Foto: freepik.com |
Di era 90-an, umumnya anak-anak baru mulai mengenyam bangku sekolah pada usia 5 tahun. Itu pun belum fokus diajarkan membaca secara fasih. Baru lah setelah masuk Sekolah Dasar, membaca suku kata menjadi kemampuan wajib yang harus dikuasai.
Berbeda dengan zaman sekarang, beberapa Sekolah Dasar malah melakukan tes membaca kepada calon siswanya. Mau tidak mau, anak mesti mulai belajar mengenal huruf dan membaca di usia yang lebih muda. Fasilitas sekolah dini pun semakin berkembang pesat, apalagi di daerah perkotaan. Jadi anak akan semakin cepat belajar dan semakin cepat bisa jika dibandingkan pada zaman orang tua mereka dulu.
Baca juga: Cara Mengajarkan Anak Balita Mengaji di Rumah, Orang Tua Juga Bisa!
Kapan sih Sebaiknya Anak Diajarkan Membaca?
Mungkin keyakinan orang tua terkait patokan usia anak untuk belajar mengenal huruf dan membaca masih sangat beragam. Begitu pula dengan artikel tarkait ini, ada yang menyebutkan diusia 7 tahun, bahkan ada pula yang menyebutkan pada usia 2 tahun anak sudah mulai tertarik dengan huruf.
Aku mulai memperkenalkan huruf pada anak pertamaku sejak usianya baru menginjak 2 tahun melalui puzzle. Awalnya tidak tertarik, hanya dilihat sekilas dan dimainkan layaknya mainan biasa.
Namun ketika usianya memasuki 2,5 tahun, ketertarikan itu mulai muncul, dan berada dipuncaknya pada usia 3 tahun. Dia belajar sangat cepat dan semangat. Sering kali mencoba mengeja dan menulis sendiri tanpa diminta.
Aku akan mengambil salah satu sumber yang relevan, dan tentunya juga sependapat dengan praktik yang aku lakukan sejauh ini bersama anak-anak. Berdasarkan artikel dari halodoc.com, waktu tepat untuk mengajarkan anak membaca tergantung kepada kematangan sistem proprioseptif, yaitu kemampuan anak untuk mengetahui keberadaan dan posisinya, dapat duduk tenang serta memusatkan perhatian. Biasanya diusia 2 tahun anak sudah mulai tertarik dengan huruf dan angka, dan jika dilengkapi dengan rasa ingin tahunya yang tinggi, dapat dijadikan waktu emas bagi orang tua untuk mengajarkan banyak hal, termasuk mengenal huruf dan membaca.
Jadi, orang tua harus bisa menilai terlebih dahulu kesiapan anak itu sendiri. Jika dirasa sudah bisa fokus dan terlihat rasa ingin tahunya akan susunan huruf, maka disaat itulah ajaran kreatif tanpa paksaan bisa dilakukan.
Baca juga: Masalah Speech Delay pada Anak, Kenali dan Deteksi Sedini Mungkin demi Masa Depannya!
Tips Memperkenalkan Alfabet dan Belajar Membaca pada Anak
Orang tua adalah madrasah pertama bagi anaknya. Mungkin inilah yang memotivasiku untuk mengajarkan secara mandiri ilmu-ilmu dasar kepada anak agar kelak menjadi bekal ilmunya ketika sekolah. Harapannya, dia bisa menyesuaikan diri dan belajar cepat ketika guru mengajarkan dasar-dasar membaca. Alhamdulillah di usianya yang keempat, anak pertamaku sudah bisa membaca kalimat sederhana meski masih butuh waktu mengeja.
Sebagai sharing pengalaman yang mungkin bisa bermanfaat, berikut 7 tips yang aku lakukan dalam hal memperkenalkan huruf dan mengajari anak membaca.
