Yuk Berkenalan dengan Vaksin Japanese Encephalitis (JE)

10 comments
Japanese Encephalitis (JE), vaksin, imunisasi

Bulan lalu dokter memberikan pilihan imunisasi Byan selanjutnya adalah Japanese Encephalitis (JE) atau Influenza. Dengan mantap aku menjawab Influenza saja karena mengganggap JE adalah semacam vaksin yang diberikan untuk warga Jepang dan orang-orang yang akan berkunjung atau pindah ke Jepang karena mungkin penyakit ini hanya ada disana, bukan di Indonesia.


Baca juga:
Beberapa hari kemudian, aku iseng mencari informasi mengenai vaksin ini karena ada sedikit rasa penasaran yang mengganggu. Pasti ada alasan khusus kenapa vaksin JE bisa disarankan untuk setiap anak yang ada di Indonesia. Tenyata jeng jeng jeng, aku salah besar! Benar kata orang, don't judge a book by its cover. Vaksin JE ini bukan sama sekali untuk mengantisipasi penyakit yang ada di Jepang saja, tapi penyebarannya memang ada di Indonesia juga. Malah semakin dibaca dan dikorek-korek informasinya, kok seram ya. Dengan cepat aku mengganti haluan untuk lebih mendahulukan imunisasi JE ini untuk Byan. 

Àpa itu Japanese Encephalitis (JE)?

Japanese encephalitis adalah penyakit radang otak akibat virus, yang paling banyak terjadi di kawasan Asia. Virus japanese encephalitis adalah virus golongan flavivirus. Penularan virus tersebut sebenarnya hanya terjadi antara nyamuk Culex (terutama Culex tritaeniorhynchus), babi, dan atau burung sawah/ladang. Tapi jika nyamuk tersebut menggigit manusia, virus tersebut juga bisa menular kepada manusia yang digigitnya.


Data dari WHO (World Health Organization) dan CDC (Centers for Disease Control and Prevention) menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu dari banyak negara Asia yang menjadi daerah endemis virus japanese encephalitis. Setiap calon wisatawan yang hendak berkunjung ke Indonesia mendapatkan informasi mengenai penyakit ini dan dapat melakukan pencegahan awal untuk menghindarinya. Tetapi sayangnya, informasi mengenai japanese encephalitis di dalam negeri kita sendiri sangat terbatas. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui tentang bahaya penyakit ini.

Apa Gejalanya?

Sebagian besar penderita japanese encephaltiis hanya menunjukkan gejala yang ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Gejala dapat muncul 5-15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus. Gejala awal yang muncul dapat  berupa demam, menggigil, sakit kepala, lemah, mual, dan muntah. Kurang lebih 1 dari 200 penderita infeksi japanese encephalitis menunjukkan gejala yang berat yang berkaitan dengan peradangan pada otak (encephalitis), berupa  demam tinggi mendadak, sakit kepala, kaku pada tengkuk, disorientasi, koma (penurunan kssadaran), kejang, dan kelumpuhan.
Gejala kejang sering terjadi terutama pada pasien anak-anak. Gejala sakit kepala dan kaku pada tengkuk terutama terjadi pada pasien dewasa. Keluhan-keluhan tersebut biasanya membaik setelah fase penyakit akut terlampaui, tetapi pada 20-30% pasien, gangguan saraf kognitif dan psikiatri dilaporkan menetap. Komplikasi terberat pada kasus japanese encephalitis adalah meninggal dunia (terjadi pada 20-30% kasus encephalitis).

Bagaimana Penyebarannya?

Manusia bisa tertular virus japanese encephalitis bila tergigit oleh nyamuk Culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi. Biasanya nyamuk ini lebih aktif pada malam hari. Nyamuk golongan Culex ini banyak terdapat di persawahan dan area irigasi. Di Bali, tingginya kejadian japanese encephalitis dikaitkan dengan banyaknya persawahan dan peternakan babi di area tersebut. Kejadian penyakit japanese encephalitis pada manusia biasanya meningkat pada musim penghujan.

Apakah Ada Obatnya?

Saat ini tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit japanese encephalitis. Pengobatan yang  diberikan adalah berdasarkan gejala yang diderita pasien (simtomatik), seperti istirahat, pemenuhan kebutuhan cairan harian, pemberian obat pengurang demam, dan pemberian obat pengurang nyeri. Pasien perlu dirawat inap supaya dapat diobservasi dengan ketat, sehingga penanganan yang tepat bisa segera diberikan bila timbul gejala gangguan saraf atau komplikasi lainnya. Pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan menghindari gigitan nyamuk dan vaksinasi.

Wajibkah?

Aku sebagai pro-vaksin sebisa mungkin mencukupkan vaksin yang diberikan kepada anak, apalagi kalau penyakitnya membahayakan seperti JE. Jadi bagi aku pribadi, aku lebih memilih memberikan vaksin ini kepada Byan untuk membentengi dirinya jika sewaktu-waktu (amit-amit) diserang penyakit ini. 

