"Bu, lebaran nanti aku tidak bisa pulang lagi."
Seketika air mata saya mengalir. Ini menjadi lebaran yang ketiga, saya tidak pulang lagi ke Padang. Padahal tiket sudah dibeli jauh-jauh hari, bahkan sejak lima bulan sebelum Ramadan. Saking antusiasnya dan demi menjamin tiket bisa terbeli sebelum harganya melambung tinggi. Namun, Tuhan kembali menyuruh saya bersabar lebih lama. Pilu, membayangkan sepinya rumah orang tua yang melewati momen lebaran hanya bertiga saja dengan adik satu-satunya, yang untungnya masih menemani.
Ya, pandemi lah alasannya. Takdir yang tidak pernah terpikirkan, tiba-tiba merenggut dengan cepat apa yang saya nantikan. Mungkin Ayah dan Ibu juga sama sedihnya, atau bisa saja lebih. Baru kemarin berbenah rumah, mengecat dinding yang mulai terkelupas, bahkan membeli ayunan besi untuk cucu-cucunya bermain. Sekarang harus mengikhlaskan penyambutan meriah itu, tertunda entah berapa lama, hingga bisa benar-benar bisa saya dan anak-anak nikmati.
Saya tahu, saya bukanlah satu-satunya orang yang dikekang. Semuanya terkena imbas pandemi, tidak bisa mencari nafkah, bertemu sanak saudara bahkan kehilangan nyawa. Lantas meratapi keadaan terlalu lama tentu bukanlah solusi. Nyatanya, hingga detik ini, segala upaya terus dikerahkan semua kalangan agar kehidupan baru era pandemi tidak mematikan kebutuhan vital manusia. Begitu pula dengan saya, berusaha menghadapinya dengan sudut pandang berbeda alih-alih banyak mengeluh. Membebaskan diri dalam batas, mengajarkan dan memberi banyak hal positif yang berulang kali saya syukuri.
Daftar Isi
1. Serba Mendadak, Serba Kebingungan
2. Transformasi Digital Jadi Super Hero
3. IndiHome, Sang Pemungkas Batas Di Rusunawa
4. Aktivitas Tanpa Batas Bersama IndiHome Versi Saya dan Keluarga
5. IndiHome untuk Kedaulatan Digital Indonesia
Serba Mendadak, Serba Kebingungan
Mendadak mobilitas dibatasi, ke mana-mana tidak bisa, semua takut dan memilih mendekam di rumah saja. Siapa yang siap dengan kehidupan seperti ini?
Minggu pertama dan kedua masih aman, semua bisa dilalui tanpa kendala berarti. Masuk minggu ketiga, saya, suami dan anak-anak mulai tidak nyaman. Mending kalau tinggal di rumah tapak, ada halaman untuk menghirup udara segar sebagai penenang. Kami yang tinggal di rumah susun sewa (rusunawa), tentu lebih rentan merasa jenuh karena pemandangan kami yang lebih terbatas. Mentok duduk di balkon sambil melihat tembok rusun wing seberang.
Benar apa yang banyak diberitakan, pandemi berdampak di setiap lini kehidupan. Jangankan perusahaan besar yang terpaksa gulung tikar, keluarga kecil seperti kami juga berjuang menghadapi masalah, meski dalam lingkup yang lebih kecil. Tapi lingkupnya saja yang kecil, namun sempat bikin stres dan bersambung dengan munculnya masalah-masalah baru.
Masalah Psikologi
Jelas, ini adalah masalah pertama yang bukan hanya dialami oleh saya dan suami sebagai orang dewasa, namun juga kedua anak kami yang masih balita. Biasanya ada waktu rutin kami untuk bermain bersama warga rusun lain di sore hari sembari menunggu suami masing-masing pulang kerja. Paling tidak di akhir pekan, kami bisa refreshing ke mall terdekat atau objek wisata dalam kota dan kota tetangga. Lalu tiba-tiba aktifitas healing itu dihilangkan. Apalagi saat merasakan gejala Covid-19, duh, kesehatan psikologi rasanya semakin terpuruk.
Psikologi yang buruk ini membuat pengendalian emosi tidak sebaik biasanya, Semuanya terlihat salah. Anak-anak juga begitu, semakin rewel minta ini-itu. Kadang merengek dan tantrum minta jalan-jalan. Belum lagi perihal mendamping anak pertama saya sekolah daring, ada saja ulahnya. Suami yang harus Work From Home (WFH), beban kerjanya malah berlipat ganda. Harapan untuk berbagi tugas rumah tangga dan mengasuh anak pun pupus. Kami menjadi stres dengan masalah jiwa masing-masing.
Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemeterian Kesehatan, dr. Maxi Rein Rondonuwu dalam sebuah konverensi pers virtual Oktober 2021 lalu, mengatakan bahwa saat ini masyarakat masih berjuang mengendalikan penyebaran virus COVID-19, tapi di sisi lain telah menyebar perasaan kecemasan, ketakutan, tekanan mental akibat dari isolasi, pembatasan jarak fisik dan hubungan sosial, serta ketidak pastian. Hal-hal tersebut tentu berdampak terhadap terjadinya peningkatan masalah dan gangguan kesehatan jiwa di masyarakat."
