Produktif dari Rumah dengan Menjadi Blogger dan Writer

No comments

Konferensi Ibu Pembaharu Komunitas Ibu Profesional

"Kalau berhenti kerja, kamu di rumah mau apa? "


Kira-kira itulah kalimat yang paling sering saya dengar saat memutuskan resign. Melepas status sebagai PNS di salah satu instansi pemerintah pusat dan mengabdi penuh untuk keluarga tentu tidak mudah. Banyak yang menyangsikan dan menilai saya terlalu naif. Sudah enak-enak kerja yang menjamin hingga hari tua, malah ditinggalkan begitu saja. Tidak sedikit pula yang menyayangkan jenjang pendidikan yang telah saya lalui, ijazahnya mau di bawa ke mana?


Stigma yang menganggap ibu rumah tangga tidak bisa apa-apa, saya anggap sebagai cambukan keras. Ini kekeliruan yang sayangnya tidak mungkin saya bantah ketika stigma itu saya terima. Percuma membalas kalau hanya dengan kata-kata. Meski butuh waktu, saya pasti akan membuktikan bahwa berdaya dan berkarya bisa dari mana saja, termasuk dari rumah. 


Sebagai manusia yang terkadang masih luput dari kedewasaan, ada masa saya ditimpa dengan ujian yang sangat memberatkan selama berproses. Sempat menyerah dengan keadaan, mengerdilkan diri hanya karena gagal berulang kali. Insecure melihat kesuksesan orang lain yang seharusnya menjadi penyemangat agat lebih cepat melesat. Namun akhirnya sadar bahwa menguapkan mimpi bukanlah hal yang saya ingini. Percuma saja mengambil langkah awal bila akhirnya berhenti di tengah jalan. 


Hanya karena prosesmu lebih lama dari yang lain, bukan berarti kamu gagal. 

- Harland Sanders, Pendiri KFC -


Tidak ada yang tahu pasti di percobaan ke berapa atau di tahun ke berapa usaha akan terbayar tuntas. Selama ada juang, pasti membuka peluang. Ibu bebas memilih hal produktif apa saja yang sesuai dengan keinginan dan kondisi kehidupan. Sekecil apa pun produktifitas ibu, pasti membawa kebaikan yang nantinya akan berpengaruh positif pula pada diri ibu. Tidak perlu ragu, apalagi malu. 





Kenapa Memilih Blogger dan Writer?

Alasan menjadi blogger dan writer
Blogger dan writer adalah tujuan yang tepat bagi saya

Sebenarnya ini bukanlah tujuan pertama saya setelah resign. Dulu yang saya pikirkan tidak terlepas dari berjualan online yang marak dilakukan oleh banyak ibu rumah tangga. Namun ternyata realisasinya tidak semudah rencana. Memang sudah mendapatkan sedikit untung, namun saya kewalahan sendiri karena harus mengejar pekerjaan sana-sini. Mulai dari belanja produk, foto-foto, posting di e-commerce dan sosial media, update status setiap hari hingga promosi yang tidak mungkin dilewati barang sehari. Apa kabar dengan tugas rumah tangga dan bayi yang juga harus saya urus? Hingga akhirnya usaha ini terbengkalai dan tidak dilanjutkan lagi.


Tidak ingin berhenti, saya mencari hal lain yang harus membuat saya tetap produktif. Berawal dari saran suami, blog novarty.com lahir dengan artikel yang hanya berisi pengalaman ibu-ibu baru beranak satu. Menulisnya pun masih suka-suka, memakai bahasa gaul yang menurut saya akan lebih santai saat dibaca. Saya cukup puas karena masih bisa menghasilkan karya meski hanya dikunjungi oleh beberapa pasang mata. 


Blog itu ternyata mulai menunjukkan potensi. Saya banyak sekali belajar menulis dari sini. Memberanikan diri mengikuti berbagai komunitas yang membuka jalan untuk menjadikan blogging sebagai salah satu media pengembangan diri. Berkat blog pula lah saya akhirnya jatuh cinta sekali dengan dunia kepenulisan dan mulai belajar menulis naskah buku.


Meski terkesan seperti air mengalir, kenyataannya menjadi blogger dan writer adalah pilihan tepat yang berhasil saya temukan. Beberapa alasan melatarbelakngi kenapa saya bertahan selama bertahun-tahun berkecimpung di bidang ini. 


1. Tidak Mengganggu Tugas Utama Saya sebagai Ibu Rumah Tangga

Tetap yang menjadi prioritas adalah tanggung jawab saya sebagai ibu dan istri. Tidak mungkin mendahulukan tujuan diri sendiri di atas keluarga yang menjadi alasan saya untuk resign. Mengelola blog dan menulis buku adalah dua hal yang bisa saya lakukan sembari mengurus keluarga. Fleksible, itulah istilahnya. Saya bebas menentukan waktu dan metode yang sesuai dengan aktivitas saya. Tidak perlu ke mana-mana, bahkan hanya duduk diam saja, saya sudah bisa berkarya. Anak-anak pun tidak masalah karena saya masih bisa membersamai mereka di rumah. Meski perlu dikomunikasikan terlebih dahulu bahwa saya memiliki rutinitas menulis di sela hari. 

2. Saya Bisa dan Saya Suka

Saya pernah mengikuti salah satu webinar bersama Sara Neyrhiza, seorang Dosen, Bloger dan Public Speaker, tentang Membangun Personal Branding Penulis. Dijelaskan bahwa tujuan sebaiknya merupakan hal yang kita sukai dan kita bisa melakukannya. Misalnya saya sangat tidak menyukai bercocok tanam dan sama sekali tidak memiliki ilmu tentang itu. Maka tidak mungkin saya memaksa produktif untuk berjualan tanaman hias yang sempat hits beberapa waktu lalu. Bukannya bahagia, saya malah menjalaninya dengan terpaksa. Sebaliknya dengan menulis, baik itu di blog maupun berupa naskah buku, saya suka dan saya bisa. Sehingga tahap demi tahap serta tantangan yang satu per satu muncul, bisa saya jalani dengan lebih positif.

3. Sarana Berbagi

Bukankah sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia lainnya? Inilah salah satu mood booster saya untuk tetap konsisten menulis bertahun-tahun. Saya menyadari bahwa keterbatasan mobilitas karena harus mnegurus dua anak di rumah akan mengurangi kesempatan saya untuk berbuat baik kepada sesama secara langsung. Ternyata Tuhan Maha Baik, saya ditakdirkan untuk menyukai aktivitas menulis untuk tetap bisa berbagi banyak hal mengenai pengalaman saya sebagai ibu yang selalu berproses untuk selalu menjadi lebih baik. 

4. Ada Peluang

Di dunia ini tidak ada kesuksesan yang instan, termasuk dalam dunia blogging dan writing. Peluang itu saya rasakan ketika menyadari kemampuan menulis saya yang semakin baik. 5 tahun bukanlah waktu yang sebentar, namun perubahan postif yang saya terima menandakan bahwa ada harapan dari menulis. Sampai kapan pun, sebuah karya tulis tetap akan dibutuhkan di segala aspek kehidupan. Entah itu berupa barang fisik atau digital. Sudah jelas, ini menjadi peluang menggiurkan bagi saya yang memang suka menulis, baik dari sisi pengembangan diri maupun ekonomi.


Saya hanyalah salah satu dari ibu yang sedang berjuang meraih impian. Menjadi blogger dan writer juga hanya dua contoh dari berjuta hal produktif yang bisa dilakukan ibu di rumah. Ibu bebas memilih apa pun, namun yang perlu diingat, sesuaikan dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Jangan sampai produktifitas kita mengenyampingkan sesuatu yang paling berharga, yaitu keluarga. Karena ibu adalah sumber kenyamana keluarga. Sebesar apa pun namanya terpampang di luar sana, tetap perannya tidak akan pernah tergantikan untuk keluarganya sendiri. 




