Tunjukkan Kontribusimu untuk Perkuat Literasi Kusta melalui Media Sosial

No comments

"Informasi hoax cukup meresahkan. Ini menjadi tantangan untuk lebih lagi mengedukasi masyarakat mengenai kusta," ungkap Ajiwan Arief Hendradi, S.S, Redaktur Solidernews.com. Ya, di Ruang Publik KBR kali ini hadir Ajiwan sebagai pembicara mengenai Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta. Ternyata sangat penting dan semua bisa!


Tunjukkan Kontribusimu untuk Perkuat Literasi Kusta melalui Media Sosial

Selasa, 31 Oktober 2023, melalui live YouTube di channel Berita KBR dengan host Rizal Wijaya, dibahas mengenai bagaimana peran media sosial untuk menguatkan literasi kusta agar dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terkait penanganan kusta. Ini merupakan salah satu rangkaian program SUKA (Suara untuk Indonesia Bebas Kusta) dari NLR Indonesia dan KBR.


Baca juga: Kesetaraan dan Dukungan, Makna Kemerdekaan bagi OYPMK


Mengingat kasus kusta baru di negeri ini stagnan selama 10 tahun terakhir, yaitu 16.000-18.000 kasus, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus kusta tertinggi ketiga di dunia. Disabilitas akibat kusta pun masih tinggi, mencapai 6.6 per 1.000.000 penduduk pada tahun 2017. Padahal pemerintah menargetkan kurang dari 1 per 1.000.000 penduduk. Ini menjadi realita yang semestinya menyadarkan kita semua bahwa peningkatan edukasi sangat diperlukan demi pencegahan dan penanganan yang maksimal.


Bukan hanya bagi OYPMK (Orang yang Pernah Menderita Kusta), keluarganya, lembaga, komunitas, atau pemerintah saja, tapi seluruh lapisan masyarakat mesti ambil peran. Dan media sosial efektif dijadikan corong perubahan di era digital saat ini.



Peran Media Sosial sangat Efektif untuk Menyuarakan Isu Kusta

Ruang Publik KBR Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta

Menjadi peringkat ketiga, bukanlah prestasi. Ini menandakan bahwa kasus kusta masih banyak terjadi dan patut menjadi perhatian kita bersama. Keterlambatan penemuan dan penanganan semakin memperpanjang mata rantai penularan kusta. Belum lagi diskriminasi yang semakin memojokkan OYPMK, bahkan tak jarang yang mengucilkan dan melabelinya dengan penyakit kutukan, sehingga menimbulkan rasa rendah diri, malu, dan keengganan untuk berobat. Bila kusta sudah sampai menyebabkan kecatatan, bergabung kembali ke tengah masyarakat dan menjalani kehidupan normal membutuhkan upaya yang lebih keras lagi.


Sebenarnya pemerintah, lembaga, dan komunitas terkait kusta, seperti NLR Indonesia, sudah melakukan berbagai gerakan dan program untuk mencapai tujuan Indonesia bebas kusta. Namun tetap saja upaya ini membutuhkan campur tangan lebih banyak pihak agar dapat mencapai hasil terbaiknya. Memanfaatkan peran besar media sosial untuk mengangkat isu kusta, sangat cocok diterapkan dalam gaya hidup kekinian. Coba bayangkan, saat ini siapa sih yang tidak "main medsos"? Dalam hitungan detik, segalanya dapat tersebar hingga pelosok dunia. Tentu ini menjadi jalur potensial untuk meningkatkan litearsi kusta, termasuk memberantas hoax yang menyesatkan.


Nyatanya kusta bukanlah penyakit kutukan, bukan azab, tidak semudah itu menular, dan sangat bisa disembuhkan.