Benar, 'kan? Kementerian Kesehatan pun menyadari meningkatnya masalah psikologi karena pandemi.
Masalah Finansial
Saya mungkin masih beruntung, memiliki suami seorang pegawai bergaji tetap. Gaji rutin masuk ke rekening apa pun yang terjadi. Namun nominalnya jauh berkurang karena perjalanan dinas dihentikan sementara. Pengaruhnya tentu sangat besar bagi keluarga kami yang sudah memiliki dua anak. Meski di rumah, kebutuhan pokok tetap harus dibeli dan bayar-bayar tagihan awal bulan juga tidak mungkin dielakkan. Akhirnya apa? Beban pikiran semakin bertambah dan ujung-ujungnya memperparah keadaan psikologi.
Dampak Covid-19 terhadap pendapatan | Sumber: BPS |
Faktanya, kami juga tidak menjadi satu-satunya yang terkena dampak finansial dari pandemi. Berdasarkan Hasil Survei Sosial Demografi dampak Covid-19 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS), 4 dari 10 responden mengaku mengalami penurunan pendapatan karena terdampak adanya pandemi Covid-19. Bila dibandingkan dengan 250 juta jiwa warga negara Indonesia, 100 juta jiwa mengalami masalah finansial sejak pandemi.
Walau uang bukan segalanya, segalanya tetap butuh uang. Rentetan masalah tentu semakin panjang akibat masalah finansial ini.
Masalah Silaturahmi dan Sosial
Perantau tidak bisa mudik ke kampung halaman dan orang tua yang menanti di sana pasti campur aduk pula hatinya. Sebelumnya bisa mampir-mampir ke rumah tetangga, kini menjadi momok karena takut tertular dan menularkan virus. Kalau ada yang sakit atau butuh pertolongan, harus berpikir ratusan kali untuk turun tangan. Apalagi mengikuti kegiatan sosial, bersilaturahmi dan bertatap muka saja hawanya mencekam sekali.
Tingkat kekhawatiran terhadap kondisi Covid-19 | Sumber: BPS |
Manusia yang sejatinya makhluk sosial, tentu tidak bisa hidup sendiri tanpa berinteraksi. Semua punya keluarga yang mungkin tidak tinggal berdekatan dan hanya bisa bertemu sesekali, semua punya keperluan yang mungkin butuh tempat berbagi dan semua butuh bertemu untuk membicarakan hal penting atau sekadar melepas rindu. Namun kini banyak kekhawatiran yang seolah-olah menjadi tembok tinggi yang sulit dilewati. Khawatir akan kesehatan diri sendiri, takut menularkan virus ke anggota keluarga dan segala ketikapastian di era pandemi ini sangat memengaruhi kehidupan bersosial kita.
Pengalaman saya yang disertai dengan fakta dan data yang ada, menarik sebuah benang merah bahwa kita semua sedang tidak baik-baik saja. Pandemi yang datang tanpa ada prediksi, banyak kebiasaan baru yang mau tidak mau harus diikuti, dampak kesehatan, mental dan finansial, serta perubahan prilaku kita sebagai makhluk individu dan sosial, tentu membuat diri sendiri bingung hendak melakukan apa serta bagaimana mencari solusinya.
Namun seberat apa pun tantangannya, yang pasti, tidak ada masalah tanpa penyelesaian. Show must go on!
Transformasi Digital Jadi Super Hero
- Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Informatika, Mira Tayyiba -
Ya, kita semua tengah beradaptasi. Kebingungan yang awalnya membuat panik, stres dan menurunkan kesehatan fisik serta mental, perlahan berangsur membaik. Secara tidak sadar, naluri kita untuk merespon perubahan agar tetap bertahan mulai memberi perubahan positif. Meski butuh waktu, solusi-solusi terbaik satu per satu tercetus dengan memaksimalkan apa yang kita miliki. Betul tidak?
Sebagai generasi milenial yang dianggap lebih cakap berteknologi dari generasi sebelumnya, saya tidak memungkiri bahwa teknologi inilah yang paling banyak membantu selama pandemi. Lebih tepatnya transformasi digital, pengintegrasian teknologi dalam berbagai bidang. Yang sebelumnya dilakukan secara konvensional, kini menjadi serba digital.
Informasi, komunikasi bahkan segala macam kebutuhan bisa terpenuhi bila mau bertransformasi ke digital. Ini adaptasi kita, demi tetap bisa bertahan dalam pandemi yang identik dengan jarak. Tidak kompleks dan sulit, misalnya sebelum ini belanja langsung ke abang sayur, kini sudah by WA. Itu sudah suatu bentuk transformasi digital. Jadi, saya, keluarga dan kita semua bisa kembali beraktivitas dengan lancar dengan bermodalkan gadget yang umum digunakan.
