10 tahun lalu, saya pernah menjadi guru, tepatnya guru PKL (Praktik Kerja Lapangan). Hanya satu semester, tidak lama. Tapi pengalamannya berharga, membekas hingga bertahun-tahun setelahnya.
Sekolah inklusif, di sana juga menerima siswa berkebutuhan khusus. Saya mengajar satu kelas yang di dalamnya ada satu siswa autis. Saya menyaksikan setiap hari, betapa cepat ia mencerna pelajaran. Jauh melebihi teman-teman normalnya. Bahkan, ilmu saya saja lewat. Saya memberi satu materi, di pertemuan berikutnya, ia sudah mengembangkannya menjadi 10 materi. Mungkin terjadi, karena yang saya ajari berhubungan dengan multimedia. Jadi, siswa bisa mengembangkannya tanpa batas.
Baca juga: Tangguh Di Tengah Keniscayaan Perubahan Bersama ASUS ROG Phone 6
Tahu apa yang paling membuat saya tertarik? Ibunya. Beliau selalu mendampingi ke sekolah tanpa absen. Di kelas, duduk di menemani. Ketika istirahat, mengikuti Sang Anak ke mana-mana. Alasannya, agar dapat menjaga emosi anak istimewanya yang suka naik-turun dan memastikan bahwa ia dapat belajar dengan baik tanpa terganggu dan mengganggu siapa pun. Tak sia-sia, di balik kekurangan, juara satu selalu dalam genggaman.
Kelak, saya ingin sehebat beliau.
Bukan, bukan melakukan hal sama seperti mendampingi anak ke sekolah setiap hari. Kalau tidak dibutuhkan buat apa? Tetapi lebih kepada upaya beliau mendampingi anaknya dalam menempuh pendidikan. Mengandalkan sekolah saja? Bisa. Tapi apakah hasilnya akan semaksimal bila orang tua juga terlibat dalam mendidik anak? Tidak.
Pelajaran itu saya bawa sampai detik ini. Bila saya menginginkan anak-anak saya menjadi kebanggaan di masa depan, saya tak bisa berlepas tangan. Tugas sekolah ya selama jam sekolah. Sedangkan tugas saya, tak ada batas waktunya.
Awalnya, Demi Anak Sendiri
Pelatihan Ibu Penggerak Batch 6 yang saya ikuti | Sumber: Instagram @sidina.community |
Entah kenapa, saya merasa berbeda dengan ketika memasukkan anak saya ke TK swasta kemarin. Swasta memiliki hak untuk menentukan kurikulumnya sendiri, sehingga saya bisa bertanya langsung pada pihak sekolah. Tetapi saat membahas sekolah negeri, ada kebijakan pemerintah yang mendominasi di sana. Di samping bisa bertanya pada sekolah, saya juga mesti mengetahui kebijakan pemerintah yang sedang diterapkan, agar bisa tahu sejauh mana implementasinya di sekolah negeri tersebut.
Bagaimana saya mendampingi anak dalam menjalani pendidikan, bila saya masih buta dengan sistem pendidikan saat ini? Saya mesti tahu dulu, agar bisa sejalan dengan sekolah dan pemerintah.
Gayung bersambut, melalui smartphone saya, pintu akses untuk mengetahui dunia pendidikan Indonesia, khususnya dari pemerintah, terbuka di depan mata. Ada link terunggah di salah satu akun media sosial komunitas bloger yang saya ikuti, menawarkan untuk mengikuti pelatihan Ibu Penggerak. Di mana, Ibu Penggerak ini akan dibekali dan disosialisasikan kebijakan pemerintah terkait pendidikan Indonesia.
Wah, pas! Saya langsung mendaftarkan diri.
Ibu Penggerak adalah para ibu yang menjadi perpanjangan tangan Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), untuk memotivasi dan menyosialisasikan kebijakan serta program baru pemerintah dalam dunia pendidikan Indonesia.