Tantangan Harus Ditaklukkan

Tantangan menjadi blogger dan writer dari rumah
Tantangan menjadi ibu blogger dan writer membuat saya lebih tangguh

Berbicara tentang kesuksesan, tentu tidak terlepas dari tantangan. Begitu pula dalam proses yang selama ini saya lalui untuk menjadi blogger dan writer profesional. Meski masih setengah jalan, namun beberapa tantangan itu sudah hadir membawa tembok-tembok besarnya yang kalau dibiarkan akan dengan mudah membuat saya menyerah.


Sedikit gambaran, saya di rumah hanya dengan suami dan anak-anak. Tidak ada saudara atau asisten rumah tangga. Bisa dibayangkan betapa sibuknya saya setiap hari mengurus semuanya. Syukur bila suami sedikit senggang, bisa berbagi beban. Namun bila pekerjaan kantor suami menumpuk, tetap semuanya kembali kepada saya. Sehingga menyisakan waktu untuk diri sendiri menjadi masalah yang paling sulit saya carikan solusi. 


🌸 Manajemen Waktu

Menulis ketika siang, ada anak-anak dan tumpukan cucian yang harus diselesaikan. Sedangkan menunggu malam, saya sudah kelelahan dan akhirnya ketiduran. Inilah tantangan paling serius yang sangat berpengaruh terhadap produktifiitas saya. Terkadang idenya sudah berputar-putar di kepala, namun kesempatan untuk menuangkannya tak kunjung ada. Lama-lama semangat yang menggebu-gebu itu semakin tergerus dan hilanh.


Lalu bagaimana saya mengatasinya? Saya wajib punya jadwal yang harus saya jalankan dengan disiplin. Setiap bulan harus ada minimal empat artikel yang saya tulis di blog, satu bab naskah buku dan satu ilustrasi sebagai bidang baru yang saya tekuni karena dapat menunjang tulisan yang saya hasilkan. Bisa saja lebih, namun dilarang keras untuk kurang dari yang ditargetkan. Terkesan sangat sedikit bukan? Sayangnya inilah yang paling pas bagi saya. Tidak memberatkan dan tidak pula terlalu ringan. Tidak terlalu longgar dan tidak pula terlalu menekan. Berkat jadwal yang tepat inilah saya bisa terus konsisten menulis hingga sekarang. Walau kadang harus begadang dan sedikit keteteran, namun itulah pengorbanan.  


🌸 Pengendalian Emosi

Kesulitan memanajemen waktu untuk diri sendiri berimbas kepada pengendalian emosi yang buruk. Saya bisa saja marah-marah tak terkendali kepada anak-anak dan suami bila target menulis saya belum tercapai ketika akhir bulan tinggal hitungan hari. Saya juga bisa terpuruk hebat ketika gagal memenangkan lomba blog yang sudah mati-matian saya tulis hingga rela begadang bermalam-malam. Namun saya sadar bahwa itu manusiawi. Ketika tekanan yang datang tidak bisa diimbangi dengan kesiapan, maka itu bisa menghancurkan.


Solusinya, tentu saja harus siap. Ketika saya memilih jalan untuk menjadai blogger dan writer dengan kondisi yang mungkin tidak sebebas orang lain, saya juga harus mampu menerima konsekuensinya. Selalu saya ingat tujuan utama ketika pertama kali menulis blog, yaitu untuk produktif dan berbagi. Mengejar mimpi boleh, namun jangan sampai terlalu berambisi. Menemukan titik keikhlasan pasti tidak sebentar. Bahkan sampai detik ini saya masih merasakan gejolak yang sama, hanya saja tidak separah dulu. Mungkin semakin sering ditempa, saya bisa jauh lebih baik lagi dalam mengendalikan emosi. Kegagalan itu mungkin saja menginstruksikan saya untuk lebih giat lagi berusaha.


Komitmen dan konsisten adalah kunci.


Menaklukkan tantangan butuh komitmen dan terus konsisten. Sederhana bila diucapkan, namun sangat berat untuk dijalankan. Apalagi bagi pemula, yang baru melalui beberapa langkah pertama, godaan rasa malas dan ketidakpercayaan diri sangatlah  besar. Namun bila sedikit saja hasil yang diterima, maka kemauan untuk berusaha lebih keras lagi akan timbul dengan sendirinya. Terkadang kita hanya perlu bersabar sedikit lagi.


Sebagai sharing cerita, ada beberapa tahapan yang dilalui selama berjuang untuk berdaya dan berkarya berdasarkan pengalaman saya.

Tahap pertama, Menetapkan Tujuan

Ini adalah masa paling awal ketika memilih dan memilah fokus apa yang hendak dilakukan. Tidak selalu pilihan pertama lagsung tepat serta sesuai dengan keinginan dan kondisi kita. Bisa jadi akan beberapa kali ganti haluan hingga menemukan yang terbaik.

Tahap kedua, Memulai Langkah Awal

Tahap ini diisi oleh serba kebingungan dan ketidaktahuan. Mungkin saja teorinya sudah dipelajari maksimal, namun ketika mempraktikkannya tetap saja menemukan berbagai kendala karena minimnya pengalaman. Rawan sekali timbulnya rasa malas, bosan bahkan menyerah karena kesulitan yang belum kunjung menemukan solusi. Di sinilah ujian pertama terhadap komitmen dan konsisten dalam diri kita. Selama tidak goyah dan tetap berusaha, pasti akan terlalui dengan baik.

Tahap Ketiga, Mendapatkan Hasil

Usaha bertahan dari tantangan pertama mulai menunjukkan hasil. Prestasi dan apresiasi satu per satu di dapatkan. Lega sekali pasti. Namun tetap saja tahap ini kembali bertabur ujian. Bila segera merasa puas dan tidak mengembangkan diri, dalam hitungan sekejap, prestasi dan apresiasi itu tenggelam dan hilang begitu saja. Bagaimanapun teman-teman yang berjuang dalam dunia yang sama pasti juga semakin hebat. Maka jangan berhenti belajar dan mengembangkan diri meski sudah mencapai target. Buat kembali target-target selanjutnya yang lebih besar. Dijamin, prestasi dan apresiasi itu pasti sebanding dengan daya dan upaya yang dikerahkan.

Tahap Keempat, Keberhasilan Sejati

Jujur, saya belum sampai di titik ini. Tahap keempat adalah bagaimana berbagi ilmu dan pengalaman yang dimiliki selama menggapai prestasi agar dapat bermanfaat sebesar-besarnya bagi orang lain. Keberhasilan sejati ketika lahir generasi baru yang jauh lebih hebat berkat bimbingan yang kita diberikan. Tidak merasa tersaingi, malah menjadi orang yang paling berbangga hati.




Prestasi dan Apresiasi 

Setiap blogger dan writer pasti memiliki tujuan masing-masing yang ingin didapatkan dari karya yang dihasilkan. Ada blogger yang hanya fokus mengikuti lomba blog, jelas tujuannya adalah untuk menang. Ada pula blogger yang hanya mencurahkan isi hati, mungkin saja tujuannya untuk healing dan sharing. Apa pun itu, keberhasilan mencapai tujuan itu pasti diakui sebagai sebuah prestasi yang layak dibanggakan. 


