10 Mitos Seputar Bayi yang Masih Dilakukan Hingga Sekarang, Beberapa Diantaranya Bisa Berbahaya!

4 comments
Source : freepik.com by freepic.diller

Mayoritas orang tua baru masih awam dalam urusan merawat bayi. Tidak jarang nasihat atau masukan dari orang lain dengan mudahnya dipercaya dan dilakukan tanpa mencari tahu dulu kebenarannya. Baik itu dari pengalaman, kebiasaan turun temurun atau tradisi di daerah tertentu. Memang tidak semuanya salah, malah ada beberapa diantaranya yang memberikan dampak positif bagi bayi. Namun perlu diperhatikan juga, apakah semua hal tersebut sudah sesuai dengan anjuran medis? Jika orang tua tidak menyaring informasi terlebih dahulu, bisa-bisa hal membahayakan bagi bayi justru dilakukan.

Orang tua wajib belajar.
Lakukanlah hal-hal yang sudah terbukti secara ilmiah.
Penting memperluas wawasan mengenai perawatan
bayi dari sumber terpercaya.
Bila perlu, berkonsultasilah dengan dokter
agar tidak salah mengambil langkah.

Lumrah jika banyak nasihat yang datang silih berganti setelah melahirkan anak pertama. Mungkin maksud Si Pemberi Nasihat baik, yaitu untuk berbagi ilmu dalam hal merawat bayi. Terima saja semua masukan yang diberikan dan pilahlah. Lakukan jika memang terbukti baik, dan lupakan jika ternyata tidak sesuai dengan rekomendasi medis.

Baca juga : 6 Masalah Orang Tua Baru Usai Kelahiran Anak Pertama dan Solusinya

Pengalaman masing-masing orang tua pasti berbeda. Belum tentu cara yang sama akan menunjukkan hasil yang sama pula. Setiap bayi itu unik, kebutuhan dan perkembangannya tentu berbeda. Jadi jauh lebih bijak untuk mengikuti kata dokter atau segala sesuatu yang sudah teruji secara ilmiah demi menghindari risiko.

***

Apa saja mitos seputar bayi yang masih dilakukan beberapa orang tua hingga sekarang? 

Meskipun orang tua milenial sudah "melek" akan pentingnya cara merawat bayi sesuai rekomendasi kesehatan, nyatanya masih ada orang tua yang menganut ajaran turun temurun yang belum dipastikan kebenarannya. Tidak masalah jika itu memang terbukti baik dan bermanfaat, bagaimana kalau tidak? Bisa jadi akan menimbulkan masalah baru nantinya.

Bayi yang masih rentan harus dirawat dengan baik dan benar. Salah mengambil langkah, alih-alih mendapat manfaat yang diinginkan, bisa-bisa malah berujung petaka bagi si bayi. Agar hal seperti ini tidak terjadi, yuk baca 10 mitos seputar bayi yang masih diyakini dan dilakukan beberapa orang tua hingga sekarang. Apakah semuanya benar, atau hanya mitos belaka?


1 Memakaikan Gurita Agar Perut Bayi Tidak Buncit

Masih dijualnya gurita di toko perlengkapan bayi membuktikan bahwa masih ada orang tua yang menggunakannya. Aku pribadi juga beberapa kali menyaksikan sendiri beberapa kenalan yang masih memakaikan gurita kepada bayi mereka. Banyak yang meyakini bahwa gurita dengan ikatan banyak tali ini dapat memperkecil perut bayi baru lahir yang buncit. Apakah benar demikian? 

Ternyata memakaikan gurita pada bayi tidak memberi manfaat apapun, malah bisa membahayakan kesehatan bayi. Dilansir dari situs id.theasianparent.com, pemakaian gurita dalam dunia medis tidak disarankan. Gurita dapat mengecilkan perut bayi yang buncit adalah tidak benar. Perut buncit pada bayi disebabkan oleh timbunan lemak dan otot perut yang masih tipis, sehingga menimbulkan kesan buncit. Perut buncit akan normal dengan sendirinya seiring berjalannya waktu. Justru pemakaian gurita akan memicu timbulnya gangguan kesehatan seperti kesulitan bernapas, mudah gumoh atau muntah dan berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan organ bayi. Selain itu gurita yang diikat erat dan dipakai secara terus menerus juga dapat memicu terjadinya masalah kulit seperti gatal-gatal, biang keringat atau ruam.


