Manfaat Menjadi Ibu Rumah Tangga yang Produktif

2 comments

Pekerjaan ibu rumah tangga saja sudah berjejer dari pagi sampai pagi lagi, itu masih kurang produktif?

Ya, saya sangat setuju kalau ibu rumah tangga itu super sibuk, bahkan untuk menyisakan waktu bagi diri sendiri saja sulit. Umumnya terjadi pada ibu-ibu dengan balita, lebih dari satu pula. Terlebih tanpa ART dan keluarga yang bisa membantu. Saya tahu bagaimana melelahkannya mengurus semua itu.


Ibu rumah tangga produktif

Tapi, apakah kesibukan itu menandakan bahwa kita sudah produktif? Nyatanya tidak. Sibuk tidak sama dengan produktif. 


Perbedaan yang paling nyata saya rasakan adalah kesibukan hanya sebatas menuntaskan kewajiban, namun produktif memiliki tujuan ke depan. 


Mungkin ada teman-teman sesama ibu yang tidak sependapat, karena ini berdasarkan sudut pandang saya. Manfaat menjadi ibu produktif yang nanti akan saya jelaskan satu per satu, saya dapatkan saat menjadi produktif berdasarkan apa yang tadi dijelaskan, yaitu memiliki tujuan. Setiap hari, kesibukan saya mungkin memakan nyaris keseluruhan waktu, seperti mengurus anak, memasak, belanja sayur, mencuci baju, mencuci piring dan banyak lagi. Tapi hal produktif saya yang nyempil di antara kesibukan tersebut lah yang paling memberi manfaat. 


Sebenarnya saya hanya menulis dan belajar menulis. Sesekali mengunggah konten di media sosial. Semuanya saya lakukan karena ada satu tujuan. Padahal sebenarnya, kalau tidak saya lakukan pun, tidak apa, kan? Berbeda dengan kesibukan yang notabenennya adalah tanggung jawab saya. Harus dilakukan, dan kalau selesai, ya sudah selesai sampai di situ. Itu lah perbedaannya.


Bagaimana dengan ibu yang fokus mengasuh dan membesarkan anaknya, masak iya bukan hal produktif?

Jelas ini tergolong produktif, selama ada tujuan yang dicapai ke depannya. Misal ketika memandikan anak, menyuapinya makan atau menemani bermain, bisa dikatakan produktif apabila memang ada tujuan, seperti ingin meningkatkan bonding dengan anak, menstimulasi anak melalui permainan tertentu dan sebagainya. Tapi apabila hanya dikerjakan begitu saja, hanya menuntaskan kewajiban saja, bagi saya itu belum dikatakan produktif. Sama saja dengan sebelumnya, kalau anak selesai mandi, selesai makan, selesai main, ya sudah selesai sampai di situ, tak ada tujuan lagi.


Saya mengondisikan dalam aktivitas keseharian saya bersama anak. Jujur, sampai sekarang, saat saya memandikan anak, menyuapi makan dan menemani tidur, hanya aktivitas biasa yang wajib saya lakukan. Tidak ada tujuan lain selain menuntaskannya. Makanya saya tidak menganggapnya sesuatu yang produktif. Kecuali dalam kondisi tertentu di luar normal, ya. 


Berbeda cerita ketika saya mengajari anak membaca Iqra', membaca huruf alfabet, berhitung, bahkan bermain dan jalan-jalan di akhir pekan, dengan tujuan tertentu seperti agar anak fasih membaca Al-qur'an, lancar membaca buku, mahir berhitung dan membangun kedekatan maksimal dengan mereka lewat sesi bermain dan liburan keluarga, ini lah yang saya nilai sebagai hal produktif. 


Eits, tapi bisa juga lo memandikan dan menyuapi anak menjadi hal produktif. Seperti kemarin saat anak saya sakit, harus telaten menyuapinya makan agar cepat sembuh. Atau ketika anak saya mengalami masalah kulit, saya pun mesti telaten memandikannya dengan tujuan agar masalah kulitnya segera sembuh. Bahkan tidur pun bisa jadi produktif saat qodarullah anak saya dirawat di rumah sakit. Tidur untuk menjaganya. 