Prestasi dan apresiasi sebagai blogger dan writer
Ungkapan terima kasih dari pembaca blog

Niat awal saya yang ingin berbagi hal bermanfaat melalui tulisan, meski hanya dari kejadian sehari-hari, akhirnya mencapai prestasi melalui apresiasi yang mulai berdatangan dari pembaca. Merinding rasanya, menyaksikan orang yang tidak saya kenal mengungkapkan rasa terima kasih ketika artikel saya mengenai kista tiroid dapat menyelamat mereka atau keluarganya dari operasi yang sebenarnya bisa dihindari. Bahagia pula rasanya saat cerita saya mengenai perkembangan bayi usia 0-4 bulan dapat menenangkan banyak ibu yang tidak kunjung mendapatkan jawaban pasti meski sudah berkonsultasi dengan dokter berulang kali. Bukankah itu luar biasa?


Prestasi dan apresiasi sebagai blogger dan writer
Beberapa lomba blog yang saya menangkan dan tawaran kerja sama 

Kebaikan ini tidak berhenti sampai di situ. Menjadi blogger yang tidak pernah saya kira akan membuka pintu rezeki, akhirnya memampukan saya untuk memenuhi kebutuhan pribadi, membeli perabot rumah dan sedikit mengisi tabungan. Tawaran kerja sama berdatangan dan beberapa lomba blog berhasil saya menangkan. Memang belum sebesar gaji saya ketika masih bekerja, namun kebanggannya tidak kalah hebat, malah jauh lebih hebat. Kemampuan menulis yang saya latih dari nol, diapresiasi dengan hal-hal yang menguntungkan.


Prestasi dan apresiasi sebagai blogger dan writer
Dua buku antologi pertama yang memacu semangat menulis

Buku antologi saya pun mulai lahir. Ketertarikan menjadi penulis buku membawa saya bertemu dengan berbagai event-event kepenulisan. Respon keluarga dan teman-teman pun luar biasa, sehingga ketika pre-order yang kedua, masih ada pemesanan. Masih ada dua buku antologi saya yang masih dalam proses dan satu naskah buku solo yang sedang mencari penerbit tepat. Inilah penyemangat saya untuk tetap mempelajari ilmu menulis buku, karena ternyata, perlahan tapi pasti, saya mampu menerbitkan buku.


Seolah pembuktian kekeliruan stigma yang saya terima di masa awal berhenti kerja dulu semakin dekat dengan keberhasilan. Prestasi yang saya dapatkan menjadi gambaran nyata bahwa berdaya dan berkarya bukan hanya bisa dilakukan oleh mereka yang bekerja di kantor, ibu rumah tangga yang sehari-hari di rumah pun bisa berbuat lebih dengan caranya sendiri.




Temukan Lingkungan Positif

Komunitas Ibu Profesional
Komunitas Ibu Profesional, The Most Influence Community 2017 versi Koran Jawa Pos | Foto: ibupembaharu.com
Lingkungan positif tidak akan datang sendiri, namun harus dicari. Positif yang dimaksud di sini adalah lingkungan yang mampu menularkan semangat, menyalurkan energi dan membagikan ilmu terkait bidang yang sedang ditekuni. Seperti cerita saya di awal, terkadang stigma masih saja melekat dengan kaum ibu. Padahal tidak ada satu pun alasan yang membuat ibu tidak mampu untuk sukses tanpa meninggalkan tugas utamanya.


"Ah, nanti kalau sibuk berkarya, sibuk cari duit, pasti keluarganya terbengkalai. Nah, kalau sudah fokus keluarga, mana ada waktu untuk mengerjakan hal lain?" Plis, Bu, jangan sekali-kali berpikiran seperti ini! 


Andai saya yang berhenti bekerja demi membersamai anak termakan dengan stigma tersebut, sudah pasti tidak akan mampu berdaya dan berkarya dari rumah. Cara yang paling tepat adalah menemukan lingkungan yang dapat membuat ibu bangkit tanpa peduli dengan stigma. Buktikan bahwa kita bisa!


Saya bersyukur sekali hidup di dunia berteknologi, sehingga besar manfaatnya bagi saya yang merupakan ibu rumah tangga dengan kebebasan terbatas. Tidak ada hambatan lagi yang membuat kita malas belajar dan mengembangkan diri, tanpa berpindah lokasi, sudah bisa berkelana ke ujung negeri. Mobilisasi dan jarak sudah tidak lagi berarti, apalagi sejak pandemi, semua aktifitas bisa berjalan hanya dengan bermodal wi-fi.


Mengikuti berbagai komunitas bermanfaat, khususnya yang membersamai para ibu adalah pilihan paling bijak demi mendapatkan lingkungan positif yang membangun.


Saya bergabung dengan banyak komunitas blogger dan komunitas menulis yang beberapa diantaranya memang beranggotakan perempuan. Kehidupan dan tujuan kami yang serupa sangat membantu untuk saling membagi ilmu. Sehingga kepercayaan diri, masalah atau apa pun hambatan yang tengah dirasakan, bisa diselesaikan dengan berbagai program atau kegiatan yang diadakan oleh komunitas. Saya bisa menyimpulkan bahwa sebagian besar pencapaian saya saat ini adalah berkat peran komunitas-komunitas yang saya ikuti.


Luar biasa senangnya saya ketika mengetahui, ternyata ada, lo, komunitas yang lengkap mendampingi kaum ibu untuk bisa menjadi produktif, mandiri dan berpenghasilan tentunya tanpa meninggalkan kewajiban utama sebagai seorang ibu. Dalam komunitas ini, semuanya harus sejalan dan berkesinambungan, tanpa ada yang boleh dikorbankan. 


Komunitas Ibu Profesional

Komunitas Ibu Profesional, khusus diperuntukkan bagi ibu dan calon ibu agar dapat meningkatkan kualitas diri sebagai seorang perempuan, istri dan ibu. Di tahun 2020-2021 ini komunitas Ibu Profesional mengambil tema Semesta Karya untuk Indonesia, dengan tagline Belajar, Berkembang, Berbagi, dan Berdampak. Tidak ada istilah menanggung sendiri, karena dalam komunitas ini semuanya akan bertumbuh bersama, belajar bersama hingga dapat saling menguatkan satu sama lain melalui forum belajar online dan diskusi offline yang diselenggarakan di 57 kota dan 10 negara. Bayangkan seberapa besar energi positif teralirkan dari Komunitas Ibu Profesional ini.


Menarik sekali, bukan? Jujur saya baru tahu tentang Komunitas Ibu Profesional melalui postingan salah satu teman sesama blogger. Penasaran, lalu buka media sosialnya. Ternyata pengikutnya sudah banyak sekali! Saya saja yang kurang update. Lanjut lagi membuka website-nya, saya semakin takjub dengan program-program yang begitu detail dan lengkap. Andai tahu dari dulu, mungkin saya bisa lebih mudah melalui tantangan yang pernah dialami.


Terdapat 6 jenjang program yang akan membimbing setiap langkah ibu dan calon ibu, mulai dari awal hingga mampu meraih keberhasilan sejati yang mampu membagi ilmu bermanfaat dan mencetak ibu-ibu lain yang lebih hebat. (Sumber: ibuprofesional.com)

1. Program Matrikulasi

Program matrikulasi adalah program persiapan untuk para ibu dan calon ibu yang ingin bergabung di komunitas Ibu Profesional. Program ini bertujuan untuk membuka wawasan, menyamakan frekuensi para ibu pembelajar, calon Ibu Profesional. Disampaikan selama 9 kali tatap muka dengan Nice Homework setiap pekan.

2. Program Bunda Sayang

Program Bunda Sayang adalah program pembelajaran yang  diikuti oleh para Ibu Profesional yang sudah lulus Matrikulasi. Kelas ini mengajak para ibu dan calon ibu untuk terus belajar bagaimana mendidik anak dengan mudah dan menyenangkan. Disampaikan dalam 12 kali tatap muka dengan berbagai tantangan setiap bulannya.

