Sebagai alumni ibu menyusui, saya mengetahui dengan jelas betapa luar biasanya menjalani masa-masa indah ini. Bila dilihat sekilas, menyusui memang tampak mudah, hanya sebatas memberi ASI kepada bayi. Namun tahukah bahwa di balik itu semua banyak sekali kejadian maha dahsyat yang terkadang membuat ibu stres bahkan depresi?
Menyusui adalah proses. Bukan hanya bayi yang belajar, namun ibu juga wajib belajar.
Saya mengalami Baby Blues Syndrome pasca melahirkan anak pertama. Salah satu penyebabnya adalah tanggung jawab menyusui yang sungguh menguras tenaga. Bagaimana tidak, sebelumnya saya bisa tidur pulas semalaman tanpa gangguan, namun tiba-tiba saja semuanya berubah total. Saya harus terjaga sepanjang malam untuk menyusui bayi, tidak hanya sehari, tapi setiap hari! Parahnya, perasaan benci, menyesal, marah, sedih dan perasaan tidak enak lainnya menyatu dalam diri dan berimbas kepada bayi yang seharusnya saat itu saya peluk dan kasihi dengan sepenuh hati.
Belum cukup sampai di situ, masa menyusui akan berlangsung 2 tahun lamanya. Itu hanya untuk satu anak, bila disambung dengan kelahiran anak-anak selanjutnya, kalikan saja! Selama itu untuk menyusui anak tentu bukan waktu yang sebentar. Kenyataannya, tidak semua ibu mampu dan mulus-mulus saja menjalaninya. Berbagai masalah menyusui pasti berdatangan silih berganti. Apalagi bagi ibu baru, minimnya pengalaman akan menambah parah masalah yang sebenarnya punya penyelesaian.
Menyusui Jangan Asal! Butuh Persiapan dan Bekal Ilmu
Menyusui butuh ilmu | Gambar: proudmom.id
Mitos seputar menyusui masih saja berseliweran disekeliling kita. Saya masih ingat ketika hendak menyusui anak pertama dulu, salah seorang kerabat menyuruh membuang ASI yang baru keluar dengan alasan itu sudah basi dan tidak baik dikonsumsi bayi. Andai saya tidak belajar sebelumnya, mungkin tanpa ragu akan mengikuti saran tersebut tanpa pertimbangan apa pun. Toh, tekstur ASI-nya juga aneh, kental dan kekuningan.
Padahal ASI kental dan kekuningan itu adalah kolostrum bernutrisi lengkap yang sangat baik untuk bayi. Bayangkan betapa ruginya bayi saya bila kolostrum yang diproduksi sesaat itu terbuang begitu saja. Inilah manfaatnya bila ibu membekali diri dengan ilmu seputar menyusui, bahkan sejak sebelum melahirkan. Jadi, jangan menunggu melahirkan dulu, baru mencari tahu. Namun mulailah sedini mungkin agar tidak ada kesalahan yang dilakukan sesaat setelah bayi lahir.
Mepersiapkan diri untuk menjalani masa menyusui butuh support system yang tepat.
Ibu butuh apa yang namanya support system. Bukan hanya melibatkan keluarga terdekat, terutama suami, namun berbagai sumber ilmu, komunitas dan lingkungan juga tidak kalah penting dimiliki ibu demi sukses menyusui. Saya mulai membaca banyak artikel di Internet mengenai dunia menyusui dan membeli buku-buku bermanfaat yang dirasa dapat memberi pengetahuan yang tentunya belum saya ketahui sebelumnya. Menurut pengalaman saya, ibu yang sedang hamil anak pertama wajib melakukan ini karena memang belum punya pengalaman apa pun dalam hal menyusui. Meski punya saudara yang pernah disaksikan menyusui, namun mengalaminya sendiri pasti akan berbeda.
Saya juga bergabung dengan berbagai komunitas dan kelas-kelas menyusui. Bukan hanya untuk mendapatkan ilmu, namun juga untuk memperoleh energi positif dari ibu-ibu lain dengan permasalahan dan tantangan yang sama. Ibu menyusui rentan sekali mengalami permasalahan psikologis, baik karena faktor hormonal dan sosial, ibu juga kesulitan memiliki waktu untuk diri sendiri walau hanya sekadar menyeruput kopi. Terutama bagi ibu rumah tangga tanpa ART, semuanya di urus sendiri dan jarang pula bertemu orang. Seperti saya, tidak bisa dihitung lagi betapa seringnya pikiran saya terguncang saat menyusui dulu.
Plis, Bu! Jangan ragu, apalagi malu untuk menyatakan bila ibu menyusui butuh bantuan dan dukungan dalam bentuk apa pun. Cari support system yang dapat memperlancar masa menyusui. Demi ibu sendiri dan juga bayi yang sedang butuh-butuhnya nutrisi di 1000 hari masa emas kehidupannya.
Proudmom.id Hadir untuk Sukseskan MengASIhi 2 Tahun
Gambar: proudmom.id
Sudah pernah mendengar Proudmom.id? Atau sudah menjadi salah satu ibu yang belajar banyak dari sini? Jadi, Proudmom.id ini merupakan penyedia kelas online bernama KEPA (Kelas Persiapan ASI) khusus bagi ibu dan calon ibu menyusui dengan target lancar menyusui. Kelas ini akan memberikan bimbingan dan ilmu berdasarkan rangkuman dari ilmu kedokteran dan pengalaman ratusan ibu menyusui. Makanya, penyajiannya sangat lekat dengan kehidupan nyata seorang ibu menyusui.
KEPA dari Proudmom.id bisa sekali dijadikan salah satu support system yang tepat bagi ibu menyusui agar tidak panik, bingung, takut atau khawatir ketika masalah datang. Solusi dari masalah menyusui dibahas tuntas di sini. Mulai sejak bayi lahir, hingga masa menyapih tiba. Pokoknya lengkap!
Siapa saja yang sebaiknya mengikuti KEPA? Pertama, ibu hamil. Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, semenjak anak masih dalam kandungan, tubuh ibu juga bersiap memproduksi ASI. Jadi persiapan ini harus diimbangi dengan pengetahuan ibu agar ASI yang diproduksi itu bisa dimanfaatkan maksimal oleh bayi tepat setelah lahir. Kedua, ibu menyusui. Sudah jelas, ibu menyusui pasti merasakan bagaimana menantangnya menjalani masa-masa ini. KEPA bisa menjadi sahabat yang siap merangkul ibu kapan saja bila dibutuhkan.
Teringat kembali alasan kenapa anak pertama saya hanya mendapat ASI selama 1,5 tahun saja. Bukan karena ASI saya tidak keluar lagi, namun puting saya lecet dan infeksi sehingga tidak memungkinkan menyusui disebabkan ASI yang sudah bercampur darah dan nanah. Ternyata ini disebabkan oleh pelekatan yang kurang sempurna, sehingga selama menyusu terjadi gesekan antara puting dan mulut bayi, lalu timbul lecet dan luka. Masalah ini juga dibahas, lo, di materi KEPA. Terbukti lengkap dan sesuai realita.
Menurut saya pribadi, ayah atau calon ayah juga sebaiknya duduk di sebelah ibu ketika menyaksikan video materi. Kenapa? Agar ayah atau calon ayah juga mengerti bagaimana kondisi sebenarnya ketika ibu sedang menyusui, sehingga dapat terus siaga memenuhi kebutuhan ibu. Bila ayah mengerti, tentu masalah menyangkut hubungan keluarga yang ditimbulkan selama proses menyusui bisa diminimalkan.
Apa Sih Kelebihan KEPA Proudmom.id?
Before-After mengikuti KEPA oleh Mom Yulisa, pejuang ASI dan certified Manajemen Laktasi dari PERINASIA
"Kenapa harus ikuatan kelas menyusui segala? Banyak kok yang gratisan di Internet."
Saya yakin, pasti banyak ibu yang setuju dengan pernyataan ini. Memang tidak salah, mungkin saja akan berlaku bagi ibu yang dapat melalui masa menyusui tanpa kendala. Sejak anak lahir, ASI sudah lancar. Namun sayang, itu bisa dibilang sangat langka. Faktanya, mayoritas ibu pasti memiliki masalah selama proses menyusui. Entah itu ASI yang susah keluar, ASI terlalu deras, bayi bingung puting, kelelahan, kekhawatiran akan kualitas ASI, waktu menyapih yang penuh drama dan sebagainya.
Kalau hanya bermodal ilmu gratis yang berseliweran di Internet sudah bisa menyelesaikan masalah ini, tentu Konselor Laktasi tidak akan laku lagi atau keluhan ibu-ibu menyusui tidak akan menggema lagi. Makanya penting sekali bagi ibu dan calon ibu menyusui untuk bijak mencari media yang bisa dijadikan sumber ilmu.
Menjawab permasalahan ini, hadirlah KEPA dari Proudmom.id yang dapat memberi ilmu dan bimbingan selama proses menyusui hingga 2 tahun dengan memberikan 7 KELEBIHAN berikut. Rugi kalau dilewatkan!
