Setuju enggak, kalau kemampuan public sepaking semakin dibutuhkan. Jangan
dikira berbicara di depan orang banyak hanya dilakukan oleh mereka yang
berprofesi sebagai motivator, moderator, pejabat atau pemilik nama besar
lainnya. Buat kita-kita yang suka posting konten keseharian pun
secara tak sadar juga menerapkan public speaking.
Ya, berbicara di depan kamera, lalu menggunggahnya di media sosial dan
ditonton jutaan pengguna lain, juga public speaking lo namanya.
Tahu apa yang pertama kali membuat saya tertarik mencoba membuat konten
YouTube? Alasan receh, mengira bahwa itu mudah. Toh, setiap hari kita juga
ngomong, 'kan?
Nyatanya apa? Bahkan untuk pembuka saja saya kesulitan. Jangankan berbicara
untuk video durasi 5 menit, berbicara spontan satu kalimat saja perlu beberapa
kali take. Itu pun sudah pakai contekan. Tinggal baca saja tetap
terbata-bata. Di rekam sendiri dan pakai kamera sendiri pula. Grogi.
Pengalaman tetap menjadi guru terbaik. Bukannya berhenti, saya malah
penasaran. Kenapa kok orang lain bisa selancar itu berbicara? Apa yang kurang
dari saya? Apa yang mesti saya pelajari dan saya latih?
Sebagai blogger, kebutuhan akan kemampuan berbicara ini tak kalah perannya.
Terlihat tak berhubungan memang. Blogging itu menulis,
public speaking itu berbicara. Namun, tak bisa dipungkiri beberapa
kerja sama butuh promosi di media sosial, beberapa lomba blog perlu dibimbui
dengan video agar lebih menarik hati juri, serta tak sedikit pula yang
merambah menjadi YouTuber untuk mempromosikan blog dan memperkuat
branding.
Setidaknya, ini menyadarkan saya bahwa skill public speaking itu
penting.
BloggerHangout #60, Private Class Public Speaking for Broadcasting dengan Anwari Natari
Tak banyak harap saat Kakak Admin Bloggercrony Community (BCC) menyampaikan
acara offline BloggerHangout #60 ini. Walau sebenarnya hati
bergejolak ingin ikut. Dari sekian banyak member di Jakarta, bisa dibilang
peluang saya terpilih mungkin hanya seujung kuku. Tapi siapa sangka, semesta
berpihak. Surat cinta masuk ke email dan saya terpilih menjadi salah satu
peserta dari total 5 peserta.
Minggu, 24 Juli 2022 di markas BCC Cipete, hadir Mas Anwari Natari yang
akrab disapa Mas Away sebagai narasumber, Mbak Wawa sebagai host, serta
saya, Mbak Nurul Sufitri, Mas Bowo, Mbak Yayat dan Mbak Uchie sebagai
peserta. Bergabung pula Mas Satto dan Mbak Nessa.
Tentu ini menjadi pengalaman berharga bagi saya sebagai blogger generasi
pandemi, bisa belajar dan bertemu dengan pengurus BCC. Kapan lagi?
Baca juga: 7 Manfaat Menulis Buku Antologi Bagi Pemula
Mbak Wawa membuka acara dengan bertanya masalah masing-masing peserta. Jujur,
saya menjadikan momen ini untuk mencurahkan problem berbicara ketika saya
membuat konten YouTube.
Pertama, saya kesulitan mencurahkan apa yang ada di kepala.
Bukannya tidak mengerti tentang topik yang dibahas, malah saya sudah
menuliskan di blog. Tapi kok susah?
Kedua, ada rasa grogi saat berbicara di depan kamera.
Ada juga kekhawatiran apakah konten yang saya unggah bermanfaat atau tidak
bagi orang lain. Takut jelek, takut tidak masimal dan takut tidak sebagus
video orang lain.
Ketiga, saya sudah membuat contekan teks di samping kamera, padahal
tinggal baca, tapi kok terkesan sangat kaku.
Terlihat kentara sekali bahwa saya sedang membaca. Kan tidak enak didengar.
Semangat sekali ternyata Mas Away membahas dan memberi ilmu yang sangat
bermanfaat berdasarkan masalah nyata dari kami-kami yang belajar dan
membutuhkan skill public speaking ini. Seperti Mas Bowo yang ingin
lebih baik saat berbicara langsung, Mbak Yayat yang butuh persiapan untuk
mengisi podcast slaah satu stasiun televisi nasional minggu depannya, Mbak
Uchie yang butuh masukan agar konsentrasi tak terganggu dengan tampilan wajah
sendiri ketika mengisi pertemuan online dan Mbak Nurul yang ingin lebih
percaya diri untuk membuat konten dan mengisinya dengan suara sendiri.