Ajiwan Arief Hendradi, S.S, Redaktur Solidernews.com

Solidernews.com, media terverifikasi yang berada di bawah naungan SIGAB (Sasana Inklusi & Gerakan Advokasi Difabel), adalah salah satu cara yang bisa dijadikan contoh bersama. Melalui ragam tulisan yang fokus terhadap advokasi, perlindungan, dan pemenuhan hak disabilitas, Solidernews.com memberi kontribusi positifnya terhadap literasi kusta di masyarakat. Puluhan artikel website bertema kusta, baik itu opini, liputan, atau feature, dan juga disebar luaskan di media sosial, sudah diterbitkan oleh Solidernews.com.


Ajiwan menyampaikan bahwa sejauh ini responnya sangat baik, banyak pembaca umum dan OYPMK memberi komentar dan like di unggahan media sosial, serta membagikan tautannya di berbagai platform media sosial mereka dan juga grup-grup chatting. Ini membuktikan bahwa satu saja unggahan media sosial akan membuka gerbang sharing yang lebih banyak dan luas. Bahkan kita sendiri tidak bisa membayangkan sejauh mana konten tersebut akan bermuaara. Betul, kan?


Misalnya saja program pemerintah yang menyediakan obat gratis bagi OYPMK. Program baik ini mesti dilengkapi dengan sosialisasi, pembinaan, dan pendampingan Puskesmas sebagai pihak yang bersentuhan langsung dengan masyarakat agar dapat diimplementasikan dan digunakan tepat sasaran. Selain upaya resmi dari pemerintah, masyarakat juga bisa lo ikut menyukseskannya. Sesederhana mengunggah informasi tentang obat gratis ini di media sosial favorit kita.


Di sinilah peran baik media sosial dapat didongkrak. Ketika ada acara, sosialisasi, program, kegiatan, atau peraturan tentang kusta, akan dengan cepat memasuki lini masyarakat melalui konten-konten media sosial. Terutama desa-desa dengan kasus kusta tinggi, ilmu-ilmu atau edukasi seperti inilah yang dapat menembus karena mungkin saja belum tersentuh program berjalan. Sehingga salah paham tentang kusta dapat diperbaiki secara menyeluruh di seluruh kawasan Indonesia.



Semua Bisa Jadi Jurnalis

Semua bisa jadi jurnalis

"Semua orang bisa jadi jurnalis. Jadi jangan segan-segan mengangkat isu kusta dalam konten kreatif." Kalimat dari host Rizal di penghujung acara semakin menguatkan kedudukan kita sebagai warga masa kini untuk memanfaatkan media sosial yang dipunya untuk menyampaikan hal positif.


Tantangan atas apa yang diupayakan Solidernews.com selama ini, yaitu masih minimnya keberpihakan media terhadap isu minoritas seperti disabilitas dan kusta, serta terbatasnya SDM itu sendiri untuk menulis artukel-artikel di website, dapat menemukan solusinya bila "netizen journalist" bukan hanya sekadar istilah. Kita semua bisa menjadi jurnalis, reporter, penulis, pembuat konten, dan penyampai berita melalui media-media yang lekat dengan keseharian. Asalkan konten tersebut benar dan jelas dasarnya.


Solidernews.com membuka wadah kontributor bagi siapa saja yang ingin menuangkan gagasannya. Wah, ini menarik karena akses terbuka lebar untuk ikut andil dalam memperkuat literasi kusta. Begitu pula bagi yang punya blog, aktif mengisi Instagram, bercuap-cuap di Twitter, atau yang hobi unggah video di YouTube, pastinya memiliki peran besar dan efektif juga untuk mendukung Indonesia inklusif tanpa diskriminasi terhadap OYPMK dan teman-teman disabilitas lainnya.


Baca juga: Stop Diskriminasi! Teman-Teman Disabilitas dan OYPMK Berhak Berkarya dan Berdaya


Yuk, mulai konsepkan konten media sosial terkait isu kusta. Banyak sekali sumber yang bisa dimanfaatkan, seperti kanal-kanal NLR Indonesia, Solidernews.com, atau sumber tepercaya lainnya. Jangan sampai ada lagi hoax kusta di antara kita.


Semoga bermanfaat.

No comments

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)