3. Program Bunda Cekatan

Program Bunda Cekatan adalah program belajar untuk para ibu dan calon ibu yang sudah lulus kelas Bunda Sayang. Di kelas ini para ibu dilatih untuk meningkatkan kapasitas diri mereka sebagai seorang manajer keluarga yang cekatan menjalankan peran. Disampaikan dalam 12 kali tatap muka dengan berbagai contoh praktek baik setiap bulannya.

4. Program Bunda Produktif

Program Bunda Produktif adalah program belajar untuk para ibu dan calon ibu yang sudah lulus kelas Bunda Cekatan. Di kelas ini para ibu dilatih untuk memahami potensi diri, menemukan jalan hidup sesuai fitur uniknya, sehingga antara mendidik anak, berkarya dan menjemput rejeki menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan apalagi dikorbankan. Disampaikan dalam 12 kali tatap muka dengan berbagai projek team setiap bulannya.

5. Program Bunda Shaleha

Program Bunda Shaleha adalah program belajar untuk para ibu dan calon ibu yang sudah lulus kelas Bunda Produktif. Di kelas ini para ibu dilatih untuk bisa menjadi agen perubahan di masyarakat sekitarnya, dimulai dengan perubahan diri sendiri dan perubahan di dalam keluarganya secara berkelanjutan. Disampaikan dalam 12 kali tatap muka dengan berbagai contoh projek perubahan setiap bulannya.

6. Training Trainer dan Fasilitator 

Program pelatihan untuk Trainer dan Fasilitator ini adalah program untuk para ibu yang sudah melampaui tahap Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif dan Bunda Shaleha. Ada program pelatihan tahap 1 diperuntukkan bagi para ibu yang sudah lulus Bunda Cekatan, dan pelatihan tahap 2  diperuntukkan bagi para ibu yang sudah lulus Bunda Shaleha. 


Saya semakin tertarik untuk mencari tahu lebih banyak mengenai komunitas Ibu Profesional melalui berbagai cerita member-nya yang sudah lebih dahulu mengikuti program melalui berbagai artikel internet. Ada yel-yel khusus yang sangat menyentuh bagi saya, yaitu What's your problem? No problem! What? Challenge! Di sini tidak ada yang namanya masalah, namun menganggapnya sebagai tantangan. Sejalan sekali dengan pemikiran saya selama ini.


Kabar gembiranya lagi, untuk merayakan 1 Dekade Komunitas Ibu Profesional, akan diselenggarakan Konferensi Ibu Pembaharu pada tanggal 18-22 Desember 2021. Tidak hanya bisa diikuti oleh member komunitas, namun juga umum. Jadi semuanya bisa ikutan! Antusias sekali rasanya bisa bergabung dan berperan lebih banyak dengan menjadi Ibu Pembaharu.



Konferensi ini akan mempertemukan Ibu Pembaharu dari dalam negeri dan luar negeri untuk saling berbagi mengenai kehidupan mereka, baik sebagai perempuan, istri dan ibu. Konferensi ini juga menjadi salah satu media publikasi agar semakin banyak ibu yang mampu mengembangkan dirinya terlepas dari status yang dimiliki, entah itu hanya beraktifitas di rumah, atau yang bekerja di luar rumah.


Konferensi Ibu Pembaharu

Mengusung tagline Dari Rumah untuk Dunia, Konferensi Ibu Pembaharu mengajak para ibu untuk dapat beraksi dari rumah. Mengembangkan diri, produktif dan menjadi berkualitas tidak mesti harus ke luar rumah, namun dari rumah pun bisa. Saya yang sangat sependapat dengan hal ini semakin jatuh cinta dengan komunitas Ibu Profesional. Saya merasa didukung, dipedulikan, diwadahi dan mendapat rangkulan bahwa ternyata saya tidak sendiri. 


Banyak sekali acara-acara seru yang semakin menggali potensi ibu dalam menyambut Konferensi Ibu Pembaharu. Salah satu adalah tulisan saya ini, yang tertuang berkat Sayembara Catatan Perempuan #darirumahuntukdunia. Membaca tema-tema seputar ibu dan mengubah masalah menjadi tantangan sebagai topik utama yang dibahas, sangat memacu semangat saya untuk saling berbagi dengan sesama ibu, sekaligus menerima sugesti positif dari komunitas Ibu Profesional sebagai penyelenggara, meski baru saja saya pelajari.


Nah, bagi kalian yang ingin menjadi sosok Ibu Profesianal dan Ibu Pembaharu, buruan daftar dalam komunitas dan ikuti acaranya. Saya juga sudah mendaftar di website dan siap bergabung lebih lanjut dengan penuh semangat dalam program lainnya.




Kesimpulan

Bagi saya, semua ibu memiliki kesempatan yang sama untuk sukses. Terlepas dari apa latar belakang kehidupannya, aktivitas kesehariannya dan tidak peduli apakah ia seorang ibu rumah tangga atau ibu bekerja. Ibu mampu menjadi profesional dengan cara yang mungkin tidak akan sama. Bidang yang ditekuni pun bisa jadi berbeda. Namun yang pasti, jangan pernah puas menjadi ibu yang biasa-biasa saja, karena disadari atau tidak, hidup memberikan segala yang kita butuhkan untuk menaklukkan impian.


Prosesnya tentu tidak instan. Butuh komitmen dan konsistensi agar apa yang menjadi tujuan bisa dicapai. Target-target penting dibuat agar tidak lepas kendali dan mengikuti emosi sesaat yang kadang menyesatkan ketika tantangan menerjang. Cari pula lingkungan positif yang mampu memberi semangat, dukungan, ilmu dan apresiasi sehingga ibu tidak lagi merasa sendiri. 


Ibu, berdaya dan berkaryalah dari mana saja!


Semoga bermanfaat.



7 Manfaat Menulis Buku Antologi Bagi Penulis Pemula

8 comments

Manfaat Menulis Buku Antologi

Meski sudah 5 tahun mengelola blog pribadi, secara ilmu kepenulisan, saya masih tergolong pemula. Kenapa? Karena di tahun-tahun awal, saya hanya menulis sesuka hati tanpa memperhatikan ketentuan menulis yang baik dan benar. Barulah setelah menyadari bahwa tulisan yang enak dibaca adalah tulisan yang sesuai kaidah, saya mulai mempelajarinya lebih dalam melalui berbagai kelas kepenulisan, baik untuk menulis blog, maupun menulis buku. 

Pentingnya Rayakan Ulang Tahun Anak, Lakukan Tips Ini Agar Parayaan Tidak Menjadi Beban

2 comments

Ulang tahun anak

Orang tua pasti memiliki cara pengasuhan masing-masing yang dirasa paling tepat. Bukan hanya tumbuh kembang saja yang bersifat unik, namun pola asuh ini juga berbeda antara satu dengan yang lainnya. Termasuk dalam urusan merayalan ulang tahun anak. Ada yang menganggap tidak masalah bila tidak dirayakan, namun banyak pula yang ingin mengadakan momen spesial demi membahagiakan sang anak. Apa pun itu, tentu orang tua memiliki pertimbangan masing-masing.

Keuntungan dan Tantangan Memiliki Anak dengan Jarak Usia Dekat

4 comments

Jarak usia anak dekat
Keseruan mengasuh balita dan bayi sekaligus memberi banyak keuntungan dan tantangan

Beberapa waktu lalu netizen dihebohkan dengan keputusan seorang public figure wanita tanah air yang menyatakan bahwa ia dan suami sepakat menganut child free, yang artinya tidak memiliki anak dalam pernikahan. Berbagai pertimbangan matang tentu sudah mereka pikirkan. Memang menjadi orang tua tidak sesederhana melahirkan dan memberi makan, namun perjuangannya begitu besar dengan tanggung jawab yang luar biasa. 