Kesimpulan penting yang menurut saya menjadi penjelasan Mas Away dan menyapu
semua tantangan ini adalah percaya diri, persiapan dan latihan. Inilah
kuncinya!
Eits, tunggu dulu. Bukan di batasan kata poin tersebut intinya, tapi
bagaimana melakukannya. Mas Away memberi rahasia agar kunci-kunci ini bisa
diwujudkan.
Percaya Diri
Masalah percaya diri ini adalah yang paling sering dikeluhkan bagi orang-orang
seperti saya yang belum terbiasa berbicara di depan umum atau yang mengunggah
konten yang bisa dilihat jutaan pasang mata. Perasaan takut, insecure,
khawatir kepada hal yang sebenarnya belum tentu terjadi. Balik lagi, saya
ngomong di depan kamera sendiri dan merekam sendiri saja bisa gugup. Padahal
belum ada yang lihat, lo.
Bagai anak panah yang menancap, Mas Away cukup bilang satu kalimat saja.
"Bila punya niat baik dan memberi manfaat, kenapa tidak percaya diri?
Bukan untuk jago-jagoan."
Jleb, benar sekali. Sama seperti niat saya saat mengawali langkah
sebagai blogger, niatnya ingin berbagi pengalaman agar bisa diambil manfaatnya
oleh pembaca. Lihatlah, seiring waktu, kebaikan itu membuat blog membawa saya
sejauh ini. Banyak belajar dengan limpahan pengalaman.
Selanjutnya untuk mengatasi masalah maintream selanjutnya, deg-degan.
Sebenarnya ada dua alasan kenapa hal ini bisa terjadi, yaitu karena gugup atau
exited dan semangat dengan acaranya.
Arahkan pikiran penyebab deg-degan ini ke exited, sehingga semangat
untuk memberikan yang terbaik. Atur mindset kita. Deg-degan bukannya buruk, malah baik sebagai
pertanda bahwa kita tidak menganggap sepele acara atau kegiatan
tersebut.
Persiapan
"Orang yang berhak percaya diri adalah orang yang melakukan persiapan
sebaik mungkin."
Jelas, persiapan menentukan keberhasilan. Tidak sesederhana berbicara dengan
baik, kamera berpixel tinggi atau permainan editing. Nyatanya menjadi
public speaking butuh persiapan-persiapan penting berikut agar hasilnya
maksimal.
1. Atur porsi sesuai kebutuhan
Kenali siapa audience dan kondisinya agar bisa mnegtur segala sesuatunya
sesuai porsi. Porsi di sini maksudnya adalah kebutuhan kita berbicara.
Dicontohkan dengan kamera yang menyoroti wajah pembicara lebih besar tentu
bisa memperlihatkan ekspresi dengan jelas. Bahkan hanya dengan senyum saja
sudah cukup. Berbeda dengan berbicara di aula dengan audience yang
jaraknya bisa beberapa meter. Pasti ekspresi senyum tak akan cukup, butuh
gerakan tubuh untuk mendukung.
Peletakan kamera juga sebaiknya eye level atau sejajar. Ini dimaksudkan
agar tidak ada kesan "besar atau kecil". Coba bayangkan, bila kamera terlalu
ke bawah, pembicara akan terlihat besar yang identik dengan menguasai. Kalau
kamera terlalu ke atas, pembicara malah terlihat kecil dan kesannya juga
negatif. Makanya lebih baik sejajar saja.
2. Lingkungan harus oke
Menjadi seorang public speaking harus responsif. Perhatikan kondisi
lingkungan dan pastikan tidak ada gangguan. Utamakan kenyamanan mata yang
melihat saat kita berbicara. Baik itu dari segi pencahayaan, latar belakang,
suara dan sebagainya. Jangan sampai pas merekam atau mengisi acara daring, ada
yang lalu lalang di belakang, atau banyak noise yang membuat suara
pembicara tersamarkan.
Termasuk juga penampilan. Pastikan penampilan sudah baik sebelum acara. Jadi
saat berbicara, konsentrasi tidak terganggu dengan tampilan diri. Misal, kalau
tidak ingin rambut kusut kalau nanti seandainya ada angin, bisa pakai gel.
Begitu pula yang wanita, riasan, rambut, hijab, mesti disiapkan prima.
3. Optimalisasi alat
Tetap untuk kenyamanan audience. Pastikan alat yang digunakan dapat
menghasilkan penampilan dengan penerangan yang cukup, suara bersih dan jelas
didengar. Kalau bisa, setelah direkam, minta pendapat orang lain untuk
menilai.
4. Pemilihan konsep
Apakah konsepnya steady, cut to cut atau podcast? Ini
mesti ditentukan sebelum mulai agar persiapannya juga tepat. Misalnya
persiapan untuk steady atau posisi diam saja dengan
cut to cut yang banyak pemotongan pasti berbeda. Hingga proses
editing nanti, ini juga sangat menentukan.