1. Menyertakan Pengalaman Ibu Menyusui
Tidak semua teori sesuai kenyataan, termasuk menyusui. Terkadang apa yang tertulis dan terbukti dalam ilmu kedokteran, belum tentu bisa terjadi persis 100% dengan kenyataan. KEPA menyeimbangkan ini dengan menyertakan rangkuman pengalaman dari ibu menyusui sehingga ilmu dan solusi yang diberikan sesuai dengan apa yang dialami ibu sebenarnya.
2. Materi Berupa Video Interaktif yang Mudah Diakses
Suka malas enggak, sih, kalau membaca tulisan panjang? Apalagi dalam kondisi ibu hamil dan menyusui, pasti tidak mudah untuk betah berlama-lama membaca sesuatu yang bersifat teori. Nah, materi dalam KEPA disediakan dalam bentuk video interaktif yang mengajak para peserta untuk ikut terlibat. Jadi tidak membosankan dan ilmu yang disampaikan lebih mudah terserap. Video ini bisa diakses melalui laptop, komputer, tablet atau smartphone. Lebih fleksibel tentu lebih memudahkan bagi ibu untuk belajar kapan saja dan di mana saja.
3. Terdapat Diary Harian
Diary Harian ini sangat berguna bagi ibu menyusui untuk tetap konsisten menjalani kegiatan yang menunjang lancarnya proses menyusui. Misalnya meminum air putih yang cukup, jadwal pumping dan menonton video materi, lalu diberi tanda checklist pada diary sebagai pengingat dan penyemangat. Diary Harian ini juga akan disesuaikan dengan permasalahan yang dialami ibu menyusui. Jadi Diary Harian ibu menyusui yang dalam keadaan normal, dalam artian ASI diproduksi dengan baik, akan berbeda dengan Diary Harian ibu yang memproduksi sedikit ASI.
4. Konsultasi Gratis
Selain mendapatkan materi berupa video, peserta KEPA juga difasilitasi konsultasi gratis kapan saja. Bila ada pertanyaan atau masalah apa pun, bisa langsung ditanyakan melalui grup support-nya. Menguntungkan sekali, bukan? Coba bayangkan, apakah ibu akan sebebas ini bertanya kepada dokter atau Konselor Laktasi?
5. Bergabung dalam Komunitas
Ibu menyusui dengan segala roller coaster yang dialaminya, pasti merasa berat bila dijalani sendiri. KEPA mengerti sekali dengan keadaan ini, makanya diberikan fasilitas untuk bergabung dengan komunitas ibu menyusui agar dapat berbagi cerita, i pengalaman dan saling menyemangati. Percayalah, bergabung dalam komunitas tidak akan merugikan sama sekali, bahkan banyak manfaat positifnya bagi psikologis ibu menyusui.
6. Investasi Seumur Hidup
Satu kali daftar, bisa dipakai seumur hidup! Tidak peduli ibu mendaftar ketika menyusui anak pertama, meski saat menyusui anak ke sepuluh pun, ibu masih bisa menikmati seluruh fasilitas KEPA. Jadi investasi ini hanya dilakukan sekali, namun tidak ada batas masa berlakunya. Seperti saya sekarang, walau sudah selesai menyusui dua anak, saya masih bisa banyak belajar ilmu menyusui di KEPA agar dapat membantu permasalahan ibu menyusui lain. Bermanfaat bagi kita dan bermanfaat pula bagi orang terdekat kita.
7. Bergaransi
Sudah mendaftar dan membayar, sudah mengikuti semua materi dan tugas-tugasnya, tapi ASI tidak juga lancar? Tenang, KEPA memberikan GARANSI UANG KEMBALI bila ternyata permasalahan menyusui ibu tidak berhasil terselesaikan. KEPA berani memberi garansi karena memang yakin bahwa materi dan bimbingan yang diberikan bisa melancarkan proses menyusui 2 tahun. Jadi jangan khawatir akan mengalami kerugian materil dalam mengikuti kelas KEPA.
Banyak sekali keuntungan bagi ibu menyusui bila bergabung dengan KEPA. Tidak akan rugi sama sekali. Sebagai ibu masa kini yang sudah memiliki literasi setingkat lebih tinggi dari generasi sebelumnya, memberi ASI dengan bijak dan berdasarkan ilmu tentu menjadi prioritas yang tidak mungkin dikesampingkan. Bagaimanapun, ASI adalah sumber nutrisi terbaik bagi anak di awal kehidupannya. Malah tidak ada satu pun teknologi yang mampu menyamai kualitas ASI, bahkan susu formula berharga fantastis sekali pun.
Ibu dan calon ibu menyusui tidak perlu takut dengan harga yang mahal, KEPA memberi harga yang malah lebih ringan bila dibandingkan dengan satu kali biaya konsultasi ke dokter atau Konselor Laktasi di rumah sakit swasta. Apalagi dibandingkan dengan harga susu formula untuk satu bulan, tentu jauh lebih terjangkau.
Cukup berinventasi Rp 197.000,- dari harga aslinya Rp. 297.000,- ibu sudah lebih dekat dengan lancar menyusui 2 tahun. Diskon 100 ribu ini akan didapakan oleh pendaftar beruntung yang melakukan pendaftaran dengan melalui artikel ini. Sekali bayar dan daftar, aktivasinya berlaku seumur hidup. Garansi uang kembali bila ternyata kelas ini tidak bermanfaat. Bukankah harga yang menarik untuk memberi ASI sebagai nutrisi terbaik, sekaligus menikmati masa-masa indah membentuk ikatan ibu dan anak?
Lalu bagaimana caraya? Tidak sulit, apalagi ribet. Ibu cukup klik tombol DAFTAR SEKARANGdi bawah ini untuk diarahkan ke websiteproudmom.id. Tinggal lakukan pendaftaran, pembayaran dan isi data diri pada form yang telah disediakan. Setelah itu, tunggu aktivasi untuk mengakses materi sekaligus fasilitas lainnya.
__________
Sudah siap mengASIhi 2 tahun dengan lancar? Yuk, berikan yang terbaik untuk anak kita agar tumbuh kembangnya maksimal demi masa depan yang berkualitas.
Kira-kira itulah kalimat yang paling sering saya dengar saat
memutuskan resign. Melepas status sebagai PNS di salah satu
instansi pemerintah pusat dan mengabdi penuh untuk keluarga tentu tidak mudah.
Banyak yang menyangsikan dan menilai saya terlalu naif. Sudah enak-enak kerja
yang menjamin hingga hari tua, malah ditinggalkan begitu saja. Tidak sedikit
pula yang menyayangkan jenjang pendidikan yang telah saya lalui, ijazahnya mau
di bawa ke mana?
Stigma yang menganggap ibu rumah tangga tidak bisa apa-apa, saya anggap
sebagai cambukan keras. Ini kekeliruan yang sayangnya tidak mungkin saya
bantah ketika stigma itu saya terima. Percuma membalas kalau hanya dengan
kata-kata.
Meski butuh waktu, saya pasti akan membuktikan bahwa berdaya dan
berkarya bisa dari mana saja, termasuk dari rumah.
Sebagai manusia yang terkadang masih luput dari kedewasaan, ada masa saya
ditimpa dengan ujian yang sangat memberatkan selama berproses. Sempat menyerah
dengan keadaan, mengerdilkan diri hanya karena gagal berulang kali.
Insecure melihat kesuksesan orang lain yang seharusnya menjadi
penyemangat agat lebih cepat melesat. Namun akhirnya sadar bahwa menguapkan
mimpi bukanlah hal yang saya ingini. Percuma saja mengambil langkah awal bila
akhirnya berhenti di tengah jalan.
Hanya karena prosesmu lebih lama dari yang lain, bukan berarti kamu
gagal.
- Harland Sanders, Pendiri KFC -
Tidak ada yang tahu pasti di percobaan ke berapa atau di tahun ke berapa usaha
akan terbayar tuntas. Selama ada juang, pasti membuka peluang. Ibu bebas
memilih hal produktif apa saja yang sesuai dengan keinginan dan kondisi
kehidupan. Sekecil apa pun produktifitas ibu, pasti membawa kebaikan yang
nantinya akan berpengaruh positif pula pada diri ibu. Tidak perlu ragu,
apalagi malu.
Blogger dan writer adalah tujuan yang tepat bagi saya
Sebenarnya ini bukanlah tujuan pertama saya setelah resign. Dulu yang
saya pikirkan tidak terlepas dari berjualan online yang marak dilakukan oleh
banyak ibu rumah tangga. Namun ternyata realisasinya tidak semudah rencana.
Memang sudah mendapatkan sedikit untung, namun saya kewalahan sendiri karena
harus mengejar pekerjaan sana-sini. Mulai dari belanja produk, foto-foto,
posting di e-commerce dan sosial media, update status setiap
hari hingga promosi yang tidak mungkin dilewati barang sehari. Apa kabar
dengan tugas rumah tangga dan bayi yang juga harus saya urus? Hingga
akhirnya usaha ini terbengkalai dan tidak dilanjutkan lagi.
Tidak ingin berhenti, saya mencari hal lain yang harus membuat saya tetap
produktif. Berawal dari saran suami, blog
novarty.com
lahir dengan artikel yang hanya berisi pengalaman ibu-ibu baru beranak satu. Menulisnya pun masih suka-suka, memakai bahasa gaul yang menurut saya akan
lebih santai saat dibaca. Saya cukup puas karena masih bisa
menghasilkan karya meski hanya dikunjungi oleh beberapa pasang mata.