Jadi, sudah terbayang kah konsep produktif yang saya angkat dalam tulisan ini? Semoga kita sudah dalam satu jalur, ya. 


Baca juga: Ketika Perempuan Bertoga Memilih Menjadi Ibu Rumah Tangga


Nah, karena saya tetap memilih menjadi produktif sejak menjadi ibu rumah tangga (berdasarkan pengertian produktif menurut sudut pandang saya), tentunya dengan berbagai batas yang saya miliki, beberapa manfaat berikut ini adalah alasan terkuat saya untuk selalu menjaga produktivitas tersebut hingga saat ini. Sebisa mungkin selamanya selagi saya masih diberi kesempatan dan kemampuan. 


🌸 Mental Lebih Terjaga

Ternyata yang bikin kita suka membandingkan diri dengan orang lain, iri akan kehidupan orang lain atau ngejulitin apa yang lagi dilakukan orang lain, adalah pertanda bahwa kita memiliki banyak waktu luang. Coba renungkan, selama kita sibuk mengerjakan sesuatu, apakah ada kesempatan untuk melakukan kegiatan lain yang bisa dibilang unfaedah? Kegiatan produktif lah yang akan membuat fokus kita tertuju pada apa yang sedang dikerjakan, jadi tak akan ada waktu lagi untuk sibuk mengurus hal yang tidak penting. Membuat kita lebih aman dari sesuatu yang semestinya tidak mengganggu mental.


Jujur, banyak faktor eksternal yang sering membuat saya uring-uringan. Postingan teman maya di media sosial yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan saya, atau perkataan orang yang menyebalkan dan menyakitkan. Ih. Kok dia enak ya bisa jalan-jalan? Sedangkan saya di rumah terus enggak ke mana-mana. Kok dia bilang saya enggak telaten ngasuh anak? Padahal saya sudah mati-matian memberi yang terbaik. Atau misal ada penyebab terpuruknya mental dari pikiran diri sendiri, seperti jenuh, lagi PMS atau GTM anak lagi parah-parahnya. Selama bisa diimbangi dengan kegiatan produktif, rasa "aneh-aneh" itu pasti tidak akan berkembang dan mereda dengan sendirinya. 


🌸 Meningkatkan Kepercayaan Diri

Berprestasi dari rumah

Jangan salah kira bahwa pengakuan "keren" dari lingkungan sekitar itu hanya akan datang ketika ibu rumah tangga bisa menujukkan kesuksesan. Dari pengalaman saya belajar, ketika ibu rumah tangga melakukan hal produktif di samping tanggung jawab utamnya mengurus rumah dan mengasuh anak, ternyata ini sudah cukup membuat ibu dinilai sebagai ibu rumah tangga yang tidak biasa. Misalnya hobi masak, lalu buka orderan kecil-kecilan ke tetangga, bikin konten seputar parenting di sosial media, atau seperti saya yang suka nulis blog dan sesekali nulis buku.


Bila dilihat dari hasilnya, mungkin belum setara dengan gaji UMR. Tapi kegiatan produktif itu sudah bisa menjadikan ibu rumah tangga menunjukkan kemampuannya, dan membuktikan ibu rumah tangga juga bisa kok mengerjakan banyak hal selain mengurus sumur, dapur dan kasur. Ada kemampuan manajemen waktu, proses belajar dan berkembang di sana, hingga menambah relasi baru yang mingkin lebih luas dari yang dibayangkan. Tentu ini berujung pada meningkatnya kepercayaan diri ibu. Apalagi kalau sudah berprestasi dan berpenghasilan. Malah lebih-lebih lagi respon positif dari sekitar. Dijamin! 


🌸 Lebih Bersemangat

Semakin bertambah deretan hari yang saya jalani sebagai ibu rumah tangga, saya semakin sadar bahwa yang membuat saya malas, jenuh atau bosan di rumah adalah ketiadaan aktivitas produktif. Sibuk sih pasti, dari pagi sampai malam, pekerjaan rumah sudah mengantre. Tapi ketika tidak ada hal lain yang saya lakukan selain kewajiban itu, pasti lebih sering malasnya dari pada semangatnya saat bertemu pagi.