Tak main-main, 5 hari pelatihan melalui Zoom meeting, wadah di otak saya terisi penuh dengan Kurikulum Merdeka, Profil Pelajar Pancasila, Literasi dan Numerasi, hingga 3 Dosa Besar Pendidikan. Berharga, saya bersyukur diberi kesempatan dan jalan untuk bergabung dalam pelatihan Ibu Penggerak Batch 6. Jelas, ini akan menjadi pijakan saya untuk mendampingi anak selama bersekolah nantinya, dan bisa berkolaborasi juga dengan pihak sekolah.
Sertifikat Ibu Penggerak |
Saya jadi tahu apa yang mesti diperhatikan, apa yang mesti didiskusikan dengan sekolah dan apa yang akan saya lakukan di rumah agar dapat memaksimalkan apa yang telah anak dapatkan di sekolah. Oiya, agar ilmu ini lebih besar lagi manfaatnya, sedikit sharing mengenai program pemerintah terkait pendidikan di Indonesia terbaru, saya tuliskan garis besarnya sebagai berikut.
- Apa itu Kurikulum Merdeka?
Sederhananya adalah kurikulum yang mengacu pada pendekatan bakat dan minat. Jadi, peserta didik memiliki kemerdekaan, alias kebebasan untuk memilih mata pelajaran mana yang sesui dengan minat dan bakatnya. Guru pun juga memiliki keleluasaan dalam memilih perangkat ajar yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik.
- Profil Pelajar Pancasila
Dalam Kurikulum Merdeka, peserta didik akan diberikan projek dengan tema tertentu untuk penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan 6 elemennya, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis, serta kreatif. Sehingga peserta didik bukan hanya cerdas secara kognitif, tapi juga memiliki karakter yang baik.
- Literasi dan Numerasi
Ini menjadi fokus penting dalam Kurikulum Merdeka, sampai ada Asesmen Kompetensi Minimun untuk menilainya. Bagaimana kemampuan kecakapan berpikir logis-sistematis, kemampuan bernalar menggunakan pengetahuan yang telah dipelajari, serta bagaimana mengolah informasi.
- 3 Dosa Besar Pendidikan
Nyatanya, masih ada tantangan yang masih menjadi momok dalam pendidikan Indonesia saat ini, yaitu Intoleransi, Perundungan dan Kekerasan Seksual. Ini mesti diberantas tuntas agar dunia pendidikan dapat mencapai keberhasilan maksimalnya.
Saat ini, Kurikulum Merdeka masih menjadi opsi, dalam artian sekolah negeri masih bisa memilih antara tiga kurikulum, yaitu Kurikulum Merdeka, Kurikulum 2014 atau Kurikulum Darurat (Kurikulum 2013 yang disederhanakan oleh Kemendikbudristek), namun ke depannya akan tetap diimplementasikan di seluruh sekolah setelah dinyatakan siap.
Sedikit penjelasan ini sudah memberi gambaran bahwa ternyata kebijakan pendidikan terbaru sangat membutuhkan peran saya sebagai ibu. Ada acuan minat dan bakat di sana. Orang tua yang menjadi saksi tumbuh kembang anak, tentu sangat bisa menjadi tim sukses bersama guru dan pihak sekolah.
Saya bisa memberi masukan kepada guru terkait minat anak saya dan cara belajar yang selama ini saya lihat lebih cepat ditangkap anak. Saya juga sangat mungkin terlibat aktif dengan sekolah untuk memberatas 3 dosa besar pendidikan agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan nyaman. Atau yang paling sangat dibutuhkan adalah peran saya, orang tua, dalam mendampingi anak belajar di rumah apabila ada yang kurang dimengerti. Ya, saya bisa menjadi jembatan, penghubung antara anak, guru dan sekolah.
Kini, terbayang pendampingan seperti apa yang sebentar lagi akan saya terapkan ke anak sulung saya. Berkat informasi yang saya dapatkan dari smartphone, menjalankan pelatihan juga dengan mengandalkan smartphone, saya tak lagi meraba-raba. Saya telah menggenggam pengetahuan terkait pendidikan, serta jaringan relasi yang bisa dijadikan sumber belajar dan bertanya.