1 Kenalkan Kapan Saja
Menurutku pribadi, makna memperkenalkan sangat berbeda dengan mengajarkan. Memperkenalkan hanya sebatas memberi tahu tanpa harus mendapatkan respon tertentu. Jadi, aku sudah mulai memperkenalkan huruf kepada anak ketika umurnya masih 1 tahun. Niatnya hanya untuk berkomunikasi, tidak mengharuskan anak langsung paham dan mengerti tentang huruf apa yang aku perkenalkan. "Ini namanya huruf D. Perutnya besar banget. Kekenyangan habis makan siang kayak Adek." Seperti itulah kira-kira.
Orang tua bisa memperkenalkan alfabet sejak dini pada anak. Melalui percakapan ringan saja. Tidak perlu mendikte, mengulang terlalu sering dalam sehari, atau mengharapkan anak segera bisa meniru apa yang diucapkan. Anggap saja ini seperti mendongeng, anak hanya mendengarkan dan melihat.
2 Ajarkan Disaat yang Tepat
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika orang tua sudah merasa sistem proprioseptif anak sudah matang, maka perkenalan yang sebelumnya dilakukan, sudah bisa ditingkatkan kepada tahap pengajaran. Mengajarkan berarti sudah ada respon yang sebaiknya diberikan anak. Tidak harus dalam satu kali ajar, karena biasanya anak butuh waktu untuk mengingat. Biasanya aku mengajarkan huruf dan membaca hanya ketika anak mau fokus mendengarkan.
Misalnya aku memancing dengan membaca satu suku kata, jika anak merespon dan menjawab dengan semangat, maka aku akan melanjutkan. Namun jika ternyata fokusnya malah lebih kepada hal lain dan tidak terlalu mengindahkan, maka aku akan mencoba di kesempatan lain. Seringnya, memaksa anak belajar disaat tidak fokus, hanya akan membuat kita capek sendiri. Apa yang diajarkan tidak terserap, efeknya juga akan meninggalkan trauma yang mungkin menyebabkan anak malas menerima ajaran yang sama.
3 Gunakan Media Menarik
Ini adalah hal yang paling mujarab untuk mengajarkan sesuatu kepada anak. Mainan, hal paling identik dengan dunia anak-anak, adalah salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk mengajarkan huruf dan membaca. Beberapa mainan huruf yang aku belikan adalah puzzle warna-warni, papan magnet yang lengkap dengan huruf alfabet yang bisa ditempel, huruf-hurufan plastik, bahkan playmate susun yang bergambar huruf. Mainan edukasi seperti ini jauh sangat bermanfaat bagi anak.
Jika usia anak lebih besar, dan penggunaan gadget sudah menjadi bagian dari permainannya, maka pilihlah game dan media yang tepat agar manfaat positifnya bisa didapat. Aku bukan tipe orang tua yang anti gadget. Nyatanya, gadget sangat membantu anak dalam mempelajari banyak hal yang bahkan aku sendiri belum mampu mengajarkannya. Tentukan aplikasi permainan dan video yang boleh dimainkan anak. Terkait dengan belajar membaca, sebaiknya instal aplikasi permainan huruf khusus anak. Jika menonton video di Youtube, pilihlah channel yang mengedukasi huruf dan disukai anak. Jangan lupa batasi juga waktu penggunaan gadgetnya, ya.
4 Tempel Huruf Di Dinding
Poster huruf yang menarik sangat banyak dijual dipasaran. Ini bisa dijadikan salah satu cara mengajarkan anak membaca, yaitu dimulai dengan menghafal huruf. Jika ingin lebih hemat, cari saja gambarnya di internet dan print dalam ukuran besar. Jangan lupa selipkan gambar-gambar kecil dan beri warna cerah. Tempel di tempat yang bisa dijangkau anak, mudah terlihat dan di area di mana anak sering bermain.