Gadget ini tentu mengandalkan jaringan internet agar transformasi digital dapat direalisasikan. Awalnya internet hanya saya gunakan sekadar untuk aplikasi chatting, scroll media sosial dan sesekali menonton drama Korea, namun kini nyaris tidak bisa lepas sama sekali. Aktivitas saya mulai dari pagi hingga tidur lagi, tidak terpisahkan dari pemanfaatan teknologi digital. Suami dan anak-anak pun juga begitu. Kami semua memang membutuhkannya.
Tidak bisa ke mana-mana bukan berarti tidak bisa melakukan apa-apa.
Kebiasaan menulis memudahkan saya menganalisa kebutuhan kami sekeluarga, yang ternyata bisa diatasi dengan teknologi digital. Apa yang saya khawatirkan, apa yang saya cemaskan sebelumnya, kalau ditelaah dengan pikiran dingin ternyata ada solusianya. Toh, bukan hanya saya, semua orang juga mengalami. Kalau mereka bisa menghadapi pandemi, kenapa saya tidak?
Saya tidak bisa belanja ke pasar atau supermarket, maka saya harus belanja secara daring atau mencari informasi tempat belanja yang bisa pesan antar. Tentu butuh koneksi yang oke.
Suami harus WFH, semua pekerjaan yang offline di online-kan. Kami harus memastikan kelancaran akses internet. Untung laptop masih berfungsi dengan baik.
Pemasukan dari perjalanan dinas suami terhenti. Toko online action figure harus kami genjot melalui promosi yang lebih gencar. Maksimalkan penggunaan media sosial, fitur-fitur ecommerce atau soft selling ke beberapa komunitas relevan. Foto, video atau caption tentu harus mendukung.
Anak pertama saya harus sekolah daring, maka akses internetnya juga harus lancar untuk menerima pelajaran dan mengirim tugas. Untung juga pakai smartphone atau tablet sudah cukup.
Saya tetap harus menjaga kewarasan dengan terus menulis dan mengembangkan diri sebagai blogger. Sejak pandemi, banyak webinar dan kelas online yang tidak mungkin saya sia-siakan. Saya pun butuh internet yang mumpuni dengan gadget yang sudah biasa saya gunakan.
Kami semua harus tetap bersilaturahmi dengan keluarga di kampung halaman, teman dan relasi agar hubungan yang sebelumnya baik tidak terputus hanya karena kendala jarak. Bisa dengan video call atau via telepon dan chatting. Lagi-lagi kami butuh gadget dan internet untuk menghubungkan.
Hiburan? Kalau sudah tidak tahu lagi harus melakukan apa, semua permainan luring sudah dimainkan, cari hiburan virtual saja dengan menonton film, video atau bermain game online. Selama waktunya dibatasi, tentu tidak masalah, bahkan bagi anak-anak.
See? Transformasi digital plus jaringan internet yang memadai menjadi kebutuhan pokok yang menentukan terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan lain. Tidak heran kalau pemerintah semakin fokus mempercepat pembangunan sektor teknologi digital mulai dari infrastuktur hingga sosialisasinya karena masyarakat memang membutuhkan itu.
Hingga muncullah tren-tren teknologi baru yang bisa dibilang sudah menjadi lifestyle. Misalnya kecenderungan untuk berbelanja online, melakukan pembayaran digital, kerja dari rumah yang ternyata tetap bisa membuat segalanya berjalan sebagaimana mestinya, pembelajaran jarak jauh yang tetap berhasil memberi ilmu baru, serta merasakan sensasi berkomunikasi dan bersilaturahmi via suara atau video call.
Sekarang istilah rebahan tidak lagi berarti bermalas-malasan. Dari rumah sambil tiduran, ada yang sukses menghasilkan karya, bahkan berpenghasilan berjuta-juta. Ada yang masih tetap bekerja dan belajar meski tidak ke luar kamar. Ada pula yang masih lancar membangun relasi dan bercerita tentang kejadian sehari-hari dengan keluarga tercinta yang jauh di sana. Bila selama ini yang digembar-gemborkan adalah dampak negatif dari pandemi, apa kabar dengan mereka yang tetap produktif dan berpikir positif?
Intinya, selama kita mau beradaptasi dan memanfaatkan fasilitas teknologi yang semakin berkembang, masalah dari dampak pandemi tidak akan lagi menjadi halangan untuk tetap beraktivitas tanpa batas.
IndiHome, Sang Pemungkas Batas Di Rusunawa
"Internet yang lancar pakai apa sih?"
Kalimat ini menjadi topik paling populer di grup chatting penghuni rusunawa di mana saya tinggal. Beralihnya hampir semua aktivitas luring menjadi daring, tentu membuat keberadaan internet semakin diprioritaskan. Kalau tidak terhubung ke internet, maka tidak bisa kerja, tidak bisa sekolah, tidak bisa belanja, tidak bisa melakukan apa-apa. Bahkan saya saja tidak bisa beli masak kalau tidak ada internet.