Blog itu ternyata mulai menunjukkan potensi. Saya banyak sekali belajar
menulis dari sini. Memberanikan diri mengikuti berbagai komunitas yang membuka
jalan untuk menjadikan blogging sebagai salah satu media pengembangan diri.
Berkat blog pula lah saya akhirnya jatuh cinta sekali dengan dunia kepenulisan
dan mulai belajar menulis naskah buku.
Meski terkesan seperti air mengalir, kenyataannya menjadi blogger dan
writer adalah pilihan tepat yang berhasil saya temukan. Beberapa alasan
melatarbelakngi kenapa saya bertahan selama bertahun-tahun berkecimpung di
bidang ini.
1. Tidak Mengganggu Tugas Utama Saya sebagai Ibu Rumah Tangga
Tetap yang menjadi prioritas adalah tanggung jawab saya sebagai ibu dan istri.
Tidak mungkin mendahulukan tujuan diri sendiri di atas keluarga yang menjadi
alasan saya untuk resign. Mengelola blog dan menulis buku adalah dua hal yang
bisa saya lakukan sembari mengurus keluarga. Fleksible, itulah
istilahnya. Saya bebas menentukan waktu dan metode yang sesuai dengan
aktivitas saya. Tidak perlu ke mana-mana, bahkan hanya duduk diam saja, saya
sudah bisa berkarya. Anak-anak pun tidak masalah karena saya masih bisa
membersamai mereka di rumah. Meski perlu dikomunikasikan terlebih dahulu bahwa
saya memiliki rutinitas menulis di sela hari.
2. Saya Bisa dan Saya Suka
Saya pernah mengikuti salah satu webinar bersama Sara Neyrhiza, seorang Dosen,
Bloger dan Public Speaker, tentang Membangun Personal Branding Penulis.
Dijelaskan bahwa tujuan sebaiknya merupakan hal yang kita sukai
dan kita bisa melakukannya. Misalnya saya sangat tidak menyukai bercocok tanam
dan sama sekali tidak memiliki ilmu tentang itu. Maka tidak mungkin saya
memaksa produktif untuk berjualan tanaman hias yang sempat
hits beberapa waktu lalu. Bukannya bahagia, saya malah
menjalaninya dengan terpaksa. Sebaliknya dengan menulis, baik itu di blog
maupun berupa naskah buku, saya suka dan saya bisa. Sehingga tahap demi tahap
serta tantangan yang satu per satu muncul, bisa saya jalani dengan lebih
positif.
3. Sarana Berbagi
Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia
lainnya? Inilah salah satu mood booster saya untuk tetap konsisten menulis
bertahun-tahun. Saya menyadari bahwa keterbatasan mobilitas karena harus
mnegurus dua anak di rumah akan mengurangi kesempatan saya untuk berbuat baik
kepada sesama secara langsung. Ternyata Tuhan Maha Baik, saya ditakdirkan
untuk menyukai aktivitas menulis untuk tetap bisa berbagi banyak hal mengenai
pengalaman saya sebagai ibu yang selalu berproses untuk selalu menjadi lebih
baik.
4. Ada Peluang
Di dunia ini tidak ada kesuksesan yang instan, termasuk dalam dunia blogging
dan writing. Peluang itu saya rasakan ketika menyadari kemampuan menulis saya
yang semakin baik. 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar, namun perubahan
postif yang saya terima menandakan bahwa ada harapan dari menulis. Sampai
kapan pun, sebuah karya tulis tetap akan dibutuhkan di segala aspek kehidupan.
Entah itu berupa barang fisik atau digital. Sudah jelas, ini menjadi peluang
menggiurkan bagi saya yang memang suka menulis, baik dari sisi pengembangan
diri maupun ekonomi.
Saya hanyalah salah satu dari ibu yang sedang berjuang meraih impian. Menjadi
blogger dan writer juga hanya dua contoh dari berjuta hal produktif yang bisa
dilakukan ibu di rumah. Ibu bebas memilih apa pun, namun yang perlu diingat,
sesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Jangan sampai produktifitas kita mengenyampingkan sesuatu yang paling berharga, yaitu
keluarga. Karena ibu adalah sumber kenyamana keluarga. Sebesar apa pun namanya
terpampang di luar sana, tetap perannya tidak akan pernah tergantikan untuk
keluarganya sendiri.
Tantangan Harus Ditaklukkan
Tantangan menjadi ibu blogger dan writer membuat saya lebih tangguh
Berbicara tentang kesuksesan, tentu tidak terlepas dari tantangan. Begitu pula
dalam proses yang selama ini saya lalui untuk menjadi blogger dan
writer profesional. Meski masih setengah jalan, namun beberapa tantangan
itu sudah hadir membawa tembok-tembok besarnya yang kalau dibiarkan akan
dengan mudah membuat saya menyerah.
Sedikit gambaran, saya di rumah hanya dengan suami dan anak-anak. Tidak ada
saudara atau asisten rumah tangga. Bisa dibayangkan betapa sibuknya saya
setiap hari mengurus semuanya. Syukur bila suami sedikit senggang, bisa
berbagi beban. Namun bila pekerjaan kantor suami menumpuk, tetap
semuanya kembali kepada saya. Sehingga menyisakan waktu untuk diri sendiri
menjadi masalah yang paling sulit saya carikan solusi.
🌸 Manajemen Waktu
Menulis ketika siang, ada anak-anak dan tumpukan cucian yang harus
diselesaikan. Sedangkan menunggu malam, saya sudah kelelahan dan akhirnya
ketiduran. Inilah tantangan paling serius yang sangat berpengaruh terhadap
produktifiitas saya. Terkadang idenya sudah
berputar-putar di kepala, namun kesempatan untuk menuangkannya tak kunjung
ada. Lama-lama semangat yang menggebu-gebu itu semakin tergerus dan hilanh.
Lalu bagaimana saya mengatasinya?
Saya wajib punya jadwal yang harus saya jalankan dengan
disiplin. Setiap bulan harus ada minimal empat artikel yang saya tulis di blog, satu bab naskah buku dan satu ilustrasi sebagai bidang baru yang saya tekuni
karena dapat menunjang tulisan yang saya hasilkan. Bisa saja lebih, namun
dilarang keras untuk kurang dari yang ditargetkan. Terkesan sangat sedikit
bukan? Sayangnya inilah yang paling pas bagi saya. Tidak memberatkan dan
tidak pula terlalu ringan. Tidak terlalu longgar dan tidak pula terlalu
menekan. Berkat jadwal yang tepat inilah saya bisa terus konsisten menulis
hingga sekarang. Walau kadang harus begadang dan sedikit keteteran, namun itulah pengorbanan.
🌸 Pengendalian Emosi
Kesulitan memanajemen waktu untuk diri sendiri berimbas kepada pengendalian
emosi yang buruk. Saya bisa saja marah-marah tak terkendali kepada anak-anak
dan suami bila target menulis saya belum tercapai ketika akhir bulan tinggal
hitungan hari. Saya juga bisa terpuruk hebat ketika gagal memenangkan lomba
blog yang sudah mati-matian saya tulis hingga rela begadang bermalam-malam.
Namun saya sadar bahwa itu manusiawi. Ketika tekanan yang datang tidak bisa
diimbangi dengan kesiapan, maka itu bisa menghancurkan.
Solusinya, tentu saja harus siap.
Ketika saya memilih jalan untuk menjadai blogger dan writer dengan kondisi yang
mungkin tidak sebebas orang lain, saya juga harus mampu menerima
konsekuensinya. Selalu saya ingat tujuan utama ketika pertama kali menulis
blog, yaitu untuk produktif dan berbagi. Mengejar mimpi boleh, namun jangan
sampai terlalu berambisi. Menemukan titik keikhlasan pasti tidak sebentar.
Bahkan sampai detik ini saya masih merasakan gejolak yang sama, hanya saja
tidak separah dulu. Mungkin semakin sering ditempa, saya bisa jauh lebih baik
lagi dalam mengendalikan emosi. Kegagalan itu mungkin saja menginstruksikan saya untuk lebih giat lagi berusaha.
Komitmen dan konsisten adalah kunci.
Menaklukkan tantangan butuh komitmen dan terus konsisten. Sederhana bila
diucapkan, namun sangat berat untuk dijalankan. Apalagi bagi pemula, yang baru
melalui beberapa langkah pertama, godaan rasa malas dan ketidakpercayaan diri
sangatlah besar. Namun bila sedikit saja hasil yang diterima, maka
kemauan untuk berusaha lebih keras lagi akan timbul dengan sendirinya.
Terkadang kita hanya perlu bersabar sedikit lagi.
Sebagai sharing cerita, ada beberapa tahapan yang dilalui selama
berjuang untuk berdaya dan berkarya berdasarkan pengalaman saya.
Tahap pertama, Menetapkan Tujuan
Ini adalah masa paling awal ketika memilih dan memilah fokus apa yang hendak
dilakukan. Tidak selalu pilihan pertama lagsung tepat serta sesuai dengan
keinginan dan kondisi kita. Bisa jadi akan beberapa kali ganti haluan hingga
menemukan yang terbaik.