Pilihlah konsep yang membuat tetap produktif dan nyaman. Kenali terlebih
dahulu kemampuan diri. Contoh yang paling sering kita saksikan sekarang adalah
konten yang banyak pemotongan gambar atau video. Ini tentu menjadi penyelamat
bagi yang belum terlalu lancar berbicara di depan kamrea. Tapi bisa jadi tren
konten seperti ini sangat sulit dilakukan oleh orang-orang yang belum cukup
lihai menggunakan aplikasi editing. Pilihan tepatnya, tentu konsep
steady.
5. Memutuskan karakter
Putuskan karakter yang ingin ditampilkan. Sesuai dengan diri sendiri dan juga
audience. Ini sangat terkait dengan bagaimana gaya kita berbicara,
ekspresi, suara dan sebagainya. Menetukan segmen audience juga dapat membantu
pemilihan karakter ini. Kalau ingin menyasar kalangan bapak-bapak, pasti cara
berbicaranya berbeda dengan sasaran kalangan anak-anak. Benar, kan?
Latihan
"Butuh latihan agar menjadi sebuah keterampilan, dan butuh latihan lebih
ekstra lagi agar menjadi reflek."
Public speaking merupakan kemampuan yang tergantung dengan latihan.
Semakin sering latihan, maka semakin baik pula perkembangannya. Malah bisa
menjadi reflek yang bisa terlakukan dengan baik dengan sendirinya.
Mas Away memberi bocoran detail apa saja yang perlu dilatih agar dapat
berbicara dengan baik. Sangat berharga untuk menjadi bekal latihan saya di
rumah. Sebelumnya saya tidak pernah menyangka bahwa latihan seperti ini ada
dalam melatih kemampuan public speaking.
1. Artikulasi, Intonasi dan Ekspresi
Atikulasi adalah kejelasan berbicara, intonasi merupakan penekanan atau irama
kalimat yang diucapkan, serta ekspresi adalah raut wajah atau tubuh saat
berbicara. Ada dua cara mudah untuk melatih ketiganya, yaitu denegan
dramatic reading dan memanfaatkan huruf tertentu.
Dramatic reading ini biasa digunakan dalam pementasan teater. Dalam membaca
naskah, bukan hanya sekadar membaca, namun juga disertai dengan intonasi dan
ekpresi. Terbayang kan para pemain teater? Nah, ini juga bermanfaat untuk
latihan public speaking. Atau yang paling mudahnya, bagi para orang
tua, membacakan buku dongeng untuk anak juga akan memberi manfaat yang sama.
Selanjutnya dengan memanfaatkan huruf tertentu. Tinggal ucapkan saja
huruf-huruf berikut dengan cepat.
A, I, U, E, O --> melatih vokal
B, P --> melatih pertemuan bibir atas dan bawah
R, L --> melatih pertemuan lidah dan gigi bagian dalam
V, F --> melatih pertemuan bibir dan gigi
T, D --> melatih pertemuan lidah dan langit-langin mulut
2. Empati
Berempetati dengan audience juga penting dilatih oleh pera pembicara.
Bagaimana manyapa, memandang dan menatap. Makanya kontak mata sangat
diperlukan. Harus adil memperlakukan audience dan jangan sampai
membedakan. Kalau berbicara di depan kamera, maka lensa kamera lah yang
dianggap sebagai mata audience.
Melatih empati ini juga ada cara mudahnya, yaitu berinteraksi sosial dengan
semua kalangan. Sapa saja semua orang, maka ini akan membangkitkan kemampuan
berempati. Selain itu juga akan berpengaruh ke perkembangan positif kemampuan
artikulasi, intonasi dan ekspresi. Contoh simplenya, cara bicara dengan atasan
dan teman pasti berbeda, kan?
Wah, siapa sangka hubungan sosial sangat bermanfaat dalam
public speaking?
3. Jeda
Banyak peran jeda dalam berbicara yang menguntungkan pembicara dan
audience. Berbicara terlalu cepat, pastinya tidak akan nyaman didengar.
Nah, dengan memberi jeda, maka akan ada waktu bagi pendengar untuk mencerna.
Selain itu, bila butuh waktu berpikir, jeda juga bisa menjadi penyelamat
pembicara. Cara melatih jeda ini bisa dengan menghafal kata-kata transisi atau
diam sejenak juga tidak masalah asal bisa diatur, jadi tidak terlihat seperti
nge-blank.