Dilihat dari data lima tahun belakangan ini, penggunaan internet dari rumah memang semakin meningkat, malah menjadi yang paling tinggi di antara tempat-tempat lainnya. Saya bisa menarik dua kesimpulan. Pertama, internet skala rumah atau tempat tinggal semakin berkualitas. Kedua, bila pendemi memaksa kita semua untuk tetep di rumah saja, ide-ide bisnis baru tetap bermunculan dengan penghasilan menggiurkan serta pemenuhan kebutuhan vital masih terpenuhi, berarti internet yang terpasang di rumah-rumah ini berhasil memfasilitasi produktifitas.
Persentase penduduk usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet | Sumber: BPS |
Ini memancing optimisme saya untuk bisa beraktivitas seperti sedia kala atau mungkin melebihi sebelumnya. Pertanyaan selanjutnya, di rusunawa yang berlantai sepuluh ini, apa ada provider yang mau melakukan pemasangan? Ditambah lagi kami masih menyewa, tentu tidak boleh seenaknya memasang sesuatu, jangan sampai bentangan kabel atau perangkat penunjang lainnya mengganggu kenyamanan sesama penghuni.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, pengelola rusunawa menawarkan IndiHome! Mengambil paket internet untuk gedung dan melengkapinya dengan server besar, plus instalasi yang menjangkau seluruh unit. Saya dan semua penghuni bisa menikmati internet tanpa pusing lagi memikirkan provider yang berkenan, cara pasang, cara menarik-narik, kabel dan sebagainya.
Dari kaca mata pelanggan yang tidak terlalu paham teknis, tentu ada pembagian cakupan kerja antara pihak IndiHome dan pengelola rusun. Entah pihak mana yang menyediakan server, melakukan instalasi dan yang lainnya. Yang jelas kolaborasi IndiHome dan pengelola gedung berhasil menghubungkan rusunawa dengan internet berkualitas.
Bila selama ini IndiHome diketahui hanya bisa melakukan pemasangan di rumah tapak, ternyata di rumah tinggal yang berbasis gedung pun juga tetap bisa. Namun tetap saja, ada perbedaan. Kalau di rumah tapak langsung menghubungkan dengan jaringan telepon secara mandiri, kalau di rusunawa membutuhkan server untuk menyebar koneksi ke seluruh unit.
Jadi bagi teman-teman yang tingal di rusunawa atau jenis tempat tinggal lain yang berbasis gedung, masih tetap bisa menikmati kecepatan internet dari IndiHome. Tentunya dengan mendiskusikan terlebih dahulu bersama pengelola dan penghuni lainnya karena ini untuk pemakaian bersama.
__________
Selama dua tahun setia menggunakan IndiHome, bisa dibilang nyaris tanpa keluhan berarti. Sebenarnya ini bukan kali pertama saya berlangganan, sejak dari zaman kuliah dulu, saya sudah merasakan kelebihan IndiHome sebagai penyedia jasa internet. Tidak berbeda jauh dengan IndiHome rumah tapak, internet IndiHome untuk gedung pun sama memuaskannya.
1. Koneksi Lancar
Tentu saja ini yang bikin betah berlangganan. Dari dulu hingga sekarang, saya tetap puas dengan koneksi lancar berinternet dari IndiHome. Selama ini, koneksi tetap stabil walau terhubung berbarengan di beberapa perangkat. Misalnya ketika suami saya online meeting melalui aplikasi video conference, saya masih tetap bisa streaming film dan anak-anak streaming video kesukaan mereka di YouTube. Selama memilih paket yang tepat dan sesui dengan pemakaian, IndiHome dijamin lancar. IndiHome juga tidak terpengaruh oleh keadaan cuaca, mau di luar hujan badai pun, koneksi tetap stabil tanpa masalah.
2. Harga Pasti dan Sesuai
Ketika memilih paket internet, pasti diinformasikan juga harga yang mesti di bayar per bulannya. Nah, harga ini sudah tidak ditambah lagi dengan ebel-embel lain, jadi pas segitu saja selama berlangganan. Dan satu lagi, menurut saya harga paket internet dari IndiHome sangat sesuai dengan apa yang kita dapatkan. Selama berlangganan, dengan kepuasan berinternet sekeluarga, saya menilai bahwa harganya sangat wajar dan sesuai dengan fasilitas koneksi internet unlimited yang diberikan.
3. Respon Cepat
Sebuah instalasi jaringan komputer, apalagi yang sudah sangat kompleks dengan area cakupan yang luas, masalah gangguan mungkin saja terjadi sewaktu-waktu. Beberapa kali IndiHome juga pernah mengalami masalah koneksi, namun responnya selalu cepat apabila menerima keluhan.
Bila dulu ketika masih di rumah orang tua, saya langsung menghubungi 147 ketika IndiHome tidak selancar biasanya, kini saya cukup menghubungi teknisi rusun untuk mendapatkan informasi terkait kerusakan yang terjadi dan dapat lebih cepat diperbaiki apabila hanya kerusakan internal gedung saja. Bila memang dari server sentral, maka harus menunggu penanganan lebih lanjut dari pihak IndiHome. Sepengalaman saya berlangganan IndiHome di rusunawa ini, biasanya gangguan hanya sebentar, paling lama dalam hitungan jam sudah kembali pulih.