Berbeda sekali kondisinya dengan mereka yang ingin child free, saya memiliki dua anak dengan jarak kelahiran yang cukup dekat, yaitu 2 tahun 4 bulan. Bukannya tanpa pertimbangan, saya dan suami merencanakan banyak hal atas kelahiran anak kami. Sadar akan tantangannnya, begitu pula keuntungannya. 


Saya sempat membuat survey kecil-kecilan melalui beberapa pertanyaan di akun instagram pribadi. 55% dari kontributor lebih memilih memberi jarak yang cukup jauh antar anak karena merasa tidak kuat bila harus merawat lebih dari satu balita sekaligus. 45%-nya lagi menjawab tidak masalah bila mereka memiliki anak dengan jarak usia dekat dengan alasan biar "sekalian capek". Ternyata bukan cuma saya lo, masih banyak orang tua yang menginginkan punya anak dengan jarak lahir berdekatan!


Baca juga: Pentingnya Merencanakan Waktu Kehamilan dan Jumlah Anak Setelah Menikah, Pertimbangkan 7 Hal Ini!




Keuntungan Punya Anak dengan Jarak Usia Dekat

Nah, sebagai bahan pertimbangan bagi kamu yang berencana memiliki anak kembali dan Si Kakak masih berusia kurang dari dua tahun, berikut beberapa keuntungan punya anak dengan jarak usia dekat berdasarkan apa yang saya alami.


Sekalian Capek

Inilah alasan utama kenapa orang tua memilih untuk segera memiliki anak meski anak sebelumnya masih batita. Mengurus anak yang belum mampu mandiri pasti menguras tenaga orang tua. Biarlah sekarang mencurahkan semua waktu untuk anak, agar nanti bila anak sudah mulai sekolah dan punya kehidupan sendiri, orang tua bisa lebih bebas melakukan apa yang sebelumnya tidak bisa dilakukan.


Seperti saya dan suami yang memiliki banyak mimpi, sedangkan melakukannya sembari mengasuh balita tidak mungkin dilakukan. Saya ingin sekali fokus menulis dan bercita-cita melanjutkan S-2. Suami pun juga bermimpi untuk mengembangkan toko online action figure-nya menjadi semakin besar. Setelah dijalani, ternyata upaya mewujudkannya tidak dapat dilakukan maksimal karena kami harus memprioritaskan waktu untuk anak-anak. Karena alasan inilah kami sepakat untuk memiliki anak kedua meski anak pertama masih berusia 1,5 tahun. Biar mimpi-mimpi itu dapat segera dikejar kembali.


Masih Terbiasa 

"Mumpung belum lupa cara memandikan anak, belum lupa rasanya begadang setiap malam menyusui anak dan belum lupa resep-resep bubur bayi". Kebiasaan orang tua ketika memiliki bayi ini pasti membutuhkan perjuangan ektra untuk beradaptasi. Apalagi masalah-masalah pengasuhan balita yang pasti selalu ada, tentu perlu kemampuan dari orang tua dalam menanganinya. Maka dari itu, sebelum rasa dan ilmu dari anak sebelumnya belum hilang, lebih baik memiliki anak lagi. Jadi tidak perlu mengulang proses adaptasi dengan kehidupan baby kembali.


Baby Blues Syndrome yang sempat saya alami saat kelahiran anak pertama seakan menjadi bayangan buruk. Takut terjadi lagi ketika melahirkan anak selanjutnya, saya akhirnya mantap memilih segera punya anak lagi agar tidak perlu mengalami perubahan hidup yang drastis kembali. Bayangkan bila anak pertama sudah berusia 5 tahun atau lebih, pasti tidur malamnya sudah nyenyak, makannya sudah enak dan tidak masalah ditinggal bermain sendiri selagi saya mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Kenyamanan ini tentu akan berubah ketika memiliki anak kedua, sehingga saya harus berusaha kembali untuk menyesuaikan diri dengan kehadiran baby newborn.


Tidak Perlu Membeli Kebutuhan Bayi Lagi

Kalau hanya berjarak di bawah 3 tahun, Si Adik bisa memakai baju-baju lungsuran Si Kakak yang masih bagus. Apalagi baju bayi baru lahir yang hanya dipakai sebentar saja, sudah dapat dipastikan bisa dipakai kembali. Bukan hanya baju, berbagai perlengkapan mandi bayi, mainan bayi, keperluan menyusui untuk ibu, botol-botol susu dan alat makan masih lengkap tertata di tempat yang mudah dijangkau. Sangat membantu menghemat keuangan keluarga hingga berjuta-juta. 


Kebetulan anak pertama dan kedua saya laki-laki. Saya tidak membeli perlengkapan baru apa pun ketika Si Adik lahir. Semuanya masih sangat bagus dan sangat layak untuk digunakan kembali. Tubuh bayi tumbuh dengan cepat sekali, sehingga baju-baju yang ia kenakan hanya terpakai sebentar saja. Makanya semua pakaian tersebut masih berkondisi baik. Bahkan sampai sekarang, saya lebih banyak membeli baju hanya untuk Si Kakak. Adiknya pun tidak keberatan, malah bangga ketika mengenakan baju lungsuran karena menganggap ia sudah lebih besar seperti kakaknya.


Anak Punya Teman Main

Anak dengan usia dekat akan memiliki kebiasaan dan selera yang sama. Mereka lebih nyambung dalam berkomunkasi dan bermain karena memiliki ketertarikan yang sama tersebut. Ini akan terlihat jelas ketika adik sudah berusia lebih dari 2 tahun, anak-anak menjadi lebih riang bermain karena merasa memiliki teman. Apalagi di tengah kondisi pandemi yang mengikat langkah kita untuk melakukan banyak aktifitas di luar rumah, anak-anak berpotensi mengalami kebosanan karena tidak bisa bereksplorasi dengan bebas. Disinilah keuntungan ini benar-benar bermanfaat, anak-anak masih bisa bermain riang karena ada teman yang dianggap sebaya untuk diajak bermain sepanjang hari. 


Adik Punya Contoh

Anak pertama bisa diandalkan untuk membantu orang tua dalam mendidik adik-adiknya. Saya tidak perlu mengajari anak kedua saya memegang sendok, minum dengan gelas, mengenal huruf dan angka atau beberapa etika yang baik karena semuanya dipelajari dari sang kakak. Malah lebih cepat menangkap dari pada ketika diajarkan oleh saya atau suami. Saran bagi seluruh orang tua, didiklah anak pertama dengan sungguh-sungguh karena mereka bisa menjadi penolong kita untuk menghendel adik-adiknya ketika kita tidak mampu melakukannya. Bukan berarti lepas tangan kepada anak kedua, ketiga atau keempat, namun ada masa di mana kita sebagai manusia luput mengawasi, menuntun atau melakukan kekhilafan lain, yang akhirnya dapat ditangani oleh Si Sulung. 


Bagaimana, menarik bukan? Kesimpulannya, dari sisi psikologis, memiliki anak dengan jarak usia dekat tidak sepenuhnya menimbulkan akibat yang buruk. Kebiasaan dan pengalaman memiliki bayi dan balita yang masih "segar" membuat orang tua lebih cekatan dan santai dalam pengasuhan. Begitu pula bagi anak-anak, ada kesenangan yang mereka dapatkan karena memiliki saudara sekaligus teman.