Tahap kedua, Memulai Langkah Awal
Tahap ini diisi oleh serba kebingungan dan ketidaktahuan. Mungkin saja
teorinya sudah dipelajari maksimal, namun ketika mempraktikkannya tetap saja
menemukan berbagai kendala karena minimnya pengalaman. Rawan sekali timbulnya
rasa malas, bosan bahkan menyerah karena kesulitan yang belum kunjung
menemukan solusi. Di sinilah ujian pertama terhadap komitmen dan konsisten dalam diri kita.
Selama tidak goyah dan tetap berusaha, pasti akan terlalui dengan baik.
Tahap Ketiga, Mendapatkan Hasil
Usaha bertahan dari tantangan pertama mulai menunjukkan hasil. Prestasi dan
apresiasi satu per satu di dapatkan. Lega sekali pasti. Namun tetap saja tahap
ini kembali bertabur ujian. Bila segera merasa puas dan tidak mengembangkan
diri, dalam hitungan sekejap, prestasi dan apresiasi itu tenggelam dan hilang
begitu saja. Bagaimanapun teman-teman yang berjuang dalam dunia yang sama pasti
juga semakin hebat. Maka jangan berhenti belajar dan mengembangkan diri meski
sudah mencapai target. Buat kembali target-target selanjutnya yang lebih
besar. Dijamin, prestasi dan apresiasi itu pasti sebanding dengan daya dan
upaya yang dikerahkan.
Tahap Keempat, Keberhasilan Sejati
Jujur, saya belum sampai di titik ini. Tahap keempat adalah bagaimana berbagi
ilmu dan pengalaman yang dimiliki selama menggapai prestasi agar dapat
bermanfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Keberhasilan sejati ketika lahir
generasi baru yang jauh lebih hebat berkat bimbingan yang kita diberikan. Tidak
merasa tersaingi, malah menjadi orang yang paling berbangga hati.
Prestasi dan Apresiasi
Setiap blogger dan writer pasti memiliki tujuan masing-masing yang ingin
didapatkan dari karya yang dihasilkan. Ada blogger yang hanya fokus mengikuti
lomba blog, jelas tujuannya adalah untuk menang. Ada pula blogger yang hanya
mencurahkan isi hati, mungkin saja tujuannya untuk healing dan
sharing. Apa pun itu, keberhasilan mencapai tujuan itu pasti diakui
sebagai sebuah prestasi yang layak dibanggakan.
Ungkapan terima kasih dari pembaca blog
Niat awal saya yang ingin berbagi hal bermanfaat melalui tulisan, meski hanya
dari kejadian sehari-hari, akhirnya mencapai prestasi melalui apresiasi yang
mulai berdatangan dari pembaca. Merinding rasanya,
menyaksikan orang yang tidak saya kenal mengungkapkan rasa terima kasih ketika
artikel saya mengenai kista tiroid dapat menyelamat mereka atau
keluarganya dari operasi yang sebenarnya bisa dihindari. Bahagia pula rasanya
saat cerita saya mengenai perkembangan bayi usia 0-4 bulan dapat
menenangkan banyak ibu yang tidak kunjung mendapatkan jawaban pasti meski sudah
berkonsultasi dengan dokter berulang kali. Bukankah itu luar biasa?
Beberapa lomba blog yang saya menangkan dan tawaran kerja sama
Kebaikan ini tidak berhenti sampai di situ. Menjadi blogger yang tidak pernah
saya kira akan membuka pintu rezeki, akhirnya memampukan saya untuk memenuhi
kebutuhan pribadi, membeli perabot rumah dan sedikit mengisi tabungan. Tawaran
kerja sama berdatangan dan beberapa lomba blog berhasil saya menangkan. Memang
belum sebesar gaji saya ketika masih bekerja, namun kebanggannya tidak kalah
hebat, malah jauh lebih hebat. Kemampuan menulis yang saya latih dari nol,
diapresiasi dengan hal-hal yang menguntungkan.
Dua buku antologi pertama yang memacu semangat menulis
Buku antologi saya pun mulai lahir. Ketertarikan menjadi penulis buku membawa
saya bertemu dengan berbagai event-event kepenulisan. Respon
keluarga dan teman-teman pun luar biasa, sehingga ketika pre-order yang
kedua, masih ada pemesanan. Masih ada dua buku antologi saya yang masih dalam proses dan satu naskah buku solo yang sedang mencari penerbit tepat.
Inilah penyemangat saya untuk tetap mempelajari ilmu menulis
buku, karena ternyata, perlahan tapi pasti, saya mampu menerbitkan buku.
Seolah pembuktian kekeliruan stigma yang saya terima di masa awal berhenti
kerja dulu semakin dekat dengan keberhasilan. Prestasi yang saya dapatkan
menjadi gambaran nyata bahwa berdaya dan berkarya bukan hanya bisa dilakukan
oleh mereka yang bekerja di kantor, ibu rumah tangga yang sehari-hari di rumah
pun bisa berbuat lebih dengan caranya sendiri.
Temukan Lingkungan Positif
Komunitas Ibu Profesional, The Most Influence Community 2017 versi Koran Jawa Pos | Foto: ibupembaharu.com
Lingkungan positif tidak akan datang sendiri, namun harus dicari. Positif yang
dimaksud di sini adalah lingkungan yang mampu menularkan semangat, menyalurkan
energi dan membagikan ilmu terkait bidang yang sedang ditekuni. Seperti cerita
saya di awal, terkadang stigma masih saja melekat dengan kaum ibu. Padahal
tidak ada satu pun alasan yang membuat ibu tidak mampu untuk sukses tanpa
meninggalkan tugas utamanya.
"Ah, nanti kalau sibuk berkarya, sibuk cari duit, pasti keluarganya
terbengkalai. Nah, kalau sudah fokus keluarga, mana ada waktu untuk
mengerjakan hal lain?"Plis, Bu, jangan sekali-kali berpikiran seperti
ini!
Andai saya yang berhenti bekerja demi membersamai anak termakan dengan stigma
tersebut, sudah pasti tidak akan mampu berdaya dan berkarya dari rumah. Cara
yang paling tepat adalah menemukan lingkungan yang dapat membuat ibu bangkit
tanpa peduli dengan stigma. Buktikan bahwa kita bisa!
Saya bersyukur sekali hidup di dunia berteknologi, sehingga besar manfaatnya bagi saya yang merupakan ibu rumah tangga dengan kebebasan terbatas. Tidak ada hambatan lagi yang membuat kita malas belajar dan mengembangkan
diri, tanpa berpindah lokasi, sudah bisa berkelana ke ujung negeri.
Mobilisasi dan jarak sudah tidak lagi berarti, apalagi sejak pandemi, semua
aktifitas bisa berjalan hanya dengan bermodal wi-fi.
Mengikuti berbagai komunitas bermanfaat, khususnya yang membersamai para ibu
adalah pilihan paling bijak demi mendapatkan lingkungan positif yang
membangun.
Saya bergabung dengan banyak komunitas blogger dan komunitas menulis yang beberapa diantaranya memang beranggotakan perempuan. Kehidupan dan tujuan kami yang serupa sangat membantu untuk saling membagi ilmu. Sehingga kepercayaan diri, masalah atau apa pun hambatan yang tengah dirasakan, bisa diselesaikan dengan berbagai program atau kegiatan yang diadakan oleh komunitas. Saya bisa menyimpulkan bahwa sebagian besar pencapaian saya saat ini adalah berkat peran komunitas-komunitas yang saya ikuti.
Luar biasa senangnya saya ketika mengetahui, ternyata ada, lo, komunitas yang lengkap mendampingi kaum ibu untuk bisa
menjadi produktif, mandiri dan berpenghasilan tentunya tanpa meninggalkan kewajiban
utama sebagai seorang ibu. Dalam komunitas ini, semuanya harus sejalan dan
berkesinambungan, tanpa ada yang boleh dikorbankan.
KomunitasIbu Profesional, khusus diperuntukkan bagi ibu dan calon ibu agar dapat meningkatkan
kualitas diri sebagai seorang perempuan, istri dan ibu. Di tahun 2020-2021 ini komunitas Ibu Profesional mengambil tema Semesta Karya
untuk Indonesia, dengan tagline Belajar, Berkembang, Berbagi, dan Berdampak.
Tidak ada istilah menanggung sendiri, karena dalam komunitas ini semuanya akan
bertumbuh bersama, belajar bersama hingga dapat saling menguatkan satu sama
lain melalui forum belajar online dan diskusi offline yang
diselenggarakan di 57 kota dan 10 negara. Bayangkan seberapa besar energi
positif teralirkan dari Komunitas Ibu Profesional ini.
Menarik sekali, bukan? Jujur saya baru tahu tentang Komunitas Ibu
Profesional melalui postingan salah satu teman sesama blogger. Penasaran,
lalu buka media sosialnya. Ternyata pengikutnya sudah banyak sekali! Saya
saja yang kurang update. Lanjut lagi membuka website-nya, saya semakin takjub
dengan program-program yang begitu detail dan lengkap. Andai tahu dari dulu, mungkin saya bisa lebih mudah melalui tantangan yang pernah dialami.
