Baca juga : Susu Hamil

Semakin lama mual itu semakin menjadi-jadi.

Jangankan untuk makan dan minum, menelan air ludah sendiri saja aku ingin muntah rasanya. Sampai aku menyediakan kantong plastik untuk meludah di samping tempat tidurku. Apalagi setiap gosok gigi, tidak jarang memancingku untuk muntah. Aku sangat khawatir bayi dalam kandunganku tidak berkembang dengan baik karena kekurangan nutrisi. Aku tidak memikirkan tubuhku sendiri, aku hanya memikirkan anakku. Kasian dia kelaparan di dalam. Walaupun rasanya tersiksa, tapi aku selalu berusaha untuk makan. Walaupun nantinya akan dimuntahkan lagi, pokoknya aku harus makan. Susu hamilpun tidak sanggup aku teguk. Hanya vitamin dari dokter yang aku andalkan. 

Aku merasakan ini hingga usia kandunganku melebihi 5 bulan. Kekhawatiranku terbukti karena berat bayiku kurang dari yang seharusnya. Aku diharuskan untuk makan banyak. Obat mual selalu diresepkan. Tapi tidak berpengaruh sama sekali, aku tetap muntah sepanjang hari. Aku sempat merasa marah dan jengkel. Kok orang lain masih bisa makan ya saat hamil? Kok aku nggak? Tapi ternyata masih banyak yang lebih parah. Bahkan temanku ada yang sampai muntah darah dan diopname di rumah sakit.

Memasuki 6 bulan kehamilan, mual itu berangsur-angsur pergi. Walaupun aku masih tidak nafsu makan, tapi paling nggak aku bisa memaksakan untuk menelan dan menahan supaya tidak keluar lagi. Aku berhenti mengkonsumsi obat penghilang mual. Lama-lama kan juga takut kebanyakan minum obat, nanti bayiku kenapa-napa lagi. 

Aku benar-benar bisa makan enak setelah bayiku dilahirkan. Selama hampir 9 bulan aku merasakan mual. Tapi yang penting anakku lahir dengan selamat walaupun ya agak kecil, hanya 2,5 kg. 

Jadi kesimpulan dari pengalamanku dan cerita dari teman-teman seperjuangan juga, mual saat hamil ini tidak dirasakan oleh seluruh wanita. Ada yang parah, ada yang hanya dipagi hari saja, ada yang sepanjang hari bahkan ada yang sampai dirawat karena terlalu parah. Jadi kuncinya harus sabar. Mau nggak mau ya harus dijalani. Walaupun berat, perjuangan itu akan terbayarkan saat mendengar tangisan si dedek saat lahir nanti. Kalau ada yang nanya “kapok nggak hamil lagi?” jawabannya pasti ENGGAK. 

Percayalah perjuangan yang sesungguhnya akan dimulai setelah lahiran. Dulu waktu hamil aku merasa ini berat banget. Tapi ternyata ada yang jauh lebih luar biasa lagi, yaitu menjadi IBU.


Bagi para mommy yang sedang mual-mual, semangat ya!

Semoga bermanfaat.


No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)