Bersyukurnya, setelah menemukan produktivitas yang sesuai passion, dengan target-target yang telah saya susun semampunya, semangat itu mencuat sendiri. Meski kesibukan meningkat berkali lipat, bahkan harus mencuri waktu di sela menemani anak bermain atau begadang menahan kantuk demi tertuntaskannya terget, saya tetap enjoy. Rasanya waktu cepat saja berlalu, saking saya semangat dan menikmati aktivitas produktif tersebut.


🌸 Mengembangkan Kemampuan dan Wawasan

Untuk mencapai sesuatu, melakukan sesuatu, apalagi yang bersifat dinamis dan berubah dengan cepat, pasti ada proses belajarnya. Misalnya saja ibu suka membuat kerajinan macrame. Tentu harus update ilmu mengenai teknik mengikat tali yang lebih kekinian, yang lebih menarik dan sesuai dengan selera pasar. Apalagi kalau mau dijual, wajib sekali melakukan inovasi dan menggali ilmu marketing agar mampu bersaing. Ini lah salah satu contoh yang menjadikan produktivitas selama di rumah terus mengembangkan skill dan wawasan. Ada saja yang dipelajari dan dipraktikkan. 


Bayangkan betapa banyak aktivitas yang kini bisa dilakukan ibu tanpa dituntut ke mana-mana. Mulai dari menulis, menjadi content creator, membuat karya digital seperti ilustrasi, influencer, membuka usaha kuliner atau yang paling digemari dan enggak ada matinya adalah berjualan online, termasuk dropshipper. Apakah semua itu akan dikerjakan dengan lancar tanpa adanya proses belajar? Tentu tidak, bukan? Pengasahan kemampuan akan terus terjadi karena ada tujuan yang hendak dicapai.


🌸 Menambah Relasi

Siapa sangka dari ngeblog, yang awalnya hanya curhat masalah anak, membawa saya bertemu dan berteman dengan banyak orang di seluruh Indonesia. Fisik saya mungkin tidak berpindah, tapi relasi terus bertambah. Mulai dari yang hanya memang sebatas teman blogger, para pembicara di kelas yang saya ikuti, mereka yang lebih berpengalaman sebagai sumber belajar, hingga yang menawarkan kerja sama dan alhamdulillah ada yang terjalin hingga berulang kali. 


Andai saya tidak berusaha menjadi produktif, mana mungkin hubungan relasi yang didapat akan sejauh itu. Saya ibu rumah tangga, dan mengerti sekali bagaimana terbatasnya gerakan untuk sekadar jalan-jalan dan mencari angin segar. Boro-boro mau nongkrong lagi sama teman-teman satu genk semasa muda, ke toilet saja masih dicariin anak. Makanya saya begitu bahagia ketika produktivitas yang sangat saya nikmati, bisa membuka silaturahmi dengan siapa saja dan kapan saja. 


🌸 Berlatih Mengatur Waktu dan Mengurutkan Prioritas

Tidak mudah pastinya. Menjadikan produktivitas setara dengan prioritas sebagai ibu lainnya, seperti memasak, membersihkan rumah, mencuci dan mengasuh anak, yang jadwalnya sudah padat dari pagi sampai pagi, sering membuat saya kewalahan. Tapi karena sudah merasakan dampak positif yang besar dari aktivitas produktif, saya selalu berusaha ekstra agar target-target tetap tercapai.


Saya belajar bagaimana mengatur waktu. Tidak mungkin terjaga sepanjang malam dan memaksa mata begadang setiap hari. Saya mesti berpandai-pandai mencari celah waktu dan mengajak semua anggota keluarga bekerja sama. Saya tidak pernah menganggap diri egois ketika saya harus mengenalkan aktivitas menulis dan ngeblog kepada anak-anak sedini mungkin. Saya juga tidak segan meminta pembagian sift jaga anak dengan suami bila membutuhkan waktu untuk menuntaskan deadline. Bagi saya, suami dan anak juga mesti mengerti bahwa istri dan   bundanya juga butuh me time dan pengembangan diri. 