Memang benar, ketika fasilitas digital yang bisa diberikan oleh smartphone kita dapat dimanfaatkan untuk hal positif, PELUANG untuk memperoleh apa yang kita butuhkan, menjadi terbuka berkali lipat. Atau bisa saja lebih hebat!
Dari Smartphone, Ibu Bisa Jalankan Peran
Ada perbedaan dengan Ibu Penggerak, Fasilitator Ibu Penggerak memiliki kesempatan lebih untuk menyosialisasikan dalam circel yang lebih besar. Seperti lembaga pendidikan, perkumpulan orang tua atau komunitas.
Berkat pembekalan yang kedua kalinya ini, saya menemukan kunci bahwa sebenarnya semua ibu memiliki peran besar untuk pendidikan. Bukan hanya dalam mendampingi anak, namun juga dapat membagi inspirasi dan saling mendukung bersama ibu-ibu lain atau mungkin semua yang terlibat dalam pendidikan.
Entah kenapa, saya kembali mengingat perjalanan tak terduga hingga sampai ke titik ini. Dimulai dari informasi yang iseng saya peroleh dari smartphone. Sesuatu yang kebetulan saja, bila dilanjutkan dengan serius dan tujuan positif, bisa sebermanfaat ini. Bagaimana jika semua ibu dapat memanfaatkan smartphone-nya dengan serius, terutama terkait pendidikan? Bukan omong kosong bila dapat memberi kontribusi besar dalam pendidikan.
Agar lebih mudah membayangkan, berikut beberapa hal yang bisa dilakukan ibu dengan smartphone masa kini yang kaya fitur. Bahkan kalau ditelaah, enggak jauh-jauh kok dengan aktivitas digital yang selama ini kita lakukan. Cuma, kali ini diarahkan pada hal yang lebih spesifik, yaitu pendidikan.
-
Gudang Informasi untuk Ibu dan Anak
Channel YoutTube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI |
Jangan lupa, ajak juga anak untuk sama-sama belajar. Salah satunya yang paling disenangi anak dan sangat cepat ditangkapnya adalah tayangan video. Buka saja channel YouTube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI, banyak juga video animasi yang menyampaikan segala informasi penting tentang kehidupan bersekolah. Contohnya cara melindungi diri dari perundungan, mengenal toleransi dan sebagainya.
Jadi jangan disangka sumber informasi ini hanya untuk orang dewasa, banyak sekali yang juga tersedia untuk anak-anak. Dan itu bisa diakses lewat scrolling di layar smartphone kita!
-
Mempelajari Kebutuhan Dunia Digital
Tidak heran bila dalam ToT Fasilitator Ibu Pengerak, ada satu sesi yang khusus membahas bagaimana mengelola akun media sosial agar lebih oke dan cara memanfaatkan aplikasi grafis dan editing untuk membuat sebuah visualisasi yang enak dilihat. Dengan mempelajari ini, ibu sangat dapat berbagi hal apa pun yang dirasa bermanfaat.
-
Sharing Di Ranah Digital
Apa yang saya tulis dalam artikel ini adalah sebuah bentuk sharing dari pengalaman. Ada harapan agar lebih banyak lagi ibu yang termotivasi untuk dapat terlibat aktif dalam pendidikan anak. Pernah juga konten saya yang beberapa kali menghiasi media sosial, blog, serta platform parenting, yaitu terkait pengalaman mengajari anak membaca sejak dini, berhasil mendapat respon yang sangat positif. Bahkan sebentar lagi akan lahir buku antologi darinya yang berjudul 30 Ide Kreatif Ibu untuk Membangun Literasi pada Anak.
-
Berani Menjadi Pembicara
Baca juga: Writerpreneur, Membesarkan Buku Layaknya Anak Sendiri Ditemani ASUS Vivobook Pro 14 OLED (M3400)
"Ah, tapi saya hanya full time mom. Enggak pede."