Terdapat 6 jenjang program yang akan membimbing setiap langkah ibu dan calon ibu, mulai
dari awal hingga mampu meraih keberhasilan sejati yang mampu membagi ilmu
bermanfaat dan mencetak ibu-ibu lain yang lebih hebat. (Sumber: ibuprofesional.com)
1. Program Matrikulasi
Program matrikulasi adalah program persiapan untuk para ibu dan calon ibu
yang ingin bergabung di komunitas Ibu Profesional. Program ini bertujuan
untuk membuka wawasan, menyamakan frekuensi para ibu pembelajar, calon Ibu
Profesional. Disampaikan selama 9 kali tatap muka dengan Nice Homework
setiap pekan.
2.Program Bunda Sayang
Program Bunda Sayang adalah program pembelajaran yang diikuti oleh para
Ibu Profesional yang sudah lulus Matrikulasi. Kelas ini mengajak para ibu dan
calon ibu untuk terus belajar bagaimana mendidik anak dengan mudah dan
menyenangkan. Disampaikan dalam 12 kali tatap muka dengan berbagai tantangan
setiap bulannya.
3.Program Bunda Cekatan
Program Bunda Cekatan adalah program belajar untuk para ibu dan calon ibu yang
sudah lulus kelas Bunda Sayang. Di kelas ini para ibu dilatih untuk
meningkatkan kapasitas diri mereka sebagai seorang manajer keluarga yang
cekatan menjalankan peran. Disampaikan dalam 12 kali tatap muka dengan
berbagai contoh praktek baik setiap bulannya.
4.Program Bunda Produktif
Program Bunda Produktif adalah program belajar untuk para ibu dan calon ibu
yang sudah lulus kelas Bunda Cekatan. Di kelas ini para ibu dilatih untuk
memahami potensi diri, menemukan jalan hidup sesuai fitur uniknya, sehingga
antara mendidik anak, berkarya dan menjemput rejeki menjadi satu kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan apalagi dikorbankan. Disampaikan dalam 12 kali tatap
muka dengan berbagai projek team setiap bulannya.
5.Program Bunda Shaleha
Program Bunda Shaleha adalah program belajar untuk para ibu dan calon ibu yang
sudah lulus kelas Bunda Produktif. Di kelas ini para ibu dilatih untuk bisa
menjadi agen perubahan di masyarakat sekitarnya, dimulai dengan perubahan diri
sendiri dan perubahan di dalam keluarganya secara berkelanjutan. Disampaikan
dalam 12 kali tatap muka dengan berbagai contoh projek perubahan setiap
bulannya.
6.Training Trainer dan Fasilitator
Program pelatihan untuk Trainer dan Fasilitator ini adalah program untuk para
ibu yang sudah melampaui tahap Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif
dan Bunda Shaleha. Ada program pelatihan tahap 1 diperuntukkan bagi para ibu
yang sudah lulus Bunda Cekatan, dan pelatihan tahap 2 diperuntukkan bagi
para ibu yang sudah lulus Bunda Shaleha.
Saya semakin tertarik untuk mencari tahu lebih banyak mengenai komunitas Ibu Profesional melalui berbagai cerita member-nya yang sudah lebih dahulu mengikuti program melalui berbagai artikel internet. Ada yel-yel khusus yang sangat menyentuh bagi saya, yaitu What's your problem? No problem! What? Challenge! Di sini tidak ada yang namanya masalah, namun menganggapnya sebagai tantangan. Sejalan sekali dengan pemikiran saya selama ini.
Kabar gembiranya lagi, untuk merayakan 1 Dekade Komunitas Ibu Profesional,
akan diselenggarakan
Konferensi Ibu Pembaharu pada tanggal 18-22 Desember 2021. Tidak hanya bisa diikuti oleh member komunitas, namun juga umum.
Jadi semuanya bisa ikutan! Antusias sekali rasanya bisa
bergabung dan berperan lebih banyak dengan menjadi Ibu Pembaharu.
Konferensi ini akan mempertemukan Ibu Pembaharu dari dalam negeri dan luar negeri untuk saling berbagi mengenai kehidupan mereka, baik sebagai perempuan, istri dan ibu. Konferensi ini juga menjadi salah satu media publikasi agar semakin banyak ibu yang mampu mengembangkan dirinya terlepas dari status yang dimiliki, entah itu hanya beraktifitas di rumah, atau yang bekerja di luar rumah.
Mengusung tagline Dari Rumah untuk Dunia, Konferensi Ibu Pembaharu mengajak para ibu untuk dapat beraksi dari rumah. Mengembangkan diri, produktif dan menjadi berkualitas tidak mesti harus ke luar rumah, namun dari rumah pun bisa. Saya yang sangat sependapat dengan hal ini semakin jatuh cinta dengan komunitas Ibu Profesional. Saya merasa didukung, dipedulikan, diwadahi dan mendapat rangkulan bahwa ternyata saya tidak sendiri.
Banyak sekali acara-acara seru yang semakin menggali potensi ibu dalam menyambut Konferensi Ibu Pembaharu. Salah satu adalah tulisan saya ini, yang tertuang berkat Sayembara Catatan Perempuan #darirumahuntukdunia. Membaca tema-tema seputar ibu dan mengubah masalah menjadi tantangan sebagai topik utama yang dibahas, sangat memacu semangat saya untuk saling berbagi dengan sesama ibu, sekaligus menerima sugesti positif dari komunitas Ibu Profesional sebagai penyelenggara, meski baru saja saya pelajari.
Nah, bagi kalian yang ingin menjadi sosok Ibu Profesianal dan Ibu Pembaharu, buruan daftar dalam komunitas dan ikuti acaranya. Saya juga sudah mendaftar di website dan siap bergabung lebih lanjut dengan penuh semangat dalam program lainnya.
Kesimpulan
Bagi saya, semua ibu memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Terlepas
dari apa latar belakang kehidupannya, aktivitas kesehariannya dan tidak
peduli apakah ia seorang ibu rumah tangga atau ibu bekerja. Ibu mampu
menjadi profesional dengan cara yang mungkin tidak akan sama. Bidang yang
ditekuni pun bisa jadi berbeda. Namun yang pasti, jangan pernah puas menjadi
ibu yang biasa-biasa saja, karena disadari atau tidak, hidup memberikan
segala yang kita butuhkan untuk menaklukkan impian.
Prosesnya tentu tidak instan. Butuh komitmen dan konsistensi agar apa yang menjadi tujuan bisa dicapai. Target-target penting dibuat agar tidak lepas kendali dan mengikuti emosi sesaat yang kadang menyesatkan ketika tantangan menerjang. Cari pula lingkungan positif yang mampu memberi semangat, dukungan, ilmu dan apresiasi sehingga ibu tidak lagi merasa sendiri.
Meski sudah 5 tahun mengelola blog pribadi, secara ilmu kepenulisan, saya
masih tergolong pemula. Kenapa? Karena di tahun-tahun awal, saya hanya menulis
sesuka hati tanpa memperhatikan ketentuan menulis yang baik dan benar. Barulah
setelah menyadari bahwa tulisan yang enak dibaca adalah tulisan yang sesuai
kaidah, saya mulai mempelajarinya lebih dalam melalui berbagai kelas
kepenulisan, baik untuk menulis blog, maupun menulis buku.
Orang tua pasti memiliki cara pengasuhan masing-masing yang dirasa paling
tepat. Bukan hanya tumbuh kembang saja yang bersifat unik, namun pola asuh
ini juga berbeda antara satu dengan yang lainnya. Termasuk dalam urusan
merayalan ulang tahun anak. Ada yang menganggap tidak masalah bila tidak
dirayakan, namun banyak pula yang ingin mengadakan momen spesial demi
membahagiakan sang anak. Apa pun itu, tentu orang tua memiliki pertimbangan
masing-masing.
Keseruan mengasuh balita dan bayi sekaligus memberi banyak keuntungan dan tantangan
Beberapa waktu lalu netizen dihebohkan dengan keputusan seorang
public figure wanita tanah air yang menyatakan bahwa ia dan suami
sepakat menganut child free, yang artinya tidak memiliki anak
dalam pernikahan. Berbagai pertimbangan matang tentu sudah mereka pikirkan.
Memang menjadi orang tua tidak sesederhana melahirkan dan memberi makan, namun
perjuangannya begitu besar dengan tanggung jawab yang luar biasa.
Berbeda sekali kondisinya dengan mereka yang ingin child free, saya
memiliki dua anak dengan jarak kelahiran yang cukup dekat, yaitu 2 tahun 4
bulan. Bukannya tanpa pertimbangan, saya dan suami merencanakan banyak hal
atas kelahiran anak kami. Sadar akan tantangannnya, begitu pula
keuntungannya.
Saya sempat membuat survey kecil-kecilan melalui beberapa pertanyaan di akun
instagram pribadi. 55% dari kontributor lebih memilih memberi jarak yang cukup
jauh antar anak karena merasa tidak kuat bila harus merawat lebih dari satu
balita sekaligus. 45%-nya lagi menjawab tidak masalah bila mereka memiliki
anak dengan jarak usia dekat dengan alasan biar "sekalian capek". Ternyata
bukan cuma saya lo, masih banyak orang tua yang menginginkan punya anak dengan
jarak lahir berdekatan!
Nah, sebagai bahan pertimbangan bagi kamu yang berencana memiliki anak kembali
dan Si Kakak masih berusia kurang dari dua tahun, berikut beberapa keuntungan
punya anak dengan jarak usia dekat berdasarkan apa yang saya alami.