Mungkin ada masanya pekerjaan rumah saya delegasikan ke penyedia jasa tertentu. Misal kalau enggak sempat masak, beli makanan jadi saja. Tidak sempat membereskan rumah atau mencuci, ditunda juga tak masalah. Terkecuali anak-anak, tetap menjadi yang utama karena mereka belum bisa mandiri. Suami bagaimana? Beruntung sekali beliau sangat support, malah mengizinkan saya menyelesaikan "tugas produktif" selama anak-anak masih bisa di handle.



Membahas poin terakhir ini mengingatkan saya akan pentingnya mengomunikasikan dengan pasangan, anak-anak dan keluarga terdekat. Walau anaknya masih kecil, tetap mesti dikenalkan aktivitas ibunya agar lambat laun bisa mengerti. Penting juga bergabung dengan komunitas sesuai kegiatan produktif yang dilakukan sebagai sumber semangat, ilmu dan pintu relasi.


Karena mengerjakan hal yang bersifat pribadi sambil mengurus rumah tangga itu tak mudah. Pasti ada saja titik ingin menyerah dan berhenti. Apalagi ketika upaya maksimal kita tidak berujung pada hasil yang diharapkan.
.

Ah, saya pengennya nyari duit dari rumah. Apa itu sama dengan produktif? 

Yes! Menurut saya sama. Apa pun tujuannya, melakukan sesuatu yang memiliki tujuan adalah hal produktif bagi saya. Ada proses belajar, berjuang dan perkembangan kemampuan serta relasi di sana. Bahkan saya saja yang awalnya tidak menjadikan penghasilan sebagai tujuan utama dari ngeblog dan menulis, kini tetap menghasilkan juga. Malah bisa membantu ekonomi keluarga saat suami lagi tugas belajar. Buah konsistensi dari berlaku produktif yang positif itu selalu manis. Saya percaya dan sudah membuktikan.


Baca juga: Cara agar Anak Mengerti Aktivitas Ibunya


Selain untuk diri sendiri, ternyata produktivitas ibu yang bukan hanya sekadar berjibaku dengan tugas rumah tangga, juga bisa menjadi contoh bagi anak-anak. Anak sulung saya pernah bilang kalau ingin kreatif seperti saya, bahagia bundanya bisa menulis blog dan reflek memperkenalkan saya sebagi bloger ketika ada yang bertanya "Bunda di rumah ngapain?". Setidaknya, ini akan memancing anak untuk turut berlaku produktif dalam kesehariannya. Toh, saya yang paling sering bersama mereka, sudah pasti saya adalah contoh paling berdampak dalam kehidupannya.


_______


Sangat besar harapan saya, melalui tulisan yang singkat ini, bisa menjadi aliran semangat bagi para ibu rumah tangga yang bukan lagi sekadar "hanya". Bukan berarti saya sudah melabeli diri dengan kesuksesan. Saya pun masih berusaha mencapai titik itu sambil menikmati proses produktif yang masih saya jalani sampai detik ini.


Lempar jauh-jauh kata "hanya" itu, karena dari rumah, semua ibu bisa berdaya dan berkarya. Walau mungkin timeline-nya akan berbeda dengan orang lain, karena memang kita butuh usaha yang tidak mudah untuk mengatur waktu dan tenaga. Tapi, bukan berarti itu mustahil. Apalagi di era digital seperti ini. Banyak media belajar yang bisa diakses dari rumah.


Oiya, sedikit sharing lagi, saya juga pernah membagikan pengalaman bagaimana menemukan passion, terutama bagi ibu rumah tangga. Bisa ditonton pada video berikut, ya.



Yuk, mari tetap produktif! Di rumah saja bukan berarti tidak bisa apa-apa. Ibu rumah tangga pun punya kesempatan yang sama untuk sukses!


Semoga bermanfaat.

2 comments

  1. keren banget mbak Novarty, produkti dimana aja dan pastinya management waktu penting banget ya mbak
    bekerja dimanapun sambil mengurus keluarga pastinya menyenangkan.
    produktif juga membuat kita belajar banyak hal seperti misalnya ikutan komunitas dan jadinya nambah relasi juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mbak. Rasanya lebih semangat dan positif aja menjalani hari. Soalnya aku merasakan banget manfaat produktif ini 😊

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)