5 Membaca Buku
Membacakan buku untuk anak sangat disarankan bahkan semenjak masih di dalam kandungan. Bukan hanya meningkatkan ikatan antara orang tua dan anak, membaca buku ternyata juga berperan besar dalam memperkenalkan huruf dan aktivitas membaca pada anak. Rasa penasaran akan memancing keingintahuannya untuk melihat, mempelajari dan berharap bisa melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan orang tuanya. Selain membeli buku dongeng dan membacanya bersama anak, beli pula buku khusus anak yang terdapat huruf atau kata-kata singkat. Semakin sering anak melihat huruf, maka semakin cepat pula tersimpan dalam memorinya.
6 Mewarnai Huruf atau Gambar Berhuruf
Anak suka coret-coret? Beri buku mewarnai saja. Belilah buku dengan pola huruf, atau bisa juga sambil menyelam minum air, yaitu pilihlah buku mewarnai yang dilengkapi dengan huruf. Contohnya buku mewarnai alat-alat transportasi. Selain berisi pola kereta api, mobil, motor, pesawat atau kapal, dibagian bawahnya juga terdapat tulisan nama dari masing-masing alat transportasi tersebut. Jadi, selain mewarnai, visual anak juga tetap terisi dengan huruf-huruf yang tertera.
7 Beri Ruang Anak untuk Belajar Sendiri
Fenomena yang sering terjadi pada anakku adalah menolak ketika diajarkan, namun mampu belajar sendiri disaat tidak ada yang memperhatikan. Misalnya malam ini aku mengajarkan mengeja dengan menggunakan huruf vokal U, dan ternyata dia hanya melihat sekilas dan kembali sibuk dengan mainan mobil-mobilannya. Nah, besok siangnya, tanpa diminta, ia akan membaca sendiri tulisan yang tertempel di dinding rumah dengan vokal U ketika aku sibuk memasak. Ini mebuktikan bahwa anak butuh waktu belajar sendiri dengan caranya. Sebaiknya orang tua tidak melulu memaksa anak mendengarkan, namun beri pula ruang untuk anak berusaha mengembangkan apa yang sudah dia dengar tersebut.
Baca juga: Anak Sering Bertanya? Jangan Pusing, Hadapi dengan Cara Ini
Itulah beberapa tips mengajarkan anak membaca secara mandiri di rumah di usia pra sekolah yang aku lakukan bersama anak. Intinya anak dapat menerima apa yang sering didengar dan dilihatnya, maka dari itu orang tua harus bisa memanfaatkan masa-masa emas anak yang serba ingin tahu untuk mengajarkan ilmu-ilmu dasar.
"Ah, anak-anak itu harusnya bermain, jangan dipaksa belajar!" Mengajarkan anak sesuatu yang identik dengan pelajaran sekolah bukan berarti memaksanya belajar dan menyita waktu bermainnya. Dengan cara-cara yang tepat, kreatif dan menarik, belajar itu akan dianggap sebagai permainan yang menyenangkan baginya. Jika tidak menyenangkan, mana mungkin anak akan sukarela meminta untuk diajarkan dan bisa sangat cepat menerimanya. Kadang orang tua hanya memberikan kulit luarnya saja, bila anak tertarik, antusiasnya akan melebihi ekspektasi orang tua.
Semoga bermanfaat.
Referensi:
Kapan Waktu yang Tepat Anak Mulai Belajar Membaca?. Tautan: https://www.halodoc.com/artikel/kapan-waktu-yang-tepat-anak-mulai-belajar-membaca
keren artikelnya ...
ReplyDeleteaku senang membacakan buku kepada anak-anak waktu masih balita
eeehhh ... mereka jadi senang membaca sekarang
Waah senangnya kalau kebiasaan membaca ternyata digemari anak ya, Mbak. Aku juga berharap anak-anakku juga bisa kayak gitu nanti 🤗
Deletejadi inget saat anak2 masih kecil, belajar sambil bermain dan gak maksa
ReplyDeleteIya, Mbak. Selama nggak maksa, dan diimbangi dengan cara kreatif sambil mengajaknya bermain, anak-anak pasti suka.
Delete