Sekalian Capek
Inilah alasan utama kenapa orang tua memilih untuk segera memiliki anak meski
anak sebelumnya masih batita. Mengurus anak yang belum mampu mandiri pasti
menguras tenaga orang tua. Biarlah sekarang mencurahkan semua waktu untuk
anak, agar nanti bila anak sudah mulai sekolah dan punya kehidupan sendiri,
orang tua bisa lebih bebas melakukan apa yang sebelumnya tidak bisa dilakukan.
Seperti saya dan suami yang memiliki banyak mimpi, sedangkan melakukannya
sembari mengasuh balita tidak mungkin dilakukan. Saya ingin sekali fokus
menulis dan bercita-cita melanjutkan S-2. Suami pun juga bermimpi untuk
mengembangkan toko online action figure-nya menjadi semakin besar.
Setelah dijalani, ternyata upaya mewujudkannya tidak dapat dilakukan maksimal
karena kami harus memprioritaskan waktu untuk anak-anak. Karena alasan inilah
kami sepakat untuk memiliki anak kedua meski anak pertama masih berusia 1,5
tahun. Biar mimpi-mimpi itu dapat segera dikejar kembali.
Masih Terbiasa
"Mumpung belum lupa cara memandikan anak, belum lupa rasanya begadang setiap
malam menyusui anak dan belum lupa resep-resep bubur bayi". Kebiasaan orang
tua ketika memiliki bayi ini pasti membutuhkan perjuangan ektra untuk
beradaptasi. Apalagi masalah-masalah pengasuhan balita yang pasti selalu ada,
tentu perlu kemampuan dari orang tua dalam menanganinya. Maka dari itu,
sebelum rasa dan ilmu dari anak sebelumnya belum hilang, lebih baik memiliki
anak lagi. Jadi tidak perlu mengulang proses adaptasi dengan kehidupan baby kembali.
Baby Blues Syndrome yang sempat saya alami saat kelahiran anak
pertama seakan menjadi bayangan buruk. Takut terjadi lagi ketika melahirkan
anak selanjutnya, saya akhirnya mantap memilih segera punya anak lagi agar
tidak perlu mengalami perubahan hidup yang drastis kembali. Bayangkan bila
anak pertama sudah berusia 5 tahun atau lebih, pasti tidur malamnya sudah
nyenyak, makannya sudah enak dan tidak masalah ditinggal bermain sendiri
selagi saya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kenyamanan ini tentu akan
berubah ketika memiliki anak kedua, sehingga saya harus berusaha kembali untuk
menyesuaikan diri dengan kehadiran baby newborn.
Tidak Perlu Membeli Kebutuhan Bayi Lagi
Kalau hanya berjarak di bawah 3 tahun, Si Adik bisa memakai baju-baju
lungsuran Si Kakak yang masih bagus. Apalagi baju bayi baru lahir yang hanya
dipakai sebentar saja, sudah dapat dipastikan bisa dipakai kembali. Bukan
hanya baju, berbagai perlengkapan mandi bayi, mainan bayi, keperluan menyusui
untuk ibu, botol-botol susu dan alat makan masih lengkap tertata di tempat
yang mudah dijangkau. Sangat membantu menghemat keuangan keluarga hingga
berjuta-juta.
Kebetulan anak pertama dan kedua saya laki-laki. Saya tidak membeli
perlengkapan baru apa pun ketika Si Adik lahir. Semuanya masih sangat bagus
dan sangat layak untuk digunakan kembali. Tubuh bayi tumbuh dengan cepat
sekali, sehingga baju-baju yang ia kenakan hanya terpakai sebentar saja.
Makanya semua pakaian tersebut masih berkondisi baik. Bahkan sampai sekarang,
saya lebih banyak membeli baju hanya untuk Si Kakak. Adiknya pun tidak
keberatan, malah bangga ketika mengenakan baju lungsuran karena menganggap ia
sudah lebih besar seperti kakaknya.
Anak Punya Teman Main
Anak dengan usia dekat akan memiliki kebiasaan dan selera yang sama. Mereka
lebih nyambung dalam berkomunkasi dan bermain karena memiliki ketertarikan
yang sama tersebut. Ini akan terlihat jelas ketika adik sudah berusia lebih
dari 2 tahun, anak-anak menjadi lebih riang bermain karena merasa memiliki
teman. Apalagi di tengah kondisi pandemi yang mengikat langkah kita untuk
melakukan banyak aktifitas di luar rumah, anak-anak berpotensi mengalami
kebosanan karena tidak bisa bereksplorasi dengan bebas. Disinilah keuntungan
ini benar-benar bermanfaat, anak-anak masih bisa bermain riang karena ada
teman yang dianggap sebaya untuk diajak bermain sepanjang hari.
Adik Punya Contoh
Anak pertama bisa diandalkan untuk membantu orang tua dalam mendidik
adik-adiknya. Saya tidak perlu mengajari anak kedua saya memegang sendok,
minum dengan gelas, mengenal huruf dan angka atau beberapa etika yang baik
karena semuanya dipelajari dari sang kakak. Malah lebih cepat menangkap dari
pada ketika diajarkan oleh saya atau suami. Saran bagi seluruh orang tua,
didiklah anak pertama dengan sungguh-sungguh karena mereka bisa menjadi
penolong kita untuk menghendel adik-adiknya ketika kita tidak mampu
melakukannya. Bukan berarti lepas tangan kepada anak kedua, ketiga atau
keempat, namun ada masa di mana kita sebagai manusia luput mengawasi, menuntun
atau melakukan kekhilafan lain, yang akhirnya dapat ditangani oleh Si
Sulung.
Bagaimana, menarik bukan? Kesimpulannya, dari sisi psikologis, memiliki anak
dengan jarak usia dekat tidak sepenuhnya menimbulkan akibat yang buruk.
Kebiasaan dan pengalaman memiliki bayi dan balita yang masih "segar" membuat
orang tua lebih cekatan dan santai dalam pengasuhan. Begitu pula bagi
anak-anak, ada kesenangan yang mereka dapatkan karena memiliki saudara
sekaligus teman.
Ada keuntungan, tentu ada pula tantangannya. Memiliki anak dengan jarak usia
dekat dengan kebiasaan dan kebutuhan yang nyaris sama, pastinya menimbulkan
kesulitan tersendiri karena usaha yang diperlukan untuk mengasuh mereka
menjadi berlipat ganda. Betikut beberapa tantangan tersebut.
Capek!
Sudah jelas, orang tua akan lebih capek mengurus bayi dan balita secara
bersamaan dibandingkan dengan satu anak saja. Kakaknya nangis minta cemilan,
adiknya nangis minta susu. Kakaknya ingin pup, adiknya malah enggak mau
ditaruh di kasur. Kejadian seperti ini sudah menjadi makanan saya sehari-hari.
Saya tidak menggunakan ART atau pengasuh, jadi semua saya mengurus. Belum lagi
ditambah dengan urusan rumah tangga, rasanya waktu 24 jam dalam sehari tidak
cukup untuk menyelesaikan semua tugas. Saya seperti diburu waktu dengan tugas
yang saling bersambung. Bahkan saat jam tidur malam pun, saya harus bangun
menyusui dan terkadang juga harus memijiti kaki Si Kakak yang pegal karena
terlalu aktif bermain di siang hari. Bertahun-tahun saya lupa rasanya tidur
lelap semalaman.
Takut Tidak Adil
Hal yang paling saya takutkan semenjak hamil anak kedua adalah tidak mampu
berlaku adil kepada anak-anak. Ketidakadilan ini sangat besar dampaknya bagi
mereka, bahkan bisa berujung saling menyakiti. Meski sudah berupaya semaksimal
yang saya bisa, terkadang mereka menganggap bahwa saya membela salah satu di
antara mereka. Yang paling riskan adalah ketika saya menganggap Si Kakak sudah
bisa berpikir dewasa hanya karena ia memiliki adik, padahal sebenarnya ia
masih anak-anak yang tidak jauh berbeda dengan adiknya. Ini menjadi tantangan
yang paling sulit saya atasi. Saya membaca berbagai artikel
parenting agar tidak salah cara.
Pernah sekali anak pertama saya berkata bahwa ia sangat membenci adiknya yang
baru berusia satu bulan. Menganggap saya tidak lagi sayang dan hanya
memperhatikan adiknya yang lebih sering saya gendong. Saya kaget bulan
kepalang. Perasaan cemas langsung menggerogoti sambil mengingat kesalahan apa
yang telah saya lakukan. Ternyata penyebabnya adalah karena saya tidak lagi
memeluknya ketika akan tidur karena harus menyusui. Dia belum bisa menerima
kebiasaan baru dengan kahadiran bayi yang butuh ASI. Akhirnya saya berusaha
melibatkan dia lebih banyak lagi untuk mengurus sang adik, mulai dari memilih
baju yang akan dikenakan, meminta tolong mengambil popok, ikut memandikan,
serta tidak lupa meminta izin setiap kali saya hendak menyusui. Alhamdulillah,
perlahan ia mulai memahami dan menerima kehadiran anggota baru dalam keluarga
kami.