4. Instalasi Rapi
Sedikit berbeda, instalasi di unit rusunawa langsung terhubung ke server yang tersedia di ruang pengelola. Setelah mengajukan berminat untuk pasang IndiHome di unit, besoknya teknisi rusunawa sudah bisa langsung melakukan pemasangan. Jadi saya tidak perlu menghubungi pihak IndiHome, namun cukup dengan teknisi internal saja. Karena instalasinya dilakukan dengan baik, jadi penarikan kabelnya tidak meninggalkan banyak jejak, dalam artian, kabel tidak membentang panjang dan mengganggu pemandangan. Pokoknya top, lah!
Sejauh ini, saya tidak ada keluhan berarti tentang koneksi internet dari IndiHome. Malah sangat puas dan tidak berpikiran sama sekali untuk berpindah ke lain hati. Masa-masa pandemi yang hanya di rumah saja dapat diisi dengan berbagai aktivitas produktif. Tugas-tugas wajib terlaksana, kebutuhan terpenuhi, komunikasi bersama keluarga tercinta, relasi dan bersosial dengan sesama tetap terjaga.
Aktivitas Tanpa Batas Bersama IndiHome Versi Saya dan Keluarga
Masak sih internet doang bisa bikin kita beraktivitas tanpa batas? Bukannya malah jadi diam tenggelam dengan gadget?
Sederhananya saja, menggunakan media sosial yang harus terkoneksi internet sudah bisa memberikan segudang informasi dari berbagai belahan dunia, bahkan dari orang-orang yang tidak kita kenal sekali pun. Bukan hanya itu, kita juga bisa berbelanja, menemukan teman atau komunitas baru hingga memperoleh penghasilan.
Itu hanya satu, bayangkan betapa luasnya akses internet terhadap milyaran data digital dan kemampuannya menghubungkan setiap manusia tanpa harus bertatap muka. Sebebas itu!
Saya dan keluarga bisa dibilang sebagai buah manis dari pandemi. Bukan berarti apa yang kami lalui dalam segala keterbatasan mobilitas selalu menyenangkan. Namun maksudnya di sini adalah perkembangan signifikan begitu kami rasakan setelah memanfaatkan koneksi IndiHome lebih maksimal untuk tetap produktif dari rumah. Berusaha mencari cara agar aktivitas kami tidak terbatas meski dalam batas. Dan buktinya kami bisa! Malah kini sudah sangat enjoy dengan kehidupan new normal ala kami bersama internet cepat IndiHome.
Belanja Kebutuhan Tidak Perlu Ke Pasar
Tinggal klik, semua kebutuhan diantar ke depan pintu |
Beruntungnya jadi ibu milenial itu ya begini, bisa belanja-belanja tanpa ke mana-mana. Bukan hanya usaha besar saja yang kini lebih cakap digital, abang-abang sayur langganan saya juga beradaptasi dengan baik di masa pandemi ini. Saya bisa memesan kebutuhan pokok melalui aplikasi chatting satu hari sebelumnya, lalu besok paginya diantar langsung ke alamat. Biasanya saya meminta di titipkan di pos satpam saja. Pembayarannya pun juga via transfer, jadi berbelanja sayur bisa tanpa kontak sama sekali.
Kadang saya juga sering memanfaatkan platform belanja bahan pangan yang semakin banyak dan selalu menawarkan promo dan diskon. Emak-emak mana yang tidak tertarik, beda harga seribu saja bisa jadi penentu. Berbelanja di platform ini juga tidak kalah praktis dengan kualitas kesegaran terjamin, malah pengemasannya jauh lebih bersih dan rapi. Jadi saya tinggal scroll, pilih dan bayar. Karena smartphone saya tetap terhubung ke Wi-Fi modem IndiHome, urusan belanja-belanja ini selalu berjalan tanpa hambatan. Bila ada yang perlu disampaikan ke pedagang atau ketika pedagang menghubungi, komunikasi selalu berjalan dengan sangat lancar.
Komunikasi dengan Keluarga Besar Lebih Intens
Video call dengan keluarga di kampung halaman tanpa gangguan koneksi |
Saya dan suami hampir setiap hari menghubungi orang tua kami. Selalu melalui video call, agar lebih nyata karena dapat melihat jelas kondisi masing-masing. Mungkin memang tidak bisa menggantikan kepulangan anak-anak mereka, namun dengan menghubungi setiap hari, rasa rindu itu masih bisa diredam. Kebetulan, rumah orang tua saya di Padang dan mertua saya di Semarang, semuanya juga menggunakan IndiHome. Pembicaraan kami selalu lancar tanpa gangguan. Bebas mau video call kapan pun dan selama apa pun. Semuanya dibahas, sehingga yang dulunya hanya berkomunikasi sekadarnya, kini sudah lebih luwes bercerita.
Kerjaan Kantor Aman, Toko Online Makin Cuan
WFH lancar, cuan semakin besar dari lelang di media sosial |
Beruntungnya, selama menggunakan IndiHome, suami tidak pernah mengalami kejadian serupa. Rapat online selalu lancar, semua instruksi bisa didengar jelas dan komunikasi terjalin baik. Tugas-tugas suami dan rapat apa pun yang dihadiri, terselesaikan dengan baik. Malah kemarin pas ada perubahan struktur organisasi dan ada direktorat yang dihapuskan, suami di-"gandeng" terus sama atasannya ke unit organisasi yang baru.