Pada September 2017, Kemenkes sudah mulai mengkampanyekan imunisasi JE di 9 Kabupaten/Kota di Bali dengan sasaran sebanyak 897.050 anak usia 9 bulan sampai dengan kurang dari 15 tahun. setelah selesai dilakukan kampanye imunisasi JE, maka langkah selanjutnya adalah introduksi imunisasi JE ke dalam program imunisasi rutin pada anak usia 9 bulan yang dilaksanakan bersamaan dengan imunisasi campak. Perluasan introduksi imunisasi JE akan dilaksanakan berdasarkan kajian endemisitas wilayah masing-masing.

Kapan Waktu yang Tepat untuk Vaksinasi?

Pencegahan utama yang bisa dilakukan adalah dengan menggunakan vaksin japanese encephalitis. Ada dua pendapat dari berbagai sumber yang aku baca berkaitan dengan waktu pemberian vaksin ini., yaitu:
  1. Vaksin dapat diberikan mulai usia 2 bulan hingga dewasa. Vaksin ini perlu diberikan 2 kali, dengan jarak antar pemberian vaksin 28 hari. Vaksin booster bisa diberikan pada orang dewasa (>17th) minimal setahun setelah 2 dosis vaksin tersebut.
  2. Vaksin JE diberikan mulai usia 1 tahun, terutama bila tinggal atau bepergian ke derah endemis JE. Vaksin dapat kembali diberikan 1-2 tahun berikutnya untuk perlindungan jangka panjang.
Hanya saja kemarin saat diimunisasi, kebetulan Byan sudah melewati usia 1 tahun dan diiinformasikan bahwa jadwal  imunisasi JE selanjutnya adalah satu tahun kemudian. Jadi kemungkinan dokternya Byan memakai waktu yang dijelaskan di nomor 2. 

Sebagai tambahan informasi saja, dalam keadaan baru dibuka, vaksin ini terdiri dari dua botol terpisah. Nah barulah sesaat sebelum disuntikkan, kedua cairan ditabung ini dicampur.

Apa Efek Setelahnya?

Sama seperti jenis obat-obatan lain, vaksin ini memiliki efek samping yang mungkin saja terjadi, seperti:
  • Terasa sakit, kulit memerah, dan bengkak pada area yang disuntikkan vaksin
  • Demam, biasanya hal ini banyak dialami anak-anak. Namun, pada kebanyakan kasus, hal ini bukan hal yang berbahaya.
  • Kepala pusing dan sakit pada otot, biasanya hal ini terjadi pada orang dewasa.
Satu hari setelah imunisasi JE, Byan sempat demam 37,5°C. Tapi itu hanya semalaman saja dan besok paginya sudah sehat walafiat kembali. Alhamdulillah efek samping lainnya tidak dialami Byan.

Berapa Harganya?

Di Rumah Vaksin harganya Rp. 500.000,-. Bisa saja harga ini berbeda di tempat fasilitas kesehatan lain. Harga ini belum ditambah biaya lainnya seperti dokter atau alat kesehatan yang digunakan seperti suntik atau plester. Kalau di Rumah Vaksin yang memang menyediakan vaksinasi berharga miring, jadi biaya tambahannya hanya Rp. 10.000,- saja. 

Semoga bermanfaat.

Sumber:
https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/japanese-encephalitis-penyakit-berbahaya-akibat-nyamuk-di-indonesia/
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/vaksin-japanese-encephalitis/
https://www.alodokter.com/imunisasi
http://www.depkes.go.id/article/view/17040400003/japanese-encephalitis-disease-correlates-with-numbers-of-rice-field-area-pig-farms-and-wading-birds.html



10 comments

  1. makasih sharingnya mbak, kalau melihat dari mana asal virus ini, wajar sih di Indonesia banyak yang terinfeksi, mengingat banyak nyamuk dan banyak yang berternak babi, terutama di bali

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama 😊

      Iya makanya lokasi pertama yang menjadi target pemberian vaksin ini adalah di Bali.

      Delete
  2. waah mba, baru tau ttg vaksin ini. kayaknya kalo ke control anak2 ke rs, aku hrs nanyain dokternya ttg vaksin JE.keinget ama meningitis kalo udh baca radang otak gini :( . mumpung si adek vaksinnya msh dicover ama kantor sampe usia 5 thn, jd aku pgn ngelengkapin juga vaksin2 termasuk yg ga wajib

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mba tanyain aja. Lebih baik mencegah dari pada mengobati kan, apalagi obatnya belum ditemukan, kan serem.

      Waah enaknya dibayarin kantor 🤗

      Delete
  3. Wah ternyata bahaya ya mbak virus nie, kebetulan baru tau saya :)
    Bawaanya serem, semoga pemerintah cepat menangani :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya serem, penyakit sekarang aneh-aneh 😅
      Harus ekstra jaga kesehatan.

      Pemerintah sudah beberapa tahun lalu kok mulai menangani ini dengan vaksin JE 👍🏾

      Delete
  4. Ternyata bahaya juga penyakit ini ya, dengan ini bertambah jenis nyamuk yang harus diwaspadai. Terima kasih sharingnya, Mbak

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, sekarang makin parno sama nyamuk. Dulu yang tau cuma DBD sama Malaria aja, eh ternyata masih ada yang lain.

      Sama-sama 😊

      Delete

Sebelum komentar, login ke akun Google dulu ya teman-teman. Jangan ada "unknown" diantara kita. Pastikan ada namanya, biar bisa saling kenal :)