Rentan stres
Akibat terlalu sibuk dan cepek mengurus dua anak, menikmati waktu untuk diri
sendiri menjadi sesuatu yang langka didapat. Untuk tidur saja susah,
apalagi me time? Kesulitan menyisakan waktu untuk melakukan apa
yang disukai orang tua, rawan sekali menimbulkan stres. Ditambah lagi kondisi
anak yang dalam waktu singkat bisa berubah-ubah, misalnya sekarang anteng,
satu menit kemudian malah tantrum hanya karena dilarang memakan coklat terlalu
banyak. Terkadang berharap bisa tidur siang bareng anak, eh, Si Kakak malah
melek minta ditemani main. Khusus untuk kaum ibu yang lebih banyak di rumah
bersama anak dikala ayah bekerja, berkurangnya interaksi dengan orang lain
selain anak dan pekerjaan rumah tangga akan menambah besar peluang terjadinya
stres ini.
Pengeluaran Doubel
Meski orang tua tidak perlu lagi membeli perlengkapan bayi atau kebutuhan ibu
pasca melahirkan karena masih ada lungsuran dari anak pertama, kenyataannya
pengeluaran ganda tetap harus dibayarkan orang tua. Misalnya membeli popok
sekali pakai dengan jumlah dua kali lipat lebih banyak, baju bepergian yang
inginnya samaan atau dua mainan sewarna yang kalau berbeda sedikit saja bisa
memancing keributan. Belum lagi ketika anak sudah mulai sekolah, orang tua
juga harus mengeluarkan dana dua kali lipat hampir di sepanjang masa
pendidikan anak. Pengeluaran yang serba doubel ini tentu menjadi beban
tersendiri yang mesti dipertimbangkan.
Kehidupan Suami-Istri Terabaikan
Meaki sudah memiliki anak, kehidupan suami-istri sebagai pasangan tetap harus
dijaga. Bukan hanya untuk menciptakan kenyamanan dan kelancaran komunikasi
bagi keduanya, namun juga berdampak langsung pada pengasuhan anak. Kesibukan
memiliki balita dan bayi yang membuat tenaga dan waktu terkuras habis, pasti
mengancam waktu orang tua untuk sekadar bercerita atau berdiskusi tentang
kehidupan sehari-hari. Mungkin saja ini akan berlanjut pada kesalahpahaman
yang akhirnya berujung pertengkaran. Saya pun pernah mengalami hal seperti
ini, tidak lagi sempat memikirkan suami karena tidak mampu lagi membagi waktu.
Untung suami mengerti dengan keadaan dan bersabar meski harus masak lauk
sendiri, setrika baju kerja sendiri atau turut membantu mengurusi rumah.
Makanya penting sekali bagi orang tua untuk membicarakan perihal ini ketika
berencana memiliki anak dengan jarak usia yang dekat.
Lumayan menantang juga 'kan? Tapi orang tua jangan terlalu panik dulu, pasti
ada solusi di setiap tantangan. Saya yang awalnya menyangsikan kemapuan saya
untuk mengurus dua anak sekaligus, ternyata hingga sekarang
fine-fine saja. Mau anak satu, dua, berjarak usia 2 tahun atau 10
tahun, semuanya tetap memiliki tantangan masing-masing. Selama masih ada kerja
sama yang baik dari ayah dan ibu, semuanya pasti bisa dilalui.
Rencana memiliki anak, baik jarak usianya dekat atau jauh, tetaplah menjadi
keputusan masing-masing keluarga. Tidak ada yang salah dengan keduanya, karena
apa pun pilihan yang diambil pasti sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Namun
perlu dicatat, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter apabila jarak
kehamilan terlalu dekat. Karena berdasarkan beberapa penelitian, dari segi
kesehatan sebaiknya ibu memberi jeda 18 - 23 bulan untuk hamil kembali setelah
kelahiran anak sebelumnya (menurut Warren, Direktur Eksekutif Parenting
Research Center yang dikutip dari id.theasianpatents.com).
Semoga bermanfaat :)
Referensi:
Sebaiknya Berapa Jarak Usia yang Ideal Antara Kakak dan Adik?.
Tautan: https://id.theasianparent.com/jarak-usia-yang-ideal-antar-anak
Berbicara tentang asuransi, saya teringat kejadian lima tahun lalu ketika
mengalami kecelakaan mobil tunggal di parkiran kantor. Beruntung sekali saya dan suami tidak mengalami cidera apa pun. Hanya saja bagian depan mobil ringsek parah
karena menabrak kuat sudut tiang gedung.
Guys, Scarlett punya produk baru, nih! Glowtening serum yang ampuh bikin
kulit makin cerah. Istimewanya, Glowtening serum ini bisa dikombinasikan
dengan acne series! Jerawat hilang, muka cerah. Komplit, 'kan?
Setelah puas dengan Scarlett acne Series, aku jadi penasaran setiap ada produk
baru yang dikeluarkan Scarlett, terutama yang bisa digunakan untuk mengatasi
permasalahan kulit wajah berjerawat. Nah, akhirnya satu minggu lalu paket
pesanan itu datang juga. Tanpa ba bi bu, langsung aku coba. Ternyata
memang benar, kombinasi Glowtening serum dan Sacrlett Acne Series cocok
mencerahkan kulit sekaligus tetap aktif mengurangi peradangan jerawat.
Supaya lebih jelas, aku ceritakan detailnya dari awal, ya. Biar kamu yang lagi
nyari referensi tentang produk pencerah wajah dan juga mengalami jerawat
membandel kayak aku bisa memilah dan memilih mana yang terbaik.
Masalah Muka Kusam Saat Treatment Jerawat
Wajah kusam ketika melakukan treatment jerawat sering terjadi | Foto: freepik.com
Punya masalah jerawat bertahun-tahun, aku hafal banget apa saja masalah yang
akan dihadapi ketika menggunakan acne skin care. Salah satu yang paling sering
bikin kesal adalah ketika jerawat berhasil berkurang, tetapi wajah malah kusam
dan lebih gelap dari sebelumnya. Ada yang suka gitu juga enggak, sih? Apalagi
produk yang digunakan adalah yang dijual bebas di pasaran, bukan hasil
berkonsultasi dengan dokter spesial kulit. Pasti galaunya bertambah-tambah,
ragu ingin tetap melanjutkan atau segera di-stop.
Ini bukan hanya terjadi sekali atau dua kali saja, tapi hampir selalu. Aku
juga tidak begitu mengerti entah apa yang menyebabkan kulit menjadi lebih
kusam setelah menggunakan produk perawatan untuk kulit berjerawat. Jerawatnya
memang berkurang, malah tidak jarang yang benar-benar membasmi habis.
Sayangnya, masalah baru muncul menyertai. Mana ada yang nyaman dengan muka
kusam?
Setelah browsing dan membaca beberapa artikel terpercaya, ada dua pendapat
mengenai kulit yang kusam ketika sedang melakukan perawatan wajah
berjerawat.
Pendapat dokter pertama, bila kulit menjadi kusam setelah menggunakan produk skin care, maka
lebih baik menghentikan penggunaan produk. Mungkin ada kandungan dan
komposisi yang kurang tepat dengan wajah kita.
Pendapat dokter kedua, ketika sedang melakukan treatment untuk mengobati jerawat, maka yang difokuskan adalah menghilangkan
jerawat. Jadi wajar bila kulit menjadi lebih kusam karena tidak ada bahan
pencerah sedikit pun yang dimasukkan. Apalagi sebelumnya menggunakan
produk pemutih, pasti kecerahan kulit akan jauh menurun. Bila ingin kulit
tetap cerah, maka acne skin care bisa dipakai selang seling dengan
pencerah. Atau pilihan lainnya adalah bertahan dengan treatment jerawat dulu, setelah kulit normal, baru dilanjutkan dengan treatment mencerahkan wajah.
Gimana, makin bingung? Sama, aku juga makin bingung. Tetap saja semua pilihan
dikembalikan ke kita Si Pemakai Produk. Inginnya sih keduanya sejalan, jerawat
bisa diatasi dan kulit wajah cerah, minimal jangan semakin kusam. Makanya aku
bersyukur banget pas tahu kalau Sacrlett mengeluarkan produk pencerah wajah
yang bukan hanya cocok digunakan untuk kulit normal, tapi juga kulit
berjerawat. Kehadiran Glowtening Serum seperti penjawab doa-doaku,
yaasss!
Scarlett Glowtening Serum, bikin kulit cerah dan glowing | Foto: Dok.pribadi
Tak kenal maka tak sayang. Aku tertarik menggunakan Glowtening Serum bukan
karena ikut-ikutan atau bias dari kecocokan dengan Scarlett Acne Series-nya, namun karena
kau sudah mencari informasinya terlebih dahulu. Berhubung ini bukan produk khusus
kulit berjerawat, makanya aku harus ekstra hati-hati, enggak boleh asal.
Hal pertama yang menarik perhatianku adalah klaim bahwa Glowtening Serum
cocok untuk semua jenis kulit, yang tertera jelas di kotak kemasan. Wah,
berarti aku yang berjerawat ini juga bisa memakainya, dong! Lanjut lagi aku
pelajari active ingredients-nya, ternyata memang mencerahkan dan ada
juga yang bermanfaat untuk mengurangi scars danperadangan. Pantas saja tidak masalah
bila digunakan untuk kulit berjerawat, ternyata Glowtening Serum bukan
pencerah biasa.