2 Membedong Bayi dengan Kencang agar Kaki Tidak Bengkok

Membedong bayi mungkin dilakukan oleh hampir seluruh orang tua di Indonesia. Berbagai alasan mendasarinya, seperti alasan kenyamanan, untuk menghangatkan, sensasi seperti dipeluk, atau yang paling fenomenal adalah agar kaki bayi tidak bengkok. Saat membedong, kaki bayi harus diluruskan terlebih dahulu barulah kain bedong dililitkan dengan erat hingga tidak ada ruang gerak lagi bagi kaki bayi. Jika tidak erat, kaki bayi akan tetap bengkok dan tidak bisa lurus hingga dewasa. Apakah hal ini benar?

Ternyata salah besar! Dilansir dari situs alodokter.com "Jika bedong terlalu ketat dengan posisi kaki dirapatkan dan diluruskan, ada kemungkinan bayi berisiko lebih tinggi untuk mengalami displasia panggul. Displasia panggul adalah kondisi ketika posisi panggul bergeser dan tidak sejajar satu sama lain. Kondisi ini membuat posisi kedua kaki bayi berbeda satu sama lain, sehingga bisa menyebabkan pincang saat berjalan nanti."
Kaki bayi baru lahir dipengaruhi oleh posisinya selama di dalam rahim yang membengkok dan menyilang. Wajar jika sesaat setelah lahir, keadaan kaki bayi masih menyerupai posisi tersebut. Meluruskan kaki bayi secara paksa akan membuat sendi bergeser dan merusak tulang rawannya. Seiring bertambahnya usia bayi, posisi kaki akan normal dengan sendirinya.

Perlu digarisbawahi, manfaat sebenarnya dari membedong bayi adalah memberikan kenyamanan dan kehangatan seperti dipeluk ibunya atau menyerupai keadaan dalam rahim. Dengan merasa nyaman, bayi menjadi lebih tenang, tidak rewel, serta dapat mengurangi gerakan reflek bayi yang mudah kaget. Pastikan membedong bayi dengan cara yang benar dan tidak terlalu ketat dengan memberikan sedikit ruang gerak.


3 Bayi Harus Pakai Bedak Sehabis Mandi

Wangi bayi sangat identik dengan aroma bedak bayi. Banyak orang tua yang memasukkan bedak sebagai list wajib belanjaan keperluan bayi sebelum melahirkan. Rasanya kurang lengkap jika bayi tidak ditaburi bedak setelah selesai mandi. Tidak cukup hanya dibaluri ke seluruh tubuh saja, area wajah juga tak luput dari taburan bedak. Kadang bedak yang menempel pada tubuh dan muka bayi tampak begitu putih dan tebal. 

Belakangan ini, penggunaan bedak pada bayi sudah mulai dihindari karena alasan kesehatan. Dilansir dari situs halodoc.com "Sebenarnya memakaikan bedak pada bayi tidak perlu dilakukan, malah sebaiknya dihindari sama sekali karena dianggap berbahaya untuk kesehatan Si Kecil. Beberapa bedak bayi mengandung talc atau talk yang jika dihirup terlalu sering, maka bisa menimbulkan gangguan paru-paru atau gangguan pernapasan." 

Jika benar-benar ingin memberikan bedak pada bayi, sebaiknya gunakanlah bedak padat atau bedak cair agar partikelnya tidak beterbangan kemana-mana. Kalaupun harus menggunakan bedak tabur, tuangkan terlebih dahulu ke telapak tangan Ibu, baru dibalurkan ke tubuh bayi. Pastikan tubuh bayi dalam keadaan kering dan jangan terlalu tebal untuk menghindari tercampurnya keringat atau air dengan bedak yang menyebabkan bersarangnya bakteri. Wajib menghindari area wajah dan alat vital bayi.