Kalau ada yang membatin seperti ini, saya akan memberi sedikit kata-kata mutiara paling mak jleb yang saya dengar selama menjadi Ibu Penggerak. "Memang ada ya freelancer mom? Setengah hari jadi ibu, terus setengah harinya lagi tiba-tiba enggak punya anak." Mana ada!
Kita semua adalah ibu yang akan selalu menyandang status tersebut sepanjang waktu. Peran kita sangat besar dalam mendampingi anak-anak dalam proses mereka menempuh pendidikan. Hal kecil seperti pengalaman mengajari anak berhitung dengan lagu, mengenalkan huruf dengan bermain ABC Lima Dasar atau sekadar mengajak anak bermain teka-teki untuk meningkatkan kemampuannya memecahkan masalah dan mengolah informasi, bisa sangat berarti, lo!
So, let's do it, Moms!
Bila satu ibu bisa memotivasi lima, maka lima ibu itu akan bisa membantu sepuluh ibu lainnya. Begitu terus sampai seluruh ibu akhirnya bisa saling hadir bagi satu sama lain untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
ASUS Zenfone 9, Lebarkan Peluang Ibu untuk Keberhasilan Pendidikan Indonesia
Nah, berhubung ibu-ibu sudah terlalu riweh dengan segala tugas-tugasnya yang seperti tanpa akhir, kepraktisan tetap menjadi kebutuhan utama. Kalau saya sih begitu. Semakin praktis sebuah smartphone, baik itu dari kecepatannya yang mendukung, ukurannya yang fleksibel, hasil tangkapan kameranya yang tetap jernih saat digunakan di berbagai tempat dan kondisi, serta kehandalannya dalam menemani perjalanan saya mencapai tujuan, maka ketertarikan saya untuk menjadikannya sahabat semakin besar.
Memangnya ada yang bisa memenuhi keinginan ibu-ibu yang banyak maunya ini? Ada, dong!
ASUS Zenfone 9, baru di-launching 17 November 2022 lalu. Zenfone generasi terbaru ini telah didesain ulang untuk menghadirkan pengalaman ponsel flagship yang ultra-compact, ultra-stylish, dan ultra-speedy bagi penggunanya. Cocok sekali dengan kebutuhan para ibu yang ingin tetap mengembangkan diri dan hadir untuk pendidikan Indonesia.
Sederet upgrade yang signifikan menjadikan Zenfone 9 sebagai smartphone Zenfone paling powerful yang pernah diciptakan.
- Jimmy Lin, ASUS Regional Director Southeast Asia -
Makin penasaran, 'kan? Memangnya apa sih keunggulan ASUS Zenfone 9 ini? Baiklah, agar lebih jelas, mari kita bahas satu per satu dan menghubungkannya dengan beberapa peran ibu dalam pendidikan yang telah kita bahas sebelumnya.
Performa Powerful, Tapi Tetap Adem
Meski se-powerful itu, Zenfone 9 ini tetap adem karena dibekali dengan teknologi cooling system yang sudah diperbaharui dengan vapor chamber berteknologi tinggi dan fitur penyebaran panas, sehingga dapat menekan kenaikan suhu yang berlebihan.
Untuk konektivitas, ponsel ini punya konektivitas Wi-Fi paling ngebut, yaitu Wi-Fi 6E. Menghasilkan konektivitas yang lebih stabil, lebih cepat, bahkan pada kondisi crowded sekalipun. Teknologi HyperFusion-nya menyajikan konektifitas simultan antara Wi-Fi dan seluler, sehingga pengguna akan diarahkan ke koneksi dengan sinyal terbaik.
Baterainya pun spesial, berkapasitas 4300mAh yang bisa digunakan seharian lebih! Zenfone 9 menggunakan teknologi STP (Specific Tab Process) yang memungkinkan baterai diisi dari middle and out sehingga menurunkan impedansi dan kenaikan suhu selama pengosongan dan pengisian daya. Jadi, bisa menggunakan adaptor HyperCharger 30W. Ini memberikan daya baterai yang lebih lama dan pengisian ulang yang lebih cepat.