Tidak ketinggalan pula Mas Away mengingatkan agar terus belajar dan berlatih
sampai ke limit-nya, sampai ke batas kemampuan. Harus memiliki
kesadaran bersaing dan carilah contoh atau referensi untuk belajar. Setidaknya
adanya contoh, kita bisa belajar bagaimana berbicara atau mebuat konten yang
mnarik. Seperti konten YouTube yang cenderung lebih ceria dan dalam tanda
kutip "lebay". Perlu dipertimbangkan bahwa ternyata selera pasar begitu. Tidak
ada salahnya untuk tampil lebih energik juga.
Oke siap, Mas Away!
Serunya Praktik Langsung dan Di-review!
Kami cuma diberi waktu 2 menit untuk mempersiapkan diri setelah sesi
penyampaian materi selesai. 2 menit! Wajar jantung saya hampir copot, karena
biasanya butuh minimal 2 hari bagi saya untuk bersiap membuat konten
YouTube.
Saya atur mindset seperti yang dijelasan Mas Away, arahkan pikiran
bahwa deg-degan itu karena saya terlalu bersemangat.
It's work, Bestie! Walau hanya mengandalkan catatan 6 poin yang tak
lebih dari 15 kata, saya berhasil berbicara di depan kamera yang telah
disiapkan selama 5 menit. Materi yang disampaikan pun adalah penjelas Mas Away
mengenai public speaking barusan. Tidak menyangka saya bisa sehafal dan
bisa menyelesaikan tantangan ini.
Kalau posisinya saya di rumah, pasti sudah lompat-lompat kegirangan. Dari 2
hari, jadi 2 menit!
Saya sadar masih banyak yang mesti diperbaiki. Karena deg-degan, rasanya
kecepatan berbicara saya meningkat tajam. Apalagi waktunya dibatasi, dengan
stopwatch terhitung mundur yang ditaruh di samping kamera. Disaksikan
teman-teman dan Mas Away pula. Makin tak karuan rasanya.
Hasilnya apakah seburuk itu?
Ternyata menurut Mas Away cukup baik. Kelima peserta bisa berbicara dengan
baik.
Lega dan bahagia sekali rasanya. Bukan karena besar kepala, tetapi tidak
alasan bagi saya untuk berhenti terus mengembangkan YouTube dan membuat konten
lain, sesuai keinginan saya membagikan banyak hal postif terkait kehidupan
ibu. Praktik yang membuat saya jauh bersemangat. Seolah ada dukungan besar
yang saya terima.
Namun tetap, ada beberapa catatan yang perlu saya perbaiki dan latih tentunya.
Berikut saya tulis detail agar teman-teman yang membaca juga bisa sama-sama
belajar.
- Perhatikan penggunaan kacamata. Pilih yang kacanya terang, bukan anti radiasi atau yang menhitam saat terkena cahanya. Karena kontak mata sangat penting untuk diperlihatkan.
- Lagi-lagi, latih intonasi. Ternyata susah ya berbicara dengan ritme dan memberi tekanan di bagian yang tepat.
- Beri jeda sedetik atau detik saat berbicara di beberapa bagian.
- jangan tergesa-gesa. Bila waktu terbatas, tidak masalah semua materi tidak tersampaikan. Bisa dilanjutkan di video berikutnya, atau kalau dalam acara, bisa dimasukkan dalam sesi tanya-jawab.
- Gerakan tangan jangan sampai menutupi wajah.
- Ekspresi perlu ditambahkan lagi. Berhubung deg-degan, jadi tegang. Makanya tidak terpikirkan tenang ekspresi, hehe.
- Bila ada istilah asing atau nama orang, usahakan lebih dipelankan agar jelas. Pastikan juga pengucapannya tepat.
- Bila ada yang tidak tahu, nge-blank atau masalah lain, tidak apa mengakuinya, namun dengan cara yang tepat. Salah satu yang dicontohkan Mas Away adalah ketika dosen ditanyai oleh mahasiswa yang jawabannya belum diketahui. "Oh, menarik. Saya baru tahu itu. Terima kasih sudah bertanya. Sama-sama kita cari dan dibahas minggu depan, ya!"
Menceritakan pengalaman saya belajar public speaking di BloggerHangout
#60 yang benar-benar merupakan kelas privat, seakan menjadi bukti bahwa
semesta selalu punya cara untuk mendukung kebaikan. Sejalan dengan kalimat
sakti yang tidak saya lupakan dari Mas Away,
"Kalau mau bermanfaat ke banyak orang, harus belajar public
speaking."
Karena sudah tahu kunci dan cara berlatihnya, bisa menjadi bekal saya untuk
berbicara lebih baik lagi. Walau yang dilihat sebenarnya isi konten, tapi bila
dikombinasikan dengan kemampuan public speaking tentu hasilnya lebih
baik. Meski tidak ada konten yang benar-benar baru, setidaknya jalan setiap
konten tersebut pasti berbeda, Tidak ada yang tahu sejauh mana manfaat itu
akan tersebar nantinya.
Terima kasih, Mas Away dan BCC!
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)