4 Memberi Pisang agar Cepat Besar

Lagi-lagi kebiasaan turun temurun ini masih dilakukan segelintir orang tua akibat minimnya edukasi terkait Makanan Pendamping ASI (MPASI). Orang tua zaman dulu yang sekarang sudah menjadi nenek, merasa berpengalaman dan tanpa ragu mempraktekkan hal yang sama untuk cucu-cucu mereka. Bahkan ada beberapa kejadian yang sempat viral di media sosial mengenai kejadian tragis akibat sang nenek memaksa memberikan pisang kepada cucunya yang masih bayi. Mereka percaya bahwa bayi rewel disebabkan oleh rasa lapar karena perutnya tidak kenyang jika hanya diberi susu, sehingga memberikan pisang kerok dianggap dapat mengatasi hal ini. Toh dari dulu bayi dikasih makan pisang sampai sekarang sehat-sehat aja kok!

Faktanya, memberi makanan padat terlalu dini kepada bayi bisa memicu masalah kesehatan yang serius, bahkan dapat mengancam nyawa. Di Indonesia, waktu ideal bayi untuk mulai diberi makanan padat adalah saat memasuki usia 6 bulan. Meskipun beberapa negara ada yang menyepakati pada usia 4 bulan atau 5 bulan. Memang betul pisang kaya akan manfaat, tapi memberikannya kepada bayi diusia yang tidak dianjurkan malah membahayakan..

Dilansir dari situs popmama.com yang mengutip perkataan dr. Eva J. Soelaeman, Sp.A dari Rumah Sakit Anak Bunda Harapan Kita, "Pemberian pisang kerok pada usia terlalu dini bisa menimbulkan beberapa ancaman penyakit. Kebiasaan orang tua memberi pisang di usia 2-3 bulan terbukti mencatatkan sejumlah pengaduan gangguan kesehatan. Sistem pencernaan bayi yang belum bekerja maksimal akan kesulitan mengolah asupan makanan selain ASI." Lebih detailnya, gangguan kesehatan yang dimaksid adalah masalah pencernaan, sembelit, obesitas, alergi atau risiko masuknya kuman ke dalam tubuh bayi yang masih sangat rentan.
Mencukur Habis Rambut Bayi agar Tumbuh Lebat

Bayi bisa saja terlahir dengan rambut yang lebat dan hitam. Namun tidak sedikit pula bayi yang saat dilahirkan hanya memilki sedikit rambut. Meskipun tidak mengindikasikan adanya penyakit, namun banyak orang tua yang lebih menyukai anak mereka memiliki rambut yang lebat. Salah satu cara yang masih diyakini hingga sekarang adalah dengan mencukur habis rambut bayi. Diharapkan setelah dicukur, rambut bayi akan tumbuh rata dan lebat. Tidak cukup sekali, orang tua bisa saja mencukur habis rambut anaknya hingga berkali-kali agar mendapat hasil maksimal.

Apakah benar demikian? Ternyata itu hanya mitos yang belum ada bukti ilmiahnya. Dilansir dari situs alodokter.com, "Jenis rambut yang dimiliki anak tergantung dari faktor genetik, etnis, dan hormon." Jadi, mencukur rambut bayi tidak akan mempengaruhi ketebalan rambutnya. Ketebalan rambut bayi akan terus berubah hingga mencapai usia 1 tahun. Bisa dipengaruhi oleh faktor hormonal atau posisi bayi. Misalnya bayi yang lebih sering telentang, maka rambut di bagian belakang cenderung lebih tipis karena sering tergesek kasur. Nanti setelah bayi sudah mulai bisa tengkurap atau duduk, rambut akan tumbuh dengan normal kembali.


Menggunting Bulu Mata agar Tumbuh Panjang dan Lentik

Orang tua mana yang tidak ingin anaknya memiliki bulu mata panjang dan lentik? Terutama pada anak perempuan yang tampak jauh lebih cantik jika memilki bulu mata indah. Menggunting sedikit ujung bulu mata bayi dipercaya dapat membuat bulu mata lebih panjang dan lentik. Aku juga sempat menyaksikan langsung beberapa orang tua yang masih melakukan ini demi mendapatkan bulu mata yang diinginkan pada anak mereka.