Jadi, ibu mau membuka berbagai aplikasi, mau melakukan aktivitas apa pun dengan Zenfone 9 ini, kinerjanya akan tetap mulus dan responsif. Berlama-lama bereksplorasi pun tidak akan menimbulkan sensasi panas berlebihan karena teknologi cooling system-nya. Konektivitas pun tetap terjaga ketika sedang scrolling artikel, upload, download streaming video, mengisi Kulwap, membuat konten menggunakan aplikasi online, atau mengikuti webinar dan kelas online. Baterai juga awet, dan meski habis, pengisian dayanya cepat. Pokoknya ibu jadi makin sat set sat set berkat performa Zenfone 9 ini.
Kalau sudah lancar begini, menggali informasi pendidikan jadi lebih lancar, berbagi atau berkomunikasi dengan pihak-pihak di circle pendidikan dalam ranah digital pun tetap aman.
Nyaman Digenggam, Ringkas Digunakan dan Dibawa
Eits, kecil-kecil begini, komponennya bukan berarti tak lengkap, ya. Berkat penempatan pada angle yang tepat dan back-cover yang unik untuk memaksimalkan volume internal, Zenfone 9 bisa memuat komponen yang lebih besar. Pilihan warnanya juga banyak, yaitu MoonLight White, Sunset Red, Starry Blue dan Midnight Black. Permukaan casing-nya bertekstur, selain terlihat indah, juga membuat ponsel ini lebih kukuh saat digenggam. Makin pede kan jadinya bawa Si Mungil ini ke mana-mana.
ASUS juga membekali Zenfone 9 dengan ZenUI 9 yang dapat mempersingkat step membuka aplikasi atau fitur dengan dua kali ketukan pada bagian belakangnya. Selain itu, dilengkapi pula dengan tombol multifungsi Zen Touch pada satu bagian sisinya. Tombol ini semakin mempraktiskan karena bisa juga menjadi jalan pintas, seperti membuka sensor sidik jari, menggesekkan ibu jari ke atas atau ke bawah, atau mengetuk dua kali untuk mengakses berbagai fungsi.
Saya jadi langsung membayangkan betapa sangat membantunya ukuran segenggaman tangan ini saat harus bekerja multi-tasking, atau ketika membuat sebuah konten di mana butuh tangan saya untuk memegang atau melakukan sesuatu. Jadi tak ada tripod atau orang lain yang bisa dimintai tolong, tak masalah lagi. Merekam aktivitas bersama anak pun akan jauh dari drama "hape mau ditaruh di mana", karena satu tangan saja sudah cukup untuk memegangnya.
Kamera Jagoan, Hasil Rekaman dan Jepretan Berkualitas
Memenuhi kebutuhan zaman now inilah Zenfone 9 hadir dengan kamera utama 50 MP Sony IMX766. Mengabadikan objek pada malam hari ataupun di tempat yang gelap, hasilnya tetap memuaskan. Kamera utama ini dilengkapi juga dengan 6-axis Hybrid Gimbal Stabilizer dan autofocus yang menstabilkan posisi kamera meski digunakan saat bergerak, serta penangkapan objek secara real-time. Hasilnya, foto atau video terbebas dari blur dan goyangan.
Kemudian, kamera keduanya 12MP ultra-wide dengan sensor SONY IMX363 yang mendukung fotografi makro dengan fokus sampai jarak 4 cm, dan tetap disertai fitur autofocus. Mampu merekam video 4K/60fps dengan EIS dan koreksi distorsi yang real-time.
Tidak ketinggalan, kamera depan juga 12MP dengan sensor SONY IMX663 yang mampu melakukan autofocus dengan cepat berkat dual PDAF. Mampu merekam foto hingga 4K/30fps atau FHD/60fps dengan EIS. Tidak hanya bisa melakukan zoom, tetapi hasil selfie menjadi lebih dalam dan tajam.