Tidak jauh berbeda, urusan toko online action figure suami yang sudah tiga tahun terakhir aktif di jalankan juga mengalami peningkatan. Sebelumnya sempat takut, keadaan serba susah saat pendemi, apa masih ada yang mau beli? Nah, inilah untungnya berjualan online, tidak perlu menunggu pelanggan datang ke toko, tapi bisa menawarkan langsung ke hadapan calon pembeli tanpa harus bertemu. Makanya promosi online gencar kami lakukan, dan yang paling sukses adalah sistem lelang online melalui media sosial. Semua ini tentu bergantung penuh dengan koneksi internet dari IndiHome.
Hasilnya apa? Cuan yang diterima hampir menyamai uang dinas suami yang terhenti. Bahkan saya saja tidak menyangaka bahwa jualan online bisa memberi untung yang lumayan besar. Pantas saja toko online semakin meraja lela.
Anak-Anak Belajar Lebih Banyak dan Lebih Sering
Belajar melalui streaming video dan game online interaktif akan lebih mudah dipahami anak |
Sebagai orang tua, saya memutar otak hampir setiap waktu untuk menyuguhkan aktivitas positif kepada anak-anak meski mereka hanya bisa berkegiatan di rumah saja. Tidak bisa dipungkiri bahwa pada akhirnya gadget dengan aktivitas online-nya menjadi win-win solution. Saya bukan orang tua yang anti gadget, namun bukan pula yang membiarkan anak beraktivitas dengan gadget sesuka hati mereka.
Ternyata, streaming YouTube dan bermain game online yang sesuai dengan usia anak, berhasil mengajarkan banyak hal pada mereka. Anak pertama saya, bukan hanya antusias saat mengerjakan tugas sekolah daringnya saja, namun juga ketika belajar melalui video dan game. Anak kedua saya pun juga ikut-ikutan belajar. Bayangkan, di usia lima tahun, anak pertama saya sudah lancar membaca, berhitung hingga perkalian, dan terakhir kali malah sudah hafal huruf-huruf Rusia. Anak kedua saya tidak kalah membanggakan, di usia dua tahun, dia sudah hafal huruf abjad dan berhitung sampai 100!
Bukan saya yang mengajarkan, namun aktivitas online yang tepat lah guru mereka. Selama internet lancar, anak-anak saya bisa berkembang begitu pesat walau tetap di rumah. Selama caranya tepat, waktunya tidak berlebihan dan tetap diawasi orang tua, berselancar di internet tidak seburuk kabar yang tersebar selama ini.
Now, I'm a Real Blogger!
Produktif selama pandemi berhasil mengukir prestasi |
Nah, selama pandemi, semua event dan kelas-kelas bloger dialihkan menjadi online. Betapa bahagianya saya yang tidak bisa meninggalkan rumah selama ini. Tidak ingin menyia-nyiakan momen, saya mengikuti hampir semua webinar dan kelas online terkait blogging dan writing yang diadakan oleh berbagai komunitas. Entah itu gratis, maupun berbayar, selama relevan dengan ilmu yang saya butuhkan, saya pasti ikutan. Serius sekali, setiap poin-poinnya saya catat dalam agenda. Kemudian saya praktikkan untuk meningkatkan kualitas tulisan.
Proses belajar online selama pandemi ini akhirnya menghasilkan. Jangan ditanya tentang ilmunya, banyak sekali hal baru yang saya pelajari. Bila dulu masih menulis sesukanya, kini saya sudah mulai terbiasa dengan KBBI dan PUEBI. Tulisan saya semakin banyak membantu permasalahan pembaca dan komentar positif tak hentinya membuat saya bersyukur bahwa ternyata tulisan-tulisan saya bisa sangat berarti bagi orang lain. Beberapa kompetisi blog juga berhasil saya menangkan. Tawaran kerja sama mulai berdatangan dan menambah pundi-pundi uang di tabungan.
Tidak pernah saya bayangkan bahwa ternyata blog yang saya kelola selama bertahun-tahun ini memberi pengalaman berharga dalam hidup saya. Yang paling spesial adalah kehadiran komunitas blogger dan menulis yang sungguh membuat saya lebih hidup, bersemangat untuk ingin berkarya lebih baik dan lebih banyak lagi.
Koneksi IndiHome tidak pernah membuat kecewa, kalau bukan karena kecepatan internetnya, mungkin saya tidak bisa mengembangkan diri sejauh ini. Tidak pernah tiba-tiba saya keluar dari sebuah webinar karena kendala koneksi, tidak pernah pula saya kesulitan mencari referensi, menulis blog langsung di platform-nya, upload berbagai gambar dan video atau apa saja terkait blogging yang pada dasarnya bergantung pada koneksi internet. Jadi makin cinta nge-blog!