Ada kejutan kecil, waktu aku memakai untuk pertama kalinya, ternyata serum
ini seperti susu, berwarna putih dan tidak bening seperti serum lain yang
pernah aku pakai. Meski berbeda, teksturnya tetap halus lembut dengan
konsistensi sedikit kental. Jadi ketika diaplikasikan ke wajah, tidak mudah
menetes ke bawah. Ketika diratakan ke seluruh wajah, serum juga cepat meresap dan
tidak lengket. Glowtening Serum ringan sekali, tidak ada kesan seperti memakai topeng atau kulit wajah yang terlapisi.
Glowtening Serum dikemas dalam botol kaca sehingga lebih terjaga
kualitasnya. Aromanya wangi seperti aroma bunga-bungaan dan tidak menyengat. Bagi hidungku sih
oke-oke saja. Harumnya awet hingga berjam-jam setelah pemakaian. Misalnya aku
pakai serum di pagi hari setelah mandi kira-kira pukul 8. Siangnya saat makan
siang, aroma bunga dari serum masih tercium samar. Entah kenapa ini menjadi
nilai plus tersendiri bagiku.
Cara memakai Scarlett Glowtening Serum sama dengan serum lain, yaitu cukup teteskan 2-3 tetes saja ke wajah, lalu
usap dan pijit secara perlahan sampai merata. Kemudian diamkan serum beberapa
saat sampai menyerap sempurna. Tidak lama, kok. Cuma sebentar saja, serum akan
meresap karena konsistensinya yang tidak lengket dan tidak berminyak.
Tekstur Scarlett Glowtening Serum mudah meresap di kulit | Foto: Dok.pribadi
Secara keseluruhan, Glowtening Serum memang dirancang khusus untuk mencerahkan
wajah, menyamarkan noda hitam serta membuat kulit kenyal dan glowing. Spesialnya, Glowtening Serum tetap memedulikan kondisi kulit yang sensistif seperti
wajahku yang mudah sekali berjerawat dan kering. Jadi tidak perlu galau lagi
memilih treatment jerawat atau tratment mencerahkan, karena
Scarlett memungkinkan keduanya dilakukan sekaligus.
Apakah Glowtening Serum aman? Tenang, Glowtening Serum sudah terdaftar
di Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menjamin keamanan produk
ini dengan nomor 18211900313. Bisa di cek di website BPOM, ya. Glowtening
Serum juga cruelty free yang artinya tidak menggunakan hewan sebagai
bahan percobaan dalam pembuatan produk, serta produsen mematuhi peraturan
pengelolaan limbah. Jadi aman buat kita dan aman juga untuk ekosistem alam.
Scarlett Glowtening Serum sudah terdaftar di BPOM | Foto: Dok.pribadi
Cara Pakai Scarlett Glowtening Serum + Acne Series
Scarlett Glowtening Serum bisa dikombinasi dengan Scarlett Acne Series | Foto: Dok.pribadi
Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, Glowtening Serum bisa dikombinasikan dengan Scarlett Acne Series yang sudah lebih dulu aku gunakan. Meski sudah ada Acne Serum dan Acne
Cream, namun menambah Glowtening Serum bersamaan tidak akan membuat muka
terasa tebal. Bagiku untuk perawatan kulit, tiga lapis produk dalam sekali
pakai masih wajar. Belum serumit treatment dari dokter spesialis kulit yang
pernah aku coba.
Nah, biar tidak bingung, berikut aku jabarkan langkah-langkah
pemakaian Glowtening Serum dan Scarlett Acne Series, baik untuk pagi hari, maupun
malam hari. Meski terkesan banyak, percayalah, bila dilakukan setiap hari
tidak serumit yang dipikirkan. Apalagi setelah merasakan hasilnya, dijamin
jauh lebih memuaskan bila dibanding dengan upaya oles-oles
doang.
Sebelum menggunakan serum dan krim, cuci bersih wajah dengan facial wash. Lalu keringkan wajah dengan handuk yang bersih pula, karena wajah berjerawat akan lebih sensitif dengan bakteri. Kemudian aplikasikan Acne Serum, dilanjutkan dengan Glowtening Serum. Terakhir baru dioleskan Acne Day Cream pada siang hari dan Acne Night Cream pada malam hari.
Bagaimana, tidak sulit, 'kan? Yang perlu dipastikan adalah muka harus bersih
sebelum dioles serum dan krim. Nah, upayakan juga serum meresap dulu sebelum wajah
dioles lagi dengan serum dan krim selanjutnya. Usahakan pijat-pijat sebentar dan beri
jeda. Kalau aku yang enggak sabaran ini, satu menit saja cukup. Biarkan serum
dan krim bisa meresap satu per satu ke pori-pori wajah.
Kulitku Lebih Cerah dan Jerawat Tetap Terkontrol
Scarlett Glowtening Serum + Acne Series cocok di kulitku | Foto: Dok.pribadi
Ketika aku hanya menggunakan Scarlett Acne Series, sebenarnya
wajahku tidak ada kendala apa-apa. Terutama dalam hal kecerahan, kusam
enggak, cerah-cerah banget juga enggak. Ya, seperti warna kulit normalku
biasa. Tapi namanya wanita, pasti ingin kulit lebih cerah dan glowing.
Makanya aku kombinasikan juga dengan Glowtening Serum.
Sejauh ini, aku puas sekali dengan Glowtening Serum. Meski baru satu minggu pemakaian, kulitku sudah
setingkat lebih cerah. Bahagianya, pertumbuhan jerawatku tetap bisa ditekan
sambil meningkatkan kecerahan kulit juga. Pokoknya manfaat dari Scarlett
Acne Series tidak berkurang sedikit pun, malah semakin
maksimal.
Kalau ada jerawat tumbuh pas lagi PMS, peradangannya tidak parah meski
setelah menggunakan Glowtening Serum. Senangnya lagi, Glowtening Serum yang
dipakai di pagi hari, efek cerahnya itu masih awet selama berjam-jam. Setelah terkena air, cerahnya tidak serta merta menghilang, tapi tetap bertahan. Sekarang setiap selesai cuci muka, aku jadi buru-buru pengen ngaca. Berhasil bikin sumringah karena hasilnya melebihi ekspektasi. Bukti bahwa serum ini memang betul-betul memperbaiki warna dan struktur kulit wajah.
Selama
pemakaian, kulitku tidak kering dan tidak berminyak juga. Jadi tidak ada masalah kulit tambahan yang harus aku khawatirkan. Meski ada tiga lapisan dalam sekali oles, wajah tetap terasa ringan
seperti tidak memakai apa-apa. Malah pori-pori terasa tertutup ketika aku
taburi bedak karena mau bepergian ke luar rumah. Bayangkan, bedak tabur yang
paling ringan saja masih kalah ringan sama Glowtening Serum
plus Scarlett Acne Series. Sesuka itu!
Karena hasilnya memuaskan, aku mau merutinkan pemakaian Glowtening Serum
ini ke depannya. Pokoknya enggak mau bolong sekali pun. Aku berharap banget bekas jerawat
dan warna kulit yang tidak rata pada wajahku bisa berkurang atau bersih
seluruhnya. Baru seminggu pemakaian saja bisa sebagus ini hasilnya, bagaimana
satu bulan lagi? Bukannya tidak mungkin warna kulit wajah yang rata, cerah
dan glowing bisa aku dapatkan.
Harga dan Cara Membeli Produk Scarlett
Scarlett Glowtening Serum bisa diorder melalui Shopee, Line dan WhatsApp | Foto: Dok.pribadi
Harga tentu menjadi pertimbangan sebelum membeli. Jangan khawatir, semua
produk face care Scarlett berharga Rp 75.000,- per produknya. Menurutku
ini harga yang sesuai dengan hasil yang akan didapatkan. Bila dibandingkan
dengan biaya perawatan wajah ke dokter spesialis kulit, Scarlett tentu jauh lebih ramah
di kantong. Apalagi kalau ada diskon, promo atau membeli dalam kemasan paket,
harganya akan lebih miring lagi. Oh iya, Glowtening Serum dikemas dalam ukuran 15 ml. Cukup lama
habisnya karena hanya dipakai 2-3 tetes saja per pemakaian.
Bila ingin tahu lebih banyak mengenai Glowtening Serum dan produk Scarlett
lainnya, bisa langsung kunjungi akun official Instagram Scarlett di
@scarlett_whitening. Banyak sekali informasi produk yang selalu up to date. Bagi yang
tertarik menggunakan Glowtening Serum juga atau produk Scarlett lainnya, bisa langsung diorder
melalui:
Line (@scarlett_whitening),
Shopee : Scarlett_Whitening,
Shopee Mall: Scarlett Whitening Official Shop, dan
WhatsApp (0877-0035-3000)
Pastikan membeli produk Scarlett yang original dan berstiker hologram agar
hasil yang didapat sesuai dengan harapan. Sudah ada empat cara order yang
bisa dipilih, yang sudah pasti akan mengirim produk original sesuai pesanan.
Pengemasannya rapi dan aman dengan buble wrap tebal serta kardus
khusus Scarlett. Jadi produk akan tetap terjaga meski kemasannya kaca, tidak
akan pecah selama proses pengiriman. Dapat stiker lucu juga, lo!