Kebijakan Wajib Belajar telah berkembang dari 9 tahun menjadi 13 tahun, yaitu 1 tahun Prasekolah, 9 tahun Pendidikan Dasar, dan 3 Tahun Pendidikan Menengah. Dalam RPJPN dan RPJMN yang dikeluarkan oleh BAPPENAS, dinyatakan tegas akan pentingnya menjadikan PAUD sebagai fokus utama dari pembangunan negara. Wajib Belajar 13 Tahun dan Pemerataan Kesempatan Pendidikan pun masuk dalam Program Prioritas Pemerintah saat ini.
Wajib Belajar 1 Tahun Prasekolah merupakan kebijakan yang memastikan bahwa setiap anak berusia 5-6 tahun wajib mendapatkan akses dan turut berpartisipasi dalam satuan PAUD yang bermutu sebelum mereka memasuki jenjang Sekolah Dasar (SD).
Anak pertama saya belajar di TK selama 3 tahun dan anak kedua saya 2 tahun. Sejak dari mereka lahir, saya sudah bertekad untuk tidak melewatkan TK (atau sekarang juga akrab disebut PAUD) dalam perjalanan pendidikan mereka. Alasan saya simpel. Orang tuanya saja dulu TK, masak iya anaknya enggak? Walau ada Bimba yang fokus pada kemampuan calistung, saya tetap yakin memilih TK.
Dulu sekali, saya merasa bahwa pelajaran di TK sangat membantu saya untuk lebih cepat membaca dan berhitung saat kelas 1 SD. Berhubung waktu itu masih kecil, jadi tidak terpikir untuk melihat progres teman lain yang beberapa di antaranya memang tidak TK. Seingat saya, saya sudah mengenal huruf, angka, bahkan beberapa kosa kata dalam Bahasa Inggris meski mata pelajaran ini belum diwajibkan untuk jenjang SD di tahun 90-an.
Baca juga: Orang Tua Perlu Tahu, Ada TPPK untuk Menangani Kekerasan di Sekolah
Selain itu, saya cukup baik berinteraksi dengan teman. Saya pindah dari TK di Jakarta ke TK di Padang, lalu SD di Solok (salah satu kota di Sumatera Barat). Secara bahasa, terutama dalam pertemanan, jelas sangat berbeda. Sulit awalnya memahami. Tapi, nyatanya saya berhasil beradaptasi. Entah karena terbiasa bersosialisasi bersama teman-teman sebaya di TK, atau karena saya anaknya memang mudah bergaul, hehe. Tapi, saya percaya bahwa bermain dengan teman selama di TK, sedikit-banyaknya pasti membantu kemampuan bersosialisasi saya.
Setelah menjadi orang tua dan melihat perubahan anak-anak saya selama belajar di TK, saya makin yakin bahwa kemampuan dalam belajar dan bersosialisasi itu bukan semata-mata kemampuan "bawaan lahir", melainkan banyak dipengaruhi oleh proses belajar di TK atau PAUD.
Saya setuju sekali ketika pemerintah menambah masa wajib belajar menjadi 13 tahun, terutama untuk 1 tahun di PAUD. Berbagai studi dan penelitian membuktikan bahwa pendidikan anak di usia dini sangat berpengaruh kepada kehidupan mereka, bahkan panjang hingga ke masa depan.
Agar lebih jelas, mari bahas satu per satu landasan ilmiah kenapa pendidikan PAUD ini penting, di mana juga relate dengan apa yang saya dan anak-anak rasakan.
🌸 0-6 Tahun adalah Fase Golden Age
Stimulasi tentu menjadi kunci agar fase golden age ini tak terlewati begitu saja. Misalnya fokus memberikan stimulasi untuk kemampuan berbahasa, membaca, berhitung, serta berpikir kritis, solutif, kreatif, dan bekerjasama. Stimulasi yang tepat waktu, akan membantu mencapai perkembangan otak secara maksimal yang menentukan perkembangan kognitif, sosial, emosional, dan keterampilan hidup anak di masa depan. Semua stimulasi itu bisa didapatkan di PAUD!
🌸 Perkembangan Kognitif dan Non Kognitif
Dari diagram di atas (kiri), dapat dilihat dengan jelas bahwa anak-anak yang mengikuti PAUD (ECED-Early Childhood Education and Development) memiliki persentasi jawaban benar yang lebih tinggi dalam tes kesiapan sekolah pada usia 6-9 tahun. Diagram dari UNICEF (kanan), memperlihatkan bukti bahwa anak yang mengikuti PAUD, memiliki kompetensi literasi dan numerasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang tidak mengikuti pendidikan PAUD.
🌸 Dampak terhadap Sosial dan Ekonomi
Selain itu, Perri Preschool Project di Amerika Serikat juga membuktikan bahwa anak-anak yang mengikuti program pendidikan usia dini, memiliki tingkat pendapatan yang lebih tinggi dan tingkat kriminalitas yang lebih rendah saat dewasa. Maka dari itu, pendidikan di usia dini memegang peran penting dalam membentuk keterampilan belajar dan kemampuan sosial anak, yang akan menciptakan siklus positif untuk meraih kesuksesan akademik dan profesionalitas di masa depan.
Bagaimana, jelas sekali kan betapa pentingnya pendidikan anak di usia dini? Untungnya, kesadaran orang tua sudah jauh lebih baik tentang hal ini. Di lingkungan tempat tinggal saya, hampir semua anak-anak pasti sudah lulus TK sebelum masuk SD. Walau sayangnya, di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Papua Selatan, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan masih banyak anak-anak yang belum mengikuti PAUD. Di mana salah satu penyebabnya adalah belum ada PAUD di sana. Semoga ke depannya, pemerintah bisa menyediakan fasilitas pendidikan PAUD yang lebih merata. Aamiin.
Baca juga: Kenali Kurikulum Merdeka agar Tepat Dampingi Pendidikan Anak
Oiya, satu lagi yang tidak kalah penting. Bagi teman-teman sesama ibu yang ingin tahu lebih banyak tentang kebijakan dan informasi terkini seputar dunia pendidikan, serta mau terlibat aktif dalam pendidikan anak-anak, jangan ragu untuk bergabung di Sidina Community. Di sini, informasinya up to date dan jujur saya banyak belajar dari komunitas ini. Langsung saja kepoin atau DM akun Instagram resminya di @sidina.community, ya.
Mari dukung kesuksesan pendidikan anak-anak kita! Justru kita sebagai orang tualah yang wajib mengokohkan pondasinya.
Referensi
Materi dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah untuk Fasilitator Ibu Penggerak Sidina
#FasilitatorSidinaCommunity
#IbuPenggerak
#SosialisasiFasilitatorSidina
#PendidikanBermutuUntukSemua










No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)