Hiburan Virtual Penguat Ikatan
Streaming film bareng keluarga di keadaan gelap ala bioskop, seru! |
Kami pun juga punya hiburan kegemaran masing-masing. Misalnya suami saya yang hobi streaming di channel YouTuber terkenal tanah air, anak-anak streaming channel YouTube Vlad and Niki atau Number Block, dan saya sendiri sudah pasti streaming drama Korea. Biar adil, biasanya kami sepakat untuk menyediakan waktu khusus menikmati hiburan pribadi ini. Jadi dalam satu waktu, kami streaming di tiga perangkat berbeda. Tentunya tetap lancar, dong! Paket IndiHome yang kami pilih memang mumpuni untuk menyambung ke banyak perangkat.
Tetap Ada untuk Sesama
Berbagi untuk sesama tidak lagi harus bertatap muka |
Akhirnya pandemi membuat aktivitas ini terhenti. Sayangnya, takdir tidak mengenakkan tetap saja terjadi dan saya mengetahui itu. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, usaha gagal, hingga bencana alam yang semakin membuat banyak orang terpuruk. Hati siapa yang tidak tergugah? Jalan satu-satunya, saya harus mencari cara untuk membantu tanpa bergantung dengan penggalangan dana dari warga rusun lagi.
Akhirnya saya membuka diri untuk lebih aktif bersedekah secara virtual melalui platform penggalangan dana. Selama ini hanya sebatas tahu, tapi tidak pernah mencoba. Ternyata sangat melegakan. Walau secara nominal tidak besar, paling tidak saya sudah sedikit membantu kebutuhan finansial mereka. Benar kata Om Deddy Corbuzier yang pernah saya dengar, ketika melihat orang yang kesusahan, lalu kita tidak membantu, sebenarnya hanya akan membuat perasaan diri sendiri tidak nyaman. Sedangkan orang susah yang kita lihat, pasti tidak akan terganggu sama sekali. Dia kan tidak tahu.
Sekarang jadi lebih rutin bersedekah karena sudah menemukan cara yang lebih praktis untuk berbagi.
Walau secara raga kita tidak beranjak, tapi aktivitas yang kita lakukan bisa tiada batas selama memiliki koneksi internet yang lancar. Lancar bukan hanya berarti cepat, namun juga stabil dan sesuai dengan pemakaian. Soalnya saya termasuk orang yang tidak sabaran terhadap segala sesuatu yang lola alias loading lama. Berkat internet lancar dari IndiHome inilah pandemi bisa terlalui dengan berbagai aktivitas produktif, seru dan bermanfaat.
Masih mau bilang kalau internet tidak bisa bikin kita lebih bebas?
Kalau saya dan keluarga bisa enjoy melakukan aktivitas tanpa batas bersama IndiHome, kenapa kamu tidak?
IndiHome untuk Kedaulatan Digital Indonesia
Foto: telkom.co.id |
Dengan Creativity, IndiHome ikut mendukung inovasi, kreasi dan produktivitas bangsa.
Dengan Charity, IndiHome ikut serta menyambung kebahagiaan dan menumbuhkan semangat masyarakat Indonesia agar tetap kuat dan tangguh menghadapi pandemi.
Bila selama ini IndiHome masih dipandang hanya sebatas penyedia jaringan internet, berarti searching informasinya masih kurang jauh.
IndiHome tak henti berupaya mewujudkan komitmennya untuk negeri melalui program 3C, yaitu Connectivity, Creativity dan Charity. Jadi bukan soal internet saja.
Connectivity
PT. Telkom Indonesia terus mengembangkan jaringan IndiHome hingga ke pelosok negeri. Tidak hanya mementingkan sisi bisnis, namun juga pemerataan pembangunan sesuai dengan tugasn BUMN sebagai agen perubahan. Sejauh ini untuk operator layanan Fiber To The Home (FTTH), hanya Telkom Indonesia yang telah membangun infrastruktur mulai dari backbone hingga jaringan akses melayani Sabang sampai Merauke.
Telkom berharap dengan hadirnya IndiHome sebagai Internetnya Indonesia dapat memberikan kedaulatan digital kepada seluruh masyarakat Indonesia melalui layanan dan konten yang berkualitas.
Creativity
Kreativitas Tanpa Batas, IndiHome hadir dengan program-program seru sebagai ruang kreativitas anak bangsa. Salah satu yang cukup meriah beberapa waktu lalu adalah Indonesia Keren yang memberi hadiah istimewa kepada pemenang untuk tampil dalam World Expo di Dubai. Bakat-bakat luar biasa disaring melalui audisi virtual dengan mengedepankan unsur-unsur kebudayaan Indonesia.
Kemudian ada lagi program creativity yang sedang berjalan dan sangat disambut hangat oleh para gamer, yaitu Lead by IndiHome. Lead by IndiHome merupakan program academy eSport dari IndiHome yang bertujuan untuk mendukung perkembangan ekosistem olah raga elektronik (eSport). Dengan mengusung konsep Athlete Enablement diharapkan dapat mencetak potensi-potensi baru dari para gamer yang awalnya hanya sekadar hobi, dapat menjadi atlet eSport profesional yang mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional. Jadi bukan hanya fokus dengan pertandingan saja, namun peserta juga akan mendapatkan pembinaan hingga memiliki mental seorang olahragawan.