Ternyata hal ini adalah mitos dan tidak teruji secara ilmiah. Dikutip dari situs id.theasianparent.com, Dr. Natalie Epton, Dokter Spesialis Anak dan Ahli Neonatologi di Intarnational Pediatric Clinic menyatakan bahwa satu-satunya yang membuat bulu mata lentik adalah faktor genetik. Selain hanya mitos, menggunting bulu mata bayi juga memiliki efek samping. Mengingat bulu mata bayi sangat pendek dan kecil, saat mengguntingnya bisa saja berisiko merusak bulu mata karena memotongnya terlalu pendek, miring atau kesalahan lain. Selain itu, fungsi bulu mata akan hilang jika dipotong. Seperti yang kita ketahui, bulu mata berfungsi untuk menyaring debu atau kotoran agar tidak masuk ke mata, serta melindungi mata dari sinar matahari atau cahaya yang menyilaukan. Sebaiknya jangan memotong bulu mata bayi.


Mencubit Hidung agar Mancung

Hidung dipercaya sebagai salah satu bagian penentu ketampanan atau kecantikan seseorang. Hidung mancung adalah bentuk hidung idaman yang sangat mempengaruhi bentuk wajah. Bahkan sebagian orang rela melakukan bedah plastik demi memiliki hidung yang mancung. Mencubit batang hidung bayi merupakan cara yang diwariskan turun temurun dan masih banyak dipercaya hingga kini. Hidung bayi yang masih bertumbuh, jika sering dicubit diyakini bisa semakin mancung. Apakah benar?

Lagi-lagi hal ini adalah mitos. Penentu mancung atau tidaknya hidung seseorang adalah faktor genetik turunan dari orang tua. Dilansir dari situs alodokter.com, setelah lahir, hidung bayi bisa saja tampak pesek karena tertekan saat proses persalinannya. Umumnya bentuk hidung seperti itu akan berlangsung sementara, yaitu sekitar beberapa minggu atau bulan. Kemudian hidung bisa tumbuh dan berubah bentuk. Proses pembentukan hidung secara keseluruhan akan selesai pada usia 10 tahun. Kemudian, ukuran hidung akan terus berkembang secara perlahan sesuai usia. Pada wanita, perkembangan tersebut akan terhenti pada usia 15-17 tahun. Sedangkan pada pria, perkembangan hidung terhenti pada usia 17-19 tahun.

Bersumber dari situs parentig.orami.co.id, Dr. Michelle Beckford memperingatkan bahwa menarik dan mencubit hidung bayi akan membuat bayi merasa tidak nyaman dan dapat menyebabkan cedera. Jadi jauh lebih bijak untuk tidak mencubit hidung bayi dengan harapan dapat membuatnya semakin mancung. Apalagi sampai melakukannya berkali-kali dalam sehari.

Baca juga : Cara Menyendawakan Bayi - Disertai Foto dan Video


Dicolek dengan Ujung Cabai untuk Membuat Lesung Pipi 

Orang yang memiliki lesung pipi selalu mendapat nilai lebih dan tampak menarik dimata orang lain yang tidak memilikinya. Wajar jika bangak orang tua yang berharap anaknya juga memiliki lesung pipi. Cara klasik yang masih dipercaya hingga saat ini adalah dengan menggunakan ujung cabai. Caranya, ujung cabai dicolek ke pipi bayi dimana lesung pipi nantinya akan terbentuk. 

Apakah cara ini benar-benar berhasil membuat lesung pipi? Ternyata cuma mitos. Terbentuknya lesung pipi juga ditentukan oleh keturunan atau faktor genetik. Orang tua yang memiliki lesung pipi kemungkinan besar juga melahirkan bayi yang memiliki lesung pipi. Selain tidak adanya bukti ilminah terkait hal ini, mencolek ujung cabai ke pipi bayi berisiko menimbulkan iritasi pada wajah. 

Dilansir dari situs doktersehat.com, pakar bedah plastik di University of Texas Health Science Center, Dr. Joel Pessa menyatakan bahwa lesung pipi sebenarnya adalah bentuk kecacatan dari otot zygomatik utama. Otot zygomatik utama adalah otot ekspresi wajah yang menaruk sudut mulut ketika tersenyum. Otot ini meluas dari lengkung tulang pipi ke sudut mulut. Pemilik lesung pipit memiliki otot zygomatik yang lebih pendek dari ukuran sebenarnya atau otot bagian ini terbagi menjadi dua sehingga menyebabkan munculnya lekukan di pipi.