Baca juga: Pentingnya Support System untuk Jaga Kesehatan Mental Ibu




Tantangan Punya Anak dengan Jarak Usia Dekat

Ada keuntungan, tentu ada pula tantangannya. Memiliki anak dengan jarak usia dekat dengan kebiasaan dan kebutuhan yang nyaris sama, pastinya menimbulkan kesulitan tersendiri karena usaha yang diperlukan untuk mengasuh mereka menjadi berlipat ganda. Betikut beberapa tantangan tersebut.


Capek!

Sudah jelas, orang tua akan lebih capek mengurus bayi dan balita secara bersamaan dibandingkan dengan satu anak saja. Kakaknya nangis minta cemilan, adiknya nangis minta susu. Kakaknya ingin pup, adiknya malah enggak mau ditaruh di kasur. Kejadian seperti ini sudah menjadi makanan saya sehari-hari. Saya tidak menggunakan ART atau pengasuh, jadi semua saya mengurus. Belum lagi ditambah dengan urusan rumah tangga, rasanya waktu 24 jam dalam sehari tidak cukup untuk menyelesaikan semua tugas. Saya seperti diburu waktu dengan tugas yang saling bersambung. Bahkan saat jam tidur malam pun, saya harus bangun menyusui dan terkadang juga harus memijiti kaki Si Kakak yang pegal karena terlalu aktif bermain di siang hari. Bertahun-tahun saya lupa rasanya tidur lelap semalaman.


Takut Tidak Adil

Hal yang paling saya takutkan semenjak hamil anak kedua adalah tidak mampu berlaku adil kepada anak-anak. Ketidakadilan ini sangat besar dampaknya bagi mereka, bahkan bisa berujung saling menyakiti. Meski sudah berupaya semaksimal yang saya bisa, terkadang mereka menganggap bahwa saya membela salah satu di antara mereka. Yang paling riskan adalah ketika saya menganggap Si Kakak sudah bisa berpikir dewasa hanya karena ia memiliki adik, padahal sebenarnya ia masih anak-anak yang tidak jauh berbeda dengan adiknya. Ini menjadi tantangan yang paling sulit saya atasi. Saya membaca berbagai artikel parenting agar tidak salah cara.


Pernah sekali anak pertama saya berkata bahwa ia sangat membenci adiknya yang baru berusia satu bulan. Menganggap saya tidak lagi sayang dan hanya memperhatikan adiknya yang lebih sering saya gendong. Saya kaget bulan kepalang. Perasaan cemas langsung menggerogoti sambil mengingat kesalahan apa yang telah saya lakukan. Ternyata penyebabnya adalah karena saya tidak lagi memeluknya ketika akan tidur karena harus menyusui. Dia belum bisa menerima kebiasaan baru dengan kahadiran bayi yang butuh ASI. Akhirnya saya berusaha melibatkan dia lebih banyak lagi untuk mengurus sang adik, mulai dari memilih baju yang akan dikenakan, meminta tolong mengambil popok, ikut memandikan, serta tidak lupa meminta izin setiap kali saya hendak menyusui. Alhamdulillah, perlahan ia mulai memahami dan menerima kehadiran anggota baru dalam keluarga kami.


Rentan stres

Akibat terlalu sibuk dan cepek mengurus dua anak, menikmati waktu untuk diri sendiri menjadi sesuatu yang langka didapat. Untuk tidur saja susah, apalagi me time? Kesulitan menyisakan waktu untuk melakukan apa yang disukai orang tua, rawan sekali menimbulkan stres. Ditambah lagi kondisi anak yang dalam waktu singkat bisa berubah-ubah, misalnya sekarang anteng, satu menit kemudian malah tantrum hanya karena dilarang memakan coklat terlalu banyak. Terkadang berharap bisa tidur siang bareng anak, eh, Si Kakak malah melek minta ditemani main. Khusus untuk kaum ibu yang lebih banyak di rumah bersama anak dikala ayah bekerja, berkurangnya interaksi dengan orang lain selain anak dan pekerjaan rumah tangga akan menambah besar peluang terjadinya stres ini.


Pengeluaran Doubel

Meski orang tua tidak perlu lagi membeli perlengkapan bayi atau kebutuhan ibu pasca melahirkan karena masih ada lungsuran dari anak pertama, kenyataannya pengeluaran ganda tetap harus dibayarkan orang tua. Misalnya membeli popok sekali pakai dengan jumlah dua kali lipat lebih banyak, baju bepergian yang inginnya samaan atau dua mainan sewarna yang kalau berbeda sedikit saja bisa memancing keributan. Belum lagi ketika anak sudah mulai sekolah, orang tua juga harus mengeluarkan dana dua kali lipat hampir di sepanjang masa pendidikan anak. Pengeluaran yang serba doubel ini tentu menjadi beban tersendiri yang mesti dipertimbangkan.


Kehidupan Suami-Istri Terabaikan

Meaki sudah memiliki anak, kehidupan suami-istri sebagai pasangan tetap harus dijaga. Bukan hanya untuk menciptakan kenyamanan dan kelancaran komunikasi bagi keduanya, namun juga berdampak langsung pada pengasuhan anak. Kesibukan memiliki balita dan bayi yang membuat tenaga dan waktu terkuras habis, pasti mengancam waktu orang tua untuk sekadar bercerita atau berdiskusi tentang kehidupan sehari-hari. Mungkin saja ini akan berlanjut pada kesalahpahaman yang akhirnya berujung pertengkaran. Saya pun pernah mengalami hal seperti ini, tidak lagi sempat memikirkan suami karena tidak mampu lagi membagi waktu. Untung suami mengerti dengan keadaan dan bersabar meski harus masak lauk sendiri, setrika baju kerja sendiri atau turut membantu mengurusi rumah. Makanya penting sekali bagi orang tua untuk membicarakan perihal ini ketika berencana memiliki anak dengan jarak usia yang dekat. 


Lumayan menantang juga 'kan? Tapi orang tua jangan terlalu panik dulu, pasti ada solusi di setiap tantangan. Saya yang awalnya menyangsikan kemapuan saya untuk mengurus dua anak sekaligus, ternyata hingga sekarang fine-fine saja. Mau anak satu, dua, berjarak usia 2 tahun atau 10 tahun, semuanya tetap memiliki tantangan masing-masing. Selama masih ada kerja sama yang baik dari ayah dan ibu, semuanya pasti bisa dilalui. 


Baca juga: Tips Mengatasi Kecemburuan Si Kakak setelah Mempunyai Adik


__________


Rencana memiliki anak, baik jarak usianya dekat atau jauh, tetaplah menjadi keputusan masing-masing keluarga. Tidak ada yang salah dengan keduanya, karena apa pun pilihan yang diambil pasti sesuai dengan kondisi dan kebutuhan. Namun perlu dicatat, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter apabila jarak kehamilan terlalu dekat. Karena berdasarkan beberapa penelitian, dari segi kesehatan sebaiknya ibu memberi jeda 18 - 23 bulan untuk hamil kembali setelah kelahiran anak sebelumnya (menurut Warren, Direktur Eksekutif Parenting Research Center yang dikutip dari id.theasianpatents.com).


Semoga bermanfaat :)


Referensi:

Sebaiknya Berapa Jarak Usia yang Ideal Antara Kakak dan Adik?. Tautan: https://id.theasianparent.com/jarak-usia-yang-ideal-antar-anak



Lindungi Keuangan Keluarga Bersama Astra Financial: Mobil Baru yang Ringsek Sadarkan Kami Pentingnya Asuransi

No comments

Asuransi keluarga dari Astra Financial

Berbicara tentang asuransi, saya teringat kejadian lima tahun lalu ketika mengalami kecelakaan mobil tunggal di parkiran kantor. Beruntung sekali saya dan suami tidak mengalami cidera apa pun. Hanya saja bagian depan mobil ringsek parah karena menabrak kuat sudut tiang gedung. 