Masih ada lagi, program IndiHome Blogger Days untuk kami para bloger tanah air. Yeay! Baru beberapa hari lalu, saya mengikuti sebuah webinar bertajuk Tulisan is Magic bersama Mira Sahid, founder salah satu komunitas blogger yang saya ikuti. Saya belajar banyak mengenai pentingnya menulis dengan baik agar tidak "menyesatkan". Menulis juga ada aturan dan etikanya.
Menjaga nyala generasi penerus bangsa. Pokoknya bersama IndiHome, kreativitas anak bangsa akan diwadahi, dihargai dan diapresiasi melalui program-program yang tentunya sangat memotivasi.
Charity
Berbagi Tanpa Batas, IndiHome Charity hadir untuk sosial dan pada 2021 ini fokus membantu mereka yang terdampak pandemi dan bencana alam di wilayah kerja Telkom seluruh Indonesia. Ada program IndiHome untuk NTT yang telah selesai dilaksanakan pada 29 Mei 2021 lalu dengan total donasi yang terkumpul sebesar Rp550 juta guna membantu masyarakat yang terdampak bencana alam di provinsi Nusa Tenggara Timur.
Baru-baru ini IndiHome Charity mengalokasikan dana fantastis, yaitu senilai Rp 420 juta untuk membantu sesama yang terdampak pandemi. Dana ini didistribusikan melalui lembaga, organisasi masyarakat, sekolah, serta yayasan yang sudah ditentukan oleh masing-masing Telkom Regional. Harapannya dapat memberikan semangat produktif dan kreatif bagi masyarakat di tengah ketidakpastian akibat pandemi.
Saya teringat panti asuhan yang dulu sering menerima bantuan warga rusun. Sejak pandemi membuat kegiatan sosial ini terhenti, mungkin anak-anak panti asuhan yang sebelumnya bisa membeli berbagai keperluan dengan donasi kami, tiba-tiba harus menahan diri. Padahal pandemi ini membuat mereka lebih membutuhkan uluran tangan. Mengetahui adanya IndiHome Charity, saya menjadi sangat bahagia, karena ratusan atau bahkan ribuan panti asuhan serta berbagai pihak yang sedang kesulitan, masih tetap bisa memiliki harapan untuk dapat terus memenuhi kebutuhan hidup mereka.
Semakin nyata terasa bahwa IndiHome benar-benar hadir untuk negeri. Bagaimanapun, internet sudah menjadi bagian kehidupan masa kini. Selaras dengan isu strategis pemerintah untuk mempercepat tranformasi digital, IndiHome bisa dikatakan sudah berhasil mewujudkannya melalui Connectivity, Creativity dan Charity. Transformasi digital bukan hanya berbicara soal koneksi lacar dan cepat, namun juga perlu adanya sosialisasi, pembinaan dan terjun ke lapangan melihat langsung apa yang dibutuhkan masyarakat.
__________
Kalau dipikir-pikir, apa yang saya rasakan dan nikmati selama berlangganan IndiHome nyaris memenuhi kriteria Connectivity, Creativity dan Charity sebagai program besar IndiHome. Saya bisa terkoneksi dengan mereka, yang baik secara langsung maupun tidak langsung, sangat saya butuhkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, mengembangkan diri dan bersosialisasi. Saya dan keluarga bisa tetap produktif, kreatif dan menukmati keseruan setiap harinya dengan melakukan berbagai aktifitas online. Serta kami juga masih diberi kesempatan untuk berbagi dengan saudara-saudara yang terkena musibah walau tidak bisa bertatapan langsung dengan mereka.
We are all now connected by the Internet, like neurons in a giant brain.
-Stephen Hawking-
Ya, seperti neuron yang berkatnya seluruh bagian tubuh terkoneksi dan dapat memberi respon terhadap setiap kondisi. Internet juga menghubungkan segalanya dalam sebuah sistem super besar sehingga dapat saling merespon satu sama lain. Melalui internet, kita semua memungkinkan untuk melakukan apa pun dan menemukan apa pun.
IndiHome mewujudkan itu!
Inilah aktivitas tanpa batas versi kami sekeluarga bersama IndiHome dari rusunawa lantai enam. Walau harus di rumah saja, bukan berarti kebebasan kita terbatas. Bagaimana versi kalian?
Referensi:
indihome.co.id
telkom.co.id
Data Hasil Survei Sosial Demografi dampak Covid-19 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Statistik Telekomunikasi Indonesia 2020 oleh Badan Pusat Statistik (BPS)
Kemenkes Beberkan Masalah Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia. Tautan: https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20211007/1338675/kemenkes-beberkan-masalah-permasalahan-kesehatan-jiwa-di-indonesia/
Pandemi Covid-19 Pacu Adaptasi Gunakan Teknologi Digital. Tautan: https://www.kominfo.go.id/content/detail/32602/pandemi-covid-19-pacu-adaptasi-gunakan-teknologi-digital/0/berita_satker
No comments
Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)