Memandikan Bayi dengan Air Dingin agar Kuat

Normalnya, bayi yang baru lahir dimandikan dengan air hangat untuk menjaga kondisi tubuhnya. Namun ada beberapa kepercayaan yang meyakini bahwa memandikan bayi dengan air dingin dapat membuat tubuhnya kuat. Ada pula yang tanpa ragu menyiram bagian kepala dan lehar bayi dengan air dingin untuk membuatnya dapat tegak dengan kuat. Apakah hal ini benar?

Dikutip dari situs alodokter.com, sebagaimana yang disampaikan oleh dr. Aldo Ferly, memandikan bayi berusia dibawah 6 bulan sangat berisiko membuat suhu tubuhnya turun dan menyebabkan hipotermia. Hal ini disebabkan oleh kulit bayi yang masih tipis sehingga perubahan suhu air dapat mempengaruhi kondisi tubuhnya yang masih belum kuat menahan suhu dingin. Jadi jangan sekali-kali memandikan bayi berusia dibawah 6 bulan dengan air dingin ya. Belum ada bukti ilmiah yang membenarkan hal ini, malah dapat membahayakan bayi.

Baca juga : Tips dan Tata Cara Memandikan Bayi


10 Jangan Terlalu Sering Menggendong Bayi agar Tidak "Bau Tangan"

Tangisan adalah cara komunikasi bayi untuk menyampaikan apa yang dirasakan dan diinginkannya. Tangisan ini sulit dimengerti sehingga orang tua sering kebingungan dan menebak-nebak. Setiap kali bayi menangis, biasanya cara reflek yang paling sering dilakukan adalah menggendong bayi. Tapi banyak yang meyakini bahwa terlalu sering menggendong bayi dapat membuat si bayi menjadi manja dan terbiasa untuk digendong sepanjang waktu. Bayi hanya akan tenang jika digendong dan langsung menangis saat ditaruh. Istilahnya adalah "bau tangan". 

Faktanya, tidak ada yang dinamakan bayi "bau tangan". Dikutip dari situs alodokter.com, menggendong bayi sangat bermanfaat untuk membangun ikatan emotional antara orang tua dan anak yang dapat memberikan rasa hangat dan nyaman bagi keduanya. Terkadang bayi yang telah digendong lama, bisa saja masih menangis. Kenapa? Karena penyebab utamanya bukanlah karena ingin digendong. Bisa saja karena lapar, haus, popok basah, tidak nyaman atau merasa sakit. Sifat manja pada bayi tidak disebabkan oleh seringnya digendong, tapi lebih kepada pola asuh yang salah. Sebaiknya orang tua memeriksa dulu popok anak, memberikan susu atau memberikan selimut alih-alih langsung menggendongnya. Menggendong disaat yang tidak tepat akan membangun anggapan si bayi bahwa setiap kali dia menangis maka orang terdekatnya harus menggendong dengan segera. Jadi jangan salah kaprah lagi ya, parents.


***

Itulah 10 mitos seputar perawatan bayi baru lahir yang masih dilakukan hingga saat ini. Orang tua dituntut harus bijak menentukan pola asuh dan cara tepat merawat bayi agar tidak menimbulkan dampak negatif. Jangan lelah untuk terus menggali ilmu parenting dari sumber manapun. Dengan memiliki ilmu, orang tua dapat menyaring setiap masukan yang diterimanya agar kesalahan dalam merawat bayi dapat diminimalisir.

Semoga bermanfaat :)

Referensi :
alodokter.com, doktersehat.com, parenting.orami.co.id, id.theasianparents.com, popmama.com, halodoc.com


4 comments

  1. Hai mbak salam kenal. Tulisannya ini sangat bermanfaat sekali. Makasih yaa sudah merangkum semuanya jadi mudah di baca :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai, salam kenal :)
      Terima kasih juga sudah mampir ya.

      Delete
  2. iya banget itu mitos2 yang sering didengungkan nenek2 kita. Sekarang dengan era digital banyak informasi yang bagus untuk ibu2 dalam merawat anaknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Alhamdulillah sekarang informasi sangat mudah didapat ya

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)