Scarlett Glowtening Serum Bisa Dikombinasi dengan Acne Series, Wajah Makin Cerah Tanpa Khawatir Jerawat Bertambah

6 comments

Scarlett Glowtening Serum

Guys, Scarlett punya produk baru, nih! Glowtening serum yang ampuh bikin kulit makin cerah. Istimewanya, Glowtening serum ini bisa dikombinasikan dengan acne series! Jerawat hilang, muka cerah. Komplit, 'kan?


Setelah puas dengan Scarlett acne Series, aku jadi penasaran setiap ada produk baru yang dikeluarkan Scarlett, terutama yang bisa digunakan untuk mengatasi permasalahan kulit wajah berjerawat. Nah, akhirnya satu minggu lalu paket pesanan itu datang juga. Tanpa ba bi bu, langsung aku coba. Ternyata memang benar, kombinasi Glowtening serum dan Sacrlett Acne Series cocok mencerahkan kulit sekaligus tetap aktif mengurangi peradangan jerawat. 


Supaya lebih jelas, aku ceritakan detailnya dari awal, ya. Biar kamu yang lagi nyari referensi tentang produk pencerah wajah dan juga mengalami jerawat membandel kayak aku bisa memilah dan memilih mana yang terbaik. 




Masalah Muka Kusam Saat Treatment Jerawat

Muka Kusam Saat Treatment Jerawat
Wajah kusam ketika melakukan treatment jerawat sering terjadi | Foto: freepik.com 

Punya masalah jerawat bertahun-tahun, aku hafal banget apa saja masalah yang akan dihadapi ketika menggunakan acne skin care. Salah satu yang paling sering bikin kesal adalah ketika jerawat berhasil berkurang, tetapi wajah malah kusam dan lebih gelap dari sebelumnya. Ada yang suka gitu juga enggak, sih? Apalagi produk yang digunakan adalah yang dijual bebas di pasaran, bukan hasil berkonsultasi dengan dokter spesial kulit. Pasti galaunya bertambah-tambah, ragu ingin tetap melanjutkan atau segera di-stop.


Ini bukan hanya terjadi sekali atau dua kali saja, tapi hampir selalu. Aku juga tidak begitu mengerti entah apa yang menyebabkan kulit menjadi lebih kusam setelah menggunakan produk perawatan untuk kulit berjerawat. Jerawatnya memang berkurang, malah tidak jarang yang benar-benar membasmi habis. Sayangnya, masalah baru muncul menyertai. Mana ada yang nyaman dengan muka kusam? 


Setelah browsing dan membaca beberapa artikel terpercaya, ada dua pendapat mengenai kulit yang kusam ketika sedang melakukan perawatan wajah berjerawat.


Pendapat dokter pertama, bila kulit menjadi kusam setelah menggunakan produk skin care, maka lebih baik menghentikan penggunaan produk. Mungkin ada kandungan dan komposisi yang kurang tepat dengan wajah kita.  


Pendapat dokter kedua, ketika sedang melakukan treatment untuk mengobati jerawat, maka yang difokuskan adalah menghilangkan jerawat. Jadi wajar bila kulit menjadi lebih kusam karena tidak ada bahan pencerah sedikit pun yang dimasukkan. Apalagi sebelumnya menggunakan produk pemutih, pasti kecerahan kulit akan jauh menurun. Bila ingin kulit tetap cerah, maka acne skin care bisa dipakai selang seling dengan pencerah. Atau pilihan lainnya adalah bertahan dengan treatment jerawat dulu, setelah kulit normal, baru dilanjutkan dengan treatment mencerahkan wajah.


Gimana, makin bingung? Sama, aku juga makin bingung. Tetap saja semua pilihan dikembalikan ke kita Si Pemakai Produk. Inginnya sih keduanya sejalan, jerawat bisa diatasi dan kulit wajah cerah, minimal jangan semakin kusam. Makanya aku bersyukur banget pas tahu kalau Sacrlett mengeluarkan produk pencerah wajah yang bukan hanya cocok digunakan untuk kulit normal, tapi juga kulit berjerawat. Kehadiran Glowtening Serum seperti penjawab doa-doaku, yaasss!


Baca juga: Pengalaman Memakai Face Care SCARLETT ACNE SERIES : Atasi Jerawat Tanpa Breakout




Glowtening Serum, Produk Baru Dari Scarlett

Scarlett Glowtening Serum
Scarlett Glowtening Serum, bikin kulit cerah dan glowing | Foto: Dok.pribadi

Tak kenal maka tak sayang. Aku tertarik menggunakan Glowtening Serum bukan karena ikut-ikutan atau bias dari kecocokan dengan Scarlett Acne Series-nya, namun karena kau sudah mencari informasinya terlebih dahulu. Berhubung ini bukan produk khusus kulit berjerawat, makanya aku harus ekstra hati-hati, enggak boleh asal.


Hal pertama yang menarik perhatianku adalah klaim bahwa Glowtening Serum cocok untuk semua jenis kulit, yang tertera jelas di kotak kemasan. Wah, berarti aku yang berjerawat ini juga bisa memakainya, dong! Lanjut lagi aku pelajari active ingredients-nya, ternyata memang mencerahkan dan ada juga yang bermanfaat untuk mengurangi scars dan peradangan. Pantas saja tidak masalah bila digunakan untuk kulit berjerawat, ternyata Glowtening Serum bukan pencerah biasa.


Kandungan Scarlett Glowtening Serum


Ada kejutan kecil, waktu aku memakai untuk pertama kalinya, ternyata serum ini seperti susu, berwarna putih dan tidak bening seperti serum lain yang pernah aku pakai. Meski berbeda, teksturnya tetap halus lembut dengan konsistensi sedikit kental. Jadi ketika diaplikasikan ke wajah, tidak mudah menetes ke bawah. Ketika diratakan ke seluruh wajah, serum juga cepat meresap dan tidak lengket. Glowtening Serum ringan sekali, tidak ada kesan seperti memakai topeng atau kulit wajah yang terlapisi. 


Glowtening Serum dikemas dalam botol kaca sehingga lebih terjaga kualitasnya. Aromanya wangi seperti aroma bunga-bungaan dan tidak menyengat. Bagi hidungku sih oke-oke saja. Harumnya awet hingga berjam-jam setelah pemakaian. Misalnya aku pakai serum di pagi hari setelah mandi kira-kira pukul 8. Siangnya saat makan siang, aroma bunga dari serum masih tercium samar. Entah kenapa ini menjadi nilai plus tersendiri bagiku.


Cara memakai Scarlett Glowtening Serum sama dengan serum lain, yaitu cukup teteskan 2-3 tetes saja ke wajah, lalu usap dan pijit secara perlahan sampai merata. Kemudian diamkan serum beberapa saat sampai menyerap sempurna. Tidak lama, kok. Cuma sebentar saja, serum akan meresap karena konsistensinya yang tidak lengket dan tidak berminyak. 

Tekstur Scarlett Glowtening Serum
Tekstur Scarlett Glowtening Serum mudah meresap di kulit | Foto: Dok.pribadi

Secara keseluruhan, Glowtening Serum memang dirancang khusus untuk mencerahkan wajah, menyamarkan noda hitam serta membuat kulit kenyal dan glowing. Spesialnya, Glowtening Serum tetap memedulikan kondisi kulit yang sensistif seperti wajahku yang mudah sekali berjerawat dan kering. Jadi tidak perlu galau lagi memilih treatment jerawat atau tratment mencerahkan, karena Scarlett memungkinkan keduanya dilakukan sekaligus.