Berkat kamera-kamera canggih ini, ibu pasti akan lebih percaya diri lagi dalam membagikan konten-konten bermanfaat dan edukatif, karena "bahan mentah"-nya saja sudah bagus. Bila ingin membuka sesi sharing online, misal mengenai membiasakan anak membaca di era digital, atau tips membekali anak agar terhindar dari kekerasan di sekolah, kamera depannya sudah siap menampilkan wajah kita dengan kualitas yang baik.
Teknologi Audio untuk Suara yang Jernih
Kabar baiknya, Zenfone 9 ini paket lengkap. Memiliki dua speaker linier dilapisi Dbass foam ball dan dengan teknologi OZO Audio, yang memberikan kedalaman suara ekstra, berkualitas tinggi dan jernih. Tiap speaker diperkuat oleh Qualcomm Aqstic WSA8835 amp yang powerful. Sehingga saat diuji, Zenfone 9 mampu memproduksi bass 50% lebih besar dibandingkan kompetitor.
Teknologi audio Zengone 9 selanjutnya yang tak kalah menarik adalah Wind Noise Reduction yang bisa merekam suara meskipun bukan dalam kondisi yang ideal akibat banyaknya noise atau gangguan suara bising, seperti suara kendaraan bermotor ataupun angin. Meski berisik, suara kita tetap menjadi fokus yang direkam. Mau merekam video atau harus Instagram live ketika kondisi di sekitar sedang ramai, no problem!
Oiya, Zenfone 9 masih dilengkapi dengan jack audio 3,5 mm, lo! Jadi bagi yang belum punya headphone nirkabel seperti saya, masih bisa colok-colok untuk mendengarkan dan merekam suara.
Layar Responsif dengan Warna Akurat
Mau ditatap lama bersama anak pun tak perlu was-was, karena layar ini sudah tersertifikasi SGS Eye Care Display untuk emisi blue-light yang lebih rendah sehingga lebih nyaman di mata. Wah, bagi yang bermata empat macam saya ini, tentunya merasa diperhatikam sekali berkat teknologi layar yang ramah bagi mata. Apalagi saat mengajak anak-anak nonton video di channel YouTube Cerdas Berkarakter Kemdikbud RI yang seri animasinya. Rasanya lebih tenang, walau berlama-lama.
Tangguh Meski Jatuh dan Kecipratan Air
Untung Zenfone 9 ini dibekali ketangguhan dengan kualitas material premium. Layarnya diproteksi dengan Corning Gorilla Glass Victus yang membuatnya empat kali lebih antigores dibanding kompetitor dan tangguh saat jatuh dari ketinggian sampai 2 meter. Body-nya juga sudah tersertifikasi IP68 sehingga sudah anti air dan debu.
Serasa ketemu jodoh, ya? Cocok semua. Mulai dari performanya yang kuat, ukurannya yang pas dipegang satu tangan, kameranya juara, suaranya jernih, layarnya akurat dan aman di mata, hingga masalah sering jatuh dan kesiram air pun juga diberikan solusinya.
Kalau fasilitasnya saja sudah di depan mata, apa lagi alasan kita sebagai ibu, sebagai orang tua, dan sebagai warga negara yang dekat dengan realita pendidikan, untuk tidak mengambil peran di dalamnya?
Bukankah ASUS Zenfone 9 benar-benar mewujudkan peran ibu untuk pendidikan Indonesia yang hanya sedekat genggaman tangan? Bahkan hanya satu tangan!
Harga dan Spesifikasi ASUS Zenfone 9
Untuk pembelian via ASUS Store, silakan berkunjung ke
https://www.asus.com/id/mobile/phones/zenfone/zenfone-9/
Sebagai referensi, berikut spesifikasi ASUS Zenfone 9.
Desain | Midnight Black, Moonlight White, Sunset Red, Starry Blue IP65/IP68 |
---|---|
Berat dan Dimensi | 169g, 146.5 x 68.1 x 9.1 mm |
Sistem Operasi | Android 12 |
Prosesor | Qualcomm® Snapdragon® 8+ Gen 1 Mobile Platform Qualcomm® Adreno™ 730 |
Memori | LPDDR5 16GB LPDDR5 8GB |
Penyimpanan | UFS3.1 128GB UFS3.1 256GB |
Layar | 5.9-inch 20:9 (2400 x 1080) 120Hz Samsung AMOLED display 1100 nits maximum brightness Color accuracy, Delta-E < 1 112% DCI-P3, 151.9% sRGB color gamut Corning® Gorilla® Glass Victus™ Supports Always-on display HDR 10 and HDR10+ certified |
Kamera Belakang | Main Camera 50 MP Sony® IMX766 flagship sensor - 1/1.56" large sensor, 1.0µm pixel size Quad Bayer technology - 12.5 MP, 2.0 µm large effective pixel size 6-Axis Hybrid Gimbal Stabilizer F1.9 aperture 2x2 OCL PDAF Single LED flash 23.8 mm equivalent focal length in 35 mm film camera Ultrawide Camera 12MP Sony®IMX363 flagship sensor - 1/2.55" sensor, 1.4 µm pixel size F2.2 aperture 113 ̊ field of view Supports 4 cm macro shot Dual PDAF Real-time distortion correction 14.4 mm equivalent focal length in 35 mm film camera Camera modes Photo, Video, Portrait, Pro (RAW file support, up to 32 seconds long exposure), Pro video, Light Trail(Beta)*, Panorama, Night, Timelapse, Slo-mo |
Kamera Depan | 12 MP Sony® IMX663 flagship sensor - 1/2.93" sensor F2.45 aperture Dual PDAF 27.5 mm equivalent to 35 mm film camera |
Audio | Speaker Dual stereo speakers with Dirac HD Sound Multi-magnet stereo speakers with Qualcomm WSA8835 smart amplifiers for louder, deeper and less distorted sound effect Audio Output Hi-Res Audio 192k Hz / 24-bit standard for 3.5mm output Qualcomm Audio CODEC (WCD9380) AudioWizard with multiple listening profiles Microphone Two microphones with OZO Audio Noise Reduction Technology |
Rekaman Video | Rear Camera 8K UHD (7680 x 4320) video at 24 fps + EIS 4K UHD (3840 x 2160) video at 30 / 60 fps + EIS 1080p FHD video recording at 30 / 60 fps with HyperSteady 720p HD video recordingat at 30 / 60 fps Time Lapse (4K UHD video) Slow Motion video (4K UHD at 120 fps / 1080p FHD at 240 fps / 720p at 480 fps) Take still photo while recording video (do not support in 8K video recording) Front Camera 4K/30fps or FHD/60fps |
Teknologi Nirkabel | Supports aptX and aptX HD Integrated WiFi 6/6E* (802.11 a/b/g/n/ac/ax, 2x2 MIMO) Supports Tri-band 2.4 GHz / 5 GHz/ 6 GHz WiFi Bluetooth® 5.2 (BR/EDR + LE), supports LDAC, AAC, Qualcomm® aptX™, aptX™ HD, aptX™ Adaptive, aptX™ Lossless WiFi Direct NFC |
Navigasi | GNSS support GPS (L1/L5), Glonass (L1), Galileo (E1/E5a), BeiDou(B1i/B1c/B2a), QZSS (L1/L5) and NavIC |
Kartu SIM | Dual slots Dual slots: 5G*+5G or 4G dual-SIM / dual-standby support Slot 1: 5G/4G/3G/2G Nano SIM card Slot 2: 5G/4G/3G/2G Nano SIM card |
Sensor | E-compass Proximity Sensor Ambient Light Sensor Hall Sensor Accelerator Gyro(Support ARCore) Side fingerprint Accelerator E-Compass Proximity Ambient light sensor Fingerprint sensor Gyro (Support ARCore) Hall sensor |
Baterai | 4300mAh (typ) battery |
Adaptor Daya | USB power adapter (30W) Output: +3.3-11.0 V 3.0 A, supports up to 30.0W, PD3.0 PPS / Direct Charge / QC4.0 adapter USB power adapter (30.0 W) |