Apakah Glowtening Serum aman? Tenang, Glowtening Serum sudah terdaftar di Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang menjamin keamanan produk ini dengan nomor 18211900313. Bisa di cek di website BPOM, ya. Glowtening Serum juga cruelty free yang artinya tidak menggunakan hewan sebagai bahan percobaan dalam pembuatan produk, serta produsen mematuhi peraturan pengelolaan limbah. Jadi aman buat kita dan aman juga untuk ekosistem alam.

Scarlett Glowtening Serum aman
Scarlett Glowtening Serum sudah terdaftar di BPOM | Foto: Dok.pribadi




Cara Pakai Scarlett Glowtening Serum + Acne Series

Scarlett Glowtening Serum bisa dikombinasi dengan Acne Series
Scarlett Glowtening Serum bisa dikombinasi dengan Scarlett Acne Series | Foto: Dok.pribadi

Seperti yang sudah aku ceritakan sebelumnya, Glowtening Serum bisa dikombinasikan dengan Scarlett Acne Series yang sudah lebih dulu aku gunakan. Meski sudah ada Acne Serum dan Acne Cream, namun menambah Glowtening Serum bersamaan tidak akan membuat muka terasa tebal. Bagiku untuk perawatan kulit, tiga lapis produk dalam sekali pakai masih wajar. Belum serumit treatment dari dokter spesialis kulit yang pernah aku coba.


Nah, biar tidak bingung, berikut aku jabarkan langkah-langkah pemakaian Glowtening Serum dan Scarlett Acne Series, baik untuk pagi hari, maupun malam hari. Meski terkesan banyak, percayalah, bila dilakukan setiap hari tidak serumit yang dipikirkan. Apalagi setelah merasakan hasilnya, dijamin jauh lebih memuaskan bila dibanding dengan upaya oles-oles doang. 

Kombinasi Scarlett Glowtening Serum dan Acne Series

Sebelum menggunakan serum dan krim, cuci bersih wajah dengan facial wash. Lalu keringkan wajah dengan handuk yang bersih pula, karena wajah berjerawat akan lebih sensitif dengan bakteri. Kemudian aplikasikan Acne Serum, dilanjutkan dengan Glowtening Serum. Terakhir baru dioleskan Acne Day Cream pada siang hari dan Acne Night Cream pada malam hari.


Bagaimana, tidak sulit, 'kan? Yang perlu dipastikan adalah muka harus bersih sebelum dioles serum dan krim. Nah, upayakan juga serum meresap dulu sebelum wajah dioles lagi dengan serum dan krim selanjutnya. Usahakan pijat-pijat sebentar dan beri jeda. Kalau aku yang enggak sabaran ini, satu menit saja cukup. Biarkan serum dan krim bisa meresap satu per satu ke pori-pori wajah.




Kulitku Lebih Cerah dan Jerawat Tetap Terkontrol

Scarlett Glowtening Serum + Acne Series cocok di kulitku
Scarlett Glowtening Serum + Acne Series cocok di kulitku | Foto: Dok.pribadi

Ketika aku hanya menggunakan Scarlett Acne Series, sebenarnya wajahku tidak ada kendala apa-apa. Terutama dalam hal kecerahan, kusam enggak, cerah-cerah banget juga enggak. Ya, seperti warna kulit normalku biasa. Tapi namanya wanita, pasti ingin kulit lebih cerah dan glowing. Makanya aku kombinasikan juga dengan Glowtening Serum.


Sejauh ini, aku puas sekali dengan Glowtening Serum. Meski baru satu minggu pemakaian, kulitku sudah setingkat lebih cerah. Bahagianya, pertumbuhan jerawatku tetap bisa ditekan sambil meningkatkan kecerahan kulit juga. Pokoknya manfaat dari Scarlett Acne Series tidak berkurang sedikit pun, malah semakin maksimal. 


Kalau ada jerawat tumbuh pas lagi PMS, peradangannya tidak parah meski setelah menggunakan Glowtening Serum. Senangnya lagi, Glowtening Serum yang dipakai di pagi hari, efek cerahnya itu masih awet selama berjam-jam. Setelah terkena air, cerahnya tidak serta merta menghilang, tapi tetap bertahan. Sekarang setiap selesai cuci muka, aku jadi buru-buru pengen ngaca. Berhasil bikin sumringah karena hasilnya melebihi ekspektasi. Bukti bahwa serum ini memang betul-betul memperbaiki warna dan struktur kulit wajah. 


Selama pemakaian, kulitku tidak kering dan tidak berminyak juga. Jadi tidak ada masalah kulit tambahan yang harus aku khawatirkan. Meski ada tiga lapisan dalam sekali oles, wajah tetap terasa ringan seperti tidak memakai apa-apa. Malah pori-pori terasa tertutup ketika aku taburi bedak karena mau bepergian ke luar rumah. Bayangkan, bedak tabur yang paling ringan saja masih kalah ringan sama Glowtening Serum plus Scarlett Acne Series. Sesuka itu!


Karena hasilnya memuaskan, aku mau merutinkan pemakaian Glowtening Serum ini ke depannya. Pokoknya enggak mau bolong sekali pun. Aku berharap banget bekas jerawat dan warna kulit yang tidak rata pada wajahku bisa berkurang atau bersih seluruhnya. Baru seminggu pemakaian saja bisa sebagus ini hasilnya, bagaimana satu bulan lagi? Bukannya tidak mungkin warna kulit wajah yang rata, cerah dan glowing bisa aku dapatkan. 




Harga dan Cara Membeli Produk Scarlett

Cara Membeli Produk Scarlett
Scarlett Glowtening Serum bisa diorder melalui Shopee, Line dan WhatsApp | Foto: Dok.pribadi

Harga tentu menjadi pertimbangan sebelum membeli. Jangan khawatir, semua produk face care Scarlett berharga Rp 75.000,- per produknya. Menurutku ini harga yang sesuai dengan hasil yang akan didapatkan. Bila dibandingkan dengan biaya perawatan wajah ke dokter spesialis kulit, Scarlett tentu jauh lebih ramah di kantong. Apalagi kalau ada diskon, promo atau membeli dalam kemasan paket, harganya akan lebih miring lagi. Oh iya, Glowtening Serum dikemas dalam ukuran 15 ml. Cukup lama habisnya karena hanya dipakai 2-3 tetes saja per pemakaian. 


Bila ingin tahu lebih banyak mengenai Glowtening Serum dan produk Scarlett lainnya, bisa langsung kunjungi akun official Instagram Scarlett di @scarlett_whitening. Banyak sekali informasi produk yang selalu up to date. Bagi yang tertarik menggunakan Glowtening Serum juga atau produk Scarlett lainnya, bisa langsung diorder melalui:

Line (@scarlett_whitening),

Shopee : Scarlett_Whitening,

Shopee Mall: Scarlett Whitening Official Shop, dan

WhatsApp (0877-0035-3000)


Pastikan membeli produk Scarlett yang original dan berstiker hologram agar hasil yang didapat sesuai dengan harapan. Sudah ada empat cara order yang bisa dipilih, yang sudah pasti akan mengirim produk original sesuai pesanan. Pengemasannya rapi dan aman dengan buble wrap tebal serta kardus khusus Scarlett. Jadi produk akan tetap terjaga meski kemasannya kaca, tidak akan pecah selama proses pengiriman. Dapat stiker lucu juga, lo!


__________


Baca juga: Kulit Lembab dan Cerah Setelah Rutin Memakai Produk Body Care dari Scarlett


Yuk, sharing pengalaman kamu menggunakan Glowtening Serum di kolom komentar!

#SeeTheBeautyInEverydayThings

#ScarlettWhitening

#ScarlettJodohku

#DirumahAjaBarengScarlett


Semoga bermanfaat.