Isi Kotak | Documentation (user guide, warranty card) Ejector pin (SIM tray needle) USB power adapter (30W) Documentation (user guide, warranty card) Ejector pin (SIM tray needle) USB power adapter (30.0 W) USB-C to USB-C cable Phone case |
Pendidikan Butuh Gandengan Tangan
Puluhan ibu yang berjuang demi pendidikan Indonesia |
Fakta bahwa pendidikan bukan hanya membuat anak cerdas dalam pelajarannya, namun juga berkarakter dan berbudi pekerti yang baik, tentu segala aspek yang ada dalam kehidupan anak butuh sinkronisasi dan saling melengkapi satu sama lain. Bila pemerintah membuat kebijakan Kurikulum Merdeka yang fokus pada bakat dan minat anak, maka orang tua dan keluarga di rumah juga mesti peduli dan turut andil dalam menemukan dan mengarahkan bakat dan minat tersebut. Begitu pula lingkungan tempat tinggal, situasi dan kondisi, hingga fasilitas yang digunakan anak.
Ibu punya kesempatan menjadi perantara dalam menyatukan tangan-tangan tersebut. Dengan kepercayaan diri untuk berani belajar, berani berbagi dan berani bicara.
Bisa saja keberanian ibu untuk belajar bagaimana cara melindungi anak dari kekerasan, akan memberi kontribusi di sekolah saat terjadi perundungan.
Mungkin saja keberanian ibu untuk berbagi pengalaman mengenai cara kreatif mengajari anak berhitung dengan media bola-bola plastik berwarna, akan menjadi insprirasi bagi orang tua lain atau mungkin para guru.
Tidak tertutup pula peluang untuk semakin banyak ibu-ibu, sekolah, instansi atau masyarakat yang mengetahui kebijakan baru atau realita terkini tentang pendidikan Indonesia, berkat keberanian ibu yang sesekali meluangkan waktu berbicara di Instagram live.
Baca juga: ASUS Zenfone 9 Launching! Content Creator Bakal Bahagia Punya Ini
Saya masih ingat pesan dari Anang Ristanto, Plt. Kepala Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat,
"Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah hanya akan menjadi sebuah "kebijakan" bila tidak ada kerja sama dari seluruh masyarakat, terutama ibu yang tak pernah lelah mendampingi anak-anaknya. Realisasinya butuh gandengan tangan semua pihak agar tujuan baik itu dapat tercapai."
Ayo ibu, sadari bahwa kita punya andil besar dalam pendidikan anak-anak kita, generasi penerus bangsa. Mari mulai dari diri sendiri, melek akan dunia pendidikan kita. Kemudian perlahan terapkan pendampingan yang sesuai pada anak-anak, lalu bagikan pengalaman positif yang dimiliki.
Karena kepercayaan diri ibu untuk hadir dalam pendidikan Indonesia, dengan cara ibu yang sedekat genggaman smartphone di tangan, akan menjadi peluang untuk kemajuan bangsa ini.
Semoga bermanfaat.
________
Artikel ini diikutsertakan dalam ASUS Zenfone 9 Blog Writing Competition di Blog Widyanti Yuliandari
Referensi:
Materi dari penyelenggara ASUS Zenfone 9 Blog Writing Competition
https://www.widyantiyuliandari.com/2022/11/10/zenfone-9-blog-writing-competition/
https://www.asus.com/id/mobile/phones/zenfone/zenfone-9/
keren prestasinya, mbak :)
ReplyDeleteWaah makasih, Koh Deddy. Makasih juga sudah mampir baca-baca 🤗
Delete